Anda di halaman 1dari 9

PENGAUDITAN INTERNAL: PERENCANAAN AUDIT,

INDIKATOR DAN KENDALA MANAJEMEN EFEKTIF, DAN


PELAPORAN

Oleh :
Kelompok 6
Akuntansi Malam A 2018

Nama Kelompok Absen NIM

1. Eustakio Septiano Gandhi (03) (1802622010165)


2. I Made Krisnanda Nugraha (07) (1802622010169)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2021
Perencanaan Audit Internal
Sebagai pemilik proses, proses internal audit dapat menjadi cara terbaik untuk
mendapatkan pandangan dari orang luar yang dapat secara langsung melihat proses dan
membantu mengidentifikasi area mana saja yang diperlukan perbaikan atau membantu proses
untuk berjalan leboih baik, lebih cepat, atau lebih efisien. Langkah dalam menentukan
perncanaan audit ada dua yaitu perencanaan jadwal audit dan perencanaan proses audit.

Studi Awal
Studi awal yang dilakukan auditor mencakup penelaahan atas kertas kerja tahun sebelumnya,
temuan audit, bagan organisasi dan dokumen lain yang akan membantu untuk lebih memahami subjek
audit. Studi awal dilakukan dikantor pusat, meskipun banyak auditor internal saat ini dapat mengakses
informasi secara elektronik dari lokasi yang jauh. Kertas kerja penugasan sebelumya dapat
menunjukkan pendekatan yang dilakukan auditor lain atas penugas tersebut, meskipun pendekatan ini
mungkin tidak lagi layak atau tidak diinginkan untuk di audit tahun ini.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila audit yang dilakukan oleh internal auditor
merupakan penugasan rutin/audit berulang (repeat audit):
1. Mempelajari dokumen permanen (permanent file) berisi: salinan /copy laporan audit (audit
report) terdahulu beserta jawabannya.
2. Tujuannya untuk mengetahui masalah-masalah yang ditemukan pada audit sebelumnya
serta langkah perbaikan (tindak lanjut) yang telah diambil.
3. Penelaahan literatur tentang subyek merupakan hal yang penting (penugasan
rutin/penugasan baru) sebagai referensi untuk mengetahui perkembangan terbaru
tentang teori dan praktik, misalnya: jurnal profesi, text book, dll).
4. Penelaahan atas bagan organisasi, termasuk pernyataan tanggung jawab dan
kewenangan.

Pendokumentasian
Pendokumentasian mencakup beberapa langkah yang akan mengarah pada pertemuan
awal antara auditor dengan manajer klien. Pembuatan daftar pengingat dan daftar isi awal untuk
kertas kerja merupakan beberapa hal yang dilakukan pada saat pendokumentasian. Auditor
juga membuat kuesioner yang akan digunakan dalam wawancara dan diskusi dengan manajer
klien dan yang lainnya. Dokumentasi berupa kuesioner penting untuk bahan wawancara /
diskusi.
Catatan atas langkah-langkah awal yang harus dilakukan auditor mulai dari perencanaan,
pekerjaan lapangan sampai penyelesaian sehingga memudahkan pekerjaan. Daftar pengingat
membantu auditor mengorganisasikan kertas kerja mereka dan membuat tahap audit
selanjutnya lebih sederhana untuk dikerjakan.

Daftar Pengingat
Dalam setiap permulaan audit, auditor internal kadang kala bingung, apa yang akan
dikerjakan selanjutnya. Meskipun setiap penugasan audit tidak sama, namun terdapat langkah-
langkah awal tertentu yang berlaku untuk setiap audit. Langkah-langkah ini harus dicatat dalam
daftar pengingat sehingga memudahkan pekerjaan.
Daftar pengingat tidak dirancang untuk menghambat inisiatif atau kreativitas. Daftar
tersebut menyederhanakan proses perencanaan dengan membantu auditor melakukan
pekerjaan secara terorganisasi dan dengan langkah awal yang minimum. Daftar pengingat
membantu auditor mengorganisasikan kertas kerja mereka dan membuat tahap
auditselanjutnya lebih sederhana untuk dikerjakan

Kuisioner
Kuisioner diusahakan untuk mudah dipahami bagi responden yang diminta mengisi
kuisioner. Kuisioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan untuk memenuhi
tujuan audit, bertemu manajer klien pada pertemuan awal. Selain itu, kuisioner yang baik tidak
terlalu tebal atau tidak terlalu panjang.
Berikut contoh pertanyaan-pertanyaan yang layak untuk ditanyakan:
1. Berapa bagian seksi yang ada pada aktivitas anda ?
2. Berapa banyak karyawan yang ditugaskan pada bidang ini ?
3. Aktivitas-aktivitas apa yang dilakukan ?
4. Apakah terdapat prosedur-prosedur tertulis untuk aktivitas tersebut ?
5. Aktivitas apa yang menurut anda paling penting ?
6. Aktivitas mana yang paling mengganggu ?
7. Bagaimana anda menerapkan control atas organisasi ?.
8. Laporan control apa yang anda terima dari karyawan ?
9. Standar apa yang anda tetapkan untuk karyawan ?
10.Standar anda bersumber dari mana ?
Kuesioner ini bisa diperluas atau dipersempit sesuai kondisi. Jenis pertanyaan bisa
bervariasi, tergantung pada apakah audit yang diusulkan bersifat organisasional Untuk satu
unit organisasi atau fungsional mengikuti fungsi atau program dari awal hing ga akhir dan
melintasi batas organisasional. Dalam audit organisasional, pertanyaan yang berorientasi pada
manusia akan lebih mendominasi. Sementara dalam audit fungsional atau audit program
pertanyaan yang diajukan akan lebih berkenaan dengan alur kerja, hubungan dengan organisasi
lain dan umpan balik.
Kuesioner yang diberikan ke klien sebelum auditor datang mengaudit, terkadang bisa
bermanfaat, khususnya untuk klien yang berada di lokasi yang jauh. Kuesioner dapat menjadi
semacam persiapan akan datangnya auditor. Kuesioner juga dapat menghilangkan sedikit
keengganan dan rasa curiga mengenai audit yang akan dilakukan dan melibatkan supervisor
klien sebagai mitra sejak awal. Kuesioner dapat memberi peluang bagi karyawan manajemen
untuk memahami diri mereka sendiri, karena pertanyaan yang disiapkan dengan baik dapat
berfungsi sebagai lembar evaluasi diri yang efektif.
Kuesioner juga dapat mencerminkan penghematan yang substansial, karena penugasan
audit lebih baik dilakukan oleh orang-orang yang sangat berkualifikasi untuk
menyelesaikannya dengan cepat. Bila audit dilakukan di lokasi yang jauh, kuesioner bisa
dikirim bersama memorandum yang ditandatangani direktur pusat yang menerima laporan dari
manajer cabang. Surat tersebut akan dirancang untuk memperoleh dan menjadi bukti
keterlibatan manajemen eksekutif dan menambah sentuhan kewenangan atas permintaan
tersebut. Memorandum tersebut, yang harus dirancang drafnya oleh auditor untuk
ditandatangani pihak manajemen, akan menjadi sarana perkenalan auditor atau tim
audit,memberitahu jadwal kedatangan, dan memohon kerja sama. Memorandum tersebut juga
harus secara jelas mengkomunikasikan harapan pihak manajemen bahwa semua pertanyaan
akan dijawab lengkap dan terbuka serta didukung oleh salinan laporan yang relevan dan dapat
diaudit, juga dokumen terkait lainnya.

Wawancara
Teknik-teknik wawannara yang baik membuat orang merasa nyaman, membuat mereka
ingin memberi informasi, bekerja sama dalam audit, dan mudah mudahan membuat penugasan
audit berhasil. Auditor internal harus memiliki keahlian dalam berhubungan dengan orang dan
berkomunikasi secara efektif. Juga penting bagi auditor internal untuk memiliki keahlian dalam
komunikasi lisan dan tulisan sehingga mereka dapat menyampaikan tujuan audit, evaluasi,
kesimpulan dan rekomendasi secara jelas dan efektif.
Karena penugasan teknik-teknik wawannara yang efektif pada hakikatnya adalah
tanggung jawab professional, maka auditor internal harus memahami bagian-bagian penting
dari wawancara dan berusaha menguasainya. Wawancara bukanlah sebuah tindakan tunggal,
melainkan bagian dari sebuah proses. Wawancara yang sukses didasarkan pada penerapan
saksama enam langkah penting:
1. Persiapan Jangan datang tanpa persiapan. Pelajari sebanyak mungkin tentang klien
sebelum tanya jawab. Tentukan tujuan tanya jawab dan siapkan pertanyaan- pertanyaan
untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Penjadwalan. Rencanakan jadwal dengan saksama. Jangan berkunjung dengan
mendadak kecuali memang diperlukan.
3. Pembukaan. Beritahu klien dengan jujur tujuan wawancara dan bagaimana hasilnya
akan digunakan.
4. Pelaksanaan. Wawancara merupakan pelaksanaan komunikasi, dan auditor internal
harus memiliki keahlian dalam proses komunikasi.
5. Mengajukan pertanyaan. Cara auditor mengajukan pertanyaan dapat mempengaruhi
kesuksesan atau kegagalan suatu wawancara. Pertanyaan-pertanyaan pembuka harus
membuat orang menjadi nyaman.
6. Penutupan. Jangan terlena dengan pembicaran. Perhatikan tanda-tanda nonverbal
bahwa klien ingin pembicaraan diakhiri. Cobalah akhiri dengan nada positif dengan
meringkas kesepakan atau puji tindakan-tindakan yang layak dipuji.

Manajemen yang Efektif


Selama survey pendahuluan, dan khususnya selama wawancara dengan manajemen
operasional, auditor internal bisa menilai manajer. Tidak ada kontrol yang lebih baik daripada
manajemen yang memiliki pengetahuan, gampang ditemui, dan berpandangan luas. Jika gaya
manajemen memang seperti ini, manajer itu sendiri merupakan auditor internal. Jika
manajemen efektif, auditor internal dapat mengurangi cakupan audit. Kadang kala, masalah
manajemen bukanlah kesalahan manajer operasi. Orangorang ini bisa jadi bekerja di bawah
kendala yang menghambat mereka melakukan pekerjaan yang efektif. Keluhan mereka akan
Batasan yang dikenakan terhadap mereka bisa jadi tidak didengar oleh manajer eksklusif. Bila
auditor internal mendeteksi kelemahan yang terjadi akibat kendala tersebut, mereka harus
menyajikan kondisi dan penyebabnya ke manajemen yang lebih tinggi. Penilaian auditor yang
objektif mungkin lebih di dengae dibandingkan keluhan dari manajer operasi. Kondisi-kondisi
berikut mungkin merupakan kendala-kendala yang harus dihadapi:
 Meminta manajer menghabiskan waktu mereka untuk memperbaiki masalah dan bukan
merencanakan pencegahan masalah.
 Menahan sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang dapat
diterima.
 Memberi tanggung jawab tanpa mendelegasikan kewenangan yang diperlukan.
 Mementingkan jadwal dibandingkan hal lain, termasuk kualitas biaya keamanan,
ekologi dan kebutuhan manusia.
 Tidak melibatkan manajemen operasi dan supervisi dalam penetapan sasaran dan
tujuan.
 Menciptakan sindrom ketakutan di perusahaan secara keseluruhan.
 Menghambat kreativitas.
 Tidak memberikan manajer operasi informasi yang diperlukan untuk mengukur
produktivitas mereka sendiri.
 Tidak menginformasikan manajer operasi rencana,tujuan dan sasaran perusahaan.
 Tidak menempatkan manajer yang tepat untuk satu pekerjaan.

Pelaporan
Survey yang dilakukan dengan baik biasanya menghasilkan sejumlah informasi yang
bermanfaat. Data yang dikumpulkan dapat mengidentifikasi hal-hal penting dan masalah-
masalah yang ada serta membantu auditor memutuskan apakah pemeriksaan lanjutan
diperlukan. Jika survey memberi keyakinan adanya sistem kontrol, pengawasan dan
manajemen yang baik maka bisa menjadi dasar keputusan tidak dilakukannya audit. Sumber
daya audit biasanya langka, dan kebanyakan organisasi audit internal memiliki lebih banyak
proyek audit dibandingkan auditor yang akan melakukannya. Tidak masuk akal untuk
menghabiskan waktu audit yang berharga hanya untuk mengejar pengujian transaksi jika
kelihatannya sistem kontrol itu sendiri akan menunjukkan semua transaksi yang memiliki
kelemahan material.
Pada saat yang sama, kebanyakan auditor internal merasa perlu menerbitkan laporan
audit walaupun hanya survey yang dilakukan. Dengan informasi yang dikumpulkan selama
survey, mungkin laporan berharga bisa disiapkan. Namun akan menjadi lebih bijak untuk
secara hati-hati menguraikan lingkup audit yang terbatas, dengan berkonsentrasi pada
kecukupan bukan pada efektivitas kontrol dan menunjukkan dasar keputusan untuk terus
melakukan keputusan audit.
Bahkan dalam situasi program audit akan disiapkan dan pekerjaan lapangan akan
dilakukan, mungkin berguna untuk membuat ringkasan hasil survey dan melaporkannya secara
informasi ke manajemen. Kadang-kadang, informasi yang mencukupi akan diperoleh selama
survey untuk merekomendasikan perbaikan bahkan
sebelum pengujian substansif dilakukan. Dalam kasus ini, pengamatan awal auditor internal
harus dibahas dengan manajer klien sebelum program audit disiapkan. Jika manajer tersebut
puas dengan analisis auditor dan bersedia mengambil tindakan perbaikan, hasil survey bisa
dianggap final, tergantung pada tindak lanjut normal atas tindakan perbaikan yang dilakukan.
Selama penelaahan hasil-hasil survey dengan manajemen, pelaporan temuan positif dan negatif
bisa jadi kondusif bagi hubungan auditor klien. Pendekatan ini mengomunikasikan apa yang
dicari auditor internal : kerja sama yang sehat, objektif, tidak bias terhadap penilaian operasi.
Jika hasil-hasil survey kemudian membutuhkan audit, ringkasan audit seharusnya
mencakup langkah-langkah audit yang disarankan dan rasional bagi mereka. Auditor juga
harus mengidentifikasi aktivita-aktivitas yang tidak diaudit dan menjelaskan alasannya.
Estimasi awal untuk waktu dan kebutuhan sumber daya harus dilakukan bersama dengan target
tanggal pekerjaan lapangan dan fase pelapora audit.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/28900987/MODUL_PENGAUDITAN_INTERNAL_docx
https://text-id.123dok.com/document/q0eogx3y-makalah-audit-survei-pendahuluan-dan-
program-audit.html
https://qmc.binus.ac.id/2016/12/29/langkah-langkah-dalam-pelaksanaan-audit-internal-iso-
9001/
Sawyer’s. 2005. Internal Auditing Buku I. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai