Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ESSAY PKN

[Lunturnya Karakter Budaya Bangsa Pada Generasi

Muda Di era Globalisasi]

Oleh:

Ari Suhendra

NIM.119120003

Kelas RF

Dosen Pengampu:
Dayu Rika Pradana

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya budaya mempunyai nilai-nilai yang senantiasa
diwariskan, ditafsirkan, dan dilaksanakan seiring dengan proses perubahan
sosial kemasyarakatan. Pelaksanaan nilai-nilai budaya merupakan
manifestasi, dan legitimasi masyarakat terhadap budaya. Eksistensi budaya
dan keragaman memiliki nilai-nilai luhur kebudayaan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia ialah sarana dalam membangun karakter dan sebagai
pondasi warga negara, baik yang berhubungan dengan karakter privat
maupun karakter publik.
Budaya mempunyai peranan dan fungsi yang mendasar sebagai landasan
utama dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara karena suatu
bangsa kan menjadi besar jika nilai-nilai kebudayaan telah mengakar dalam
sendi kehidupan masyarakat. Indonesia sebagai negara kepulauan ialah
negara-bangsa yang memiliki kekayaan dan keragaman budaya nusantara
yang merupakan daya tarik tersendiri di mata dunia.
Seiring dengan perkembangan zaman, eksestensi budaya dan nilai-nilai
budaya yang dimiliki oleh suatu bangsa sampai saat uni belum optimal
dalam membangun pondasi kokohnya budaya nasional. Pasca reformasi
saat ini kebudayaan di Indonesia sampai saat ini terus mengalami tantangan
yang cukup serius. Saat ini sendiri sangat rentan bagi kalangan anak muda
yang mana sudah banyak kurang memahami kebudayaan lokal. Tidak
banyak dari mereka yang mengetahui suatu sejarah kejayaan
suatu kerjaaan di nusantara.
Hal ini tentu disebabkan oleh perkembangan zaman yang begitu pesat
dan juga adanya teknologi sehingga kebanyakan dari mereka lebih
menyukai hal-hal berbau kebarat-baratan sehingga hal ini sangatlah
menghawatirkan karena apabila nilai-nilai kebudayaan khususnya budaya
lokal hilang dan tidak teraktualisasi oleh masyaratakat khususnya
generasi muda tentu hal ini akan menyebabkan kehilangan pondasi dana
landasan fundamdental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara agar budaya lokal dapat menarik perhatian masyarakat
khususnya anak muda?
2. Bagaimana cara peranan pemerintah dalam upaya melestarikan budaya
lokal.
BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan ialah dua sebutan yang satu sama lain silih berkorelasi sangat
erat. Pembelajaran merupakan salah satu wujud upaya pembudayaan. Lewat proses,
pembelajaran kebudayaan bukan saja ditransformasikan dari generasi tua ke
generasi muda, melainkan dibesarkan sehingga menggapai derajat paling tinggi
berbentuk peradaban.139 Dalam konteks ini apa sesungguhnya tujuan
pembelajaran nasional kita? Uraian tentang tujuan pembelajaran nasional bisa kita
temukan dalam Pasal 31 Ayat (3) UUD NRI 1945. Rumusan pasal ini
mengakomodasi nilai- nilai serta pemikiran hidup bangsa yang religius. Maknanya
merupakan kalau buat menggapai tujuan pendidikan nasional, ialah mencerdaskan
kehidupan bangsa, wajib dicoba dengan tingkatkan keimanan serta ketakwaan dan
akhlak mulia. Perihal lain yang butuh menemukan atensi merupakan budaya wajib
bersiap menyongsong pertumbuhan serta kemajuan IPTEK. Oleh sebab budaya
bangsa kita sebagian besar masih bersumber pada budaya etnik tradisional,
sebaliknya IPTEK berasal dari pertumbuhan budaya asing yang lebih maju, hingga
apabila perkembangan budaya bangsa kita tidak disiapkan akan bisa terjalin apa
yang diucap kesenjangan budaya (cultural lag), yakni kondisi kehidupan bangsa
Indonesia yang bergumul dengan budaya baru yang tidak dipahaminya budaya telah
diprediksi oleh William F. Ogburn (seseorang ahli sosiologi ternama), kalau
pergantian kebudayaan material lebih cepat dibanding dengan pergantian
kebudayaan non material (perilaku, sikap, serta kerutinan). Dampaknya hendak
terjalin kesenjangan budaya seperti diungkapkan tadinya. Oleh sebab itu, budaya
bangsa serta tiap orang Indonesia wajib disiapkan buat menyambut masa ataupun
era kemajuan serta kecanggihan IPTEK tersebut. Negeri pula harus memajukan
kebudayaan nasional. Semula ketentuan menimpa kebudayaan diatur dalam Pasal
32 UUD NRI 1945 tanpa ayat. Sehabis pergantian UUD NRI 1945 syarat tersebut
masih diatur dalam Pasal 32 UUD NRI 1945 tetapi dengan 2 ayat. Perhatikanlah
perubahannya berikut ini. Rumusan naskah asli: Pasal 32: “Pemerintah memajukan
kebudayaan nasional Indonesia”. Rumusan pergantian: Pasal 32, (1) “Negeri
memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan warga dalam memelihara serta meningkatkan nilai- nilai
budayanya”. (2) “Negara menghormati serta memelihara bahasa wilayah selaku
kekayaan budaya nasional”. Pergantian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk
menempatkan kebudayaan nasional pada derajat yang besar. Kebudayaan nasional
ialah bukti diri bangsa serta negeri yang wajib dilestarikan, dibesarkan, serta
diteguhkan di tengah pergantian dunia [1]1
B. Keanekaragaman Budaya Indonesia
Keanekaragaman budaya dalam warga tercipta atas dasar bukti diri budaya.
Bukti diri budaya merupakan jenis pembeda berdasarkan nilai- nilai budaya antara
satu kelompok dengan kelompok yang lain. Perihal itu terjalin sebab masing-
masing bukti diri kultural mempunyai sentiment primordial tertentu yang pengaruhi
jalinan politik, persilangan, serta interaksi sosial diantara kelompok etnik didalam
warga. Kebudayaan secara universal bisa dibagi jadi 2:

1. Kebudayaan Wilayah merupakan kebudayaan dalam daerah ataupun daerah


tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu pada
generasi selanjutnya pada ruang lingkup wilayah tersebut. Budaya wilayah ini
timbul dikala penduduk sesuatu wilayah sudah mempunyai pola pikir serta
kehidupan sosial yang sama sehingga itu jadi sesuatu kerutinan yang membedakan
mereka dengan penduduk– penduduk yang lain. Budaya wilayah mulai nampak
tumbuh di Indonesia pada era kerajaan– kerajaan terdahulu. Perihal itu bisa dilihat
dari metode hidup serta interaksi sosial yang dilakukan tiap- tiap warga kerajaan
di Indonesia yang berbeda satu sama lain.
2. Kebudayaan Nasional merupakan gabungan dari budaya wilayah yang terdapat di
Negeri tersebut. Itu dimaksudkan budaya wilayah yang mengalami asimilasi serta
akulturasi dengan dareah lain di sesuatu Negeri hendak terus berkembang serta
tumbuh jadi kebiasaan- kebiasaan dari Negeri tersebut. Misalkan wilayah satu
dengan yang lain memanglah berbeda, namun bila dapat menyatukan
perbandingan tersebut hingga hendak terjalin budaya nasional yang kokoh yang
dapat berlaku di seluruh wilayah di negeri tersebut meski tidak seluruhnya serta
pula tidak mengesampingkan budaya wilayah tersebut [2]2.

C. Hakikat Negara Kebangsaan Indonesia


Hakikat dari negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan
(nation state). Negara-bangsa (nation state) adalah fenomena baru mengenai tipe
negara. Negara- Negara sendiri adalah format moderen kebangsaa dimana otoritas
negara secara otomatis meliputi dan mengatur secara keseluruhan suku bangsa
dalam wilayah dan teritorialnya [3]3

1
I. Ahmad, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Ristekdikti, 2016.

2
Daniah, "Kearifan Lokal (Local Wisdom) Sebagai Basisi Pendididkan Karakter," Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, pp. 31-61, 2016.

3
Winarmo, "Paradikma Baru," in Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta, Bumi Aksara,
2019, p. 34.
BAB III
PEMBAHASAN

Lunturnya budaya bangsa selaku bukti diri negeri sangat terasa, sampai
banyak terjalin kemelut perkara akibat kebudayaan yang sering terjalin akhir-
akhir ini. Kemelut yang terjalin di Indonesia disebabkan hilangnya budaya asli
bangsa yang terkontaminasi budaya Barat, sehingga negeri ini kehabisan arah
dalam mengimbangi kemajuan jaman. Warga jaman dulu mempunyai perilaku
sosial yang besar antar sesama serta mempunyai pemahaman buat menaati
peraturan yang ditetapkan pemerintah. Hendak namun, saat ini perihal itu
sangat susah ditemui. Selain perilaku sosial yang besar, warga jaman dahulu
pula mempunyai kepedulian yang besar dalam melindungi area di sekitarnya,
sehingga keadaan alam pada masa tersebut sangat indah serta mempesona.
Kebalikannya, pada zaman modern semacam saat ini, perilaku semacam itu
tampaknya telah luntur di hati rakyat Indonesia, sehingga alam jadi panas serta
tidak bersahabat lagidengan manusia sebab sudah tercemari.
Singkatnya, terdapat 3 perihal yang wajib dicoba oleh negara ini buat
memajukan budaya serta membangun kepribadian bangsa. Yang awal
merupakan dari segi modal, tidak hanya mempunyai keanekaragaman budaya,
Indonesia mewarisi banyak nilai luhur nenek moyang yang bisa dijadikan
referensi buat membentuk kepribadian bangsa yang berbudaya. Kedua
merupakan kerja sama, menjadikan kebudayaan selaku pondasi kepribadian
bangsa tidak dapat dicoba oleh satu pihak saja melainkan kerja sama bermacam
golongan. Pemerintah, akademisi, lembaga pembelajaran serta riset, dan tokoh
budaya tercantum di dalamnya para raja serta sultan silih bekerja sama dalam
melestarikan serta memajukan kebudayaan nusantara dan menginternalisasi
nilai- nilai luhur bangsa di warga, spesialnya generasi muda. Semacam yang
belum lama ini dicoba oleh pemerintah ialah melaksanakan audiensi dengan
ratusan raja se- nusantara buat mediskusikan pemajuan budaya nusantara,
spesialnya dalam membangun kepribadian bangsa sehingga kita mempunyai
manusia yang berbudi luhur, pekerja keras, inovatif serta kreatif. Yang terakhir
merupakan dengan metode membangun komitmen dari seluruh pihak buat
mempraktikkan serta berpegang teguh pada nilai- nilai luhur bangsa buat
memajukan negara ini tanpa wajib terbawa oleh pengaruh budaya asing yang
berpotensi menggerogoti nilai- nilai budaya bangsa. Akhirnya, dibutuhkan
upaya, strategi, serta kerja sama yang solid dari bermacam pihak dalam
melestarikan kebudayaan nusantara beserta nilai- nilai luhur yang bisa dirujuk
buat membangun kepribadian serta moral bangsa. Tidak bisa dipungkiri kalau
kebudayaan ialah salah faktor sentral untuk sesuatu bangsa sebab lewat
kebudayaan, bukti diri serta jati diri sesuatu bangsa bisa terejawantahkan.
Tidak cuma itu saja, pelestarian serta pemajuan budaya bisa membagikan
banyak akibat positif untuk sesuatu negeri sebab banyak negeri yang sudah
mengangkut tradisi, narasi, serta unsur- unsur kebudayaan yang lain buat
menguatkan perekonomian mereka dengan metode meningkatkan industri
pariwisata di zona ini. Rapuhnya dan lunturnya kebudayaan Indonesia sangat
terasa sekali, membuat kemunduran negara Indonesia. Namun setiap usaha dan
pembenahan demi kelestarian dan terjaganya budaya asli Indonesia pasti
memiliki:
1. Strengh (Kekuatan)
a. Keanekaragaman budaya lokal yang terdapat di Indonesia Indonesia
mempunyai keanekaragaman budaya lokal yang dapat dijadikan selaku
peninggalan yang tidak bisa disamakan dengan budaya lokal negeri
lain. Budaya lokal yang dipunyai Indonesia berbeda- beda pada setiap
wilayah. Masing- masing wilayah mempunyai karakteristik khas
budayanya, semacam rumah adat, baju adat, tarian, perlengkapan
musik, maupun adat istiadat yang dianut. Seluruh itu bisa dijadikan
kekuatan buat bisa memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata
Internasional.

b. Kekhasan budaya Indonesia


Kekhasan budaya lokal yang dipunyai tiap wilayah di Indonesia
memliki kekuatan tersediri. Misalnya rumah adat, baju adat, tarian, alat
musik, maupun adat istiadat yang dianut. Kekhasan budaya lokal ini
sering kali menarik pemikiran negeri lain. Teruji banyaknya
masyarakat asing yang menekuni budaya Indonesia semacam belajar
tarian khas sesuatu wilayah atau mencari beberapa barang kerajinan
buat dijadikan buah tangan. Ini meyakinkan kalau budaya bangsa
Indonesia mempunyai karakteristik khas yang unik.

c. Kebudayaan Lokal jadi sumber ketahanan budaya bangsa Kesatuan


budaya lokal yang dipunyai Indonesia ialah budaya bangsa yang
mewakili bukti diri negeri Indonesia. Buat itu, budaya lokalwajib
senantiasa dilindungi dan diwarisi dengan baik supaya budaya bangsa
tetap kuat.
2. Weakness (Kelemahan)
a. Minimnya pemahaman masyarakat
Pemahaman warga buat melindungi budaya lokal saat ini ini masih
terbilang sedikit. Warga lebih memilah budaya asing yang lebih instan
serta cocok dengan pertumbuhan jaman. Perihal ini bukan berarti
budaya lokal tidak cocok dengan pertumbuhan jaman, meningalkan
tetapi banyak budaya asing yang tidak cocok dengan karakter bangsa.
Budaya lokal pula bisa di sesuaikan dengan pertumbuhan era, asalkan
masih tidak karakteristik khas dari budaya tersebut.
b. Minimnya pendidikan budaya
Pendidikan tentang budaya, wajib ditanamkan semenjak dini. Namun
saat ini ini banyak yang telah tidak menyangka berarti mempelajari
budaya lokal. Sementara itu lewat pendidikan budaya, kita bisa
mengetahui berartinya budaya lokal dalam membangun budaya bangsa
dan bagaiman metode mengadaptasi budaya lokal di tengah
pertumbuhan jaman.
c. Sedikitnya komunikasi budaya
Keahlian buat berbicara sangat berarti supaya tidak terjadi
salah pahaman tentang budaya yang dianut. Sedikitnya komunikasi
budaya ini kerap memunculkan perselisihan antarsuku yang hendak
berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa.

3. Opportunity (Kesempatan)
a. Indonesia ditatap dunia Internasional
Sebab kekuatan budayanya sehingga bisa menarik para wisatawan
asing buat menekuni kebudayaan Indonesia sehingga budaya- budaya
Indonesia memperoleh pengakuan dimata Internasional. Apabila
budayan lokal bisa di jaga dengan baik, Indonesia hendak di pandang
selaku negara yang bisa mempertahankan identitasnya di mata
Internasioanal.
b. Kuatnya budaya bangsa, memperkokoh rasa persatuan
Usaha warga dalam mempertahankan budaya lokal supaya dapat
memperkokoh budaya bangsa, pula bisa memperkokoh persatuan.
Karena terdapatnya silih menghormati antara budaya lokal sehingga
bisa bersatu jadi budaya bangsa yang kuat.
c. Kemajuan pariwisata
Budaya lokal Indonesia kerap kali menarik atensi para turis
mancanegara. Ini bisa dijadikan objek wisata yang hendak
menghasilkan devisa untuk negeri. Hendak namun perihal ini pula
wajib diwaspadai karena banyaknya aksi pembajakan budaya yang bisa
jadi terjalin.

4. Threatment (Tantangan)
a. Pergantian area alam serta fisik
Pergantian area alam serta raga jadi tantangan tersendiri untuk sesuatu
negeri buat mempertahankan budaya lokalnya. Sebab seiring
pergantian area alam serta raga, pola piker dan pola hidup masyakrkat
pula ikt berganti.
b. Kemajuan Teknologi
Walaupun ditatap banyak membagikan banyak khasiat, kemajuan
teknologi nyatanya jadi salah satu factor yang menyebabkan
ditinggalkannya budaya lokal.
c. Masuknya Budaya Asing
Masuknya budaya asing jadi tantangan tertentu supaya budaya lokal
senantiasa terpelihara. Dalam perihal ini, kedudukan budaya lokal
dibutuhkan sebagai keseimbangan di tengah pertumbuhan era. Di
tengah Maraknya arus Globalisasi yang masuk ke Indonesia, lewat
cara- cara tertentu membuat akibat positif serta akibat negatif nya
sendiri untuk Bangsa Indonesia, paling utama dalam bidang
kebudayaan. Bersamaan dengan kemajuan era, tradisi serta kebudayaan
wilayah yang pada awal mulanya dipegang teguh, di pelihara dan
dilindungi keberadaannya oleh tiap suku, saat ini telah nyaris punah.
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun Kesimpulan dari permasalahan diatas adalah:
1. Membangun pembelajaran kepribadian di sekolah lewat kearifan lokal
memiliki nilai- nilai yang relevan serta bermanfaat untuk pembelajaran.
Pembelajaran kepribadian berbasis kearifan lokal bisa dicoba dengan
merevitalisasi budaya lokal. Kedudukan warga secara maksimal sangat
diperlukan dalam upaya pengembangan kearifan lokal selaku basis
pembelajaran karakter tidak hanya pula membutuhkan terdapatnya
penafsiran, uraian, pemahaman, kerja sama, dan partisipasi segala elemen
masyarakat belajar.
2. Rapuhnya dan lunturnya kebudayaan Indonesia sangat terasa sekali,
membuat kemunduran negara Indonesia. Namun setiap usaha dan
pembenahan demi kelestarian dan terjaganya budaya asli Indonesia pasti
memiliki Strengh (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity
(Peluang) dan Threatment (Tantangan)
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

[1] I. Ahmad, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Ristekdikti, 2016.

[2] Daniah, "Kearifan Lokal (Local Wisdom) Sebagai Basisi Pendididkan


Karakter," Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Darussalam Banda
Aceh, pp. 31-61, 2016.

[3] Winarmo, "Paradikma Baru," in Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta, Bumi


Aksara, 2019, p. 34.

Anda mungkin juga menyukai