Daftar isi
1 Upacara
o 1.1 Upacara tradisional
o 1.2 Upacara modern
2 Mas kawin
3 Catatan Sipil
4 Upacara pernikahan adat di Indonesia
o 4.1 Adat Jawa - Surakarta
o 4.2 Adat pernikahan Yogyakarta
4.2.1 Nontoni
4.2.2 Upacara Lamaran
4.2.3 Upacara Tarub
4.2.4 Nyantri
4.2.5 Siraman
4.2.6 Midodareni
4.2.7 Langkahan
4.2.8 Ijab
4.2.9 Panggih
o 4.3 Adat Sunda
o 4.4 Adat Batak
o 4.5 Adat Betawi
Upacara[sunting | sunting sumber]
Di Indonesia upacara pernikahan dilakukan dengan dua cara, tradisional dan modern. Ada
kalanya pengantin menggunakan kedua cara tersebut, biasanya dalam dua upacara terpisah.
Agar ada gambaran siapa jodohnya nanti maka diadakan tata cara nontoni. Biasanya tata cara
ini diprakarsai pihak pria. Setelah orang tua si perjaka yang akan diperjodohkan telah
mengirimkan penyelidikannya tentang keadaan si gadis yang akan diambil menantu.
Penyelidikan itu dinamakan dom sumuruping banyu atau penyelidikan secara rahasia.
Setelah hasil nontoni ini memuaskan, dan siperjaka sanggup menerima pilihan orang tuanya,
maka diadakan musyawarah di antara orang tua / pinisepuh si perjaka untuk menentukan tata
cara lamaran.
Pada hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan yaitu orang tua calon
pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu yang lazim disebut Jodang
( tempat makanan dan lain sebagainya ) yang dipikul oleh empat orang pria.
Makanan tersebut biasanya terbuat dari beras ketan antara lain : Jadah, wajik, rengginan
dan sebagainya.
Menurut naluri makanan tersebut mengandung makna sebagaimana sifat dari bahan
baku ketan yang banyak glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua pengantin
dan antar besan tetap lengket (pliket,Jawa).
Setelah lamaran diterima kemudian kedua belah pihak merundingkan hari baik untuk
melaksanakan upacara peningsetan. Banyak keluarga Jawa masih melestarikan sistem
pemilihan hari pasaran pancawara dalam menentukan hari baik untuk upacara peningsetan
dan hari ijab pernikahan.
Peningsetan Kata peningsetan adalah dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat,
peningsetan jadi berarti pengikat.
Peningsetan adalah suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua pihak
pengantin pria kepada pihak calon pengantin putri.
Menurut tradisi peningset terdiri dari : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan emas,
uang yang lazim disebut tukon (imbalan) disesuaikan kemampuan ekonominya, jodang yang
berisi: jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang
kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup. Untuk menyambut kedatangan ini diiringi
dengan gending Nala Ganjur .
Biasanya penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah
upacara peningsetan.
Pemasangan tarub biasanya dipasang saat bersamaan dengan memandikan calon pengantin
(siraman, Jawa) yaitu satu hari sebelum pernikahan itu dilaksanakan.
Untuk perlengkapan tarub selain janur kuning masih ada lagi antara lain yang disebut dengan
tuwuhan. Adapun macamnya :
Dua batang pohon pisang raja yang buahnya tua/matang.
Dua janjang kelapa gading ( cengkir gading, Jawa )
Dua untai padi yang sudah tua.
Dua batang pohon tebu wulung (tebu hitam) yang lurus.
Daun beringin secukupnya.
Daun dadap srep.
Tuwuhan dan gegodongan ini dipasang di kiri pintu gerbang satu unit dan dikanan pintu gerbang
satu unit (bila selesai pisang dan kelapa bisa diperebutkan pada anak-anak.)
Selain pemasangan tarub di atas masih delengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan sbb. (Ini
merupakan petuah dan nasihat yang adi luhung, harapan serta do'a kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa) yang dilambangkan melalui:
Masih ada lagi petuah-petuah dan nasihat-nasihat yang dilambangkan melalui : Tumpeng kecil-
kecil merah, putih,kuning, hitam, hijau, yang dilengkapi dengan buah-buahan, bunga telon,
gocok mentah dan uang logam yang diwadahi di atas ancak yang ditaruh di:
1. Area sumur
2. Area memasak nasi
3. Tempat membuat minum
4. Tarub
5. Untuk menebus kembarmayang (kaum)
6. Tempat penyiapan makanan yanh akan dihidangkan.
7. Jembatan
8. Prapatan.
Nyantri[sunting | sunting sumber]
Upacara nyantri adalah menitipkan calon pengantin pria kepada keluarga pengantin putri 1
sampai 2 hari sebelum pernikahan. Calon pengantin pria ini akan ditempat kan dirumsh saudara
atau tetangga dekat.
Upacara nyantri ini dimaksudkan untuk melancarkan jalannya upacara pernikahan, sehingga
saat-saat upacara pernikahan dilangsungkan maka calon pengantin pria sudah siap dit3empat
sehingga tidak merepotkan pihak keluarga pengantin putri.
Siraman[sunting | sunting sumber]
Upacara Siraman Siraman dari kata dasar siram (Jawa) yang berarti mandi. Yang dimaksud
dengan siraman adalah memandikan calon pengantin yang mengandung arti membershkan diri
agar menjadi suci dan murni. Bahan-bahan untuk upacara siraman :
Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasihat serta doa-doa dan harapan
yang di simbulkan dalam:
Tumpeng robyong
Tumpeng gundul
Nasi asrep-asrepan
Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang
Empluk kecil (wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras
1 butir telor ayam mentah
Juplak diisi minyak kelapa
1 butir kelapa hijau tanpa sabut
Gula jawa 1 tangkep
1 ekor ayam jantan
Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan tujuh orang
yang memandikan, tujuh sama dengan pitu ( Jawa ) yang berarti pitulung (Jawa) yang berarti
pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri oleh juru rias (pemaes) dengan memecah kendi dari
tanah liat.
Midodareni[sunting | sunting sumber] Midodareni berasal dari kata dasar widodari
(Jawa) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat cantik dan sangat harum baunya.
Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga
sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.
Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasihat serta doa-doa dan harapan
yang di simbulkan dalam:
Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00 calon pengantin dan keluarganya bisa
makan hidangan yang terdiri dari :
Nasi gurih
Sepasang ayam yang dimasak lembaran ( ingkung, Jawa )
Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
Krecek
Roti tawar, gula jawa
Kopi pahit dan teh pahit
Rujak degan
Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan (zaman dulu)
Langkahan[sunting | sunting sumber]
Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini
dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah , maka
sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin kepada kakak yang
dilangkahi.
Ijab[sunting | sunting sumber]
Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara
tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya
kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai
dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ijab qobul biasanya
dipimpin oleh petugas dari kantor urusan agama sehingga syarat dan rukunnya ijab qobul akan
syah menurut syariat agama dan disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil
yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.
Panggih[sunting | sunting sumber]
Panggih (Jawa) berarti bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru upacara panggih bisa
dilaksanaakan,. Pengantin pria kembali ketempat penantiannya, sedang pengantin putri kembali
ke kamar pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara panggih dapat segera dimulai.
Untuk melengkapi upacara panggih tersebut sesuai dengan busana gaya Yogyakarta dengan
iringan gending Jawa:
Setelah upacara panggih selesai dapat diiringi dengan gending Sriwidodo atau gending
Sriwilujeng. Pada waktu kirab diiringi gending : Gatibrongta, atau Gari padasih.
[1]
[2]
Adat yang biasanya dilakukan meliputi : acara pengajian, siraman (sehari sebelumnya, acara
"seren sumeren" calon pengantin. Kemudian acara sungkeman, "nincak endog (nginjak telor),
"meuleum harupat"( membakar lidi tujuh buah), "meupeuskeun kendi" (memecahkan kendi,
sawer dan "ngaleupaskeun "kanjut kunang (melepaskan pundi-pundi yang berisi uang logam).
Untuk acara sungkeman yang dilakukan setelah "acara akad nikah" dilakukan oleh kedua
mempelai kepada kedua orang tuanya masing-masing dengan tujuan mohon do'a restu atas
akan memulainya kehidupan "bahtera rumah tangga". Sungkeman juga dilakukan kepada nenek
dan kake atau saudaranya masing-masing.
Acara adat saweran yaitu, dua penganten diberi lantunan wejangan yang isinya menyangkut
bagaimana hidup yang baik dan kewajiban masing-masing dalam rumah tangga. Setelah diberi
lantunan wejangan, kemudian di "sawer" dengan uang logam, beras kuning, oleh
kedua orang tuanya.
Nincak endog yaitu memecahkan telor oleh kaki pengantin priya dengan maksud, bahwa "pada
malam" pertamanya itu, ia bersama isterinya akan "memecahkan" yang pertamakali dalam
hubungan suami isteri. Kemudian acara lainnya yaitu membakar tujung batang lidi (masing-
masing panjangnnya 20 cm) dan setelah dibakar, dimasukan ke air yang terdapat dalam sebuah
kendi. Setelah padam kemudian di potong bagi dua dan lalu dibuang jauh-jauh. Sedangkan
kendinya dipecahkan oleh kedua mempelai secara bersama-sama.
Acara terakhir adat Sunda , yaitu, "Huap Lingklung dan huap deudeuh ("kasih sayang). Artinya,
kedua pengantin disuapi oleh kedua orang tuanya smasing-masing sebagai tandakasih
sayang orang tua yang terakhir kali. Kemudian masing-masing mempelai saling "menyuapi"
sebagai tanda kasih sayang. Acara haup lingkun diakhir dengan saling menarik "bakakak" (ayam
seutuhnya yang telah dibakar. yang mendapatkamn bagian terbanyak "konon akan"
mendapatkan rezeki banyak.
Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga
sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.
Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasihat serta doa-doa dan harapan
yang di simbulkan dalam:
Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00 calon pengantin dan keluarganya bisa
makan hidangan yang terdiri dari :
Nasi gurih
Sepasang ayam yang dimasak lembaran ( ingkung, Jawa )
Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
Krecek
Roti tawar, gula jawa
Kopi pahit dan teh pahit
Rujak degan
Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan (zaman dulu)
Langkahan[sunting | sunting sumber]
Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini
dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah , maka
sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin kepada kakak yang
dilangkahi.
Ijab[sunting | sunting sumber]
Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara
tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya
kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai
dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ijab qobul biasanya
dipimpin oleh petugas dari kantor urusan agama sehingga syarat dan rukunnya ijab qobul akan
syah menurut syariat agama dan disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil
yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.
Panggih[sunting | sunting sumber]
Panggih (Jawa) berarti bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru upacara panggih bisa
dilaksanaakan,. Pengantin pria kembali ketempat penantiannya, sedang pengantin putri kembali
ke kamar pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara panggih dapat segera dimulai.
Untuk melengkapi upacara panggih tersebut sesuai dengan busana gaya Yogyakarta dengan
iringan gending Jawa:
Setelah upacara panggih selesai dapat diiringi dengan gending Sriwidodo atau gending
Sriwilujeng. Pada waktu kirab diiringi gending : Gatibrongta, atau Gari padasih.
[1]
[2]
Adat yang biasanya dilakukan meliputi : acara pengajian, siraman (sehari sebelumnya, acara
"seren sumeren" calon pengantin. Kemudian acara sungkeman, "nincak endog (nginjak telor),
"meuleum harupat"( membakar lidi tujuh buah), "meupeuskeun kendi" (memecahkan kendi,
sawer dan "ngaleupaskeun "kanjut kunang (melepaskan pundi-pundi yang berisi uang logam).
Untuk acara sungkeman yang dilakukan setelah "acara akad nikah" dilakukan oleh kedua
mempelai kepada kedua orang tuanya masing-masing dengan tujuan mohon do'a restu atas
akan memulainya kehidupan "bahtera rumah tangga". Sungkeman juga dilakukan kepada nenek
dan kake atau saudaranya masing-masing.
Acara adat saweran yaitu, dua penganten diberi lantunan wejangan yang isinya menyangkut
bagaimana hidup yang baik dan kewajiban masing-masing dalam rumah tangga. Setelah diberi
lantunan wejangan, kemudian di "sawer" dengan uang logam, beras kuning, oleh
kedua orang tuanya.
Nincak endog yaitu memecahkan telor oleh kaki pengantin priya dengan maksud, bahwa "pada
malam" pertamanya itu, ia bersama isterinya akan "memecahkan" yang pertamakali dalam
hubungan suami isteri. Kemudian acara lainnya yaitu membakar tujung batang lidi (masing-
masing panjangnnya 20 cm) dan setelah dibakar, dimasukan ke air yang terdapat dalam sebuah
kendi. Setelah padam kemudian di potong bagi dua dan lalu dibuang jauh-jauh. Sedangkan
kendinya dipecahkan oleh kedua mempelai secara bersama-sama.
Acara terakhir adat Sunda , yaitu, "Huap Lingklung dan huap deudeuh ("kasih sayang). Artinya,
kedua pengantin disuapi oleh kedua orang tuanya smasing-masing sebagai tandakasih
sayang orang tua yang terakhir kali. Kemudian masing-masing mempelai saling "menyuapi"
sebagai tanda kasih sayang. Acara haup lingkun diakhir dengan saling menarik "bakakak" (ayam
seutuhnya yang telah dibakar. yang mendapatkamn bagian terbanyak "konon akan"
mendapatkan rezeki banyak.
Puncak adat Betawi adalah Akad Nikah. Mempelai wanita memakai baju kurung dengan teratai
dan selendang sarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta
kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Dahi mempelai wanita
diberi tanda merah berupa bulan sabit menandakan masih gadis saat menikah.
Mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, Hem, Jas, serta kopiah. Ditambah baju
Gamis berupa Jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Jubah, Baju Gamis, Selendang
yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie menandai agar rumah tangga selalu
rukun dan damai.
Mempelai pria dan keluarganya datang naik andong atau delman hias. Disambut Petasan.
Syarat mempelai pria diperbolehkan masuk menemui orang tua mempelai wanita adalah prosesi
‘Buka Palang Pintu’. Yakni, dialog antara jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai
pertandingan silat serta dilantunkan tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran. Pada akad
nikah, rombongan mempelai pria membawa hantaran berupa:
1. Sirih, gambir, pala, kapur dan pinang. Artinya segala pahit, getir, manisnya kehidupan
rumah tangga harus dijalani bersama antara suami istri.
2. Maket Masjid, agar tidak lupa pada agama dan harus menjalani ibadah salat serta
mengaji.
3. Kekudang, berupa barang kesukaan mempelai wanita misalnya salak condet, jamblang,
dan sebagainya.
4. Mahar atau mas kawin.
5. Pesalinan berupa pakaian wanita seperti kebaya encim, kain batik, lasem, kosmetik,
sepasang roti buaya. Buaya merupakan pasangan yang abadi dan tidak berpoligami
serta selalu mencari makan bersama-sama.
6. Petisie yang berisi sayur mayur atau bahan mentah untuk pesta, misalnya wortel,
kentang, telur asin, bihun, buncis dan sebagainya.
Akad nikah dilakukan di depan penghulu. Setelah itu ada beberapa rangkaian acara:
1. Mempelai pria membuka cadar pengantin wanita untuk memastikan pengantin tersebut
adalah dambaan hatinya.
2. Mempelai wanita mencium tangan mempelai pria.
3. Kedua mempelai duduk bersanding di pelaminan.
4. Kedua mempelai duduk bersanding di pelaminan.
5. Dihibur Tarian kembang Jakarta