Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MANDIRI

DISUSUN OLEH :
ALISYA FEBRINI MAGDALENA KOROMPIS
20101109

PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MANADO

KATA PENGANTAR
Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berisikan tentang "Sejarah Bahasa Indonesia” tepat pada
waktunya. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan bagipara pembaca dan dapat digunakan
sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya
karena pengetahuan yang saya miliki cukup terbatas. Oleh karena
itu, saya berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulis

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Prakemerdekaan
2.2  Mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia
2.3  Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Pascakemerdekaan
2.4  Peresmian nama bahasa Indonesia
2.5  Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia
2.6  Perkembangan EYD
2.7  Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Reformasi
2.8  Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

BAB III PENUTUP


3.1  Kesimpulan
3.2  Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang
kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan
tujuannya. Pentingnya bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan
dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas kemanusiaan, manusia
hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat
mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah
dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena
belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat
membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.
Era globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat,
terutama bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris
merupakan bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam
berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai
bahasa internasional (Lingua Fhanca), maka orang akan cenderung memilih
untuk menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan di
kancah internasional sehingga tidak buta akan informasi dunia. Tak
dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh
lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa
Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas
suatu bangsa. Untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu
mengetahui bagaimana perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu
mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku dan adat-istiadat yang
beranekaragam yang ada di Indonesia, yang termasuk kita di dalamnya. Maka
dari itu melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan sejarah tentang
perkembangan bahasa Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
prakemerdekaan?
2.Mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia?
3.Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
pascakemerdekaan?
4.Apa sajaperistiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Indonesia?
5.Bagaimana sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang
Disempurnakan)?
6.Bagaimana Perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi?
7.Bagaimana kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia?

1.3  TUJUAN PENULIS
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
prakemerdekaan
2.Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
pascakemerdekaan
3.Untuk mengetahui Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi
perkembangan bahasa Indonesia
4.Untuk mengetahui sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang
Disempurnakan).
5.Untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
reformasi.
6.Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa


Prakemerdekaan
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman
Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di
Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara
pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari
berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:
1.Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun
1380
2.Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
3.Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
4.Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
5.Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.
Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:

1.Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan


hidup dan sastra.
2.Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia
3.Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun
pedagang yang berasal dari luar Indonesia.
4.Bahasa resmi kerajaan.

Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan


menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang
dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima
oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar
suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa
Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa
persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para
pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara
sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928).
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi
bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut
sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga
kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.
Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat
bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi
bagi kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa
Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu
Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua
franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang
menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa
daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya
Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa
tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-
negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat,
dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang
digunakan di seluruh Hindia Belanda.”
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901,
Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan
pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.

2.2  Mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia


Awalnya, pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa
Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai
pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai
lemah. Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi, sejumlah
sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi bahasa
Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan
karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah "embrio"
bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula
bahasa Melayu Riau-Johor.
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi
bahasa Indonesia yaitu :
1.Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan bahasa perdagangan.
2.Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam
bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa
halus).
3.SukuJawa, suku sunda dan suku yang lainnya dengan sukarela
menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional
4.Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.

2.3  Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa


Pascakemerdekaan
Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok nusantara
bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah nusantara. Serta
makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa
Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa
perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar
kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa
Indonesia oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam
perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia.
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para
pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para
pemuda berikrar:
1.Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
Tanah Air Indonesia.
2.Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa
Indonesia.
3.Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur
yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa
bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun
1928 bahasa Indonesia di kokohkah kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada
tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di
sahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam
UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,
(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia di pakai
oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia.

2.4  Peresmian nama bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya
setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tepatnya sehari sesudahnya,
bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa
Indonesia berposisi sebagai bahasa kerja. Dari sudut pandang Linguistik,
bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar
yang dipakai adalah bahasa Melayu-Riau dari abad ke-19.
Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya
sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses
pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan “Bahasa Indonesia” di awali
sejak di canangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk
menghindari kesan “Imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap
di gunakan.
Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian
bahasa Melayu yang di gunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya.
Hingga saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus
menghasilkan kata-kata baru baik melalui penciptaan maupun penyerapan
dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun di pahami dan di tuturkan
oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu
bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan
salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa Ibu. Penutur
Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau
mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.
Meskipun demikian, bahasa Indonesia di gunakan sangat luas di
perguruan-perguruan, media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat
resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa
bahasa Indonesia di gunakan oleh semua warga Indonesia. Bahasa Melayu
dipakai dimana-mana diwilayah nusantara serta makin berkembang dengan
dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai didaerah-
daerah diwilayah nusantara dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh corak
budaya daerah.  Bahasa Melayu menyerap kosa kata dari berbagai bahasa,
terutama dari bahasa sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-
bahasa Eropa.
Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai
variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu diwilayah nusantara
mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan
bangsa Indonesia.Komikasi rasa persaudaraan dan persatuan bangsa
Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu
menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober
1928. Untuk memperoleh bahasa nasionalnya, Bangsa Indonesia harus
berjuang dalam waktu yang cukup panjang dan penuh dengan tantangan.
Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal
dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih
sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa
Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Penggunaan bahasa Melayu sebagai
bahasa nasional merupakan usulan dari Muhammad Yamin, seorang politikus,
sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di
Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa depan bahasa-
bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa
yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan
Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan
menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.
Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di
akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.Hal ini juga sesuai
dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. “Namun
secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau
setelah Kemerdekaan Indonesia.

2.5  Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan


bahasa Indonesia
1.         Budi Otomo.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat
kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar
bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke
sekolah Belanda diperingan,. Pada kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa
Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan keinginan akan penguasaan bahasa
Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat utama untuk melanjutkan
pelajaran menambang ilmu pengetahuan barat.
1.Sarikat Islam.
SarikatIslam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya bergerak
dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan politik juga. Sejak
berdirinya, SarikatIslam yang bersifat non kooperatif dengan pemerintah
Belanda dibidang politik tidak pernah mempergunakan bahasa Belanda.
Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.
2.Balai Pustaka.
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini didirikan.
Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada tahun
1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain menerbitkan buku-buku,
balai pustaka juga menerbitkan majalah.
Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap
perkembangan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia dapat
disebutkan sebagai berikut :
A. Memberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia
untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.
1.Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil
ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.
2.Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab
melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh
bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
3.Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa
melayu sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan
yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu
yang bersusun baik dan terpelihara.
4.Sumpah Pemuda.
Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang
diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu tahun
1926, telah pula diadakan kongres pemuda yang tepat penyelenggaraannya
juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak semata-mata bermakna bagi
perkembangan politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan sastra
Indonesia.
Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa
dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan
nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo, serikatIslam, dan Jon
Sumatera Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres itu adalah untuk
mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.
Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung dalam
wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober 1928
organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang
menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian lebih dikenal
sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas
tiga hal, Negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang
sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai simbol kemerdekaan
bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban
modern. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiribahwa cita-cita itu sudah menjadi
kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik,
melainkan juga menjadi bahasa sastra Indonesia baru.

2.6  Perkembangan EYD
Ejaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf
menurut disiplin ilmu bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para pemakai
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai aturan-aturan
yang ada. Sehingga terbentuklah kata dan kalimat yang mudah dan enak
didengar dan dipergunakan dalam komunikasi sehari hari. Sesuai dengan apa
yang telah diketahui bahwa penyempurnaan ejaan bahasa Indonesia terdiri
dari:
1.EjaanVan Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles
Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad
Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata
bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan Van Ophuijsen itu resmi
diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
a.  Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya
harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulai dengan ramai. Juga
digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
1.Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
2.Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
3.Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan
kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.
2. Ejaan Soewandi
Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang
berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama
ejaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini
mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku
sejak tahun 1901.
a.  Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
b.  Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak,
rakyat, dsb.
c.   Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-
barat2-an.
d.   Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mendampinginya.
3.Ejaan-Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan
bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu,
Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan
untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua
negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16
Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972,
berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia)
bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama
ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian
berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku “Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan
kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan
“Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.

2.7  Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Reformasi


Munculnya Bahasa Media Massa (bahasa Pers):
1.Bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim);
2.Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing dalam surat
kabar.
Pers telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan
ungkapan baru, seperti KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni, konspirasi,
proaktif, rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat, makar, dan sebagainya.
Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah
Bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Selain itu, dipengaruhi pula oleh media
iklan maupun artis yang menggunakan istilah baru yang merupakan
penyimpangan dari kebenaran cara berbahasa Indonesia maupun
mencampuradukkan bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

2.8  Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia, yaitu:
1.Sebagai bahasa persatuan (alat perhubungan antardaerah dan
antarbudaya
2.Bahasa nasional;
3.Bahasa resmi
4.Bahasa budaya dan Bahasa ilmu
5.Sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
6.Pendidikan
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan 
Dapat disimpulkan dari makalah ini, bahwa bahasa Indonesia berasal dari
bahasa melayu. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa pemersatu (bahasa
Indonesia) karena :
 Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan bahasa perdagangan.
 Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam
bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa
halus).
 Suku Jawa, suku sunda dan suku yang lainnya dengan sukarela
menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional
 Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.

3.2  Saran
Bahasa Indonesia yang kita ketahui sebagai mana dari penjelasan
terdahulu memiliki banyak rintangan dan kendala untuk mewujudkan menjadi
bahasa pemersatu, bahasa nasional, bahasa Indonesia. Sehingga kita sebagai
generasi penerus mampu untuk membina, mempertahankan bahasa Indonesia
ini, agar tidak
mengalami kemerosotan dan dipergunakan dengan baik oleh pihak luar.

DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2013. Makalah Sejarah Perkembangan Bahasa
Indonesia, http://selidik86.blogspot.com/2013/03/makalah-sejarah-
perkembangan-bahasa_9.htmlV , diakses pada Jumat, 30 Oktober
2020pukul 12:08
http://karinarisaf.blogspot.com/2012/10/perkembangan-bahasa-
indonesia.html , diakses pada Jumat, 04 30 Oktober 2020 pukul
12:20
http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-
bahasa-indonesia.html, diakses pada Jumat,30 Oktober 2020 pukul
12:15
http://handikaabdillah20021992.blogspot.com/2012/10/perkembang
an-bahasa-indonesia-sebelum.html , diakses pada Jumat,30 Oktober
2020 pukul13:25

Anda mungkin juga menyukai