Anda di halaman 1dari 6

DIAGNOSIS DAN MANAJEMEN

TATALAKSANA NEURITIS OPTIK


DEMIELINASI
Tinjauan
Pustaka Okta Della Susmitha1, Muhammad Yusran2

1Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran,


Universitas Lampung
2Departemen Ilmu Penyakit Mata, Rumah Sakit Dr.

H. Abdoel Moeloek – Fakultas Kedokteran,


Universitas Lampung

ABSTRAK
Pendahulan: Neuritis Optik (ON) didefinisikan sebagai inflamasi pada saraf optik, yang
sebagian besar etiologinya idiopatik. Namun dapat dikaitkan dengan penyebab lain seperti
lesi demielinasi, gangguan autoimun, infeksi atau inflamasi. Dari semua ini, multiple
sclerosis (MS) adalah penyebab paling umum dari demielinasi ON.
Tujuan: Untuk mengetahui diagnosis dan tatalaksana neuritis optik demielinasi.
Metode: Artikel ini dibuat dengan metode literature review, melibatkan 29 pustaka buku,
jurnal nasional atau internasional.
Hasil: ON terjadi karena proses inflamasi yang mengarah pada aktivasi sel-T yang dapat
melewati sawar darah otak dan menyebabkan reaksi hipersensitivitas terhadap struktur
saraf. Mekanisme pastinya belum diketahui. Diagnosis klinis ON terdiri dari tiga gejala
klasik yaitu kehilangan penglihatan, nyeri periokular dan dischromatopsia. Hal ini
membutuhkan pemeriksaan oftalmik, neurologis dan sistemik yang cermat untuk
membedakan antara ON spesifik dan tidak. Diagnosis banding diperlukan untuk membuat
rencana tatalaksana yang tepat.
Pembahasan: Menurut Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT), pengobatan pertama yang
dilakukan adalah metilprednisolon intravena dengan pemulihan yang lebih cepat dan lebih
sedikit kemungkinan kasus relaps dan konversi ke MS. Controlled High-Risk Subjects
Avonex® Multiple Sclerosis Prevention Study (CHAMPS) dan Early Treatment of MS study
(ETOMS) melaporkan bahwa pengobatan dengan interferon β-1a, akan mengurangi risiko
karakteristik MS dari MRI. Sensitivitas kontras, penglihatan warna dan lapang pandang
adalah parameter yang sebagian besar tetap terganggu bahkan setelah pemulihan
ketajaman visual yang baik.
Simpulan: Tatalaksana pada neuritis optik demielinasi dominan diberikan
metilprednisolon intravena dan interferon β-1a.

Kata kunci: demielinasi, multipel skeloris, neuritis optik, tatalaksana

ABSTRACT

Introductions: Optic Neuritis (ON) is defined as inflammation of the optic nerve, which is
mostly idiopathic. But it can be linked to other causes such as demyelinating lesions,
autoimmune disorders, infections and inflammation. Of all these, multiple sclerosis (MS) is
the most common cause of demyelinating ON.
Objectives: To determine the diagnosis and management of demyelinating optic neuritis.
Methods: This article was produced using the literature review method, involving 29
references, both books and national or international journals.
Results: ON occurs due to an inflammatory process that leads to T-cell activation that can
cross the blood brain barrier and cause hypersensitivity reactions to nerve structures. The

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 73


exact mechanism is unknown. The clinical diagnosis of ON consists of three classic
symptoms namely vision loss, periocular pain and dyschromatopsia. This requires careful
ophthalmic, neurological and systemic examination to distinguish between specific and
non-specific ON. A differential diagnosis is needed to make an appropriate management
plan.
Discussions: According to the Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT), the first treatment
is intravenous methylprednisolone with faster recovery and fewer possible cases of relapse
and conversion to MS. Controlled High-Risk Subjects Avonex® Multiple Sclerosis
Prevention Study (CHAMPS) and Early Treatment of MS Study (ETOMS) have reported
that treatment with interferon β-1a, with the result of reducing the risk of MS characteristic
characteristics from MRI. Contrast sensitivity, color vision and visual fields are parameters
that remain largely disturbed even after recovery of good visual acuity.
Conclusions: Management of dominant demyelinating optic neuritis is given steroids and
β-1a interferon.

Keywords: demyelination, multiple sclerosis, optic neuritis, management

1. PENDAHULUAN mater. Dura (selubung terluar) kontinu


Neuritis optik (ON) lebih sering sampai dengan sklera anterior dan
terkena pada orang dewasa muda. menyatu dengan periosteum dan
Insiden ON telah diperkirakan hingga 1 annulus Zinn di puncak orbital. Arteri
hingga 6 kasus baru per tahun per optalmika menyuplai darah ke saraf optik
100.000 populasi.[1] ON adalah sindrom intraorbital termasuk, diskus optikus,
klinis yang sering muncul pada pasien melalui cabang-cabang arteri ciliary
dengan gangguan demielinasi, yang posterior. Suplai darah ke bagian
paling umum adalah multiple sclerosis intrakanalikular dan intrakranial dari saraf
(MS). Optic Neuritis Treatment Trial optik berasal dari cabang karotid internal,
(ONTT) memberikan informasi tentang serebral anterior, atau arteri komunikans
respons steroid terhadap demielinasi anterior. Kerusakan sawar darah saraf
tipikal ON, termasuk implikasi dalam optik terjadi pada inisiasi autoimun ON.[7]
terjadinya MS.[2,3] Oligodendrosit membungkus
Meskipun ON paling sering akson saraf optik secara konsentris
dikaitkan dengan MS, selama 15 tahun dengan myelin, mirip dengan saluran
terakhir ini, terdapat 2 seromarker ganglia basalis di otak dan sumsum
immunoglobulin G (IgG) yang telah tulang belakang. Demielinisasi inflamasi
ditemukan, neuromyelitis optica (NMO)- adalah ciri patologis MS, meskipun
IgG dan myelin oligodendrocyte mekanisme yang tepat tetap sulit
glikoprotein (MOG)-IgG, keduanya dipahami walaupun telah dilakukan
menjelaskan bahwa sejumlah pasien penelitian selama beberapa decade
rentan terhadap gangguan demielinasi terakhir. Myelin terdiri dari beberapa
inflamasi yang berbeda. Tujuan dari komponen, termasuk MOG dan target
tinjauan pustaka ini yaitu menekankan MOG-IgG. Astrosit ditemukan melimpah
bagi klinisi bagaimana cara di seluruh saraf optik, dengan astrosit
mendiagnosis dan tatalaksana ON. retrolaminar berfungsi sebagai perancah
Tinjauan ini tidak akan membahas ON yang melindungi akson myelinated.
pada anak, yang memiliki gejela khas Astrosit mengekspresikan aquaporin-4
sendiri.[4–6] (AQP4) dan target NMO-IgG.[3,8]
Neuritis optik merupakan istilah
2. PEMBAHASAN yang digunakan jika terdapat infeksi,
Secara anatomi, saraf optik demielinasi, atau peradangan pada saraf
manusia terdiri dari 1,2 juta akson paralel optik. Meskipun neuritis optik dapat
yang memanjang dari sel-sel ganglion di terjadi secara tiba-tiba dengan dan tanpa
retina bagian dalam dan sinapsis, progres khusus (mis., Neuritis optik
terutama pada inti geniculate lateral. kronis), sebagian besar kasus akan tiba-
Bagian intraorbital dari saraf optik tiba muncul. Bergantung pada
dikelilingi oleh dura, arachnoid, dan pia penyebabnya, neuritis optik akut dapat

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 74


unilateral atau bilateral, anterior (mis., lapang pandang hemianopik
Papilitis) atau retrobulbar, dan terasa unilateral.[14,15] Pasien dengan neuritis
nyeri atau tidak nyeri. Pengobatan optik akut unilateral selalu memiliki defek
neuritis optik akut tergantung pada pupil aferen relatif (RAPD) pada mata
etiologinya.[9] yang terkena dan pasien tersebut juga
Neuritis optik demielinasi akut memiliki sensasi penurunan kecerahan
dapat terjadi jika pada pasien tersebut pada objek yang terkena. Pemeriksaan
terdapat multiple sclerosis (MS) atau lampu celah (slit lamp) biomikroskopi
neuromyelitis optica spectrum disease pada pasien dengan neuritis optik
(NMOSD) dengan antibodi serum demielinasi hampir selalu normal.
terhadap aquaporin-4 (AQP4), atau Mungkin ada beberapa sel dalam cairan
dapat dikaitkan dengan antibodi untuk vitreus yang menutupi diskus optikus,
melawan myelin oligodendrocyte tetapi jarang ada reaksi seluler yang
glycoprotein (MOG). Dalam beberapa bermakna.[16]
kasus, NO terjadi sendirian tanpa Neuritis optik demielinasi akut
penyerta lain, dan pasien tersebut sehat yang tidak berhubungan dengan antibodi
dan tidak pernah terjadi defisit neurologis anti-AQP4 atau anti-MOG dapat
atau sistemik setelahnya. Neuritis optik memburuk selama beberapa hari hingga
dengan demikian dianggap "idiopatik" 2 minggu, dan kemudian membaik
dan diasumsikan bahwa patogenesisnya kembali. Perbaikan awalnya cukup cepat
adalah demielinasi.[10,11] dengan hampir semua pasien mulai
Neuritis optik tipikal yang tidak membaik dalam bulan pertama.
berhubungan dengan antibodi anti-AQP4 Kemudian menurun, tetapi perbaikan
atau anti-MOG biasanya terjadi pada terus berlanjut hingga 1 tahun setelah
satu mata saja tetapi kadang-kadang timbulnya gejala visual. Ketajaman visus
pada kedua mata secara bersamaan, rata-rata 12 bulan setelah serangan
dan berhubungan dengan nyeri retro- neuritis optik tanpa komplikasi adalah
okular yang biasanya meningkat dengan 20/15, dan kurang dari 10% pasien
pergerakan mata.[7] Hal ini paling sering memiliki ketajaman visus permanen
terjadi pada wanita berusia antara 15 kurang dari 20/40.[17] Bahkan pasien
sampai 45 tahun. Tingkat kehilangan yang kehilangan semua persepsi cahaya
penglihatan pada pasien ini sangat dapat kembali dengan visus 20/20 atau
bervariasi.[12] Beberapa pasien sadar penglihatan yang lebih baik. Parameter
dengan penurunan penglihatan minimal lain untuk menilai fungsi visual, adalah
di sentral dan atau benar-benar sensitivitas kontras, persepsi warna, dan
mempertahankan ketajaman visus bidang visual. Meningkatnya parameter
20/20. Pada beberapa pasien, ini biasanya bersamaan dengan
kehilangan penglihatan akibat neuritis peningkatan ketajaman visus. Namun
optik dikaitkan dengan adanya kilatan demikian, masih ada beberapa pasien
cahaya yang disebut, fotopsia, yang yang memiliki kehilangan penglihatan
dapat dimanipulasi oleh gerakan mata visus yang parah dan persisten setelah
atau suara tertentu. Pasien dengan terjadi episode neuritis optik.[18] Pasien
neuritis optik tidak hanya memiliki seperti ini mungkin ditemukan memiliki
ketajaman visus yang menurun tetapi penipisan lapisan serat saraf retina ketika
juga memiliki penurunan penglihatan dilakukan optical coherence tomography
terhadap warna yang sering kali lebih (OCT), yang menunjukkan hilangnya
parah dibandingkan tingkat ketajaman akson secara permanen daripada
visusnya.[13] Defek lapang pandang terjadinya demielinasi sederhana.[19]
sentral sering terjadi pada pasien dengan Pengobatan dalam neuritis optik
neuritis optik, tetapi skotoma sentral demielinasi akut yang tidak terkait
tipikal terjadi pada hanya beberapa dengan antibodi anti-AQP4 atau anti-
pasien. Sebaliknya, berbagai pola MOG agak kontroversial. Penggunaan
kehilangan bidang visual dapat terjadi jangka pendek metilprednisolon
pada pasien dengan neuritis optik akut, intravena (250 mg setiap 6 jam selama
termasuk altitudinal, arcuate, 72 jam) diikuti dengan 2 minggu
cecocentral, difus, dan bahkan cacat prednison oral (11 hari 1 mg/kg/hari

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 75


dengan 3 hari tapering-off) merupakan menunjukkan bahwa ada atau tidak
tatalaksana yang baik dalam kecepatan adanya lesi yang abnormal, tidak
pemulihan penglihatan 2–3 minggu berpengaruh terhadap terjadinya
dibandingkan tanpa pengobatan.[20,21] peningkatan risiko terjadinya MS.[23,26]
Penggunaan kortikosteroid oral Uji coba CHAMPS dirancang
saja ketika diberikan kepada pasien untuk menentukan apakah pemberian
dengan neuritis optik akut dengan dosis interferon beta-1a dapat menunda
1 mg/kg/hari tidak hanya meningkatkan timbulnya MS pada pasien dengan
hasil visual atau mempercepat sindrom demielinasi saja secara klinis
pemulihan tetapi, dikaitkan dengan (sekitar 50% di antaranya memiliki
insiden serangan berulang neuritis optik neuritis optik) dan dua atau lebih
yang secara signifikan lebih tinggi pada abnormalitas pada otak menggunakan
mata yang sama atau serangan baru MRI.[27] Dalam percobaan ini, semua
pada mata kontralateral dibandingkan pasien menerima IV dan kortikosteroid
pada pasien yang tidak diobati atau oral sesuai protokol ONTT; pasien
menerima kortikosteroid intravena kemudian menerima interferon beta-1a
sebelum pemberian steroid oral.[22] dalam bentuk AVONEX atau plasebo.
Dengan hasil ini, banyak pakar tidak Pasien yang menerima AVONEX
percaya untuk mengobati pasien dengan mengalami pengurangan 44% dalam
neuritis optik demielinasi akut dengan probabilitas kumulatif dalam terjadinya
kortikosteroid oral saja pada dosis MS secara klinis selama periode 3 tahun.
ini.[22,23] Temuan pada MRI otak juga
Kombinasi neuritis optik akut mengkonfirmasi efek kuat AVONEX
dengan setidaknya satu kelainan pada dengan pasien yang diobati
ganglia basal pada pencitraan magnetic menunjukkan pengurangan volume lesi
resonance imaging (MRI) otak aktif pada ganglia basal dibandingkan
menentukan pasien yang dengan pasien yang mendapatkan
monosimptomatik tetapi berisiko tinggi plasebo.[23]
untuk terjadinya MS. Ada beberapa Pasien dalam penelitian ETOMS
penelitian kelas I, termasuk Optic Neuritis yang diobati dengan interferon beta-1a
Treatment Trial (ONTT), Controlled High- rekombinan (Rebif) menunjukkan
Risk AVONEX Multiple Sclerosis penurunan 24% dalam terjadinya MS
(CHAMPS), dan Early Treatment of secara klinis selama jangka waktu 2
Multiple Sclerosis (ETOMS) yang tahun dibandingkan dengan pasien yang
membantu dalam memilih tatalaksana menerima plasebo.[28] Pasien yang
pada pasien seperti itu.[13,24,25] Hasil dirawat menunjukkan perubahan pada
penelitian ini sangat menyarankan MRI mereka seperti yang terlihat pada
bahwa tatalaksana tidak hanya diobati percobaan CHAMPS.[3,29]
dengan steroid dosis tinggi dan diikuti
oleh kortikosteroid sistemik dosis rendah 3. SIMPULAN
seperti yang dijelaskan di atas, tetapi Patofisiologi terjadinya ON
juga harus dipertimbangkan untuk melibatkan peradangan saraf optik akut
pengobatan dengan terapi interferon dan pada sebagian besar pasien,
beta-1a. Penggunaan kortikosteroid demielinisasi dengan hilangnya banyak
didukung oleh temuan ONTT, yang akson. Membedakan ON karena
menunjukkan bahwa risiko terjadinya MS NMOSD, MOG-EM, dan penyakit
dapat ditunda selama jangka waktu 2 autoimun lainnya seperti MS penting
tahun oleh rejimen terapi yang dijelaskan ketika mempertimbangkan terapi
di atas.[22] ONTT juga menentukan pemeliharaan jangka panjang yang tepat.
bahwa prediktor paling penting dari Pemahaman tentang faktor-faktor
terjadinya MS pada pasien dengan epidemiologis, klinis, dan radiografi dapat
neuritis optik akut saja adalah MRI yang membantu kita dalam menentukan
abnormal. Temuan awal kelainan ini diagnosis, tatalaksana dan prognosis
menunjukkan bahwa risiko MS pada pasien neuritis optik. Melihat ke
meningkat dengan jumlah lesi pada masa yang akan datang, tampaknya
ganglia basal; Namun, data terbaru akan ada autoantibodi tambahan yang

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 76


ditemukan dalam menjelaskan mengapa JAMA Ophthalmol. 2018
ON dapat terjadi secara "idiopatik". Apr;136(4):419–22.
12. Zhou H, Wang W, Xu Q, Tan S,
DAFTAR PUSTAKA Zhao S, Yang M, et al. Clinical
1. Soelberg K, Jarius S, Skejoe HPB, Features and Visual Outcomes of
Engberg H, Mehlsen JJ, Nilsson AC, Optic Neuritis in Chinese Children. J
et al. A population-based Ophthalmol. 2016;2016(1–7).
prospective study of optic neuritis. 13. Horton L, Bennett JL. Acute
Mult Scler J. 2017 Oct Management of Optic Neuritis : An
5;23(14):1893–901. Evolving Paradigm. J
2. Bennett JL, Nickerson M, Costello F, Neuroophthalmol. 2019;38(3):358–
Sergott RC, Calkwood JC, Galetta 67.
SL, et al. Re-evaluating the 14. Chan J. Ischemic Optic
treatment of acute optic neuritis. J Neuropathies. In: Optic Nerve
Neurol Neurosurg. 2015 Jul Disorders: Diagnosis and
1;86(7):799–808. Management. New York: Springer
3. Levin MH. Demyelinating Optic Link; 2014. p. 47–54.
Neuritis and its Subtypes. Int 15. Stefanou MI, Bischof F. Central and
Ophthalmol Clin. 2019;59(3):23–37. peripheral nervous system immune-
4. Chang MY, Pineles SL. Pediatric mediated demyelinating disease
Optic Neuritis. Semin Pediatr after allogeneic hematopoietic stem
Neurol. 2017 May;24(2):122–8. cell transplantation. J
5. Christakis PG, Reginald YA. Neuroimmunol. 2017 Jun;307:74–
Pediatric Optic Neuritis and Other 81.
Demyelinating Optic Neuropathies. 16. Wilhelm H, Schabet M. The
Int Ophthalmol Clin. Diagnosis and Treatment of Optic
2018;58(4):113–23. Neuritis. Dtsch Arztebl Int.
6. Borchert M, Liu GT, Pineles S, 2015;112(37):616–26.
Waldman AT, Angeles L, Angeles L, 17. Jarius S, Kleiter I, Ruprecht K,
et al. Pediatric Optic Neuritis : What Asgari N, Pitarokoili K, Borisow N, et
Is New. J Neuroophthalmol. al. MOG-IgG in NMO and related
2017;37(Suppl 1):S14-22. disorders : a multicenter study of 50
7. Salazar JJ. Anatomy of the Human patients . Part 3 : Brainstem
Optic Nerve: Structure and involvement - frequency ,
Function. Ramírez AI, editor. Rijeka: presentation and outcome. J
IntechOpen; 2019. 1–12 p. Neuroinflammation.
8. Simons M, Misgeld T, 2016;13(281):1–23.
Kerschensteiner M. A unified cell 18. Owidzka M, Wilczynski M.
biological perspective on axon – Evaluation of contrast sensitivity
myelin injury. J Cell Biol. measurements after retrobulbar
2014;206(3):335–45. optic neuritis in Multiple Sclerosis.
9. Baig IF. Ophthalmologic Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol.
Manifestations of Autoimmune 2014;252(1):673–7.
Diseases. New York: American 19. Galetta SL, Villoslada P, Levin N,
Academy of Ophthalmology; 2020. 1 Shindler K, Ishikawa H, Parr E, et al.
p. Acute optic neuritis. Neurol
10. Borisow N, Mori M, Kuwabara S, Neuroimmunol Neuroinflamm.
Scheel M. Diagnosis and Treatment 2015;2(4):e135.
of NMO Spectrum Disorder and. 20. Merabtene L, Vignal Clermont C,
Front Neurol. 2018;9(888):1–15. Deschamps R. Optic neuropathy in
11. Chen JJ, Tobin WO, Majed M, positive anti-MOG antibody
Jitprapaikulsan J, Fryer JP, Leavitt syndrome. J Fr Ophtalmol. 2019
JA, et al. Prevalence of Myelin Dec;42(10):1100–10.
Oligodendrocyte Glycoprotein and 21. Chalmoukou K, Alexopoulos H,
Aquaporin-4-IgG in Patients in the Akrivou S, Stathopoulos P, Reindl
Optic Neuritis Treatment Trial. M, Dalakas MC. Anti-MOG

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 77


antibodies are frequently associated
with steroid-sensitive recurrent optic
neuritis. Neurol Neuroimmunol
neuroinflammation. 2015 Jul
2;2(4):e131.
22. Morrow SA, Fraser JA, Day C,
Bowman D, Rosehart H,
Kremenchutzky M, et al. Effect of
Treating Acute Optic Neuritis With
Bioequivalent Oral vs Intravenous
Corticosteroids: A Randomized
Clinical Trial. JAMA Neurol. 2018
Jun;75(6):690–6.
23. Miller NR. Optic Neuritis. In: Neuro-
Ophthalmology. Switzerland:
Springer Nature Switzerland; 2019.
p. 1–10.
24. Toosy AT, Mason DF, Miller DH.
Optic neuritis. Lancet Neurol
[Internet]. 2014;13(1):83–99.
Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/S1474-
4422(13)70259-X
25. Kale N. Optic neuritis as an early
sign of multiple sclerosis. Eye Brain.
2016;8:195–202.
26. Mackay DD. Should patients with
optic neuritis be treated with
steroids? Curr Opin Ophthalmol.
2015 Nov;26(6):439–44.
27. Assadeck H, Toudou Daouda M,
Adehossi Omar É, Mamadou Z,
Hassane Djibo F, Douma Maiga D.
Inflammatory demyelinating
diseases of the central nervous
system in Niger. Rev Neurol (Paris).
2019 Apr;175(4):261–8.
28. Filippini G, C DG, Clerico M, Beiki O,
Mattoscio M, Piazza F, et al.
Treatment with disease-modifying
drugs for people with a first clinical
attack suggestive of multiple
sclerosis ( Review ). Cochrane
Database Syst Rev.
2017;2017(4):CD012200.
29. Farber RS, Sand IK. Optimizing the
initial choice and timing of therapy in
relapsing-remitting multiple
sclerosis. Ther Adv Neurol Disord.
2015;8(5):212–32.

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 78

Anda mungkin juga menyukai