Anda di halaman 1dari 8

Oral Probiotik

Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16 (1):64-71 Fakultas Kedokteran Gigi


http//www.fkg.ui.edu Universitas Indonesia

ISSN 1693-9697

ORAL PROBIOTIK: PENDEKATAN BARU TERAPI HALITOSIS


(Tinjauan Pustaka)
Indrayadi Gunardi,* Yuniardini S Wimardhani**
* Peserta Program Dokter Gigi Spesialis Penyakit Mulut FKG UI
** Staf Pengajar Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG UI

Abstract
Halitosis is a general term denoting unpleasant breath arising from mouth, where odorous
breath components could be originated from intraoral and/or extraoral. Classification includes
genuine halitosis, pseudo-halitosis and halitophobia. Local and systemic factor play role in the
process of halitosis. Diagnosis of halitosis can be made by analysing the degree and type of the
presence of volatile compounds, as well as the identification of microbial components. Currently
available treatments of halitosis includes local (mechanic and chemical) and systemic (probiotic)
approaches. Probiotic is a new therapeutic approach for halitosis. Development of available
probiotic-based halitosis treatments is significantly progressing and is overviewed herein.
Keywords: halitosis, therapy, oral, probiotic

Pendahuluan studi literatur tentang perkembangan terapi


halitosis dengan probiotik.
Halitosis merupakan kondisi yang umum
dijumpai dalam masyarakat, dan perawatan ke
Telaah Pustaka
dokter atau dokter gigi kerap dilakukan setelah
1. Halitosis
timbul masalah sosial. Faktor lokal yang
1.1. Etiologi dan patogenesis halitosis
berperan dalam timbulnya halitosis adalah
Halitosis didefinisikan sebagai bau tidak
adanya penyakit gingiva dan periodontal.
enak yang keluar dari rongga mulut, tanpa
Metode terapi halitosis biasanya bertujuan
melihat sumber bahan odorus dalam nafas baik
untuk menghilangkan faktor lokal tersebut,
dari oral maupun non-oral.2 Klasifikasi halitosis
dapat berupa mekanis (penyikatan gigi dan
dibagi menjadi genuine halitosis, pseudo
lidah), kimiawi (permen karet, obat kumur) dan
halitosis dan halitofobia.3
kontrol diet.1 Saat ini sedang dikembangkan
Berdasarkan penyebabnya, halitosis dapat
metode terapi halitosis menggunakan bahan
dikelompokkan menjadi intraoral atau faktor
biologis yaitu dengan menggunakan bakteri
lokal dan ekstraoral atau faktor sistemik. Dalam
probiotik. Makalah ini akan memaparkan hasil
rongga mulut, bau mulut biasanya disebabkan

Alamat Korespondensi : Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Email Le_cloches_du_hameau@yahoo.com
Indriyadi Gunardi, Yuniardini S Winiardhani

karena kebersihan mulut yang buruk, gingivitis, Tabel 1. Jenis bakteri yang menghasilkan
periodontitis, soket gigi yang terinfeksi, sisa komponen sulfur volatil intraoral dari
darah post bedah, debri yang melekat pada intraoral, seperti hidrogen sulfida dan
bahan alat gigi, ulser mulut, serostomia dan metil merkaptan.9
tongue coating.4,5 Bakteri Komponen sulfur
Secara normal, rongga mulut merupakan volatil
tempat hidup yang baik bagi banyak spesies P. intermedia hidrogen sulfida
baik bakteri, jamur, maupun virus, namun pada P. nigrescens
pasien halitosis intraoral, lebih banyak T. denticola
ditemukan variasi bakteri dari kokobasilus P. gingivalis metil merkaptan
P. intermedia
batang gram negatif dan batang gram positif.
T. forsythensis
Walaupun tidak ditemukan hubungan yang pasti
antara genus bakteri dengan halitosis, namun Penyebab ekstraoral dari halitosis antara
dengan adanya peningkatan diversitas spesies lain sinusitis kronik, faringitis, laringitis,
dalam subyek halitosis, menunjukkan bahwa tonsilitis dan tonsiloliths.11 Selain itu,
interaksi dari beberapa spesies yang justru penggunaan obat-obatan seperti kloral hidrat,
menimbulkan halitosis.6 isorbid dinitrat, dimetil sulfoksida, dilsulfiram,
Kebanyakan komponen odor berasal dari bahan sitotoksik, paraldehid, dan triamteren
dekomposisi protein diman terdapat sepuluh serta penyakit sistemik seperti diabetes melitus,
komponen organik volatil pada pasien halitosis penyakit pada sistem respiratorius atau
oral berurutan dari yang terbesar sampai terkecil gastrointestinal, gagal organ hepar atau renal,
adalah methylbenzene, 2,2-dimethyldecane, dan gangguan metabolik trimetilamin juga
2,2,3,3-tetramethylbutane, 2-propanone, 3- berperan dalam timbulnya halitosis.10,12
methyl-5-propylnonane, methylcyclohexane, 3- Pada halitosis ekstraoral, 90% substansi
methylhexane, 2-methyl-1-propene, etanol dan penyebab dalam saluran gastrointestinal adalah
methylcyclopentane.7 Bahan odor oral yang asam lemak (asam asetat, asam propionik dan
dihasilkan oleh mikroorganisme antara lain asam butirat), 6,5% amoniak dan sisanya adalah
komponen sulfur volatil (terutama metil komponen sulfur (hidrogen sulfida, dan metil
merkaptan [CH3SH], hidrogen sulfida [H2S] dan merkaptan) dan komponen nitrogen (indol,
dimetil sulfida [CH3SCH3]), poliamin (putresin skatol, piridin, pirol, amonia, trimetilamin).13
dan kadaverin) dan asam lemak rantai pendek
(asam butirat, asam valerat dan asam
1.2. Diagnosis
propionik).8 Komponen sulfur volatil Secara umum, diagnosis halitosis dapat
menempati 90% dari total udara dalam rongga dilakukan dengan identifikasi kadar bahan
mulut. Dalam penelitian yang menganalisis volatil yang dihasilkan dan identifikasi mikroba
hubungan bakteri penghasil odor dan jenis odor, penyebab halitosis. Penggunaan halimeter yang
ditemukan bahwa Prevotella intermedia, berfungsi mengukur kadar sulfida volatil14, tes
Prevotella nigrescens dan Treponema denticola BANA (N-benzoyl-DL-arginine-2-
berkorelasi dengan kadar hidrogen sulfida; naphthylamide) yang mengukur kadar sulfida
Porphyromonas gingivalis, P. intermedia, dan sulkus gingiva15, kromatografi gas16,
Tannerella forsythensis berkorelasi dengan 16
pengukuran dengan organoleptik , electronic
kadar metil merkaptan (Tabel 1).9 Selanjutnya,
nose16, pemeriksaan kadar salivary β-
metil merkaptan merupakan penyebab utama
galactosidase14, metoda ninhydrine (kadar amin
halitosis dibandingkan hidrogen sulfida dan
saliva)17, inkubasi saliva18, cysteine challenge
dimetilsulfida; dimana metil merkaptan dan
testing19 merupakan beberapa cara identifikasi
hidrogen sulfida berasal dari intraoral,
kadar bahan volatil penyebab halitosis.
sedangkan dimetilsulfida diduga berasal dari
Cara identifikasi mikroba penyebab
ekstraoral.10
halitosis antara lain dilakukan dengan

Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1): 64-71 65


Oral Probiotik

hibridisasi DNA dan real time PCR yang oxidant (campuran chlorite anion dan chlorine
spesifik untuk bakteri tertentu.20 Tehnik kultur dioxide)25 serta minyak esensial26.
mikroba penyebab halitosis, sepertinya tidak Kombinasi terapi mekanik dan kimiawi
dapat digunakan karena sekitar 50% mikrobiota ternyata dapat memperbaiki kondisi halitosis
oral tersebut tidak dapat dikultur.20 oral, ditandai dengan penurunan kadar
komponen sulfur volatil dan organoleptik.1
Tabel 2. Metode diagnosis halitosis dikelompokkan Contohnya, pada pasien dengan gigi tiruan,
menjadi identifikasi bahan volatil dan penyikatan gigi tiruan saja ternyata tidak dapat
identifikasi mikroba.14-20 mengurangi halitosis, tetapi penyikatan gigi
Identifikasi Halimeter yang disertai perendaman gigi tiruan dalam
bahan volatil tes BANA (N-benzoyl-DL-arginine-2- larutan antiseptik, ternyata jauh lebih efektif.27
naphthylamide) Dahulu permen karet sering digunakan untuk
kromatografi gas menghilangkan bau mulut, tetapi ternyata
pengukuran dengan organoleptik
electronic nose permen karet tidak bergula justru akan
pemeriksaan kadar salivary β- meningkatkan kadar metil merkaptan.21 Rasa
galactosidase mint dalam permen, tidak menurunkan
metoda ninhydrine konsentrasi metil merkaptan, tetapi hanya
inkubasi saliva
menutupi malodor oral saja.
cysteine challenge testing
Identifikasi Hibridisasi DNA Modifikasi faktor pendukung timbulnya
mikroba Real time PCR halitosis, dapat dilakukan dengan mengurangi
Kultur diet protein. Adanya keseimbangan diet protein
dan karbohidrat akan mengurangi pembentukan
bahan odor. Daging yang masih berdarah,
1.3. Terapi daging ikan, susu fermentasi, dapat
Untuk mengatasi halitosis intraoral, dapat meningkatkan metabolisme protein sehingga
dilakukan kontrol terhadap kebersihan mulut, bahan odor yang terbentuk akan meningkat pula.
kesehatan jaringan lunak dan keras mulut Makanan yang banyak mengandung mineral
faktor-faktor pendukung timbulnya halitosis, sulfat, juga dapat menimbulkan halitosis.
penggunaan bakteri lain untuk menekan bakteri Berdasarkan penelitian, jika makanan yang
anaerob gram negatif, dan terapi banyak mengandung bahan odor dianginkan
antimikrobial.1,3 Upaya menghilangkan faktor pada udara kering maka akan mengurangi
lokal dapat dilakukan secara 1) mekanis dengan jumlah mikroorganisme anaerob yang ada
cara penyikatan lidah dan gigi, dan 2) kimiawi didalamnya.28
melalui penggunaan obat kumur, pasta gigi, Dewasa ini, dengan banyaknya penelitian
permen karet; dan sistemik kontrol diet dan rekayasa genetik, banyak bakteri normal
terapi biologis dengan menggunakan probiotik. maupun patogen, dirancang untuk tidak lagi
Pembersihan gigi dan mulut secara menimbulkan kondisi patogen bagi tubuh.
mekanis bertujuan untuk mengurangi jumlah Bakteri ini dapat menjadi probiotik. Penggunaan
mikroba patogen dari biofilm dan tongue probiotik sudah lama dilakukan pada kondisi
coating, sehingga pembentukkan karies sistemik, tetapi untuk rongga mulut, hal ini
dihambat, kadar halitosis menjadi rendah dan masih relatif baru.
risiko penyakit sistemik dapat berkurang.3
Secara kimiawi, penggunaan obat kumur 2. Probiotik
klorheksidin diglukonat juga memberikan hasil 2.1. Mekanisme kerja probiotik
yang baik terhadap timbulnya halitosis.21 Bahan Probiotik pertama kali digunakan dalam
lain yang juga dapat memperbaiki kondisi bidang kedokteran, sebagai terapi atau
halitosis antara lain zinc chloride dan sodium pencegahan terhadap diare akibat antibiotik.
chloride22, TCF (triclosan, copolimer dan Terapi antibiotik biasanya akan membunuh
NaF)23, oxygen release device24, oxohalogen bakteri penyebab penyakit dan bakteri normal.

66 Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1): 64-71


Indriyadi Gunardi, Yuniardini S Winiardhani

Bakteri normal intestinal berfungsi dalam memberikan dampak sehat bagi host.29 Dalam
menjaga keseimbangan saluran pencernaan saluran pencernaan, penggunaan prebiotik dan
normal. Beberapa bakteri bersifat lebih resisten probiotik ditujukan untuk meningkatkan
terhadap antimikrobial tertentu, sehingga resistensi terhadap patogen intestinal eksogen,
bakteri tersebut akan mendominasi kontrol penyakit akibat mikrobiota patogen
gastrointestinal dengan cepat jika kompetitor intestinal, mengurangi metabolisme toksigenik
(bakteri yang dihambat oleh antimikrobial) mikrobial dalam usus dan memodulasi sistem
berkurang jumlahnya. Hal ini menimbulkan imun host.30 Dahulu diduga bahwa efek positif
gangguan keseimbangan ekologi yang dari probiotik didapatkan melalui modifikasi
memudahkan timbulnya infeksi dan genetik sehingga strain bakteri dapat
imunoinflamasi. Probiotik berfungsi untuk menghasilkan antibodi, enzim dan sitokin.
mengembalikan keseimbangan mikroflora Sekarang diketahui bahwa mekanisme toleransi
secara optimal sehingga dapat mencegah dan probiotik adalah meregulasi respon imun
memperbaiki kondisi penyakit.1 terhadap fragmen makanan potensial antigenik
Berdasarkan definisi WHO, probiotik dan menghilangkan adhesi bakteri patogen dan
adalah mikroorganisme hidup yang jika menggantikannya dengan bakteri non-patogen
diberikan dalam jumlah tertentu dapat (Gambar 1).8

Produksi Sitokin

Asam organik
Patogen
Virus Surfactans

Bahan antimikrobial

Probiotik Sel epitel

Stimulus

Gambar 1. Efek bakteri probiotik terhadap sel epitel tubuh, yaitu sekresi asam organik, surfactans, bahan
antimikrobial (bacteriocin dan hidrogen peroksida). Probiotik juga akan berkompetisi dengan
patogen melalui adhesi dan pertukaran stimulus dengan reseptor sel epitel sehingga terjadi
sekresi sitokin yang akan menghambat patogen dan virus.31

Hal ini yang membedakannya dengan pertumbuhan organisme penyebab halitosis


penggunaan antimikrobial untuk terapi halitosis. kembali.
Penggunaannya dalam jangka waktu pendek, Sejak dahulu, manusia telah
akan menghilangkan halitosis sampai bakteri mengkonsumsi bakteri asam laktik dalam
penyebab halitosis kembali mendominasi bentuk makanan maupun probiotik, namun
lingkungan rongga mulut. Penggunaan penggunaan bakteri lainnya, dikuatirkan dapat
antimikrobial spesifik tidak mungkin dilakukan, menimbulkan efek samping buruk terhadap
karena penyebab halitosis sendiri bersifat kesehatan. Akhir-akhir ini, banyak
kompleks dan masih banyak bakteri dalam perkembangan dalam penemuan probiotik baru,
rongga mulut penyebab halitosis yang belum seperti bakteri dari mukosa intestinal yang
ditemukan hingga kini.8 Oleh karena itu, digunakan pada mukosa oral. Bakteri
diajukan alternatif lain dengan menggunakan laktobasilus dari intestinal ini pernah dicoba
bakteri non-virulen berupa mikroorganisme digunakan untuk probiotik oral, tetapi
komensal, yang dapat menghambat nampaknya kurang memberikan efek positif

Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1): 64-71 67


Oral Probiotik

daripada bakteri yang diisolasi langsung dari lactis dapat melemahkan pembentukkan biofilm
mikrobiota oral.1 Kandidat probiotik oral ini plak gigi.1 Begitu pula dengan probiotik
diharapkan dapat bertahan dalam kondisi laktobasilus yang berasal dari usus, dapat
ekosistem oral. Bakteri normal mulut yang telah menekan pertumbuhan S. mutans.1
dicoba digunakan sebagai probiotik antara lain
Lactococcus lactis1, Lactobacillus acidophilus32, 2.3. S. salivarius K12 sebagai bakteri
Streptococcus thermophilus1, Streptococcus probiotik untuk terapi halitosis
mutans33, dan Streptococcus salivarius1. Streptococcus salivarius, Rothia
Dari semua spesies, S. salivarius mucilaginosa dan spesies Eubacterium,
merupakan kandidat probiotik yang sangat baik, merupakan bakteri normal yang ditemukan pada
dapat menempati lingkungan biofilm dengan individu sehat.8 Streptococcus salivarius K12
jumlah dominan pada lidah. Bakteri ini dapat merupakan prototipe dari strain S. salivarius
menghasilkan sangat sedikit komponen sulfur yang mempunyai efek inhibisi tinggi terhadap
volatil dan tidak berimplikasi terhadap karies bakteri lain dalam kelompok bacteriocin
gigi maupun penyakit infeksius lainnya. Strain streptokokus (probiotik ini menghasilkan
bakteri ini hampir menyerupai S. thermophilus lantibiotik 2,368-Da salivaricin A2 atau SalA2
yang dahulu disebut S. salivarius ssp. dan lantibiotik 2,740-Da salivaricin B atau
Thermophilus dan sudah banyak digunakan SboB) sehingga dapat digunakan untuk
dalam industri makanan. Jadi, S. salivarius pencegahan dan terapi halitosis.35 Lantibiotik
dipilih menjadi probiotik karena karakteristik disebut juga sebagai class I bacteriocin,
bakteri berupa bakteriosin yang dihasilkan akan mengandung asam amino lanthionine yang telah
menetap dalam rongga mulut, dapat ber-adhesi dimodifikasi post-translasional dan/atau
pada berbagai sel dalam mulut, dapat dibekukan methyllanthionine; pada S. salivarius dihasilkan
dan disimpan, menghasilkan bakteriosin tipe salivaricin A dan B.36 Gambar 1
lantibiotik yang poten terhadap bakteri gram memperlihatkan diagram fungsi bacteriocin.
positif.1 S. salivarius K12 tidak dapat
menghambat semua spesies yang berperan
2.2. Penggunaan probiotik dalam bidang dalam halitosis, terutama koloni berpigmen
kedokteran gigi hitam (beberapa spesies Prevotella) dalam
Banyak usaha telah dilakukan dalam sampel saliva.37 S. salivarius ini sangat efektif
upaya menggunakan bakteri intestinal normal dalam menekan pertumbuhan Micrococcus
(seperti laktobasilus) untuk rongga mulut, tetapi luteus, Streptococcus anginosis, Eubacterium
nampaknya bakteri yang diisolasi dari dalam saburreum dan Micromonas micros, yang pada
rongga mulut lebih dapat bermanfaat daripada akhirnya menurunkan kadar komponen sulfur
bakteri intestinal.1 Tidak semua probiotik dapat volatil.37 Mekanisme yang diduga berperan
mengisi populasi mikrobial dalam rongga mulut, disini adalah kompetisi melalui saturasi
karena setiap strain bakteri memiliki afinitas perlekatan bakteri (bakteriosin) ke mukosa
terhadap jaringan tertentu.1 Selain itu, bakteri mulut, karena secara in vitro, S. salivarius tidak
juga dapat menghasilkan bacteriocin, yang dapat menghambat semua spesies yang menjadi
berfungsi untuk membunuh bakteri kompetitor penyebab halitosis intraoral, yaitu P. gingivalis
sehingga probiotik mendapatkan nutrien yang dan P. intermedia.37
optimal dalam lingkungan tempatnya.34 Hingga Produksi salivaricin A dalam saliva,
sekarang, dalam bidang kedokteran gigi, sangat bervariasi antar individu dan untuk dapat
probiotik telah digunakan sebagai terapi menghasilkan sejumlah salivaricin yang dapat
preventif untuk karies gigi, Candidam albicans dideteksi, diperlukan S. salivarius K12 per
dan halitosis. mililiter saliva sebanyak 8 x 105 sampai 6,7 x
Probiotik telah banyak digunakan sebagai 107 CFU per ml.36 Kondisi ini juga dipengaruhi
terapi preventif terhadap karies gigi. Strain oleh laju aliran saliva yang dapat mendilusi
Streptococcus thermophilus dan Lactococcus salivaricin A. S. salivarius K12 selain dapat

68 Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1): 64-71


Indriyadi Gunardi, Yuniardini S Winiardhani

digunakan sebagai terapi halitosis, juga dapat karet41. Kemasan bubuk dapat digunakan untuk
digunakan sebagai terapi infeksi faringeal akut terapi halitosis dengan cara ditambahkan air dan
yang disebabkan Streptococcus pyogenes.36 dikumur selama 30 detik dan gargle selama 5
detik kemudian dibuang.38 Penggunaannya
sangat dianjurkan setelah atau selama
Pembahasan penggunaan antibiotik, profilaksis mencegah
penyakit sore throat, dan aman digunakan bagi
Penelitian klinis pada pasien halitosis wanita hamil maupun menyusui.40 Hal ini
yang diberikan obat kumur klorheksidin dan dilakukan karena bahan medikasi baik antibiotik
probiotik lozenges strain K12, memperlihatkan maupun antiseptik, dapat menyebabkan
bahwa 8 dari 13 pasien mengalami perbaikan kematian bakteri patogen maupun komensal
kadar komponen sulfur volatil dalam 2 minggu. serta meningkatkan populasi spesies kandida
Sebagai pilihan terapi halitosis, S. salivarius dalam mulut. Tetapi jika penggunaan antibiotik
K12 tidak dapat digunakan secara tunggal, dihentikan, maka kondisi flora mulut akan
namun harus dikombinasikan dengan kembali seperti semula. Probiotik dapat
pembersihan mekanis dan kimiawi agar bakteri diberikan selama pemberian antibiotik, supaya
penghasil halitosis dapat disingkirkan dan populasi bakteri dalam mulut, lebih didominasi
selanjutnya populasi bakteri mulut akan oleh bakteri normal komensalis. Efektivitas S.
digantikan dengan S. salivarius K12.1 Jadi salivarius K12 telah diuji secara klinis mampu
penggunaan probiotik dilakukan sesudah memperbaiki kondisi halitosis, begitu pula
pembersihan mekanis dan kimiawi dalam dengan keamanannya, tanpa menimbulkan efek
rongga mulut. samping apapun karena bakteri tersebut
Saat kini, S. salivarius K12 sudah banyak mempunyai potensi patogenik sangat rendah
ditemukan dalam pasaran dan dikemas dalam pada individu sehat.42
bentuk bubuk38, lozenges39,40, dan permen

A B C D

Gambar 2. Jenis kemasan probiotik Streptococcus salivarius K12 yang tersedia di pasaran; A sediaan
lozenges; B sediaan obat kumur; C sediaan permen karet; dan D sediaan bubuk.38-41

Kesimpulan patogen, sehingga didapatkan fungsi fisiologik


yang aplikatif untuk mempertahankan kesehatan
Probiotik bersifat aman untuk dikonsumsi atau mencegah dan mengobati penyakit. Saat ini
manusia dan peran terapeutiknya dapat semakin penggunaan probiotik S. salivarius K12 baru
baik dengan dimengertinya kondisi flora ditujukan sebagai terapi halitosis intraoral,
mikrobial dan hubungannya dengan fisiologi sedangkan untuk terapi halitosis ekstraoral
manusia serta etio-patogenesis terhadap masih belum dikembangkan. Secara intraoral,
penyakit. Bahan makanan yang mengandung penggunaan probiotik sebaiknya
probiotik tentunya semakin lama semakin dapat dikombinasikan dengan pembersihan mekanis
diterima di masyarakat, tanpa melihat kondisi dan kimiawi, sedangkan secara sistemik,
ekonomi maupun sosial. Organisme kandidat penggunaan probiotik dapat digunakan setelah
probiotik baru dapat diciptaan melalui rekayasa terapi antibiotik.
genetik, merubah bakteri patogen menjadi non-

Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1): 64-71 69


Oral Probiotik

Daftar Pustaka 14. Knaan T, Cohen D, Rosenberg M. Predicting


bad breath in the non-complaining population.
1. Burton JP, Chilcott CN, Tagg JR. The rationale Oral Dis 2005;11(Suppl. 1):105-6.
and potential for the reduction of oral malodour 15. Morita M, Lay Wang H. Relationship of sulcular
using Streptococcus salivarius probiotics. Oral sulfide level and oral malodor in subjects with
Dis 2005;11(Suppl. 1):29-31. periodontal disease. J Periodontol
2. Tonzetich J. Production and origin of oral 2001;72(1):79-84.
malodor: a review of mechanism and methods of 16. Nonaka A, Tanaka M, Anguri H, Nagata H, Kita
analysis. J Periodontol 1977;48:13-20. J, Shizukuishi S. Clinical assessment of oral
3. Yaegaki K, Coil JM. Examination, classification malodor intensity expressed as absolute value
and treatment of halitosis; clinical perspectives. using electric nose. Oral Dis 2005;11(Suppl.
J Can Dent Assoc 2000;66(5):257-61. 1):114.
4. Figueiredo LC, Rosetti EP, Marcantonio Jr E, 17. Iwanicka-Grzegorek E, Lipkowska E, Kepa J,
Marcantonio RAC, Salvador SL. The Michalik J, Wierzbicka M. Comparison of
relationship of oral malodor in patients with or ninhydrine methods of detecting amine
without periodontal disease. J Periodontol compounds with other methods of detection in
2002;73(11):1338-42. halitosis. Oral Dis 2005;11(Suppl. 1):114.
5. Verran J. Malodour in denture wearers: an ill- 18. Quirynen M, Zhao H, Soers C, Pauwels M, Van
defined problem. Oral Dis 2005;11(Suppl. Steenberghe D. Saliva incubation as
1):24-8. replacement for intra-oral malodour evaluation.
6. Donaldson AC, McKenzie D, Flanagan AJ, Oral Dis 2005;11(Suppl. 1):116.
Riggio MP. Microbiological culture analysis of 19. Kleinberg I, Codipilly DM. Cysteine challenge
the tongue microflora in subjets with and testing: a powerful tool for examining oral
without halitosis. Oral Dis 2005;11(Suppl. malodour processes and treatments in vivo. Int
1):120. Dent J 2002;52(Suppl 3):221-8.
7. Phillips M, Nachnani S, Cataneo RN, Greenberg 20. Spratt D. Use of molecular identification
J. Volatile markers of oral malodor in the breath. techniques to study oral microbes and
Oral Dis 2005;11(Suppl. 1):101. microcosms. Oral Dis 2005;11(Suppl. 1):102-3.
8. Kazor CE, Mitchell PM, Lee AM, Stokes LN, 21. Yaegaki K, Coli JM, Kamemizu T, Miyazaki H.
Loesche WJ, Dewhirst FE, Paster BJ. Diversity Tongue brushing and mouth rinsing as basic
of bacterial populations on the tongue dorsa of treatment measure for halitosis. Int Dent J
patients with halitosis and healty patients. J Clin 2002;52(Suppl 3):192-6.
Microbiol 2003;41(2):558-63. 22. Codipilly DP, Kaufman HW, Kleinberg I. Use
9. Yamamoto Y, Tanaka M, Ehara M, Nonaka A, of a novel group of oral malodor measurements
Anguri H, Kuboniwa M, Shizukuishi S. to evaluate an anti-oral malodor mouthrinse
Relationship of oral malodor with tongue (TriOralTM) in humans. J Clin Dent
microbiota analyzed with real-time PCR. Oral 2004;15(4):98-104.
Dis 2005;11(Suppl. 1):115. 23. Niles H, Hunter C, Vazquez J, Williams M,
10. Murata T, Fujiyama Y, Yamaga T, Miyazaki H. Cummins D. Clinical comparison of a
Breath malodor in an asthmatic patients caused triclosan/copolymer/NaF dentrifice and a
by side-effects of medication: a case report and commercially available breath-freshening
review of the literature. J Oral Dis 2003;9:273-6. dentrifice in reducing breath volatile sulfur
11. van Den Broek AMWT, Feenstra L, De Baat C. compounds overnight: a multiple-use study.
Complaints of halitosis related to the oral cavity. Oral Dis 2005;11(Suppl. 1):111.
A preliminary report of 700 consecutive patients. 24. Choi YG. Effect of intraoral oxygen release
Oral Dis 2005;11(Suppl. 1):107-8. device on breath odor. Oral Dis 2005;11(Suppl.
12. Mitchell SC. Trimethylaminuria (fish-odour 1):110.
syndrome) and oral malodour. J Oral Dis 25. Silwood CJ, Grootveld MC, Lynch E. A
2005;11(Suppl 1):10-3. multifactorial investigation of the ability of oral
13. Sato H, Hirose T, Kimura T, Moriyama Y, health care products (OHCPs) to alleviate oral
Nakashima Y. Analysis of malodorous volatile malodour. J Clin Periodontol 2001;28(7):634-41.
substances of human waste: feces and urine. J 26. Takarada K. The effects of essential oils on
Health Sci 2001;47(5):483-90. periodontopathic bacteria and oral halitosis.
Oral Dis 2005;11(Suppl. 1):115.

70 Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1): 64-71


Indriyadi Gunardi, Yuniardini S Winiardhani

27. Sazvar SMR, Dashti MH, Afshan BK. 35. Hyink O, Wescombe PA, Upton M, Ragland N,
Effectiveness of a mechanic-chemical method in Burton JP, Tagg JR. Salivaricin A2 and the
reducing malodor of dentures. Oral Dis novel Lantibiotic Salivaricin B are encoded at
2005;11(Suppl. 1):119. adjacent loci on a 190-Kilobase transmissible
28. Powers W. The science of smell part 4: megaplasmid in the oral probiotic strain
Principles of odor control. 2004. Available at: Streptococcus salivarius K12. Appl Environ
www.extension.iastate.edu/Publications/PM196 Microbiol 2007;73(4):1107-13.
3D.pdf. Accessed 23 Juli 2007. 36. Wescombe PA, Upton M, Dierksen KP, Ragland
29. Reid G. The importance of guidelines in the NL, Sivabalan S, Wirawan RE, Inglis MA,
development and application of probiotics. Curr Moore CJ, Walker GV, Chilcott CN, Jenkinson
Pharmaceutic Design 2005;11:11-6. HF, Tagg JR. Production of the Lantibiotic
30. Crittenden R, Bird AR, Gopal P. Henriksson A, Salivaricin A and its variants by oral
Lee YK, Playne MJ. Probiotic research in Streptococci and use of a specific induction
Australia, New Zealand and the Asia-Pacific assay to detect their presence in human saliva.
region. Curr Pharm Design 2005;11(1):37-53. Appl Environ Microbiol 2006;72(2):1459-66.
31. O’Sullivan GC, Kelly P, O’Halloran S, Collins 37. Burton JP, Chilcott CN, Moore CJ, Tagg JR.
C, Collins JK, Dunne C, Shanahan F. Probiotics: Effect of probiotic Streptococcus salivarius K12
an emerging therapy. Curr Pharm Design on oral malodour parameters. Oral Dis
2005;11(1):3-10. 2005;11(Suppl. 1):103.
32. Elahi S, Pang G, Ashman R, Clancy R. 38. Katz H. Aktiv K-12 Probiotics. Available at:
Enhanced clearance of Candida albicans from http://www.therabreath.com/probiotics_directio
the oral cavities of mice following oral ns.asp. Last update 2008. Accessed July 30,
administration of Lactobacillus acidophilus. 2008.
Clin Exp Immunol 2005;141:29-36. 39. Australian Breath Clinic. Kforce Breath
33. Qi F, Chen P, Caufield PW. The group I strain Recovery Program. Available at:
Streptococcus mutans, UA140, produces both http://www.breezecare.com/usa/index.html. Last
the Lantibiotic Mutacin I and a Nonlantibiotic Update Sept 5, 2008. Accessed July 30, 2008
Bacteriocin, Mutacin IV. Appl Environ 40. Blis K-12 Throat Guard. Available at:
Microbiol 2001;67(1):15-21. http://www.onlinepharmacy.co.nz/index.cfm/lay
34. Wang BY, Kuramitsu HK. Interactions between out/Brand/BrandID/251/CatID/9. Accessed July
oral bacteria: inhibition of Streptococcus mutans 30, 2008
bacteriocin production by Streptococcus 41. Katz H. Probiotic chewing gum. Available at:
gordonii. Appl Environ Microbiol http://www.therabreath.com/productdetail.asp?c
2005;71(1):354-62. at=22&pid=283. Accessed July 30, 2008.
42. Burton JP, Wescombe PA, Moore CJ, Chilcott
CN, Tagg JR. Safety assessment of the oral
cavity probiotic Streptococcus salivarius K12.
Appl Environ Microbiol 2006;72(4):3050-3.

Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1): 64-71 71

Anda mungkin juga menyukai