PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2019, laporan anak dunia
2011 yaitu dari 136,7 jutabayi lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka
yang disusui secara eksklusif dalam 6 bulan pertama. Sedangkan di negara
industry, bayi yang tidak diberi ASI eksklusif lebih besar meninggal dari pada
bayi yang diberi ASI eksklusif. Sementara di negara berkembang hanya 39% ibu-
ibu yang memberikan ASI eksklusif (UNICEF,2019).
Di Sumatera Utara, konsumsi susu formula terutama terjadi di kota besar yaitu
sebesar 75,80% dari 6.833 bayi usia 0-6 bulan. Berdasarkan Data Dinas
Kesehatan Kota Binjai, status gizi balita Kota Binjai selama 7 tahun terakhir gizi
lebih mengalami kenaikan dari tahun 2005 sampai 2011, sebesar 5,04% menjadi
2,55%. Gizi kurang selama 7 tahun mengalami naik turun, pada tahun 2012
sebesar 6,10%. Dan gizi buruk cenderung mengalami penurunan, pada tahun 2012
sebesar 0,69% (Dinkes,2019).
1
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada kenyataannya tidak sesederhana
yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya memberikan ASI
eksklusif (Partiwi,2019).
Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di indonesia pada
tahun 2020 berdasarkan laporan sementara hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2018, masih cukup renddah yakni sebesar 42% dimana target
pencapaian pemberian ASI eksklusif pada tahun 2014 sebesar 80%. Salah satu
penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif bagi bayi dibawah usia 6
bulan karena produksi ASI pada ibu post partum yang terhambat pada hari-hari
pertama pasca persalinan (Venny,2020).
Menyesui dapat mempererat hubungan antara ibu dan bayi, dimana menyusui
merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus
dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan
tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami. Bayi
dibawah usia 6 bulan yang tidak diberikan ASI mempunyai resiko lima kali lipat
2
terhadap kesakitan dan kematian akibat diare dan pneumonia di bandingkan
dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif (Proverawati,2018).
Dari hasil wawancara yang dilakukan tanggal 14 juni 2021 di klinik pratama
darni sembiring pada 30 ibu yang mempunyai bayi, diketahui bahwa 22 di
antaranya memberikan susu formula kepada bayinya dikarenakan ASI tidak keluar
dan bayi rewel, sedangkan 8 diantaranya mengatakan memberikan ASI secara
eksklusif.
3
1.3 Tujuan Penelitian
4
pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di klinik pratama darni
sembiring kelurahan limau sundai kecamatan binjai barat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni : indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2017).
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Hal ini dapat digambarkan
apabila seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang
telah dipelajarinya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Seseorang dikatakan faham jika seseorang berada
pada tingkat pengetahuan dasar dan dapat menerangkan kembali secara
mendasar ilmu pengetahuan yang dipelajarinya.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Pada tingkat
6
ini seseorang telah mampu untuk menggunakan apa yang telah
dipelajarinya dari suatu situasi untuk diterapkan pada situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
kedalam komponen_komponen. Tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Pada
tingkatan ini, kemampuan seseorang lebih meningkat sehingga ia dapat
menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk pengetahuan
tertentu dan menganalisis hubungan satu dengan yang lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Sintesis dapat dinilai jika seseorang disamping mempunyai
kemampuan untuk menganalisa, ia pun mampu meyusun kembali
kebentuk semula atau kebentuk lain.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada. Pada tingkat iniseseorang telah mampu mengetahui secara
menyeluruh dari semua bahan yang dipelajarinya (Notoatmodjo, 2019).
7
coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan memecahkan
masalah, apabila tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain sampai
masalah terselesaikan.
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebuh sestematis, logis,
dan ilmiah yang disebut metodepenelitian ilmiah. Kemudian metode berfikir
8
induktif yang dikembangkan oleh B.Bacon dilanjutkan oleh Van Dalen bahwa
dalam pemperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi Lngsung
dan membuat penctatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang
diamati.
1) Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima
informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki,
sebaiknya pendidikan yang kurang akan menghemat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan. Jadi pendidikan
menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan, pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi.
2) Usia
Adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan berkerja.
3) Pekerjaan
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas daripada
seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan
mempunyai banyak informasi dan pengalaman.
4) Informasi
Dengan memberikan informasi tentang kebiasaan hidup sehat dengan cara
pencegahan penyakit diharapkan akan terjadi peningkatan pengetahuan
sikap dan perilaku kesehatan dalam idri indvidu/kelompok sasaran
berdasarkan kesadarn dan kematangan individu yang bersangkutan.
5) Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik
9
kesimpulan dengan benar, sehingga dari pengalaman yang benar
diperlukan berfikir yang logis dan kritis.
6) Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap pengetahuan, jika orang hidup dalam
lingkungan yang berpikiran luas maka tingkat pengetahuan akan lebih baik
daripada orang yang tinggl di lingkungan orang yang berpikiran sempit.
7) Sosial ekonomi
Mempengaruhi tingkah laku seorang ibu atau masyarakat yang berasal dari
social ekonomi tinggi dimungkinkan lebih memiliki sikap positif
memandang diri dan masa depannya, tetapi bagi ibi-ibu atau masyarakat
yang social ekonomi rendah, akan tidak merasa takut untuk mengambil
sikap atau tindakan.
8) Sosial budaya
Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan
nilai-nilai sosial, keagamaan untuk memperkuat super egonya.
2.2 Tindakan
Tindakan adalah suatu perbuatan, perilku, atau aksi yang dilakukan oleh
manusia sepanjang hidupnya guna mencpai tujuan tertentu. Suatu langkah atau
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang, sikap yang harus dilakukan dengan
tanggung jawab terhadap masalah yang dialami.
10
2.3 Hubungan
Hubungan berasal dari kata hubungan yang menurut kamus besar bahasa
indonesia artinya bersambung atau berangkaian (yang satu denngan yang lain).
Jadi hubungan adalah keterkaitan suatu hal dengan hal lainnya, seperti hubungan
kekeluargaan, darah, dagang, diplomatic, analogi, hokum, formal, kebudayaan,
variabel penelitian dan masih banyak yang lainnya.
2.4 Ibu
Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada
pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi
perkembangan anakanya kearah yang lebih baik. Dalam kamus besar bahasa
indonesia (KBBI) disebut bahwa ibu adalah seorang perempuan yang telah
mengandung selama Sembilan bulan dan telah melahirkan seorang anak serta
merawat dengan penuh kasih saying (Nurul,2017).
11
2.5 Susu Formula
Susu adalah cairan bewarna putih yang disekresikan oleh kelenjar mamae
pada mamalia, untuk bahan makanan sumber gizi anaknya (Winarno, 2020). Susu
yang dikonsumsi manusia sebagian besar berasl dari sapi yang biasa disebut susu
sapi, sedangkan susu ternak lainbisanya diikuti nama ternak asal tersebut,
misalnya susu kerbau, susu kambing, susu unta, dan sebagainya dan susu manusia
disebut ASI atau Air Susu Ibu (Sediaoetama, 2021). Susu merupakan bahan
makanan yang sangat penting untuk mememnuhi kebutuhn manusia, karena
mengandung zat yang sangat diperlukan olehtubuh seperti protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral. Dipandang dari segi peternakan, susu adalah
suatu hasil sekresi kelenjar susu sapi, kerbau, kambing, unta, dan ternak mamalia
lainnya yang sedang laktasi dan dilakukan pemerahan dengan sempurna, tidak
termasuk kolostrum serta tidak ditambah atau dikurangi suatu komponen apapun.
Susu mengandung zat kimia organis atau anorganis berupa zat padat,air dan
zat terlarut dalam air yang meliputi protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin
dan enzim (Soeparno et al, 2019). Muchtadi et al 2018 menyatakan bahwa susu
merupakan bahan makanan yang hamir sempurna dan mmerupakan makanan
alamiah bagi binatang menyusui yang baru lahir, dimana susu merupakan satu-
satunya sumber makanan pemberi kehidupan segera sesudah kelahiran. Susu juga
di definisikan sebagai hasil sekresi kelenjar susu binatang yang menyusui anknya
(mamalia).
12
2.5.2 Pengertian Susu Formula
Susu formula menurut WHO (2019) yaitu susu yang di produksi oleh
industry untuk keperluan asupan gizi yang di perlukan bayi. Susu formula
kebanyakan tersedia dalam bentuk bubuk. Perlu di pahami susu cair steril
sedangkan susu formula tidak steril.
Pemberian susu formula di indikasikan untuk bayi yang karena sesuatu hal
tidak mendapatkan ASI atau sebagai tambahan jika produksi ASI tidak mencukupi
kebutuhan bayi. Penggunaan susu formula ini sebaiknya meminta nasehat kepada
petugas kesehatan agar penggunaannya tetap (Nasar,dkk,2019).
Walaupun memiliki susunan nutrisi yang baik, tetapi susu sapi sangat baik
hanya untuk anak sapi, bukan untuk bayi. Oleh karena itu, sebelum di pergunakan
untuk makanan bayi, susunan nutrisi susu formula harus di ubah hingga cocok
untuk bayi. Sebab, ASI merupakan makanan bayi yang ideal sehingga perubahan
yang di lakukan pada konposisi nutrisi susu sapi harus sedemikian rupa hingga
mendekati susunan nutrisi ASI (Khasanah,2011).
Komposisi susu sapi berbeda komposisi ASI. Seperti halnaya dengan ASI
yang sangat baik bagi bayi, susu sapi juga sangat baik untuk anak sapi, bukan
untuk anak manusia. Maka dari itu sebelum dipakai sebagai pengganti ASI,
komposisi susu sapi harus diubah dahulu hingga mendekati susunan yang terdapat
pada ASI. Namun tetap saja susu formula tidak sebaik ASI walaupun pembuatan
susu formula dibuat semirip mungkin dengan ASI.
13
2.5.4 Jenis Susu Formula
14
Susu formula ini dibuat dari susu sapi yang sedikit dimodifikasi dan telah
ditambah vitamin D dan zat besi (Praptiani,2019).
Susu formula ini dibuat untuk bayi yang berumur sampai 1 tahun
meskipunada juga yang menyebutkan sampai umur 3 tahun
(Nasar,dkk2019). Febry (2020), juga menjelaskan susu formula ini dibuat
untuk bayi usia 6-12 bulan.
15
metabolism juga sering bersamaan dengan gangguan penyerapan gila susu
(Nadesul,2018).
8. Susu Formula dengan Asam Lemak MCT (Lemak Rantai Sedang) yang
Tinggi
Susu formula dengan lemak MCT tinggi untuk bayi yang menderita
kesulitan dalam menyerap lemak. Sehingga, lemak yang diberikan harus
banyak mengandung MCT (Lemak Rantai Sedang) tinggi agar mudah
dicerna dan diserap oleh tubuhnya (Khasanah,2017).
2.6 Dampak Negatif Dari Susu Formula Yang Biasa Terjadi Pada Bayi
Dampak susu formula pada bayi 0-06 bulan sangat penting diketahui oleh para
ibu. Hal ini kemudian sering diantisipasi dengan memberikan susu formula pad
bayi 0-06 bulan. Pemberian susu formula pad bayi yang baru lahir ini tentunya
memiliki dampak negatif. Apa saja dampak negatif tersebut, yakni :
16
b. Menyebabkan gangguan sistem pencernaan
Dampak susu formula pada bayi 0-6 bulan juga dapat ditunjukan dengan
terjadinya gangguan sistem pencernaan.
c. Meningkatkan peluang bayi kegemukan
Kegemukan atau obesitas pada bayi sering terjadi.
d. Menyebabkan infeksi saluran pernafasan
Dampak lain yang mengancam dari pemberian susu formula pada bayi
usia 0-6 bulan adalah terjadinya infeksi saluran pernapasan.
e. Meningkatkan resiko penyakit jantung pada bayi
Menurut beberapa penlitian yang pernah dilakukan, susu formula ternyata
dapat meningkatkan tekanan darah hingga kerja jantung pun menjadi
semakin meningkat.
Roesli (2018) menjelaskan berbagai dampak negatif yang terjadi pada bayi
akibat dari pemberian susu formula, antara lain :
17
Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibiotik sebagai
perlindungan tubuh dari infeksi. Proses penyimpanan susu formula yang
kurang steril dapat menyebabkan bakteri mudah masuk (Khasanah, 2019).
18
6) Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas)
Kelebihan berat badan pada bayi yang mendapatkan susu formula
diperkirakan karena kelebihan air dan komposisi lemak tubuh yang
berbeda dibandingkan bayi yang mendapatkan Asi (Khasanah, 2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Amstron dkk (2020) membukatikan bahwa
kegemukan jauh lebih tiggi pada anak-anak yang diberi susu formula.
Kries dan Roesli (2018) menambahkan bahwa kejadian obesitas mencapai
4,5 %-40% leoh tinggi pada anak yang tidak pernah diberi Asi.
8) Meningkatkan resiko infeksi yang berasal dari susu formula yang tercemar
Pembuatan susu formula dirumah tidak menjamin bebas dari kontaminasi
mikroorganisme pathogen. Penelitian menunjukan bahwa banyak susu
formula yang terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen (Sidhi, et al
2004 : 11).
Kasus wabah entrobakteri zaka zaki di Amerika Serikat, dilaporkan
kematian bayi berusia 20 hari yang mengalami demam, takikardia,
menurunnya aliran darah dan kejang pada usia 11 hari (Weir, 2020).
19
9) Meningkatkan kurang gizi
Pemberian susu formula yang encer untuk menghambat pengeluaran dapat
mengakibatkan kekurangan gizi juga akan terjadi jika anak sering sakit,
terutama diare dan radang pernapasan (Roesli, 2018).
1) Faktor pendidikan
Seseorang yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas akan lebih
bisa menerima alasan untuk memberikan ASI eksklusif karena pola
pikirnya yang lebih realistis dibandingkan yang tingkat pendidikan rendah
(Arifin,2020).
2) Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif adalah hal yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang, salah satunya kurang memadainya
pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI yang menjadikan penyebab
atau masalah dalam peningkatan pemberian ASI (Roesli,2018).
20
3) Pekerjaan
Bertambahnya pendapatan keluarga atau status ekonomi yang tinggi serta
lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan dengan cepatnya
pemberian susu botol. Artinya mengurangi kemungkinan untuk menyusui
bayi dalam waktu yang lama (Amirudin,2017).
Penelitian erfiana (2019), ibu yang tidak memberikan susu formula
sebagai besar oleh ibuyang tidak bekerja yaitu sebanyak 32 responden
(88,9%) sehingga status pekerjaan dapat mempengaruhi pemberian susu
formula pada bayi.
4) Ekonomi
Hubungan antara pemberian ASI dengan ekonomi/penghasilan ibu dimana
ibu yang mempunyai ekonomi rendah mempunyai peluang lebih memilih
untuk memberikan ASI dibandingkan ibu dengan social ekonomi tinggi
karena ibu yang ekonominya rendah akan berfikir jika ASI nya keluar
maka tidak perlu diberikan susu formula karena pemborosan
(Arifin,2020).
5) Budaya
Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat
mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu
buatan atau susu formula sebagai jalan keluarnya (Arifin,2020).
6) Psikologis
Ibu yang mengalami stres dapat menghambat produksi ASI sehingga ibu
kurang percaya diri untuk menyusui bayinya (Kurniasih,2018).
Ibu yang tidak memberikan susu formula sebagai besar dilakukan oleh ibu
yang kondisi psikologi baik yaitu sebanyak 33 responden (89,2) sehingga
psikologis ibu mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi
(Erfiani,2017).
7) Informasi susu formula
Ibu yang tidak memberikan susu formula sebagaian besar yang tidak
terpapar produk susu formula sebanyak 4 responden (36,4%) sehingga
iklan produksi susu formula dapat mempengaruhi pemberian susu formula.
21
8) Kesehatan
Ibu yang menderita sakit tertentu seperti ginjal atau jantung sehingga harus
mengkonsumsi obat-obatan yang dikhawatirkan dapat mengganggu
pertumbuhan sel-sel bayi, bagi ibu yang sakit tetapi masih bisa menyusui
maka diperbolehkan untuk menyusui bayinya (Kurniasih,2018).
9) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
Terdapat anggapan bahwa ibu yang menyusui akan merusak penampilan.
Padahal setiap ibu yang mempunyai bayi selalu mengalami perubahan
payudara, walaupun menyusui atau tidak menyusui (Arifin,2020).
10) Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya Asi
Cara menyusui yang benar dan pemasaran yang dilancarkan secara agresif
oleh para produsen susu formula merupakan faktor penghambat
terbentuknya kesadaran orang tua dalam memberikan ASI eksklusif
(Nuryati,2017).
11) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu
botol
Persepsi masyarakat gaya hidup mewah membawa dampak menurutnya
kesadaran menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi kalangan tertentu
bahwa susu botol sangat cocok untuk bayi dan dipengaruhi oleh gaya
hidup yang selalu ingin meniru orang lain (Khasanah,2021).
22
d. ASI keluar, tetapi jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi bayi sehingga
perlu tambahan seperti susu formula.
e. Ibu kecanduan narkotika dan zat adiktif lainnya atau (NAPZA).
f. Adanaya anggapan bayinya menolak atau diare karena minum ASI dan
sebagainya, meskipun kasus ini jarang terjadi.
Bayi adalah anak manusia yang belum lama lahir. Dalam konteks kedokteran,
bayi yang baru berusia di bawah 28 hari disebut neonata. Istilah bayi premature dan
bayi posmatur merujuk kepada bayi yang dilahirkan dengan durasi kehamulan yang
dibatas normal pada 37-40 minggu. Bayi yang belum lahir disebut dengan janin.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
yang satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Notoadmojo,2017). Penelitian ini memiliki kerangka konsep sebagai berikut:
Dependent Independen
Tabel 3.1
Defenisi Operasional
24
diketahui kriteria:
pengetahua Baik, bila
n ibu benar 76%-
tentang 100% (16-
susu 20)
formula Cukup bila
benar: 56%-
75% (12-15)
Kurang bila
benar: <55%
(<12)
INDEPENDEN
2. Penggunaan Penggunaa Menyebarka Kuesione - Nomina
n susu n angket r Dilakuka l
formula dengan n
kriteria: -Tidak
Dilakukan dilakukan
bila ibu
menggunaka
n susu
formula
Tidak
dilakukan
bila ibu tidak
menggunaka
n susu
formula
3.3 Hipotesis
25
Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan ibu tentang
pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di klinik pratama darni
sembiring kelurahan limau sundai kecamatan binjai barat tahun 2021.
Ha : Ada hubungan antara pemberian dengan tindakan ibu tentang pemberian susu
formula pada bayi usia 0-6 bulan di klinik pratama darni sembiring kelurahan
limau sundai kecamatan binjai barat tahun 2-21.
26
3.6.1 Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu yang
mempunyai bayi 0-6 bulan di klinik darni sembiring kelurahan limau sundai
kecamatan binjai barat.
3.6.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang diambil dari populasi sampel dari penelitian ini
menggunakan rumusan total populasi dimana seluruh populasi dijadikan sampel.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdari atas 2 jenis yaitu :
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari responden dengan hasil wawancara dari jawaban
responden yang terdapat pada kuesioner penelitian dengan ibu mengenai
pemberian susu formula dan hasil penimbangan berat badan pada bayi 0-6 bulan
saat ini.
2. Data Sekunder
Data sekunder di peroleh dari laporan perkembangan susu formula pada 0-6
bulan yang didapat dari buku KMS yang dimiliki oleh responden.
27
1. Pada saat pengumpulan data, penelitian menjelaskan tujuan penelitian dan
prosedur penelitian kepada calon responden yaitu ibu yang mempunyai bayi 0-6
bulan dan bersedia berpartisipasi untuk diwawancarai untuk menanyakan apakah
calon responden memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini.
3. Selanjutnya diberikan kuesioner kepada ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan
dan memberikan kesempatan untuk mengisi kuesioner kemudian menimbang bayi
dengan timbangan scale merek ONEMED dan mencatatn hasilnya di daftar table
dan KMS.
a. Pengeditan
Merupakan kegiatan memeriksa data, kelengkapan, kebenaran pengisian
data, keseragaman ukuran, keterbacaan tulisan, dan konsistensi data
berdasarkan tujuan penelitian.
b. Pengkodean
Merupakan pemberian kode pada data yang berskala nominal dan ordinal,
berbentuk angka, numeric, nomor, bukan symbol.
c. Memasukkan
Memasukkan data hasil pengisian kuesioner kedalam master table atau
data base computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana
atau dengan membuat table kontingensi dengan bantuan program SPSS
memudahkan peneliti untuk menganalisa data.
d. Pembersihan
28
Merupakan proses pembersihan data sebelum diolah secara, statistic,
mencakup pemberian konsistensi dan perawat respon yang hilang serta
consistency cheks yaitu mengidentifikasi data yang keluar dari range, tidak
konsisten secara logis, atau punya nilai extreme.
e. Pentabulasi
Cleaning sebelum analisis data, yaitu memasukan data kedalam table
berdasarkan tujuan penelitian.
Analisa data dapat dilakukan dengan meliat presentase data yang terkumpul
dan di sajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi yang dilanjutkan dengan
membahas hasil penelitian berdasarkan teori.
a. Tanpa Nama
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak
mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner yang diisi oleh
responden. Lembar tersebut hanya di beri kode tertentu.
b. Kerahasiaan
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin
kerahasiaannya. Hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan pada
hasil penelitian (Hidayat,2016).
29