Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena
kecemasan sangat dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang mengancam. Namun ketika kecemasan terjadi secara terus menerus, tidak rasional dan intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat ,engganggu aktivitas sehari hari dan disebut sebagai gangguan kecemasan (ADAA, 2010). Bahkan pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan kecemasan juga merupakan suatu komorbiditas (Luana, et al., 2012). Kecemasan dan kekhawatiran terhadap situasi yang berkembang dalam pendemi Covid 19 bisa mengakibatkan turunnya tingkat kesehatan seseorang, termasuk kalangan mahasiswa. Dalam situasi Covid 19 saat ini, gejala yang muncul yaitu rasa cemas yang di alami masyarakat termasuk mahasiswa. Rasa cemas yang dialami oleh seseorang merupakan respon normal pada manusia saat mengalami kondisi krisis atau tertekan. Cemas itu tidak selalu buruk karena cemas merupakan alarm dari tubuh manusia saat ada ancaman bahaya. Sebenarnya kecemasan dalam level normal justru sehat, seperti dalam kondisi Covid 19 ini intinya kita diingatkan adanya ancaman. Jika kecemasan seseorang melebihi batas wajar, akan berdampak terganggunya orang tersebut terhadap kecemasannya. Dampak itu pada gilirannya bisa berakibat pada ketidakmampuan dirinya berpikir secara rasional. Gangguan kecemasan bisa menyerang siapa saja, rasa khawatir ini bisa dengan mudah dialami oleh banyak orang termasuk mahasiswa. Tidak sedikit mahasiswa yang mengalami kecemasan sosial saat menjalani masa kuliah. Dampak ini muncul akibat rasa cemas sangat berpengaruh terhadap kehidupan mahasiswa.
DISCUSSION
Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami
oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari- hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Sutardjo Wiramihardja, 2005:66). Pada saat pendemi Covid 19 kecemasan dan kekhawatiran terhadap situasi yang berkembang dalam pendemi Covid 19 bisa mengakibatkan turunnya tingkat kesehatan seseorang, termasuk kalangan mahasiswa. Dalam situasi Covid 19 saat ini, gejala yang muncul yaitu rasa cemas yang di alami masyarakat termasuk mahasiswa. Rasa cemas yang dialami oleh seseorang merupakan respon normal pada manusia saat mengalami kondisi krisis atau tertekan. Cemas itu tidak selalu buruk karena cemas merupakan alarm dari tubuh manusia saat ada ancaman bahaya. Sebenarnya kecemasan dalam level normal justru sehat, seperti dalam kondisi Covid 19 ini intinya kita diingatkan adanya ancaman. Jika kecemasan seseorang melebihi batas wajar, akan berdampak terganggunya orang tersebut terhadap kecemasannya. Dampak itu pada gilirannya bisa berakibat pada ketidakmampuan dirinya berpikir secara rasional. Gangguan kecemasan bisa menyerang siapa saja, rasa khawatir ini bisa dengan mudah dialami oleh banyak orang termasuk mahasiswa. Tidak sedikit mahasiswa yang mengalami kecemasan sosial saat menjalani masa kuliah. Dampak ini muncul akibat rasa cemas sangat berpengaruh terhadap kehidupan mahasiswa. Banyak dampak yang ditimbulkan ditengah kasus pandemic Covid 19 yang terus meningkat. Kerja hingga belajar saat ini dikerjakan dari rumah karena adanya imbauan stay at home dari pemerintah. Salah satunya berdampak pada kesehatan mental mahasiswa. Karena dapat berdampak pada gangguan kecemasan yang timbul akibat Covid 19 yang tidak kunjung selesai. Berikut ada 7 penyebab gangguan kecemasan mahasiswa di tengah pandemic Covid 19: 1. Penyakit psikis sebelum masa pendemi COVID 19 Banyak mahasiswa yang memiliki penyakit psikis. Terlebih dengan adanya Covid 19 semakin membuat hal ini bisa berdampak pada gejala gangguan kecemasan. Sebenarnya cukup banyak mahasiswa yang sebelumnya sudah memiliki depresi. 2. Penyakit fisik Tidak hanya pada psikis, penyakit fisik juga menjadi salah satu gejala yang dapat menimbulkan gangguan kecemasan pada mahasiswa. Penyakit fisik dapat rentan terhadap Covid 19 karena bisa menimbulkan kecemasan yang lebih. 3. Kondisi ekonomi Salah satu factor yang menimbulkan gangguan kecemasan pada mahasiswa yakni factor ekonomi. Karena ditengah pandemic ini, banyak penghasilan dalam keluarga yang hilang, yang membuat berkurangnya uang saku. Terpenuhinya kebutuhan pokok itu menjadi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk manjamin mental health mereka (mahasiswa). 4. Kondisi fisik lingkungan Banyak mahasiswa yang ngekost disaat melakukan kuliahnya. Kondisi ini bisa memicu timbuknya gejala kecemasan. Misal kamar kos yang sempit membuat mahasiswa bingung untuk melakukan kegiatan. Terlebih pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sebagian wilayah yang mengharuskan untuk tetap tinggal di rumah. 5. Kondisi studi Deadline, tugas kuliah yang menumpuk menjadi tekanan yang lebih terhadap mahasiswa. Banyak dosen yang mengartikan kuliah online untuk memberikan tugas yang menumpuk. Hal ini dapat menimbulkan gejala kecemasan pada mahasiswa. 6. Fasilitas belajar tidak memadai Salah satu hal yang membuat gejala kecemasan pada mahasiswa karena tidak adanya fasilitas yang memadai. Pandemic Covid 19 membuat kegiatan kuliah beralih menjadi online. Tidak semua mahasiswa memilki fasilitas yang memadai untuk melakukan pembelajaran secara online. Fasilitas pembelajaran yang tidak memadai, seperti laptop mati, gadget tidak standar. 7. Tekanan psikis akibat konflik Terakhir tekanan psikis karena konflik juga dapat menimbulkan kecemasan pada mahasiswa di tengah pandemic ini. Baik konflik internal dalam keluarga maupun dengan didalam pertemanan. Konflik dengan teman, dengan orang tua. Ada juga kasus karena tidak nyaman harus dirumah karena terjadinya kekerasan. Dalam situasi pendemi Covid 19 sangat berdampak pada dunia pendidikan, sehingga pemerintah meliburkan seluruh lembaga pendidikan. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencegah penularan Covid 19. Akan tetapi pendidikan tidak berhenti begitu saja contohnya, saat ini seluruh perguruan tinggi menerapkan kuliah online. Hal ini sebenarnya tidak masalah bagi perguruan tinggi yang memiliki sistem akademik berbasis daring. Namun akan menjadi problem bagi perguruan tinggi yang belum memiliki akademik barbasis daring ini, namun setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki dampak positif dan negative begitu juga dengan sistem pembelajaran online yang mulai diterapkan dibeberapa negara pada saat ini termasuk indonesia sendiri.
CONCUSION
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh Covid 19 terhadap kecemasan
mahasiswa di kalangan perguruan tinggi yaitu seperti ada gangguan saat melaksanakan proses perkuliahan, biasa perkuliahan tatap muka, sekarang karena pandemic Covid 19 perkuliahan dilakukan secara daring. Kecemasan yang terjadi yaitu seperti banyak nya habis kuota internet untuk perkuliahan daring dan juga kendala pada signal. Pada saat pandemic Covid 19 kondisi perekonomian juga menurun, karena banyak nya pekerja yang di phk dan juga diberhentikan sementara waktu sampai waktu yang belum ditentukan atau stelah PSBB selesai.
DAFTAR PUSTAKA John, W . Santrock.2011.Psikologi Pendidikan cetakan ke-4. Jakarta:Kencana Andayani, B.2001.Gangguan Kecemasan.Jurnal Psikologi.Vol 28 (2).77-96