Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH KEDEKATAN ORANG TUA TERHADAP KEMANDIRIAN

ANAK DI RUMAH BAGI PESERTA DIDIK SDN 42


KOTA BENGKULU

DIANA MAHARANI ISKANDAR


Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu
Email:
…………………………………………………………………………………………………………

Abstract: This research is a quantitative research with an ex post facto research design with a simple
linear regression approach. The sample is taken using a simple random sampling technique. The
research sample was 113 students as the object of research at SDN 42 Bengkulu City. The results of
this study by testing the hypothesis using simple regression with variables X (parental closeness) and
Y (children's independence), based on simple regression statistical test calculations, the tcount value
is 10.040 > from ttable 1.662. Thus, it means that the working hypothesis (Ha) in this study is
accepted, (Ho) is rejected, which means that there is an effect of parental attachment on independent
learning at home for students at SDN 42 Bengkulu City..

Keywords: Closeness of parents, independence of children

Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian ex post facto
dengan pendekatan regresi linear sederhana pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik simple random sampling. Sampel penelitian adalah berjumlah 113 siswa sebagai objek
penelitian di SDN 42 Kota Bengkulu. Adapun hasil dari penelitian ini dengan menguji hipotesis
menggunakan regresi sederhana dengan variabel X (kedekatan orang tua) dan Y (kemandirian b
anak), berdasarkan perhitungan uji statistik regresi sederhana didapatkan nilai thitung sebesar
10,040 > dari ttabel sebesar 1,662. Dengan demikian yang berarti hipotesis kerja (Ha) dalam
penelitian ini diterima, (Ho) ditolak, dengan arti terdapat pengaruh attachment orang tua terhadap
kemandirian belajar di rumah bagi peserta didik SDN 42 Kota Bengkulu..

Kata Kunci: Kedekatan orang tua, kemandirian anak


A. PENDAHULUAN (avoidant Kedekatan), anak tidak percaya
Hubungan anak yang terlalu lekat diri karena pada saat berinteraksi tidak
dengan orang tua dapat menimbulkan direspon oleh orang tua sehingga anak
berbagai macam perilaku tertentu. Anak kurang mampu untuk bersosialisasi.
akan merasa tidak nyaman dan takut ketika Kelekatan memiliki nilai
ditinggal oleh orang tuanya, ia keberlangsungan hidup yang bukan hanya
membutuhkan seseorang yang mampu fisik. Melalui pendidikan, Bowlby
melindungi dan membuatnya aman. Anak meyakini bahwa kelekatan memberikan
merasa nyaman ketika mendengar suara, “keterhubungan psikologis yang abadi di
rabaan, serta keberadaan figur lekatnya antara sesama manusia”1 Kelekatan adalah
(orang tua).Mussen menyatakan bahwa suatu hubungan emosional atau hubungan
kemandirian salah satunya bergantung yang bersifat afektif antara satu orang
pada kelekatan anak dengan orang tua. dengan orang lainnya yang mempunyai arti
Kelekatan pada awal tahun pertama khusus. Hubungan yang dibina akan
kehidupan memberikan suatu landasan bertahan cukup lama dan memberikan rasa
penting bagi perkembangan psikologis aman walaupun figur lekat tidak tampak
anak, diantaranya kemandirian. Kelekatan dalam pandangan anak karena terjadi
anak pada orang tua tidak muncul secara secara alamiah. Terdapat serangkaian
tiba-tiba, tetapi ada faktor-faktor yang proses yang harus dilalui untuk
menjadi penyebab munculnya kelekatan. membentuk kelekatan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses pembentukan kelekatan
kelekatan yaitu kelekatan (Kedekatan), harus didasarkan pada keyakinan anak
lebih sensitif dan responsif sehingga anak terhadap penerimaan lingkungan akan
yakin orang tua selalu ada di saat ia mengembangkan kelekatan yang aman
membutuhkan dan anak merasa nyaman. dengan figur lekatnya dan
Orang tua yang menerapkan kelekatan mengembangkan rasa percaya pada orang
melawan (ambivalent Kedekatan), anak tua dan lingkungan. Hal ini akan membawa
merasa tidak pasti bahwa orang tuanya pengaruh positif dalam proses
selalu ada dan responsif saat dibutuhkan, perkembangannya, anak yang memiliki
akibatnya anak mudah mengalami kelekatan aman akan menunjukkan
kecemasan untuk berpisah dengan orang kompetensi sosial yang baik pada masa
tua. Sedangkan orang tua yang kanak-kanak serta lebih populer
menerapkan kelekatan menghindar

1
Upton, P, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:
Erlangga, 2012), h. 82
dikalangan teman sebayanya pada jenjang sehingga orang tua menunggu anak sampai
prasekolah. pulang sekolah, Hal ini membuat orang tua
Sementara itu, anak dengan tidak tega membiarkan anaknya sendirian
kualitas kelekatan lebih mampu menangani di sekolah untuk awal-awal anak kelas
tugas yang sulit, tidak cepat berputus asa, rendah, sehingga berakibat terhadap
mandiri, dan akan mengembangkan lambatnya kemandirian anak. Hal ini
hubungan yang positif didasarkan pada disebabkan karena beberapa anak
rasa percaya (trust) pada guru dan teman mempunyai kelekatan yang besar kepada
sebaya. Sebaliknya, orang tua yang tidak orang tuanya sehingga menjadi kurang
menyenangkan akan membuat anak tidak mandiri.3
percaya (mistrust) dan mengembangkan Hal tersebut diperkuat dengan
kelekatan yang tidak aman (insecure hasil wawancara awal peneliti dengan
Kedekatan). Kelekatan tidak aman dapat salah seorang orang tua siswa kelas rendah
membuat anak mengalami berbagai di SDN 42 Kota Bengkulu berikut: Orang
permasalahan, misalnya tidak mampu tua murid masih banyak yang belum tega
menyelesaikan tugas, tidak percaya diri, meninggalkan anak di sekolah pada awal
tidak mandiri, dan akan mengembangkan masuk sehingga anak terus-menerus
hubungan yang negatif didasarkan pada memohon untuk orang tuanya tidak pulang
ketidakpercayaan pada guru dan teman itu merupakan penomena yang terus
sebaya.2 menerus terjadi setiap tahun ajaran baru.4
Berdasarkan observasi awal
B. KAJIAN TEORI
peneliti, bentuk-bentuk ketidak mandirian
1. Konsep Kemandirian Anak
anak kelas I atau kelas rendah awal antara
Kemandirian merupakan
lain terdapat beberapa anak yang tidak
kemampuan untuk mengambil pilihan
tuntas mengerjakan tugas kemudian sering
dan menerima konsekuensi yang
menangis di kelas dan merasa takut. Hal ini
menyertainya. Kemandirian kepada
membuat orang tua tidak tega membiarkan
anak-anak terlihat ketika anak
anaknya mengerjakan tugasnya sendiri,
menggunakan pikirannya sendiri
sehingga orang tua ikut membantu anak.
dalam mengambil berbagai keputusan
Lalu ada beberapa anak yang tidak berani
dari memilih perlengkapan belajar
ditinggal orang tuanya pulang ke rumah,
yang ingin digunakannya, memilih

2 4
Upton, P, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Wawancara Awal Peneliti kepada orang tua
Erlangga, 2012), h.82 siswa kelas I SDN 42 Kota Bengkulu, tanggal 10 Januari
3
Observasi Awal Peneliti kepada guru dan 2020
orang tua siswa kelas I SDN 42 Kota Bengkulu, tanggal
10 Januari 2020
teman bermain, sampai dengan 4) Percaya diri
memutuskan hal-hal yang relatif lebih 5) Mengarahkan diri
rumit, dan menyertakan konsekuensi- 6) Mengembangkan diri
konsekuensi tertentu yang lebih serius. 7) Menyesuaikan diri dengan
Kemandirian merupakan lingkungannya
karakteristik dari kepribadian yang 8) Berani mengambil resiko atas
sehat (healthy personality). pilihannya6
Kemandirian individu tercermin dari Dalam Desi mendiskripsikan
cara berfikir dan bertindak, mampu Kemandirian sebagai berikut:
mengambil keputusan, mengarahkan 1) Siswa berusaha untuk
dan mengembangkan diri, serta meningkatkan tanggung jawab
menyesuaikan diri secara konstruktif dalam mengambil berbagai
dengan norma yang berlaku keputusan.
dilingkunganya.5 2) Kemandirian dipandang sebagai
Kemandirian merupakan suatu sifat yang sudah ada pada
kemampuan seorang anak untuk setiap orang dan situasi
menentukan pilihan yang ia anggap pembelajaran.
benar. Selain itu, anak berani 3) Kemandirian bukan berarti
memutuskan pilihannya dan memisahkan diri dari orang lain.
bertanggung jawab atas resiko dan 4) Pembelajaran mandiri dapat
konsekuensi yang diakibatkan dari mentransfer hasil belajarnya yang
pilihannya tersebut. Dengan mengacu berupa pengetahuan dan
kepada definisi tersebut, terdapat ada 8 keterampilan dalam berbagai
unsur yang menyertai makna situasi.
kemandirian bagi seorang anak, yaitu 5) Siswa yang belajar mandiri dapat
antara lain: melibatkan berbagai sumber daya
1) Kemampuan untuk menentukan dan aktivitas seperti membaca
pilihan sendiri, belajar kelompok, latihan
2) Berani memutuskan atas dan kegiatan korespondensi.
pilihannya sendiri 6) Peran efektif guru dalam belajar
3) Bertanggung jawab menerima mandiri masih dimungkinkan
konsekuensi yang menyertai seperti berdialog dengan siswa,
pilihannya mencari sumber, mengevaluasi

5 6
Ahmad Susanto. Pendidikan Anak Usia Dini. Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini,
(Bumi Aksara: Jakarta, 2017), h. 35 h. 36
hasil dan mengembangkan berfikir 3) Belajar memerlukan pemahaman
kritis. atas apa hal yang dipelajari
7) Beberapa institusi pendidikan sehingga diperoleh pengertian.
menemukan cara untuk 4) Belajar memerlukan latihan dan
mengembangkan belajar mandiri ulangan agar apa yang dipelajari
melalui program pembelajaran dapat dikuasai.
terbuka.7 5) Balajar adalah suatu proses
Kemandirian belajar adalah aktif dimana terjadi saling
kondisi aktifitas belajar yang mandiri mempengaruhi secara dinamis
tidak tergantung pada orang lain, antara murid dengan lingkungan.
memiliki kemauan serta bertanggung 6) Belajar harus disertai dengan
jawab sendiri dalam menyelesaikan keinginan dan kemauan yang kuat
masalah belajarnya. untuk mencapai tujuan.8
Kemandirianbelajar akan terwujud Menurut Sardiman menyebutkan
apabila siswa aktif mengontrol bahwa ciri-ciri Kemandirian yaitu
sendiri segala sesuatu yang meliputi:9
dikerjakan, mengevaluasi dan 1) Adanya kecenderungan untuk
selanjutnya merencanakan sesuatu berpendapat, berperilaku dan
yang lebih dalam pembelajaran yang bertindak atas kehendaknya sendiri
dilalui dan siswa juga mau aktif 2) Memiliki keinginan yang kuat
dalam proses pembelajaran. untuk mencapai tujuan
Sedangkan prinsip-prinsip 3) Membuat perencanaan dan
belajar mandiri menurut Abu Ahmadi berusaha dengan ulet dan tekun
adalah sebagai berikut : untuk mewujudkan harapan
1) Belajar harus bertujuan dan terarah. 4) Mampu untuk berfikir dan
Tujuan akan menuntun belajar bertindak secara kreatif, penuh
untuk mencapai harapan- inisiatif dan tidak sekedar
harapannya. meniru
2) Belajar memerlukan bimbingan, 5) Memiliki kecenderungan untuk
baik dari guru atau dari buku mencapai kemajuan, yaitu untuk
pelajaran sendiri. meningkatkan prestasi belajar

7 8
Desi Susilowati. Upaya Meningkatkan Abu Ahmadi, Belajar yang Mandiri dan
Kemandirian Belajar dan Kemampuan Matematika Sukses, (Solo : Aneka Ilmu, 1993), hal. 22
9
Siswa Kelas X SMA N 1 Gamping dengan A.M Sardiman. Interaksi dan Motivasi
Menggunakan Lembar Kerja Siswa. (Skripsi. Belajar Mengajar. (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 45
Yogyakarta. UNY, 2009), h. 7
6) Mampu menemukan sendiri Kemandirian meliputi: potensi jasmani
tentang sesuatu yang harus rohani yaitu tubuh yang sehat dan kuat,
dilakukan tanpa mengharapkan lingkungan hidup, dan sumber daya
bimbingan dan tanpa pengarahan alam, sosial ekonomi, keamanan dan
orang lain. ketertiban yang mandiri, kondisi dan
Menurut Muhammad ada dua suasana keharmonisan dalam dinamika
faktor yang mempengaruhi, positif atau negatif sebagai peluang dan
Kemandirian yaitu sebagai berikut: tantangan meliputi tatanan budaya dan
Pertama, faktor internal dengan sebagainya secara komulatif.10
indikator tumbuhnya Kemandirian Hurlock menyatakan bahwa faktor-
yang terpancar dalam fenomena antara faktor yang memengaruhi kemandirian
lain: adalah:
1) Sikap bertanggung jawab untuk 1) Hubungan Anak dengan Orang tua
melaksanakan apa yang 2) Jenis Kelamin
dipercayakan dan ditugaskan 3) Urutan Posisi Anak
2) Kesadaran hak dan kewajiban Dari penjelasan di atas dapat
siswa disiplin moral yaitu budi disimpulkan bahwa pola pengasuhan
pekerti yang menjadi tingkah laku orang tua terhadap anak sangat
3) Kedewasaan diri mulai konsep mempengaruhi perkembangan anak
diri, motivasi sampai termasuk tingkat kemandiriannya, di
berkembangnya pikiran, karsa, samping itu juga perbedaan jenis
cipta dan karya (secara berangsur) kelamin anak antara laki-laki dengan
4) Kesadaran mengembangkan perempuan juga mempunyai perbedaan
kesehatan dan kekuatan jasmani, pada tingkat kemandiriannya.
rohani dengan makanan yang Sedangkan Kemandirian adalah faktor
sehat, kebersihan dan olahraga internal siswa itu sendiri yang terdiri
5) Disiplin diri dengan mematuhi tata dari lima aspek yaitu disiplin, percaya
tertib yang berlaku, sadar hak dan diri, motivasi, inisiatif, dan tanggung
kewajiban, keselamatan lalu lintas, jawab, sehingga dapat di ambil
menghormati orang lain, dan kesimpulan bahwa seseorang memiliki
melaksanakan kewajiban Kemandirian apabila memiliki sifat
Kedua, faktor eksternal sebagai Percaya diri, motivasi, inisiatif, disiplin
pendorong kedewasaan dan dan tanggung jawab. Keseluruhan

10
Muhammad Nuur Syam. Pengantar Filsafat
Pendidikan. (Malang: IKIP Malang, 1999), h, 10
aspek dalam penelitian ini dapat dilihat merupakan usaha untuk menjaga
selama berlangsungnya kegiatan Kedekatan.12
belajar mengajar Kelekatan yang diharapkan
2. Konsep Kedekatan (Kelekatan) dimiliki oleh anak dengan orang tuanya
Kelekatan (Kedekatan) adalah kualitas kelekatan yang dapat
merupakan kecenderungan dan memberikan rasa aman pada anak.
keinginan seorang individu yaitu anak Kelekatan aman berarti ikatan yang
untuk mencari Kedekatan dengan terbentuk akibat adanya kualitas
pengasuhnya. Terdapat empat prinsip hubungan anak dengan pengasuh
dasar ikatan antara orang tua dan anak utama, yaitu orang tua, yang bertahan
yaitu kebutuhan fisik anak terhadap lama sepanjang rentang hidup
makanan dan kehangatan yang manusia.13
dipenuhi oleh ibu, dorongan asal yang Armsden dan Greenberg dalam
dimiliki oleh anak untuk melekat ke Nurul mendefinisikan kelekatan
dada ibu, kebutuhan bayi untuk sebagai ikatan afeksi antara dua
disentuh dan menggelayut pada individu yang memiliki intensitas yang
manusia, dan kekecewaan bayi karena kuat.14 Kelekatan adalah hubungan
dikeluarkan dari dalam kandungan.11 emosional yang kuat antara anak
Istilah kelekatan untuk pertama dengan orang tua pada masa-masa awal
kalinya dikemukakan oleh seorang kehidupannya sehingga menjadi
Psikolog dari Inggris pada tahun 1958 sebuah ikatan yang kekal sepanjang
bernama John Bowlby. Kualitas hidup. Kelekatan ini mengacu pada
kelekatan orang tua dapat berkembang tingkah laku antara anak dengan orang
ke arah yang aman dan tidak aman. tua yang memiliki perasaan yang kuat
Kelekatan merupakan hubungan timbal satu sama lain dan melakukan banyak
balik yang aktif dan bersifat afektif hal bersama untuk memperkuat ikatan
antara dua orang individu yang tersebut. Anak yang mendapatkan
dibedakan dari orang lain dan interaksi kelekatan yang cukup pada masa awal
yang terjalin antara dua individu perkembangannya akan merasa dirinya
aman.

11
Henni Anggraini dan Sarah Emmanuel H, Dengan Kematangan Emosi Remaja Akhir Di
Hubungan Kelekatan Dengan Kecerdasan Emosi Dan Denpasar, (Jurnal Psikologi Udayana, Volume. 2. No.
Penyesuaian Sosial Pada Anak Usia Dini, (Jurnal 1. Tahun 2015), h. 80.
14
Pedagogi, Volume. 2. No. 3. Tahun 2016), h. 18. Nurul Fadhillah dan Syarifah Faradina,
12
D.E Papalia dan Feldman. Human Hubungan Kelekatan Orang tua Dengan Kemandirian
Development. (Jakarta: Kencana, 2009), h. 90 Remaja SMA Di Banda Aceh, (Jurnal Ilmiah Mahasiswa
13
Christian Natalia dan Made Diah Lestari, Psikologi, Volume. 1. No. 3. Tahun 2016), h. 45
Hubungan Antara Kelekatan Aman Pada Orang tua
Menurut Beck, kelekatan atau cemas dengan kepergian orang
Kedekatan adalah suatu ikatan tuanya dan berusaha membuat
afeksional yang kuat, yang ditujukan orang tua kembali dengan perilaku
pada orang-orang tertentu dalam menangis atau mencari. Anak
kehidupan yang membuat individu semestinya berusaha untuk kembali
merasa senang dan bahagia ketika terlibat dalam interaksi ketika
berinteraksi dan merasa nyaman di orang tua kembali. Jika merasa
dekat mereka pada saat tertekan.15 cemas ia mungkin juga ingin
Kelekatan mengacu pada aspek dipeluk dan ditenangkan.
hubungan antara orang tua yang 2) Insecure avoidant, pada kelekatan
memberikan anak perasaan aman, ini anak menunjukkan sedikit
terjamin, dan terlindung serta kepedulian atas kepergian ibunya.
memberikan dasar yang aman untuk Alih-alih menyambut orang tuanya
mengeksplorasi dunia. Dalam masa ketika bertemu kembali, mereka
kanak-kanak, ikatan kelekatan tersebut secara aktif menghindari interaksi
membuat anak mendapatkan rasa aman dan mengabaikan ajakan-ajakan
dari orang tua. Di masa dewasa, orang tua untuk berinteraksi.
kelekatan mencakup hubungan timbal 3) Insecure ambivalent, pada
balik dan saling menguntungkan di kelekatan ini anak cemas dengan
mana pasangan memberikan tempat kepergian orang tuanya dan
dan rasa aman satu sama lain. Lebih berperilaku secara ambivalen
lanjut Upton membagi kelekatan ketika bertemu kembali. Anak
menjadi:16 berusaha melakukan kontak dan
1) Secure Kedekatan, anak-anak interaksi namun sekaligus menolak
dalam kelekatan aman (secure dengan marah ketika diajak
Kedekatan) menggunakan orang berinteraksi
tua mereka sebagai basis aman 4) Insecure disorganized, anak
untuk menjelajah lingkungan baru. menunjukkan pola-pola perilaku
Masuknya orang asing yang bertentangan dan tampaknya
menghambat penjelajahan anak, merasa bingung atau takut untuk
menyebabkan anak bergeser sedikit mendekati orang tuanya. Perilaku
lebih dekat ke orang tua. Anak akan ini berkaitan dengan anak-anak

15 16
Beck, R, dkk. Attachment to God and Upton, P, Psikologi Perkembangan (Jakarta:
Parents: Testing the Correspondence vs. Compensation Erlangga, 2012), h. 88
Hypotheses. (Journal of Psychology and Christianit,
Vol. 2. No. 1. Tahun 2005), h. 21-28
yang mengalami penganiayaan bertingkah laku dengan mencari
atau memiliki orang tua yang perhatian pada orang tua, maka orang
mengalami kecemasan berat. tua meresponnya. Maka anak
Maccoby dalam Eva memberikan kelekatannya; dan c)
menjelaskan bahwa seorang anak dapat Seringnya bertemu dengan anak, maka
dikatakan lekat pada orang lain jika anak akan memberikan kelekatannya.
memiliki ciri-ciri antara lain: Misalnya orang tua yang lebih banyak
1) Mempunyai kelekatan fisik dengan menghabiskan waktu di rumah
seseorang. memudahkan anak untuk
2) Menjadi cemas ketika berpisah berkomunikasi dengan mereka.
dengan figur lekat. Ainsworth dalam Crain
3) Menjadi gembira dan lega ketika menciptakan strange situation, sebuah
figur lekatnya kembali. ukuran pengamatan kelekatan pada
4) Orientasinya tetap pada figur lekat bayi ketika bayi mengalami
walaupun tidak melakukan serangkaian perkenalan, perpisahan,
interaksi. Anak memperhatikan dan pertemuan kembali dengan
gerakan, mendengarkan suara, dan pengasuh dan orang-orang asing dalam
sebisa mungkin berusaha mencari urutan tertentu. Dalam prosedur yang
perhatian figur lekatnya. dikemukakan oleh Ainsworth (dalam
Faktor-faktor yang dapat Crain), terdapat tiga pola dasar tersebut
mempengaruhi terjadinya kelekatan yaitu:18
antara seorang anak dan orang tua 1) Secure Kedekatan (Kelekatan
adalah sebagai berikut:17 a) Adanya Aman): Anak yakin pada orang tua
kepuasan anak terhadap pemberian karena orang tua sensitif dan
objek lekat, misalnya setiap kali responsif sehingga anak merasa
seorang anak membutuhkan sesuatu tenang. Anak merasa senang
maka objek lekat mampu dan siap ditunggui orang tua. Anak
untuk memenuhinya. Dan objek lekat menunjukkan kebahagiaan ketika
di sini adalah orang tua mereka; b) orang tua kembali.
Terjadi reaksi atau merespon setiap 2) Ambivalent Kedekatan (Kelekatan
tingkah laku yang menunjukkan Melawan): Anak merasa tidak pasti
perhatian. Misalnya, saat seorang anak bahwa orang tuanya selalu ada dan

17
Eva Syifa Fauziah. Hubungan Kelekatan Kota Depok. (Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Guru dan Orang Tua dengan Kemandirian Belajar 2018), h. 15
Siswa di Kelas I MI Far’ul Hidayah Sawangan Baruk 18
Crain, W, Teori Perkembangan (Konsep dan
Aplikasi), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 81
responsif sehingga anak mudah masih ada. Anak-anak ini biasanya
cemas untuk berpisah. Anak kooperatif dan relatif bebas dari rasa
tampak sedih ketika ditinggal orang marah. Selain itu, anak-anak dengan
tua dan sulit untuk tenang kembali kelekatan aman menganggap bahwa
meskipun orang tua telah kembali. orang asing dapat menghambat
Anak mampu mengekspresikan penjelajahan mereka sehingga
emosi negatif namun dengan reaksi menyebabkan anak bergeser sedikit
yang berlebihan. lebih dekat dengan orang tua. Anak
3) Avoidant Kedekatan (Kelekatan akan cemas dengan kepergian orang
Menghindar): Anak merasa orang tuanya dan berusaha membuat orang
tua tidak merespon interaksinya tua kembali dengan perilaku menangis
sehingga anak kurang mampu atau mencari. Jika merasa cemas, anak
untuk bersosialisasi. Anak tidak mungkin juga ingin dipeluk dan
peduli jika orang tua pergi dan ditenangkan. Dengan mengacu pada
menolak orang tua ketika kembali. pendapat di atas dapat disimpulkan
Anak kurang mampu bahwa kelekatan aman, kelekatan
mengekspresikan emosi negatif. melawan, dan kelekatan menghindar
Banyak anak lebih memilih mempunyai pengaruh yang signifikan
kelekatan aman untuk terhadap kemandirian anak.
menumbuhkan kemandiriannya.
C. PEMBAHASAN
Hal ini dapat dilihat dari berbagai
Hasil analisis penelitian pengaruh
penelitian di mana kelekatan aman
Kedekatan orang tua terhadap
anak baik di lingkungan keluarga
Kemandirian anak siswa di SDN 42 Kota
maupun di lingkungan sekolah
Bengkulu, membentuk garis persamaan
pada orang tua lebih banyak
regresi linier sebagai berikut Y = 23,57 +
mempengaruhi kemandirian anak.
0,52X, persamaan tersebut terlihat bahwa
Anak dengan kelekatan aman
koefisien regresi dari masing-masing
(secure Kedekatan) menggunakan
variabel independen bernilai positif,
orang tua mereka sebagai dasar rasa
artinya variabel Kedekatan orang tua dan
aman mereka. Pada saat orang tua
variabel Kemandirian anak siswa bernilai
mereka hadir, anak akan meninggalkan
regresi positif.
orang tua mereka untuk menjelajah
Hasil uji hipotesis yaitu pengaruh
lingkungan mereka dengan terkadang
Kedekatan orang tua terhadap
kembali kepada orang tua mereka
Kemandirian anak siswa di SDN 42 Kota
untuk memastikan orang tua mereka
Bengkulu. Berdasarkan perhitungan dari kemandirian remaja. Koefisien korelasi
hasil uji t untuk Kedekatan orang tua (X) menunjukkan menunjukkan bahwa
terhadap Kemandirian anak siswa kelekatan orangtua-remaja memiliki
diperoleh thitung> ttabel, yaitu 10,674 > 1,662 hubungan yang searah dan positif dengan
dengan standar error 5%. Berdasarkan kemandirian remaja. Semakin tinggi
hasil tersebut ddikatakan ada pegaruh kelekatan orangtua-remaja, semakin tinggi
Kedekatan orang tua terhadap pula kemandirian remaja tersebut.19
Kemandirian anak di SDN 42 Kota Penelitian ini juga diperkuat dengan hasil
Bengkulu. penelitian yang dilakukan oleh Fauzul
Hasil perhitungan koefisien Mutmainah yang dalam penelitian
determinasi diketahui bahwa variabel menyebutkan bahwa secure Kedekatan
Kedekatan orang tua (X) memberikan nilai mempunyai pengaruh terhadap
sumbangsi efektif terhadap variabel kemandirian anak usia dini. Secure
Kemandirian anak siswa (Y) sebesar Kedekatan berpengaruh positif dan
47,59%. Dari sumbangan efektif variabel signifikan terhadap Kemandirian Anak
Kedekatan orang tua (X) terhadap Usia Dini. Jadi semakin tinggi secure
Kemandirian anak termasuk dalam Kedekatan maka akan semakin tinggi
kategori tinggi, nilai tersebut dalam Kemandirian anak.20
rentang 0,600-0,799 berdasarkan tabel Walaupun ingin mandiri, anak-
koefesien korelasi. Jadi dapat disimpulkan anak masih berusaha memperoleh
ada pengaruh Kedekatan orang tua perhatian dan penerimaan dari orang
terhadap Kemandirian anak siswa yang dewasa. Jika mereka telah memperoleh
bernilai positif dalam kategori tinggi, hal kepuasan dari perilaku kelekatan pada
ini pada penelitian di SDN 42 Kota masa kanak-kanak, mereka akan terus
Bengkulu. berusaha membina hubungan yang
Hal ini sesuai dengan hasil bersahabat dengan orang dewasa, terutama
penelitian yang dilakukan oleh Dewi & anggota keluarga terutama orang tua anak.
Valentina (2013) yang melakukan
D. PENUTUP
penelitian pada remaja di SMKN 1
Berdasarkan Penelitian yang telah
Denpasar yang menunjukkan bahwa ada
dilakukan, maka dapat diambil
hubungan yang signifikan dan positif
kesimpulan, ada pengaruh Kedekatan
antara kelekatan orangtua-remaja dengan

19 20
Dwi, Valentina, Hubungan Kelekatan Orang Fauzul Mutmainah, Pengaruh Secure
Tua – Remaja dengan Kemandirian pada Remaja di Attachment Terhadap Kemandirian Anak Usia Dini di
SMKN 1 Denpasar, (Psikologi Udaya, Vol 1, No 1, RA Muslimat NU 1 Belung Poncokusumo Malang, (UIN
2013), h. 181 Malik Maulana Ibraim Malang, 2016), h. 155
orang tua (X) terhadap Kemandirian anak
(Y) di SDN 42 Kota Bengkulu. Hal
tersebut berdasarkan analisis regresi linier
sederhana (uji t parsial) yang diketahui
bahwa thitung> ttabel, yaitu 10,040 > 1,662
dengan standar error 5%.
Hasi uji koefisien determinasi
bernilai 47,59 yang menunjukkan bahwa
besaran pengaruh variabel Kedekatan
orang tua (X) terhadap variabel
Kemandirian anak siswa (Y) adalah
sebesar 47,59% dan sisanya sebesar
52,41% dipengaruhi variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini seperti
sikap sosial, pola asuh serta interaksi
dengan teman sebaya dan dukungan
terhadap perilaku mandiri. Berdasarkan
hasil output terebut maka disimpulkan Ha
diterima dan Ho ditolak dalam penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA Hidayah Sawangan Baruk Kota Depok.
(Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2018), h. 15

Fauzul Mutmainah, Pengaruh Secure


A.M Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Attachment Terhadap Kemandirian
Mengajar. (Jakarta: Rajawali Press, Anak Usia Dini di RA Muslimat NU 1
2014), h. 4 Belung Poncokusumo Malang, (UIN
Malik Maulana Ibraim Malang, 2016),
Abu Ahmadi, Belajar yang Mandiri dan h. 155
Sukses, (Solo : Aneka Ilmu, 1993), hal.
22 Henni Anggraini dan Sarah Emmanuel H,
Hubungan Kelekatan Dengan
Ahmad Susanto. Pendidikan Anak Usia Dini. Kecerdasan Emosi Dan Penyesuaian
(Bumi Aksara: Jakarta, 2017), h. 3 Sosial Pada Anak Usia Dini, (Jurnal
Pedagogi, Volume. 2. No. 3. Tahun
Beck, R, dkk. Attachment to God and Parents: 2016), h. 18.
Testing the Correspondence vs.
Compensation Hypotheses. (Journal of Muhammad Nuur Syam. Pengantar Filsafat
Psychology and Christianit, Vol. 2. No. Pendidikan. (Malang: IKIP Malang,
1. Tahun 2005), h. 21-28 1999), h, 10
Christian Natalia dan Made Diah Lestari, Nurul Fadhillah dan Syarifah Faradina,
Hubungan Antara Kelekatan Aman Hubungan Kelekatan Orang tua
Pada Orang tua Dengan Kematangan Dengan Kemandirian Remaja SMA Di
Emosi Remaja Akhir Di Denpasar, Banda Aceh, (Jurnal Ilmiah Mahasiswa
(Jurnal Psikologi Udayana, Volume. 2. Psikologi, Volume. 1. No. 3. Tahun
No. 1. Tahun 2015), h. 80. 2016), h. 45
Crain, W, Teori Perkembangan (Konsep dan Upton, P, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:
Aplikasi), (Yogyakarta: Pustaka Erlangga, 2012), h. 82
Pelajar, 2007), h. 81

D.E Papalia dan Feldman. Human


Development. (Jakarta: Kencana,
2009), h. 9

Desi Susilowati. Upaya Meningkatkan


Kemandirian Belajar dan
Kemampuan Matematika Siswa
Kelas X SMA N 1 Gamping dengan
Menggunakan Lembar Kerja Siswa.
(Skripsi. Yogyakarta. UNY, 2009), h.
7

Dwi, Valentina, Hubungan Kelekatan Orang


Tua – Remaja dengan Kemandirian
pada Remaja di SMKN 1 Denpasar,
(Psikologi Udaya, Vol 1, No 1, 2013),
h. 181

Eva Syifa Fauziah. Hubungan Kelekatan Guru


dan Orang Tua dengan Kemandirian
Belajar Siswa di Kelas I MI Far’ul

Anda mungkin juga menyukai