Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH GAGAL GINJAL

Di susun oleh

Kelompok VI

Defitrianti Tampilang (1901057)

Gina M.R Haringan (1901046)

Mica A. Aku (1901042)

Gustin Harun (1901053)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH
MANADO 2020/2021
KATA PENGANTAR

puji sukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidaya-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Makalah GAGAL GINJAL"

Kami menyadari tugas ini masih kurang sempurna karena keterbatasan sumber buku
dan  pengetahuan kami baik segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu kami
mengharapkan kritik  dan saran yang bersifat membantu demi kesempurnaan tugas ini.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan tugas ini. Akhirnya, kami mengharapkan semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….…..

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian……………………………………………………………………

2.2 Etiologi………………………………………………………………………

2.3 Patofisiologi………………………………………………………………….

2.4 Manifestasi Klinis……………………………………………………………

2.5 Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………….

2.6 Penatalaksanaan Keperawatan………………………………………………

BAB III ASKEP TEORI

3.1 Pengkajian……………………………………………………………………

3.2 Diagnosa………………………………………………………………………

3.3 Intervensi dan Rasional………………………………………………………

3.4 Evaluasi………………………………………………………………………

3.5 Pathway………………………………………………………………………

BAB IV ASKEP KASUS

4.1 Pengkajian Kasus……………………………………………………………

4.2 Diagnosa……………………………………………………………………..

4.3 Perencanaan…………………………………………………………………

4.4 Implementasi…………………………………………………………………

BAB V PEMBAHASAN DIAGNOSA

5.1 Pengkajian……………………………………………………………………
5.2 Diagnosa…………………………………………….…………………………

5.3 Perencanaan……………………………………………………………………

5.4 Implementasi………………………………………………………………….

5.5 Evaluasi……………………………………………………………………….

5.6 Pathway……………………………………………………………………….

BAB VI PENUTUP

6.1 PENUTUP (Lampiran Jurnal)……………………………………..................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2012 penderta gagal
ginjal baik akut maupun kronik mencapai 50%. The United States Renal Data System
(USRDS) mencatat bahwa jumblah pasien yang dirawat karena End Stage Renal Disease
(ESRD) secara global diperkirakan 3.010.000 pada tahun 2012 dengan tingkat
pertumbuhan 7% dan meningkat 3.200.000 pada tahun 2013 dengan tingkat pertumbuhan
6%.
Di Indonesia Prevalensi penyakit Gagal Ginjal Kronik berdasarkan diagnosis dokter
pada penduduk umur ≥15 tahun di tahun 2013 sebanyak 2.0‰ dan meningkat di tahun
2018 sebanyak 3.8 ‰ atau sekitar satu juta penduduk. Sedangkan pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di tahun 2015 sebanyak 51.604 pasien,
kemudian meningkat ditahun 2017 menjadi 108.723 pasien.
Pada Provinsi Kalimantan Timur, penyakit gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisa di tahun 2015 sebanyak 238 pasien, kemudian ditahun 2017 meningkat
dengan pertambahan pasien baru sebanyak 568 pasien. Berdasarkan rekam medik RSUD
AWS Samarinda, jumlah kunjungan penderita penyakit gagal ginjal kronik di unit
hemodialisa pada tahun 2011 tercatat 885 kunjungan dari 205 penderita gagal ginjal
kronik, dan pada tahun 2012 tercatat 1.241 kunjungan dari 205 penderita gagal ginjal
kronik. Data diatas menunjukkan peningkatan gagal ginjal dari tahun ke tahun (Riskesdas
Kaltim 2013).
Terus meningkatnya angka GGK dengan hemodialisa membuat Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia menetapkan program untuk mengatasinya melalui upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit ginjal kronik dengan meningkatkan upaya
promotif dan preventif dengan modifikasi gaya hidup, yaitu dengan melakukan aktivitas
fisik teratur, makan makanan sehat (rendah lemak, rendah garam, tinggi serat), kontrol
tekanan darah dan gula darah, monitor berat badan, minum air putih minimal 2 liter
perhari, tidak mengkonsumsi obat-obatan yang tidak dianjurkan, dan tidak merokok.
Selain itu pemerintah juga mendorong implementasi program Posbindu Pelayanan
Penyakit Tidak Menular adar dapat dilakukan deteksi dini terhadap penyakit gagal ginjal
kronik. (KEMENKES, 2018)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksut dengan gagal ginjal (akut/kronik)?
2. Bagaimana etiologi gagal ginjal (akut/kronik)?
3. Bagaimana patofisiologi gagal ginjal (akut/kronik)?
4. Bagaimana manifestasi klinis gagal ginjal (akut/kronik)?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang gagal ginjal (akut/kronik)?
6. Bagaimana penatalaksanaan gagal ginjal (akut/kronik)?
7. Bagaimana Asusah Keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis dapat mempelajari asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal
2. Tujuan khusus
Pada tujuan khusus ini penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian secara langsung pada pasien gagal ginjal
b. Merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada pasien gagal
ginjal
c. Membuat perencanaan keperawatan pada pasien gagal ginjal
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien gagal ginjal
e. Mengevaluasi keperawatan pada pasien gagal ginjal
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien gagal ginjal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.1.1 Definisi Gagal Ginjal akut
Gagal ginjal akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal
dalam membersihkan darah dari bahanbahan racun, yang menyebabkan
penimbunan limbah metabolik didalam darah (misalnya urea). Gagal ginjal akut
merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
secara mendadak dengan akibat terjadinya peningkatan hasil metabolik
(Ayu,2010). Gagal ginjal akut merupakan suatu keadaan dimana ginjal
mengalami gangguan dalam melaksanakan fungsi-fungsi vital (Bonez,2011).
2.1.2 Definisi Gagal ginjal kronik
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal
ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min (Suyono, et al, 2001).
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Smeltzer & Bare,
2001). Gagal ginjal kronik adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan
irreversible dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia atau
azotemia (Brunner & Suddarth, 2000)
2.2 Etiologi
2.2.1etiologi Gagal Ginjal akut
Menurut Robert Sinto, Ginova Nainggolan (2010) etiologi gagal ginjal akut
dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan patogenesisnya yakni
1.Penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal tanpa menyebabkan prerenal.
a. Dehidrasi
b. Muntah dan diare
c. Diabetes militus
d. Luka bakar
e. Pemakaian deuretik yang tidak sesuai
f. Asidosis
g. Syok
2.Penyakit yang secara langsung menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal
a. Hipertensi
b. Nefrotaksin(antibiotik:gentamicin,kanamisin)
3.Penyakit yang terkait dengan obstruksi saluran kemih.
a. Hiperplasia prostat
2.2.2 etiologi Gagal Ginjal kronik
Gagal ginjal kronik sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit
lainnya,sehingga merupakan penyakit sekunder. Penyebab dari gagal ginjal kronis
antaralain:
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7. Nefropati toksik
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)(Robinson, 2013)
2.3 Patofisiologi
2.3.1Patofisiologi Gagal Ginjal akut
Ginjal berperan penting dalam regulasi tekanan darah berkat efeknya pada
keseimbangan natrium, suatu penentu utama tekanan darah. Konsentrasi natrium
didalam tubuh dalam menilai tekanan darah. Melalui kerja dua sensor, baik kadar
natrium yang rendah atau tekanan perfusi yang rendah berfungsi sebagai stimulasi
untuk pelepasan renin. Renin yaitu suatu protease yang meningkatkan tekanan
darah dengan memicu vasokonstriksi secara langsung dan dengan merangsang
sekresi aldosteron sehingga terjadi retensi natrium dan air. Semua efek ini
menambah cairan ekstrasel utuh kehilangan fungsi ginjal normal akibat dari
penurunan jumlah nefroen yang berfungsi dengan tepat. Bila jumlah nefron
berkurang sampai jumlah yang tidak adekuat untuk mempertahankan
keseimbangan homeostatis,terjadi akibat gangguan fisiologis. Gagal ginjal
melakukan fungsi metaboliknya dan untuk membersihkan toksin dari darah selain
itu gagal ginjal akut disebabkan dengan berbagai macam keadaan seperti gangguan
pada pulmoner yaitu nafas dangkal, kussmaul, dan batuk dengan sputum.
Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa. Gangguan pada
kardiovaskuler seperti hipertensi, nyeri dada, gangguan irama jantung dan edema.
Edema merupakan tanda dan gejala yang umum pada kelebihan volume
cairan.Edema merujuk kepada penimbunan cairan di jaringan subkutis dan
menandakan ketidak seimbangan gaya-gaya starling (kenaikan tekanan
intravaskuler atau penurunan tekanan intravaskuler) yang menyebabkan cairan
merembes ke dalam ruang interstisial. Edema akan terjadi pada keadaan
hipoproteinemia dan gagal ginjal yang parah (Tambanyong jan 2013).
2.3.2Patofisiologi Gagal Ginjal kronik
Gagal ginjal kronik selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR.
Stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR(Glomerular Filtration
Rate) yang tersisa dan mencakup:
1. Penurunan cadangan ginjal;
Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi
ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat
mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan
mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan
CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi
2. Insufisiensi ginjal;
Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 – 35% dari normal. Nefron-
nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena
beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic
dalam darah karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi.
Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat
insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari GFR,
sehingga perlu pengobatan medis
3. Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
4. Penyakit gagal ginjal stadium akhir;
Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit
nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut
dan atrofi tubuluS. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak seperti
ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau
penggantian ginjal (Brunner & Suddarth, 2001).
2.4 Manifestasi Klinik
2.4.1Manifestasi Klinik Gagal Ginjal akut
Menurut (M. Nurs Salam 2006)
a. Pasien tampak sangat menderita dan mual muntah, diare
b. Kulit dan membaran mukosa kering akibat dehidrasi dan nafas mungkin
berbau urine (fetouremik).
c. Manifestasi system saraf (lemah, sakit kepala, kedutan otot dan kejang).
d. Perubahan pengeluaran produksi urine sedikit, dapat mengandung darah.
e. Anoreksia (disebabkan oleh akumulasi produk sisa nitrogen).
f. Sakit dan nyeri pada tulang dan sendi (karena kehilangan kalsium dari tulang)
g. Kelelahan akibat anemia
h. Hipertensi, peningkatan BB dan edema
2.4.2 Manifestasi klinis Gagal Ginjal kronik
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001) antara lain : hipertensi,
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem renin – angiotensin –
aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan
berlebihan) dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik,
pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi)
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi
perikardiak dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama
jantung dan edema.
b. Gangguan pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan spuntum kental.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus, perdarahan saluran gastrointestinal,
ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau amonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg syndrom (pegal pada kaki sehingga selalu digerakan),
burning feet syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama di telapak
kaki), tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas)
e. Gangguan integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore. Gangguan metabolik glukosa, gangguan
metabolik lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa
Biasanya terjadi retensi garam dan air, tetapi dapat juga terjadi
kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,
sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, dapat
juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositipenia.
2.5 Pemeriksaan penunjang
2.5.1Pemeriksaan penunjang Gagal Ginjal akut
Menurut (Tambayong, jan 2013)
1. Kreatinin dan BUN serum keduanya tinggi karena beratnya gagal ginjal.
2. Klirens kreatinin menunjukkan penyakti ginjal tahap akhir bila berkurangs/d
90%.
3. Elektrolik serum menunjukkan peningkatan kalium, fasfor, kalsium,magnesium
dan produk fasfor- kalsium dengan natrium serum rendah.
4. Gas darah arter (GDA) menunjukkan asidosis metabolic (nilai
PH,kaderbikarbonat dan kelebihan basa dibawah rentang normal).
5. HB dan hematokrit dibawah rentang normal.
6. Jumlah sel darah merah dibawah rentang normal.
7. Kadar alkalin fosfat mungkin tinggi bila metabolism tulang
dipengaruhi(Engran Balbarra).
2.5.2Pemeriksaan penunjang Gagal Ginjal kronik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada klien gagal ginjal kronik adalah :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah:
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,
trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan
immunoglobulin)
b. Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM,
keton, SDP,TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta
prostate.
4. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
2.6 Penatalaksanaan
2.6.1Penatalaksanaan Gagal Ginjal akut
a.Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut
yang serius seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Perikarditis
memperbaiki abnormalitas biokimia menyebabkan cairan, protein, dan natrium
dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan kecendrungan perdarahan, dan
membantu penyembuhan luka.
b.Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada
gagal ginjal akut, hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam
jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya
hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum (nilai
kalium >5,5mEq/L, SI: 5,5 mmol/L), perubahan EKG ( tinggi puncak
golombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis.
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti
resin (nutrium polistiren sultfona [kayexalatel]), secara oral atau melalui
retensi enema
c. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada berat badan
harian pengukuran vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang
hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan
parentral dan urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi
dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan.
2.6.2 Penatalaksanaan Gagal Ginjal kronik
Mengingat fungsi ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan
pengembalian, maka tujuan dari penatalaksanaan klien gagalginjal kronik adalah
untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan mempertahankan keseimbangan
secara maksimal untuk memperpanjang harapan hidup klien. Oleh karena itu,
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penatalaksanaan pada klien
gagal ginjal kronik diantaranya:
1. Diit rendah uremi
2. Obat – obatan anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen
kalsium, furosemid.
3. Tata laksana dialisis / transplantasi ginjal, untuk membantu mengoptimalkan
fungsi ginjal.
BAB III
ASKEP TEORI
3.1 Askep teori Gagal Ginjal Akut
3.1.1 Pengkajian
Pada Pengkajian data yag di peroleh yakni identitas klien dan identitas
penanggung jawab.
1. identitas klien
meliputi nama,usia jenis kelamin,serta diagnosa medis .penyakit gagal
ginjal aku dapat meyerang pria ataupun wanita dari rentang usia
manapun.khussnya bagi orang yang menderita penyakit serius,terluka serta
usia dewasa dan pada umumya lanjut usia.pada pegkajian jenis kelamin
pria di sebabkan oleh hipertrifi prostat,sedangkan wanita di sebabkan
infeksi saluran kemih yang berulang.serta pada wanita yang mengalami
pendrahan pasca melahirkan.untuk pengkajian identitas penanggung jawab
data yang di dapatkan yakni,meliputi nama umur,pekerjaan hubungan
dengan si penderita.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien dengan diagnose gagal ginjal akut sering terasa
sesak, mual, muntah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien mengeluh badan terasa lemah, kencing terasa
sesak, mual dan muntah dan penambahan BB, nyeri tekan pada
abdomen, anoreksia dan lemah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Menanyakan pasien apakah pernah merasakan penyakit gagal
ginjal akut sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Menanyakan kepada keluarga apakah keluarga pasien pernah
mengalami penyakit yang sama dengan penyakit yang dialami pasien
3. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Biasanya pasien tidak mampu makan karena pasien mual dan muntah
pasien hanya mampu menghabiskan 3 sendok makan dari porsi yang
disediakan dan pasien minum 2 gelas / hari.
b. Pola Istirahat
Biasanya pasien tidak dapat tidur dengan tenang dan hanya
tidur 4-5 jam/hari.
c. Pola Eliminasi
Biasanya BAB 2 hari satu kali dengan konsistensi padat dan
untuk BAK dengan urine warna kuning pekat agak kental.
d. Pola Aktifitas
Biasanya aktivitas pasien dibantu keluarga karena pasien lemah
e. Personal Hygine
Biasanya personal hygene pasien dibantu keluarga karena k/u
pasien lemah.
4. Riwayat Psikologis
Menanyakan pada pasien apakah ia merasa cemas dan berharap cepat
sembuh.
5. Riwayat Sosial
Biasanya pasien GGA dapat berinteraksi dengan keluarga dan keluarga
pasien lainnya.
6. Riwayat Spiritual
Menanyakan pada pasien apakah pasien berdoa untuk kesembuhan
penyakitnya dan mau berobat kerumah sakit.
4. A. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a. Edema pada kedua tungkai.
b. Pasien terlihat lemah terbaring ditempat tidur.
2. Palpasi
Nyeri tekan pad abdomen bagian bawah.
3. Perkusi
Perut kembung.
4. Auskultasi
Peristaltik usus terdengar sedikit lemah.
B. Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala
1. Kesimetrisan
2. Edema periorbital
3. Bentuk kepala : makrosefali, anecapali , encefalokel
4. Caput succeodenum
5. Cephalhematom
6. Distribusi rambut dan warna
b.Mata
1. Kesimetrisan
2. Apakah ada kelainan atau infeksi
3. Apakah terdapat sekret
4. Refleks Cahaya
5. Kemampuan akomodasi cahaya
c. Hidung
1. Kesimetrisan
2. Perhatikan jembatan hidung ( tidak ada Down Sindrom)
3. Cuping hidung masih keras
4. Passase udara ( gunakan Kapas )
d. Mulut
1. Kesimetrisan
2. Adanya labioschisi
3. Perhatikan adanya ovula apakah simetris , ovula naik bila bayi
menangis
4. Pengeluaran Saliva
5. Pertumbuhan Gigi ( apakah sejak lahir)
e. Telinga
1. Inspeksi struktur telinga luar
2. Bentuk: simetris atas bawah/tidak
3. Cairan: ada cairan yang keluar dari telinga/tidak
f. Leher
1. Lipatan pada leher ( garis ) Ada pembengkakan/tidak
2. Benjolan ada/tidak
g. Dada
1. Bentuk :simetris/tidak ( Barel chest: anterior posterior,
dan transversal 1:1)
2. Puting : timbul/tidak
3. Bunyi nafas : teratur/tidak
4. Takikardi, edema pulmonal, terdengar suara nafas
tambahan.
5. Bunyi jantung : normal/tidak, lemah/kuat
h. Adomen:
1. Terdapat distensi abdomen
2. Inspeksi ukuran abdomen dan palpasi kontur abdomen: bulat
menonjol, berbentuk seperti kubah karena otot otot abdomen
belum berkembang sempurna
3. Hepar dapat teraba 2 – 3 cm dibawah arcus costae.
4. Auskultasi bisisng usus : terdengar satu sampai dua jam setelah lahir
i. Ekstremitas
1.Jumlah Jari >5 ( polidaktili ), jari bersatu (sidaktili))
2. Ujung jari halus
3. Kuku Clubing finger <180 derajat (gangguan pernapasan )
4. Telapak kaki nampak datar
5. Kelengkapan organ
j. Genitalia
Laki-laki
1. Penis: ada/tidak
2. Prepotium: menutupi glans Penis
3. Testis : simetris/tidak, sudah turun masuk serotum/tidak
Perempuan
1. Vagina: berlobang/tidak
2. Terdapat labia mayor dan minor/tidakPerhatikan Adanya Klitoris
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Kreatinin dan BUN serum keduanya tinggi karena beratnya gagal ginjal
2. Klirens kreatinin menunjukkan penyakti ginjal tahap akhir bila berkurang
s/d 90%.
3. Elektrolik serum menunjukkan peningkatan kalium, fasfor, kalsium,
magnesium dan produk fasfor- kalsium dengan natrium serum rendah.
3.1.2Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon
individu, klien atau masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Herdman &
Kamitsuru, 2015). Menurut Mary Bsradero,(2010) diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul pada penderita gagal ginjal akut antara lain:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi
ginjal
2. intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemi dan nyeri sendir
sekunderterhadap gagal ginjal.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi.
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan denganmual muntah.
3.1.3 Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan dari Orem berdasarkan pada permintaan
perawatan diri dan mendorong pasien sebagai self care agent, pola sistem
keperawatan yang dapatdilakukan adalah sepenuhnya kompensasi (bantuan
total), sebagian kompensasi (bantuan sebagian) atau sistem keperawatan
pendidikan (bantuan atau pendidikan). Intervensi yang diberikan
berdasarkan intervensi keperawatan Klasifikasi adalah: pemantauan asam
basa, pengurangan kecemasan, pengambilan keputusandukungan, manajemen
elektrolit: hiperkalemia, pemantauan elektrolit, cairanmanajemen,
pemantauan cairan, terapi hemodialisis, manajemen nutrisi, pemantauan
nutrisi, terapi relaksasi, bantuan perawatan diri, dukungan
spiritual,Pengajaran: proses penyakit, perawatan retensi urin dan pemantauan
tanda-tanda vital
3.1.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan suatu pelaksanaan tindakan
keperawatan terhadap klien yang didasarkan pada rencana keperawatan yang
telah disusun dengan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan
meliputipeningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan,
dan memfasilitasi koping.Implementasi keperawatan akan dapat
dilaksanakan dengan baik apabila klien mempunyai keinginan untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Selama tahap
implementasi keperawatan, perawat terus melakukan pengumpulan data yang
lengkap dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien.
3.1.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap yang menentukan apakah tujuan
yang telah disusun dan direncanakan tercapai atau tidak. Menurut Friedman
(dalam Harmoko, 2012) evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya
intervensi -intervensi yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya.
Ada beberapa metode evaluasi yang dipakai dalam perawatan. Faktor yang
paling utama dan penting adalah bahwa metode tersebut harus disesuaikan
dengan tujuan dan intervensi yang sedang dievaluasi
3.1.6 Pathwey gagal ginjal akut
3.2 Askep teori Gagal Ginjal kronik
3.2.1 Pengkajian Keperawatan
Menurut Pranata & Prabowo (2014) Pengkajian pada klien gagal ginjal
kronis sebenarnya hampir sama dengan klien gagal ginjal akut, namun disini
pengkajian lebih penekanan pada support system untuk mempertahankan
kondisi keseimbangan dalam tubuh. Dengan tidak optimalnya/ gagalnya fungsi
ginjal, maka tubuh akan melakukan upaya kompensasi selagi dalam batas
ambang kewajaran. Tetapi, jika kondisi ini berlanjut (kronis) maka akan
menimbulkan berbagai manifestasi klinis yang menandakan gangguan system
tersebut. Berikut ini adalah pengkajian keperawatan pada klien dengan gagal
ginjal kronis:
1) Biodata
Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal,
namun laki-laki sering memiliki risiko lebih tinggi terkait dengan
pekerjaan dan pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode
lanjut dari insidensi gagal ginjal akut, sehingga tidak berdiri sendiri.
2) Keluhan Utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit
sekunder yang menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang
menurun (oliguria) sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena
komplikasi pada system sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual dan
muntah, napas berbau urea. Kondisi ini dipicu oleh penumpukan zat
sisa metabolisme toksin dalam tubuh karena ginjal mengalami
kegagalan filtrasi.
3) Riwayat kesehatan sekarang.
Pada klien dengan gagal ginjal kronis kaji onset penurunan
urine output, penurunan kesadaran, kelemahan fisik, perubahan pola
napas karena komplikasi dari gangguan system ventilasi, fatigue,
perubahan fisiologis kulit, bau urea pada napas.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Gagal ginjal kronik dimulai dengan periode gagal ginjal akut
dengan berbagai penyebab. Oleh karena itu, informasi penyakit
terdahulu akan menegaskan untuk penegasan masalah. Kaji riwayat
penyakit Infeksi Saluran Kemih, payah jantung, penggunaan obat
berlebihan khususnya obat yang bersifat nefrotoksik, Benigna Prostat
Hiperplasia
5) Riwayat kesehatan keluarga.
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun,
sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini.
Namun, pencetus sekunder seperti Diabetes Melitus dan hipertensi
memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronis,
karena penyakit tersebut bersifat herediter.
6) Keadaan umum dan tanda-tanda vital.
Kondisi klien dengan gagal ginjal kronis biasanya lemah
(fatigue), tingkat kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas. Pada
pemeriksaan tanda-tanda vital sering didapatkan respitration rate
meningkat, hipertensi/ hipotensi sesuai dengan kondisi fluktuatif.
7) Sistem pernapasan.
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi
asidosis/alkalosis respiratorik maka kondisi pernapasan akan
mengalami patologis gangguan. Pola napas akan semakin cepat dan
dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh mempertahankan ventilasi.
8) Sistem hematologi.
Ditemukan adanya friction rub pada kondisi uremia berat.
Selain itu, biasanya terjadi tekanan darah meningkat, akral dingin,
capillary reffil time> 3 detik, palpitasi jantung, nyeri dada, dyspneu,
gangguan irama jantung dan gangguan sirkulasi lainnya.
9) Sistem perkemihan.
Dengan gangguan/ kegagalan fungsi ginjal secara kompleks
(filtrasi, sekresi, reabsorpsi, dan sekresi), maka manifestasi yang paling
menonjol adalah penurunan urine output < 400 ml/hari bahkan sampai
pada anuria (tidak adanya urine output).
10) System pencernaan
Gangguan system pencernaan lebih dikarenakan efek dari
penyakit. Sering ditemukan anoreksia, nausea, vomit dan diare.
3.2.2 Diagnosis keperawatan
yang biasa muncul pada klien dengan gagal ginjal kronis menurut
Pranata & Prabowo (2014) dan Margareth (2012) adalah
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung
meningkat. Penurunan curah jantung adalah Ketidakadekuatan darah
yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh. Batasan karakteristik berupa edema, keletihan, peningkatan
berat badan, dispnea, perubahan tekanan darah, bunyi napas tambahan,
bradikardia, palpitasi jantung. Faktor yang berhubungan yaitu
Perubahan afterload, perubahan frekuensi jantung, perubahan irama
jantung, perubahan kontraktilitas, perubahan volume sekuncup.
2. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kegagalan
mekanisme pengaturan ginjal. Kelebihan volume cairan adalah
peningkatan retensi cairan isotonik. Batasan karakteristik berupa Bunyi
napas adventisius, gangguan elektrolit, anasarka, perubahan tekanan
darah, pola pernapasan, dyspnea, edema, peningkatan tekanan vena
sentral dan distensi vena jugularis, asupan melebihi haluaran,
penambahan berat badan dalam waktu singkat, bunyi jantung S3.
Faktor yang berhubungan adalah gangguan mekanisme regulasi,
kelebihan asupan cairan.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi.
Ketidakefektifan pola napsa adalah inspirasi dan/ atau ekspirasi yang
tidak memberi ventilasi adekuat. Batasan karakteristikberupa Dispnea,
penggunaan otot bantu pernapasan, pola napas abnormal (seperti
Irama, frekuensi, kedalaman). Faktor yang berhubungan: Ansietas,
hiperventilasi, keletihan, keletihan otot pernapasan, nyeri.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis. Ketidakseimbangan nutrisi adalah asupan
nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Batasan karakteristik berupa kram abdomen dan nyeri abdomen,
menghindari makanan, berat badan 20% atau lebih di bawah berat
badan ideal atau penurunan berat badan dengan asupan makanan
adekuat, diare, kehilangan rambut berlebihan, kurang makanan dan
informasi, membrane mukosa pucat, tonus otot menurun, membran
mukosa pucat, mengeluh gangguan sensasi rasa. Faktor yang
berhubungan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient,
ketidakmampuan untuk mencerna makanan, ketidakmampuan menelan
makanan, faktor biologis.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen. Intoleransi aktivitas adalah
ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari- hari
yang harus atau yang ingin dilakukan. Batasan karakteristik
berupaDispnea setelah beraktivitas, keletihan, ketidaknyamanan setelah
beraktivitas, respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas. Faktor
yang berhubungan yaitu Gaya hidup kurang gerak, imobilitas,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
Defisit perawatan diri adalah hambatan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Batasan karakteristik berupa ketidakmampuan membasuh tubuh,
ketidakmampuan mengakses kamar mandi, ketidakmampuan
mengambil perlengkapan mandi, ketidakmampuan mengatur air mandi,
ketidakmampuan mengeringkan tubuh, ketidakmampuan menjangkau
sumber air. Faktor yang berhubungan: Ansietas, kelemahan, kendala
lingkungan, nyeri, penurunan motovasi, ketidakmampuan merasakan
bagian tubuh.
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
cairan.
Kerusakan integritas kulit adalah perubahan/ gangguan
epidermis dan/ atau dermis. Batasan karakteristik berupa kerusakan
lapisan kulit, gangguan permukaan kulit, invasi struktur tubuh.
Faktor yang berhubungan yaitu Perubahan status cairan,
perubahan turgor, kondisi ketidakseimbangan nutrisi, penurunan
sirkulasi.
8. Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang pajanan. Defisiensi pengetahuan
adalah ketiadaan pengetahuan atau defisiensi informasi kognitif yang
berkaitan dengan topik tertentu. Batasan karakteristik berupa Perilaku
hiperbola, ketidakadekuratan melakukan tes, pengungkapan masalah.
Faktor yang berhubungan yaitu Keterbatasan kognitif, salah
interpretasi informasi, kurang pajanan, kurang dapat mengingat.
3.2.3 Perencanaan Keperawatan Intervensi
yang dirumuskan untuk mengatasi masalah keperawatan pada pasien
dengan gagal ginjal kronis adalah
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantun meningkat.
Nursing Outcome Classificationadalah Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 60 menit klien akan 0414. Status Jantung Paru
keefektifan pompa jantung yang dibuktikan dengan indikator 1(deviasi berat
dari kisaran normal), 2(deviasi yang cukup besar dari kisaran normal), 3
(deviasi sedang dari kisaran normal, 4 (deviasi ringan dari kisaran normal), 5
(tidak ada deviasi dari kisaran normal) dengan kriteria hasil yaitu tekanan
darah sistol, tekanan darah diastole, tingkat pernapasan, irama pernapasan,
urine output, dispnea saat beristirahat, dispnea dengan aktivitas ringan,
kelelahan.
Nursing Intervantion Classification 4040 adalahPerawatan Jantung.
Intervensi:
a) Evaluasi episode nyeri dada (intensitas, lokasi, radiasi, durasi dan
faktor yang memicu serta meringankan nyeri dada),
b) Monitor tanda-tanda vital secara rutin,
c) Monitor disritmia jantung termasuk gangguan ritme dan konduksi
jantung,
d) Monitor keseimbangan cairan (masukan dan keluaran serta berat
badan harian),
e) Monitor sesak nafas, kelelahan, takipnea dan orthopnea,
f) Susun waktu latihan dan istirahat untuk mencegah kelelahan.\
2. Diagnosis keperawatan kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
kegagalan mekanisme pengaturan ginjal. Nursing Outcome Classification
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam klien akan
0600. Keseimbangan elektrolit dan asam basa yang dibuktikan dengan
indikator
1. (deviasi berat dari kisaran normal)
2. (deviasi yang cukup cukup berat dari kisaran normal)
3. (deviasi sedang dari kisaran normal)
4. (deviasi ringan dari kisaran normal)
5. (tidak ada deviasi dari kisaran normal) dengan kriteria hasil Irama
jantung normal, pH darah normal, orientasi baik, ureum, kreatinin,
Blood Urea Nitrogen.
3. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi. Nursing Outcome
Classification Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam klien
akan 0415. Status pernafasan yang dibuktikan dengan indikator 1(deviasi berat
dari kisaran normal), 2 (deviasi yang cukup berat dari kisaran normal),
3(deviasi sedang dari kisaran normal), 4(deviasi ringan dari kisaran normal),
5(tidak ada deviasi dari kisaran normal) dengan kriteria hasil berupa Frekuensi
pernapasan, irama pernapasan, suara auskultasi napas.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient, ketidakmampuan untuk
mencerna makanan, faktor biologis. Nursing Outcome Classificationsetelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam klien akan: 1008. Nutritional
Status Food and Fluid Intake, 0303. Self- care Eating, 1006. Weight: Body
mass yang dibuktikan dengan indikator 1 ( sangat berat), 2(berat), 3(sedang), 4
(ringan), 5(tidak ada gangguan) dengan kriteria hasil Intake makanan per oral
adekuat, intake cairan adekuat, menyatakan nafsu makan baik, menyiapkan
makanan dengan baik, menghabiskan porsi makanan tanpa ada gangguan,
tidak ada gangguan selama proses makan (mual/ muntah).
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, gaya hidup kurang gerak, imobilitas, tirah baring. Nursing
Outcome Classification Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu
kali dua puluh empat jam, klien akan 0005 Toleransi terhadap aktivitas yang
dibuktikan dengan indikator 1(sangat terganggu), 2(banyak terganggu),
3(cukup terganggu), 4(sedikit terganggu), 5(tidak terganggu) dengan kriteria
hasil frekuensi pernapasan ketika beraktivitas, tekanan darah sistolik ketika
beraktivitas,
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan: ansietas, kelemahan, kendala
lingkungan, nyeri, penurunan motivasi, ketidakmampuan merasakan bagian
tubuh. Nursing Outcome Classificationadalah Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama satu kali tiga puluh menit, klien akan 0313 Status
perawatan diri yang dibuktikan dengan indikator 1(sangat terganggu), 2
(banyak terganggu), 3(cukup terganggu), 4(sedikit terganggu), 5(tidak
terganggu) dengan kriteria hasil pasien dapat mandi sendiri, berpakaian
sendiri, mempertahankan kebersihan diri, mempertahankan kebersihan mulut.
7. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan status cairan,
perubahan turgor, kondisi ketidakseimbangan nutrisi, penurunan sirkulasi.
Nursing Outcome ClassificationSetelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 24 jam, klien akan: 1105. Hemodialysis Access, 1101. Tissue Integrity:
skin and mucous membranes yang dibuktikan dengan indikator 1(sangat
berat), 2(berat), 3(sedang), 4(ringan), 5(tidak ada gangguan)dengan kriteria
hasil suhu permukaan normal, tidak ada pembekuan darah (emboli) di sektiar
akses, tidak ada edema dan nyeri.
8. Defisiensi pengetahuan yang berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah
interpretasi informasi, kurang pajanan, kurang dapat mengingat. Nursing
Outcome Classification setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24
jam, klien akan 1847. Knowledge: Chronic Disease 1857 yang dibuktikan
dengan indikator 1(tidak tahu), 2(pengetahuan terbatas), 3(pegetahuan cukup
baik), 4(pengetahuan baik), 5(pengetahuan sangat baik) dengan kriteria hasil
pasien mampu menjelaskan faktor penyebab penyakit dan proses penyakit,
mampu menyebutkan tanda dan gejala dari penyakitnya, mampu menjelaskan
komplikasi dari penyakitnya, mengikuti perintah diet sesuai anjuran.
3.2.4 Implementasi Keperawatan Menurut Wong,
dkk (2009) komplikasiEnd Stage Renal Disease yang multipel
ditangani sesuai dengan protokol medis yang diindikasikan untuk perawatan
masalah- masalah medis yang spesifik tersebut. Meski demikian, penyakit
yang progresif ini akan menyebabkan sejumlah stres pada anak dan keluarga,
termasuk stres akibat sakit yang berpotensi menyebabkan kematian. Terdapat
kebutuhan kontinu terhadap pemeriksaan berulang yang seringkali mencakup
prosedur yang menimbulkan rasa nyeri, efek samping dan seringnya perawatan
di rumah sakit.
Setelah diagnosis gagal ginjal ditegakkan, biasanya tindakan untuk
memulai hemodialisis dianggap sebagai suatu pengalaman positif. Perawat
bertanggung jawab memberikan penyuluhan kepada keluarga mengenai
implikasinya, dan rencana terapi, kemungkinan efek psikologis penyakit dan
penanganannya, dan aspek teknis prosedur.
3.2.5 Evaluasi Keperawatan Menurut Wong,
dkk (2009: 1202) mengatakan bahwa keefektifan keperawatan
ditentukan oleh pengkajian ulang dan evaluasi asuhan secara kontinu
berdasarkan pedoman observasi yaitu:
1. Observasi dan wawancara keluarga mengenai kepatuhan mereka
pada program medis dan diet.
2. Pantau tanda vital, pengukuran pertumbuhan, laporan laboratorium,
perilaku, penampilan.
3. Observasi dan wawancara pasien dan keluarga mengenai perasaan
mereka, kekhawatiran, dan rasa takut; observasi reaksi terhadap
terapi dan prognosis.
3.2.2 Pathwey gagal ginjal kronik
BAB IV
ASKEP KASUS GAGAL GINJAL
4.1 Pengkajian
Waktu:
Tempat: RSUD abdul wahab shajranie samarinda
1. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien: Tn. L
Tanggal lahir: 29 Juni 1951
Suku/bangsa: jwa/Indonesia
Agama: islam
Pendidikan: SMP
Pekerjaan: wiraswasta
Alamat: Jl. Purwodadi lempake
Diaknosa medis: CKD on HD (stage v)
Sumber informasi: pasien dan keluarga
Tanggal pengkajian: 6 Mei 2019

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
1) Riwayat penyakit sekarang
Saat ini pasien terpasang kateter, oksigen nasal kanul 3 liter/menit dan
tidak terpasang cairan infus. Hasil tanda-tanda vital: TD: 180/110 mmHg, N:
90 x/menit, RR: 26 x/menit, S: 36.0oC.
2) Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah dirawat di rumah sakit pada tanggal 29 Mei 2019 selama
4 hari dengan diagnosa yang sama yaitu CKD, pasien memiliki riwayat
penggunaan obat asam urat namun sudah berhenti ± 2 tahun yang lalu, pasien
tidak memiliki riwayat alergi dan operasi.
3) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan kalau orang tua yaitu bapak memilik riwayat
hipertensi.
Gambar genogram

Keterangan:

Meningeal

Perempuan

Laki-laki

3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum:
Sedang
2. Tanda-tanda vital:
TD: 180/110
Nadi: 90 kali/menit
RR: 26 kali/menit
Suhu: 36.0 C
3. PengkajianSebuah
a. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan kepala
a. Kepala:
Simetris, kepala berisih, penyebaran rambut merata, warna rambut
hitam mulai beruban dan tidak ada kelainan.
b. Mata:
Sclera putih, kongjungtiva anemis, palpebral tidak ada edema, reflex
cahaya + pupil isokor,
c. Hidung:
Pernafasan cuping hdung tidak ada, posisi septum nasal simetris,
lubang hidung berisi, tidak ada penurunan ketajaman penciuman dan
tidak ada kelainan
2. Pemeriksaan Thorax
a. Rongga mulut dan lidah
Keadaan mukosa bibir lembab dan pucat. Tonsil ukuran normal
uvula letak simetris ditengah.
Keluhan: pasien mengeluh sesak nafas
Inspeksi:
Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 26 kali/menit, irama nafas tertur
polah nafas dyspnea pernafasan cuping hidung tidak ada, pasien
menggunakan alat bbantu nafas oksigen nasal kanul 3 liter/menit.
Palpasi:
vocal prenitur terabah diseluruh lapang paru ekspansi paruh simetris,
pengembangan sama di paru kanan dan kiri
tidak ada kelainan
perkusi:
sonor, batas paru hepar ICS 5
dekstra
auskultasi:
suara nafas vesikuler dan tidak ada suara nafas tambahan
3. Pemeriksaan jantung
Tidak ada keluhan nyeri dada
Inspeksi:
Tidak terlihat adanya pulsasi iktus kordis, CRT < 2 detik dan Tidak ada
sianosis
Palpasi:
Ictus Kordis teraba di ICS 5, dan Akral Hangat
Perkusi
Batas atas : ICS II line sternal dekstra
Batas bawah : ICS V line midclavicula sinistra
Batas kanan : ICS III line sternal dekstra
Batas kiri : ICS III line sternal sinistra
Auskultasi
BJ II Aorta : Dup, reguler dan intensitas kuat
BJ II Pulmonal : Dup, reguler dan intensitas kuat
BJ I Trikuspid : Lup, reguler dan intensitas kuat
BJ I Mitral : Lup, reguler dan intensitas kuat
Tidak ada bunyi jantung tambahan
Tidak ada kelainan
4. Pemeriksaan sistem pencernaan dan status nutrisi
- BB sebelum HD: 62 Kg TB : 165 Cm
BAB 1x/hari konsistensi lunak, diet lunak, jenis diet : Diet rendah
protein rendah garam, nafsu makan menurun , porsi makan habis ¼
porsi .
Abdomen
Inspeksi:
bentuk membesar, benjolan tidak ada diperut tidak tampa, tidak ada
bayangan vena, tidak terlihat adanya benjolan abdomen, tidak ada
luka operasi pada abdomen, dan tidak terpasang Drain
Auskultasi:
Peristaltik 18 x/menit
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan, teraba adanya penumpukan cairan/asites,
dan tidak ada pembesaran pada hepar dan lien
Perkusi:
Shifting Dullness : (+)
5. Pemeriksaan sistem syaraf
Memori: Panjang
Perhatian: Dapat mengulang
Bahasa: komunikasi verbal
menggunakan bahasa Indonesia
Kognisi dan Orientasi: dapat mengenal orang, tempat dan waktu
Refleks Fisiologis
Patella: 2
Achilles: 2
Bisep: 2
Trisep: 2
Brankioradialis: 2
Tidak ada keluhan pusing Istirahat/ tidur 5 jam/hari
Pemeriksaan syaraf kranial
N1 (Olfaktorius): Pasien mampu membedakan bau minyak kayu putih
dan alcohol
N2 (Optikus): Pasien mampu melihat dalam jarak 30 cm
N3 (Oculomotorius): Pasien mampu mengangkat kelopak mata
N4 (Trochearis): Pasien mampu menggerakkan bola mata kebawah
N5 (Trigeminus): Pasien mampu mengunyah
N6 (Abducen): Pasien mampu menggerakkan mata kesamping
N7 (Fasialis): Pasien mampu tersenyum dan mengangkat alis mata
N8 (Auditorius): Pasien mampu mendengar dengan baik
N9 (Glosophareal): Pasien mampu membedakan rasa manis dan asam
N10 (Vagus): Pasien mampu menelan
N11 (Accesoris): Pasien mampu menggerakkan bahu dan melawan
tekanan
N12 (Hypoglosus): Pasien mampu menjulurkan lidah dan
menggerakkan lidah keberbagai arah
6. Pemeriksaan system perkemihan
Kebersihan: Bersih
Kemampuan berkemih menggunakan alat bantu
Jenis: folley chateter
Ukuran: 18
Hari ke-2
Produk urine 150ml/hari
Warna: kuning
Bau: khas urine
Tidak ada distensi kandung kemih
Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
7. Pemeriksaan sistem musculoskeletal dan integumen
Pergerakan sendi bebas kekuatan otot
5 5
4 4
Tidak ada kelainan tulang belakang
Tidak ada fraktur
Turgor kulit baik Tidak terdapat Luka
Terdapat pitting edema grade +3 (ekstremitas bawah RL +3 dan LL+3)
Nilai risiko dekubitus, pasien dalam kategori tidak beresiko yaitu dengan
sekor 17
8. Pemeriksaan sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, getah benih dan trias DM
9. Keamanan lingkungan
Total skor penilaian risiko pasien jatuh dengan skala morse adalah 40
(resiko sedang)
10. Pengkajian pesikososial
Persepsi pasien terhadap penyakitnya adalah merupakan cobaan Tuhan
Ekspresi pasien terhadap penyakitnya adalah menerima Pasien kooperatif
saat interaksi Pasien tidak mengalami ganguan konsep diri dilihat dari citra
tubuh persepsi pasien terhadap kondisi kakinya tidak jadi masalah
meskipun harus menggunakan tongkat saat berjalan, dari prilaku pasien
hanya harus mengikuti anjuran dari dokter dan perawat dan pasien ingin
cepat sembuh.
11. Pengkajian spritul
Kebiasaan beribadah Sebelum sakit pasien kaddang- kadang beribadah
Setelah sakit pasien belum pernah beribadah
12. Personal Hygiene
Mandi 1 kali sehari Keramas tidak pernah Memotong kuku setiap 1
minggu sekali Ganti pakaian 1 kali sehari Sikat gigi 1 hari sekali
Tabel Analisa Data
Pada Pasien ( Tn. L ) dengan CKD on HD di Ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab
sjahranie Samarinda Tahun 2019

No Data etiologi Masalah keperawatan


1. Data Subjektif: Uremia Nausea
a. pasien mengatakan merasa mual
b. pasien mengatakan merasa ingin
muntah
c. pasien mengatakan tidak nafsu
makan
Data Objektif:
a. Pasien terlihat pucat
b. Kadar ureum meningkat (Ureum
132,7 mg/dl)
2. Data Subjektif: Perubahan Resiko penurunan curah
a. Pasien mengatakan merasa
sesak napas afterload jantung
Data objektif:
a. Tekanan darah meningkat 180/110
mmHg
3. Data Subjektif: Gangguan Hipervolemia
a. Pasien mengatakan perut semakin
membesar mekanisme
b. Pasien mengatakan kedua kaki regulasi
bengkak
Data Objektif:
a. Edema pada kedua kaki
b. Asites diperut
c. Kadar hemoglobin 9.0 mg/dL dan
hematokrit 28,1 %
d. Oliguria
5. Data Subjektif: Kelemahan Intoleransi aktifitas
a. Pasien mengeluh badan terasa
lemas
Data Objektif:
a. Tekanan darah dan nadi meningkat

4.2 Diaknosa keperawatan


1. Nausea b/d uremia
2. Resiko penurunan curah jantung b/d perubahan afterload
3. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme Regulasi
4. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan
4.3 Intervensi
Pada Pasien ( Tn. L ) dengan CKD on HD di Ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab
sjahranie Samarinda Tahun 2019

No Dx Intervensi keperawatan
tanggal
keperawatan Tujuan dan hasil
1. 06/05/2019 Nausea Setelah dilakukan Manajemen mual
tindakan keperawatan 1. Identifikasi pengalaman mual
berhubungan
selama 3x8 jam maka 2. Monitor mual (mis. Frekuensi,
dengan Uremia nausea membaik durasi, dan tingkat keparahan)
dengan kriteria hasil: Terapeutik
dibuktikan dengan
1. Nafsu makan 3. Kendalikan faktor lingkungan
pasien mengatakan membaik penyebab (mis. Bau tak sedap,
2. Keluhan mual suara, dan rangsangan visual
merasa mual, ingin
menurun yang tidak menyenangkan)
muntah dan tidak 3. Pucat membaik 4. Kurangi atau hilangkan keadaan
4. Takikardia membaik penyebab mual (mis.
nafsu makan dan
(60-100 kali/menit) Kecemasan, ketakutan,
terlihat pucat, Kadar kelelahan)
Edukasi
ureum meningkat
5. Anjurkan istirahat dan tidur cukup
(Ureum 132,7 6. Anjurkan sering membersihkan
mulut, kecuali jika merangsang
mg/dl)
mual
7. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual(mis. Relaksasi,
terapi musik, akupresur)
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian antiemetik,
jika perlu
2. 06/05/2019 Resiko penurunan Setelah dilakukan Perawatan Jantung Observasi:
asuhan keperawatan 1. Identifikasi tanda dan gejala
curah jantung b/d
selama 3x8 jam primer penurunan curah jantung
perubahan afterload (mis. Dispnea, kelelahan)
diharapkan penurunan
2. Monitor tekanan darah
dibuktikan dengan curah jantung 3. Monitor saturasi oksigen
pasien merasa sesak meningkat dengan Terapeutik:
kriteria hasil: 4. posisikan semi-fowler atau fowler
dan tekanan darah
1. Kekuatan nadi 5. Berikan terapi oksigen
meningkat 180/110 perifer meningkat Edukasi
2. Tekanan darah 6. Ajarkan teknik relaksasi napas
mmHg.
dalam
membaik 100-
7. Anjurkan beraktifitas fisik sesuai
130/60- 90 mmHg toleransi
3. Lelah menurun Kolaborasi
4. Dispnea menurun 8. kolaborasi pemberian antiaritmia,
(frekuensi 16-24 jika perlu
x/menit)
3. 06/05/2019 Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen hipervolemia
berhubungan tindakan keperawatan observasi:
dengan gangguan selama 3x8 jam maka 1. Periksa tanda dan gejala
mekanisme hipervolemia (edema, dispnea,
hipervolemia
regulasi suara napas tambahan)
dibuktikan meningkat dengan 2. Monitor intake dan output cairan
dengan pasien kriteria hasil: 3. Monitor jumlah da nwarna urin
mengatakan perut 1. Asupan cairan Terapeutik
semakin meningkat 4. Batasi asupan cairan dan garam
membesar dan 2. Haluaran urin 5. Tinggikan kepala tempat tidur 30-
kedua kaki meningkat 40o
bengkak, Kadar Edukasi
3. Edema menurun
hemoglobin 9.0 6. Jelaskan tujuan dan prosedur
4. Tekanan darah 90- pemantauan cairan
mg/dL dan 120/60-80 mmHg Kolaborasi
hematokrit 28,1 % 5. Turgor kulit 7. Kolaborasai pemberian diuretik
membaik 8. Kolaborasi penggantian
dan Oliguria
kehilangan kalium akibat
deuretik
9. Kolaborasi pemberian
continuous renal
replecement therapy
(CRRT), jika perlu
4. 06/05/2019 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Manajemen Energi Observasi
tindakan keperawatan 1. Monitor kelelahan fisik dan
berhubungan
selama 3x8 jam emosional
dengan kelemahan 2. Monitor pola dan jam tidur
toleransi aktivitas
Terapeutik
dibuktikan dengan meningkat dengan 3. Lakukan latihan rentang gerak
pasien mengatakan kriteria hasil: pasif/aktif
1. Keluhan lelah 4. Libatkan keluarga dalam
merasa lemas dan
menurun melakukan aktifitas, jika perlu
merasa sesak napas 2. Saturasi oksigen Edukasi
dalam rentang 5. Anjurkan melakukan aktifitas
dan Tekanan darah
normal (95%- secara bertahap
dan nadi meningkat 100%) 6. Anjurkan keluarga
3. Frekuensi nadi untuk memberikan
dalam rentang penguatan positif
normal (60-100 Kolaborasi
kali/menit) 7. Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Pernapasan saat tentang cara meningkatkan
beraktifitas dan asupan makanan
setelah beraktifitas
menurun (16- 20
kali/menit)
4.4 Evaluasi
Implementasi Keperawatan pada Pasien 1 ( Tn. L ) di Ruang Flamboyan RSUD Abdul
Wahab sjahranie Samarinda Tahun 2019
No Hari/Tanggal/Ja Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
m
1. 06/05/2019 1. Menanyakan tanda dan Pasien mengatakan merasa
gejala peimer penurunan sesak napas dan lemas
curah jantung
07.25 2. Mengkaji tanda dan gejala Edema terjadi pada kedua
hypervolemia kaki dan asites pada perut
07.25 3. Menanyakan kelelahan Pasien merasa lemas
fisik pasien
07.30 4. Menyanyakan pola dan Jam tidur ±5 jam
jam tidur
07.35 5. Menanyakan apakah Mual biasanya terjadi saat
pasien masih mual makan
07.40 6. Mengkaji jumlah dan Jumlah urin ±150 ml/hari
warna urin dan warna bersih
07.45 7. Memberikan posisi Pasien terlihat masih sesak
semifowler nafas
07.50 8. Memeberikan oksigen Pasien mengatakan masih
nasal kanul 3 liter/menit merasa sesak
09.00 9. Memberikan injeksi Jumblah urine yang keluar
furosemide 20mg 150cc/menit
09.05 10. Memberikan injeksi Pasien mengatakan masih
ranitidine 50mg merasa mual
09.10 11. Menganjurkan untuk Setelah diberikan obat
istirahat yang cukup pasien istirahat
11.50 12. Mengukur tekanan darah Tekanan darah 180/100
12.00 13. Memberi makan dengan Porsi makan tidak habis
diet renda protein rendah
garam
12.30 14. Meganjurkan untuk Psien tidak melakukan
membersikan mulut ajuran perawat
2. 07/5/2019 1. Menanyakan tandah dan Pasen mengatakan sesak
gejalah primer nafas berkurang
penurunan curah
jantung
07.35 2. Memberkan oksigen Pasen mengatakan sesak
nasal kanul 3liter/menit berkuranag
07.40 3. Mengkaji tanda dan Edema pada kedua kaki
gejalah ypervolemia dan asites pada perut
07.45 4. Menanyakan jumblah Jumblah urine 200cc
dan warna urine dengan warna kuning jernih
4.5 Pathwey gagal ginjal
BAB V

PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas tentang adanya kesesuaian
maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan pada Pasien (Tn.L).
Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasiN keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian ini dilaksanakan pada tanggal 6 Mei – 10 mei 2019 di Ruang
Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Pengkajian dilakukan
pada pasien dengan gagal ginjal kronik dengan hemodialisa. Pasien (Tn.L) usia
67 tahun dengan keluhan utamanya mual dan ingin muntah serta tidak selera
makan dan keluhan tambahan yang dirasakan pasien yaitu pasien mengeluh perut
semakin membesar dan bengkak pada kedua kaki, selain itu pasien juga
mengatakan sesak napas dan badan terasa lemas.
Berdasarkan data hasil pengkajian sistem pencernaan pada pasien
ditemukan data yang didapat peneliti dengan teori dimana pasien dengan gagal
ginjal kronik merasakan mual. Pada pengkajian sistem pernapasan ditemukan
bahwa pasien mengalami sesak napas dan terdapat penggunaan otot bantu napas.
Menurut peneliti berdasarkan patofisiologi pada gagal ginjal kronik mual terjadi
karena proses sekresi protein terganggu sehingga produksi ureum meningkat
menjadi 132,7 mg/dl pada pasien ( T n . L ) . Ketika ureum meningkat
keseimbangan asam basa akan terganggu dan menyebabkan produksi asam
lambung naik sehingga pasien bisa merasa mual bahkan sampai muntah.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data hasil pengkajian Asuhan Keperawatan didapatkan 4
masalah keperawatan pasien yaitu Nausea berhubungan dengan uremia, Resiko
penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload,
Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, dan
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan. Berikut pembahasan
diagnosa yang muncul sesuai teori pada kasus pasien (Tn. L)
1) Nausea berhubungan dengan uremia
Pasien (Tn. L) mengeluh merasa mual dan ingin muntah serta kurang nafsu
makan. Menurut Tang, J (2006) nausea merupakan perasaan tidak nyaman
pada bagian belakang tenggorok atau lambung yang dapat mengakibatkan
muntah.
1) Resiko penurunan curah jantung
Pasien (Tn.L) mengeluh merasa sesak napas dan tekanan darah meningkat
dengan nilai 180/100 mmHg pada pasien(Tn.L). Menurut Wilkinson &
Ahem (2012) penurunan curah jantung merupakan suatu keadaan dimana
pompa darah oleh jantung yang tidak adekuat untuk mencapai kebutuhan
metabolisme
tubuh. Penurunan curah jantung ini disebabkan akibat adanya gangguan pada
jantung
2) Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
Pasien (Tn. L) mengeluh perut semakin membesar dan bengkak pada kedua
kaki. Hipervolemia atau kelebihan cairan didefinisikan dalam Wikipedia
sebagai suatu kondisi medis dimana ada terlalu banyak cairan dalam darah
karena terjadi peningkatan kandungan natrium tubuh total yang pada
akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total.
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
Pasien (Tn. L) mengeluh badannya terasa lemas dan merasa sesak napas.
Secara teori intoleransi aktifitas menurut Nurarif & Kusuma, 2013 adalah
ketidakcukupan energi untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Faktor yang
berhubungan dengan intoleransi aktifitas adalah mengeluh lelah, frekuensi
nadi dan tekanan darah meningkat.
Berdasarkan teori ada 9 diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa, namun pada hanya 4
diagnosa yang ditegakkan yaitu nausea, resiko penurunan curah jantung,
hipervolemia, dan intoleransi aktifitas.
Sementara diagnosa yang tidak muncul ada 5 yaitu gangguan
perukaran gas, gangguan integritas kulit/jaringan, defisit nutrisi, perfusi
perifer tidak efektif, dan nyeri akut. Menurut asumsi penulis berdasarkan
patofisiologi diagnosa keperawatan gangguan pertukaran gas tidak dapat
diangkat karena tidak ditemukan tanda dan gejala seperti edema paru, bunyi
napas tambahan, pusing, penglihatan kabur tidak muncul dan tidak ada data
penunjang pemeriksaan laboratorium analisa gas darah. Diagnosa
keperawatan gangguan integritas kulit/jaringan tidak dapat diangkat karena
tidak terjadi perpospatemia yang dapat menyebabkan pruritus sehingga tidak
ada gangguan pada kulit maupun jaringan.
Diagnosa defisit nutrisi tidak dapat diangkat karena pasien
mengeluh mual dan tidak muntah dan tidak terdapat penurunan berat badan
dalam 6 bulan terakhir. Diagnosa selanjutnya yang tidak dapat diangkat
adalah perfusi perifer tidak efektif karena tanda dan gejala seperti pengisian
kapiler >2 detik, akral dingin, nadi perifer menurun/tidak teraba, turgor kulit
menurun, tidak ditemukan pasien. Diagnosa terakhir yang tidak diangkat
yaitu nyeri akut yang disebabkan oleh suplai oksigen ke jaringan menurun
dan asam laktat meningkat sehingga terjadi kelelahan dan nyeri. Pada pasien.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien mengacu pada perencanaan
yang terdapat dalam teori yang diharapkan selama 3 hari perawatan dapat
mengatasi masalah yang terdapat pada pasien (Tn. L). Pada setiap masalah
keperawatan tujuan dan kriteria hasil berbeda-beda. Tujuan dan kriteria hasil
yang ada pada teori tidak semua di buat dalam asuhan keperawatan pada pasien
(Tn. L) karna harus mengacu dan menyesuaikan dengan kondisi pasien.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada pasien (Tn. L) selama 3 hari
perawatan akan dijabarkan sebagai berikut:
Pada pasien (Tn. L) selama 3 hari dilakukan tindakan menanyakan
tanda dan gejala penurunan curah jantung, mengkaji tanda dan gejala
hipervolemia, menanyakan kelelahan fisik pasien, menanyakan pola dan jam
tidur, menanyakan apakah pasien masih mual, mengkaji jumlah dan warna
urin, memberikan posisi semifowler, memberikan oksigen nasal kanul,
memberikan injeksi furosemide dan ranitidine, menganjurkan istirahat dan
tidur cukup, memberi makan dengan diit rendah garam rendah protein,
menganjurkan untuk membersihkan mulut, mengkaji intake dan output
cairan, mengajak pasien melakukan gerk pasif, menganjurkan melakukan
aktifitas secara rutin, menganjurkan keluarga memberikan penguatan positif,
dan mengukur tekanan darah.
Dari semua perencanaan yang telah dibuat berdasarkan teori tidak
semua yang dapat dilakukan pada pasien (Tn.L) seperti kolaborasi pemberian
antiaritmia dan kolaborasi pemberian continuous renal replecement therapy
(CRRT) karna tidak dapat berkolaborasi dengan tim medis lain.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang didapat pada pasien (Tn. L) selama 3 hari pelaksanaan asuhan
keperawatan memiliki hasil yang sama dengan 3 masalah yang dapat teratasi
yaitu nausea berhubungan dengan uremia, resiko penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan afterload, dan intoleransi aktifitas dan 1 tidak
teratasi yaitu hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.
Menurut asumsi penulis berdasarkan teori pada pasien gagal ginjal kronik
dengan hemodialisa masalah hipervolemia tidak dapat diatasi karena ginjal sudah
tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga cairan yang seharusnya dibuang
melalui urin tertumpuk didalam intraseluler. Selain itu ada beberapa intervensi
yang tidak dapat dilakukan seperti kolaborasi pemberian continuous renal
replecement therapy (CRRT) yang berguna untuk mengeluarkan cairan berlebih
secara terus- menerus dalam 24 jam selama beberapa hari. Tindakan yang telah
dilakukan hanya dapat mengurangi edema dan asites namun tidak dapat diatasi.
BAB VI
PENUTUP (Lampiran Jurnal)
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, Eko & Pranata, Andi E. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika

Haryanti, I, A. P., & Nisa, K. Terapi Konservatif dan Terapi Pengganti Ginja sebagai
Penatalaksanaan pada Gagal Ginjal Kronik. Majority . Volume 4. Nomor 7. Juni 2015

Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Padila.
2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Baradero,Mary 2011.BUKUASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL. Jakarta : EGC


Bonez,hery 2011. Buku Gagal ginjal dan penanganan gagal ginjal edisi 1. Jogyakarta : EGC
Herdman & Kamitsuru. 2015. DIAGNOSA KEPERAWATAN Definisi & Klasifikasi 2015-
2017 edisi 10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai