Oleh
ABRAR ADZKA
TESIS
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Teknologi Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
Oleh
ABRAR ADZKA
I. PENDAHULUAN
xi
III. METODE PENELITIAN
xii
V. KESIMPULAN SARAN DAN IMPLIKASI
5.1 Simpulan .................................................................................... 163
5.2 Implikasi .................................................................................... 164
5.3 Saran .......................................................................................... 165
xiii
1
I. PENDAHULUAN
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan
adalah sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat
langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan
diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif
sepanjang hayat.
2
ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta
kebiasaan hidup sehat dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak
manusia.
teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial.
pada internalisasi, tentang apa yang dikerjakan sehingga tertanam dan berfungsi
sebagai muatan nurani dan hayati serta dipraktekkan dalam kehidupan oleh siswa
(Mulyasa, 2003:149).
kurikulum, pendekatan, model, dan metode mengajar, serta evaluasi yang baik.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat serta sesuai dengan kebutuhan dan
materi tersebut dengan baik kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan materi
dengan baik kepada siswa diperlukan adanya suatu analisa metode, pendekatan
dan model apa yang harus digunakan sehingga proses pembelajaran pendidikan
jasmani menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa.
Hal ini harus dipahami oleh setiap guru pendidikan jasmani agar lebih kreatif
maka pendekatan yang diterapkan guru harus sesuai dengan karakteristik dan
mengisi waktu luang, akan tetapi menjadi proses pembelajaran yang dapat
masih jauh dari harapan dan konsep ideal di atas. Sebagian besar proses
belajar. Bahkan di lapangan masih ditemui guru pendidikan jasmani yang dalam
yang menetap misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu
pinggir lapangan”.
Data dari pengawas mata pelajaran rumpun Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani di
kreativitas siswa.
Kabupaten Pringsewu.
Hasil angket pendahuluan yang diberikan kepada 26 orang guru mata pelajaran
berikut:
mengajar.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa potensi dan kondisi model pembelajaran
Untuk mengkaji permasalahan lebih dalam dan akurat dilakukan pula penelitian
sekolah negeri yang ada di Kabupaten Pringsewu dengan jumlah siswa kelas VIII
sebanyak 278 siswa yang terdiri dari 9 rombongan belajar (Rombel).. Fakta di
kurang berhasil dan mencapai target kriteria ketuntasan minimal (KKM) seperti
atletik siswa kelas VIII Semester Ganjil Tahun 2011/2012 masih belum
memuaskan. Dari 278 orang siswa kelas VIII, 69 orang (24,8 %) diantaranya tidak
Materi atletik dianggap sebagai materi yang sulit dipelajari, hal ini disebabkan
materi lompat jauh di kelas VIII jarang diajarkan karena tidak ada prasarana
penunjang seperti bak pasir, materi lempar lembing sulit diajarkan karena tidak
tersedia lahan yang cukup luas, demikian halnya dengan materi lari estafet yang
sulit diajarkan karena tidak tersedia lintasan lari. Permasalahan lain yang
dihadapi siswa dalam belajar adalah ketidak sesuaian antara kebutuhan belajar
dengan sarana yang tersedia, sebagai contoh adalah sarana peluru yang tersedia
adalah peluru dengan berat 4 Kg, sementara peserta didik SMP kelas VIII rata-
rata berusia 13 tahun, hal ini menyebabkan siswa kesulitan dalam melakukan
7
tugas gerak karena peluru yang terlalu berat. Di usia ini siswa juga masih
dan tulang serta sendi masih rawan. Jika dipaksakan dibebani dengan beban yang
sarana dan prasarana tersebut juga tidak ditunjang dengan kreativitas guru dalam
Hasil angket pada penelitian pendahuluan yang diberikan kepada 40 orang siswa
atletik.
mengajarnya.
Metode dan model pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi juga
membuat siswa tidak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu
sarana dan prasarana yang kurang lengkap dan tidak sesuai dengan karakteristik
menciptakan suatu model pembelajaran inovatif yang dapat membuat siswa aktif
motifasi dan minat siswa untuk belajar menjadi lebih tinggi, sehingga akan
diperoleh hasil belajar yang optimal. Atas dasar itu maka perlu dilakukan
9
1.2.1 Prestasi belajar pendidikan jasmani, khususnya materi atletik siswa SMPN
1.2.3 Siswa kesulitan mempelajari materi atletik karena sarana dan prasarana
karakteristik siswa.
1.2.5 Belum ada pengembangan desain dan model pembelajaran yang sesuai
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian
Sportif.
siswa.
Dalam latar belakang telah diuraikan bahwa model pembelajaran sangat penting
model pembelajaran pendidikan jasmani yang sesuai dengan kondisi yang ada,
Bertolak dari hasil studi need assessment, penelitian ini akan menghasilkan
lain:
1.8.2 Sistem reaksi dari model bermain sportif yang menjelaskan tentang peran
model tersebut.
1.8.5 Produk instruksional pendidikan jasmani materi atletik SMP kelas VIII
(lari estafet, lompat jauh dan lempar lembing) yang terdiri dari bahan ajar,
keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap
sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk
landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi
keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan
untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat, i) mampu mengisi
waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif. Lebih lanjut konsep
dikemas dalam muatan yang esensial, faktual, dan aktual. Materi ini
(Jewett, Ennis, & Bain, dalam Mahendra 2012:17). Asumsi yang digunakan kedua
model ini adalah untuk menciptakan gaya hidup sehat dan aktif, dengan demikian
konsep latihan yang benar. Olahraga merupakan bentuk lanjut dari bermain, dan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk: (1) berpartisipasi secara teratur dalam
kegiatan olahraga, (2) pemahaman dan penerapan konsep yang benar tentang
terbentuk sikap dan perilaku sportif dan positif, emosi stabil, dan gaya hidup
Struktur materi pendidikan jasmani dari TK sampai SMU dapat dijelaskan sebagai
berikut. Materi untuk TK sampai kelas 3 SD meliputi kesadaran akan tubuh dan
air) bila memungkinkan), senam, kebugaran jasmani dan pembentukan sikap dan
sikap dan perilaku). Materi pembelajaran untuk kelas 7 dan 8 SMP meliputi
kelas 9 SMP sampai kelas 12 SMU adalah teknik permainan dan olahraga, uji
perilaku).
kecil, atletik dan bela diri); aktivitas pengembangan; uji diri/senam; aktivitas
ritmik; akuatik (aktivitas air); dan pendidikan luar kelas (outdoor) disajikan untuk
membantu siswa agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara
gilirannya siswa diharapkan dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan
20
Dengan demikian, akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup aktif.
jasmani tidak hanya terbatas pada pendidikan gerak semata, melainkan suatu
Atletik merupakan salah satu mata pelajaran Pendidkan Jasmani yang wajib
diberikan kepada para siswa mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat
Istilah atletik yang kita kenal sekarang ini berasal dari beberapa sumber antara
lain bersumber dari bahasa Yunani, yaitu “athlon” yang mempunyai pengertian
Istilah lain yang menggunakan atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek
Istilahnya mirip sama, namun artinya berbeda dengan arti atletik di Indonesia,
dan lempar. Istilah lain yang mempunyai arti sama dengan istilah atletik di
atletik yang kita kenal saat ini tergolong sebagai cabang olahraga yang paling tua
di dunia. Gerak-gerak dasar yang terkandung dalam atletik sudah dilakukan sejak
adanya peradaban manusia di muka bumi ini. Bahkan gerak tersebut sudah
dari gerak yang sangat sederhana sampai pada gerakan yang sangat kompleks.
Lebih lanjut Bahagia (2010: 5) menyampaikan bahwa di kalangan para siswa, ada
kesan bahwa olahraga atletik hanya merupakan seperangkat gerak monoton dan
tak bervariasi. Isinya meliputi gerak lari, lempar dan lompat yang di anggap
Oleh karena itu tidak heran apabila pelajaran atletik dalam pendidikan jasmani
Fenomena yang diungkapkan secara filosofis tentang ciri hakiki manusia sebagai
mahluk bermain atau “Homo Ludens”, kurang mendapat perhatian dari guru-guru
pendidikan jasmani maupun para pelatih atletik, dalam kegiatan mengajar atau
membina atlet atletik. Kenyataan ini merupakan kendala dan sekaligus menjadi
motivasi siswa, bagaimana mengemas perencanaan tugas ajar dalam atletik agar
dapat lebih diterima dan mendapat perhatian serta antusias siswa dalam
khususnya pada anak-anak, tidak hanya terjadi pada olahraga permainan saja.
Kalau kita simak secara hakiki, di dalam aktivitas bermain tersebut tidak lepas
dari gerak-gerak yang ada dalam atletik seperti, jalan, lari lompat dan kadang juga
berisi gerakan melempar. Oleh karena itu pembelajaran atletik dengan pendekatan
bermain bukan suatu hal yang tidak logis. Atletik secara bermain dapat
Akan tetapi permainan atletik berisikan seperangkat teknik dasar atletik berupa :
jalan, lari, lompat dan lempar yang disajikan dalam bentuk permainan yang
Agar permainan atletik itu berhasil dengan baik, maka nilai-nilai yang terkandung
Bila kita lihat kandungan nilai-nilai tersebut , maka tidak ada alasan bagi seorang
yang sangat dibutuhkan oleh manusia, sangat cocok diprogramkan wajib untuk
pelajaran atletik sebagai materi pendidikan jasmani akan sangat membantu dalam
keterampilannya.
24
kebiasaan hidup sehat, mempunyai peranan yang penting dalam pembinaan dan
perkembangan jasmani, mental, sosial serta emosional yang selaras dan seimbang.
bukan berarti bahwa semua nomor atletik yang tercantum dalam kurikulum
tersebut bisa dilaksanakan. Hal tersebut terkait erat dengan sarana dan prasarana
Banyak guru-guru pendidikan jasmani yang hanya bisa mengajarkan satu dua
nomor atletik saja dalam satu tahun atau mungkin ada nomor-nomor yang tidak
bisa diberikan sama sekali kepada siswanya. Secara umum ruang lingkup
dan lempar.
c. Lompat jangkit
b. Lempar cakram
d. Lontar martil.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: Hasil yang telah dicapai
Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar pada dasarnya adalah suatu
kemampuan berupa keterampilan atau perilaku baru sebagai hasil dari proses
belajar.
Hamalik (2001: 45) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan sikap
dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.
belajar adalah perilaku yang dapat diamati yang menunjukkan kemampuan yang
dimiliki seseorang.
Prestasi belajar dalam bidang akademik diartikan sebagai prestasi belajar yang
pengukuran dan penilaian. Thorndike dalam Djaali (2001: 20) berpendapat bahwa
siswa akan belajar lebih giat apabila mereka mengetahui bahwa di akhir program
yang sedang ditempuh akan ada tes untuk mengetahui nilai dan prestasi mereka.
Berdasarkan uraian di atas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil dari
tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu. Prestasi belajar sering
dipergunakan dalam arti yang sangat luas, seperti prestasi belajar dalam ulangan
harian, prestasi pekerjaan rumah, prestasi belajar tengah semester, prestasi akhir
penggunaan lambang-lambang.
mengelola belajarnya.
c) Informasi verbal. Kemampuan ini berupa perolehan label atau nama, fakta
diambil.
Senada dengan Gagne, Winkel (2001: 53) mengatakan bahwa belajar merupakan
pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap yang dimiliki oleh suatu individu.
prestasi guru dalam pembelajaran) atas tiga kategori ranah (domain) yang dikenal
pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan evaluasi. Afektif, domain ini terdiri
28
Cara yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat prestasi belajar adalah
dengan menggunkan tes dan nontes. Tes merupakan prosedur yang sistematis
untuk membandingkan kemampuan dua orang atau lebih. Tes terdapat dalam dua
bentuk, yaitu tes yang dibuat oleh guru tes standar yang telah tersedia secara
komersial. Tes yang secara komersial tersedia menghasilkan efesiensi waktu bagi
guru dan dapat juga mendapatkan informasi tentang prestasi belajar siswa.
kemampuan siswa sekolah lain. Tes prestasi dapat digunakan sebagai suatu tes
yang tidak terukur, teknik nontes umumnya berupa observasi atau pengamatan,
dari suatu program instruksional. Jadi, untuk mengukur prestasi belajar dapat
secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa
Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi
29
istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk
Salah satu cara mengetahui prestasi belajar adalah melalui tes. Nurkancana
(2001: 25) mengatakan tes adalah cara untuk mengadakan penilaian yang
berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa
siswa tersebut.
materi pelajaran. Tes adalah suatu cara atau alat untuk mengadakan penilaian
yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok
siswa sehingga menghasilkan nilai prestasi atau mengenai tingkah laku siswa,
materi yang telah diberikan dan dapat pula menunjukkan kedudukan siswa dalam
kelompoknya.
prestasi belajar.
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar
Prestasi belajar pendidikan jasmani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan yang diperoleh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pringsewu, setelah
Masa usia siswa SMP (rata-rata 12-15 tahun) merupakan masa transisi dari masa
anak-anak ke masa remaja awal. Usia siswa SMP termasuk ke dalam fase remaja,
hal ini sesuai dengan pendapat Piaget dalam Makmun yang menerangkan bahwa:
Periode yang dimulai pada usia 12 tahun merupakan period of formal operation,
pada usia ini yang berkembang pada siswa adalah kemampuan berfikir secara
memerlukan objek yang konkret atau bahkan objek yang visual. Siswa telah
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa pada usia SMP siswa, pola pikir siswa
sudah mulai berkembang optimal, dalam periode ini siswa sudah dapat berfikir
logis dan menganalisis prmasalahan yang dihadapinya. Dalam pediode ini uga
biasanya mulai terlihat berbagai kecerdasan yang menonjol pada diri siswa,
yang sangat pesat dari segala aspek, berikut ini disajikan perkembangan yang
sangat erat kaitanya dengan pembelajaran, yaitu aspek kognitif, psikomotor dan
afektif.
bahwa: Periode yang dimulai pada usia 12 tahun yang relatif dengan usia SMP
merupakan period of formal operation. Pada usia ini yang berkembang pada
diri siswa adalah kemampuan berpikir secara simbolis dan bisa memahami
Menurut Piaget, pada masa remaja awal (prepuber) daya pikir anak SMP
sudah mencapai tahap operasional formal, pada usia ini secara mental anak
dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain,
berpikir operasional formal lebih bersifat hipotetif dan abstrak serta sitematis
jasmani pada periode berfikir formal ini adalah perlunya disipkan suatu
Pada tahap ini juga berkembang ketujuh kecerdasan ganda, seperti yang
menyebutkan ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu: yaitu
dalam dirinya.
Menurut Makmun (2004: 97) ada dua prinsip perkembangan utama yang
coordinated movements).
Dari pendapat di atas, menerangkan bahwa perkembangan anak usia SMP dari
yang umum ke yang khusus, perkembangan tersebut tidak lepas dari pengaruh
aspek sosial maupun emosinya. Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek
33
yang penting untuk diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotor juga
melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut menurut Fitts dan Posner dalam
Lutan (2005: 305) antara lain tahap kognitif, tahap asosiatif dan tahap otomatis:
1) Tahap Kognitif
Pada tahap kognitif ini sering juga terjadi kejutan berupa peningkatan yang
Pada tahap itu juga, bukan mustahil siswa yang bersangkutan mencoba-
coba dan kemudian sering juga salah dalam melakasanakan tugas gerak.
2) Tahap Asosiatif
kedua yang disebut tahap asosiatif. Permulaan dari tahap ini ditandai oleh
semakin efektif cara-cara siswa melaksanakan tugas gerak, dan dia mulai
3) Tahap Otomatis
tak seberapa terganggu oleh kegiatan lainnya yang terjadi secara simultan.
dijelaskan sebagai berikut: (i) sadar akan situasi, fenomena, masyarakat dan
mereka,(iii) bisa menilai (iv) sudah bisa mengoranisir nilai-nilai dalam suatu
Sedangkan faktor pribadi yang lebih spesifik dalam tingkah laku siswa yang
dirinya
tegang dsb.
35
orang lain.
murid SMP adalah tugas-tugas yang dilalui individu ketika duduk di bangku SMP
atau sederajatnya. Jika dilihat dari usia rata-rata siswa SMP (11-18 tahun), maka
masa SMP termasuk kedalam klasifikasi masa remaja (11-24 tahun dan belum
1) Perkembangan Fisik
terdapatnya ciri-ciri seks primer (seperti matangnya organ seks pada laki-
yaitu terjadinya haid). Terdapat ciri-ciri seks sekunder (seperti suara laki-
laki mulai serak dan tinggi suara menurun, sedangkan pada perempuan
2) Perkembangan Intelegensi
Yaitu mulai dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga dapat
3) Perkembangan Emosi
4) Perkembangan Sosial
masyarakat.
5) Perkembangan Moral
dinilai baik oleh orang lain dikarenakan adanya pemahaman tentang nilai-
6) Perkembangan Kepribadian
saat ini berkembang usaha sadar untuk menjawab pertanyaan ”who am I?”
(siapa saya?).
7) Perkembangan Religi
Belajar merupakan proses suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri
setiap orang seumur hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi
antara individu dengan sumber belajar yang dapat berupa pesan, orang,
Dalam pendidikan jasmani, istilah belajar erat kaitannya dengan proses belajar
motorik, yang dimaksud dengan belajar motorik menurut Schmidt (dalam Lutan
terampil. Lebih lanjut Lutan menjelaskan bahwa konsep belajar pada umumnya
dan belajar pendidikan jasmani sebagai belajar perilaku motorik pada khususnya,
langsung dari praktik atau pengalaman. Ketiga, belajar tak dapat diukur seara
berlangsung secara internal atau dalam diri manusia sehinggga tak dapat diamati
Lebih lanjut, Lutan mengatakan bahwa belajar merupakan kapasitas yang ada
pada setiap mahluk hidup. Kelebihan manusia dari mahluk hidup yang lain adalah
dia memiliki kapasitas untuk mempelajari tipe-tipe belajar yang lebih kompleks.
pembentukan kebiasaan yang melekat (habit) yang hanya terjadi melalui kegiatan
dalamnya: (1) perubahan perilaku terjadi melalui proses, (2) perubahan perilaku
terjadi sebagai hasil langsung dari latihan, (3) proses belajar itu tak teramati secara
langsung, tapi hanya ditafsirkan melalui perilaku nyata, (4) belajar menghasilkan
kapabilitas untuk memberikan respon yang selaras dengan stimulus, dan (5) hasil
mupakan suatu proses belajar yang cukup kompleks dan unik. Karena dalam
bicara tentang teori belajar pendidikan jasmani, maka tidak cukup jika hanya
39
berpedoman pada satu teori belajar saja, akan tetapi harus mengkaji beberapa
Oleh karena itu belajar dalam pendidikan jasmani selaras dengan teori belajar
melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanis. Oleh karena itu,
(stimulus) yang baik sehingga manusia bereaksi terhadap stimulus tersebut dan
Proses belajar stimulus-respons terdiri dari beberapa unsur. Pertama adalah unsur
dorongan atau drive. Siswa merasakan adanya kebutuhan akan sesuatu dan
dengan jalan melakukan suatu tindakan yang dapat terlihat. Keempat adalah unsur
2001:13).
a) Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut berpartisipasi
aktif di dalamnya.
siswa dapat segera mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar
atau belum.
d) Setiap kali siswa memberikan respon yang benar maka ia perlu diberi
setiap orang dapat belajar dengan baik apabila diberi waktu cukup dan
pmbelajaran dirancang dengan baik pula. Waktu yang dibutuhkan untuk belajar di
sini tergantung pada kemampuan individual. Materi pelajaran dalam belajar tuntas
dipecah-pecah menjadi unit-unit yang harus dikuasai terlebih dahulu oleh mereka
Teori belajar Thorndike merupakan salah satu teori yang menonjol, banyak teori
Belajar menurut Thorndike adalah ososiasi antara kesan yang diperoleh alat indera
antara stimulus dan respons yang serasi. (Abdullah dan Manadji, 2004:162).
bahwa agar proses belajar berjalan dengan sukses maka harus memperhatikan
tiga aspek penting dalam belajar yaitu kesiapan, latihan dan pengaruh.
Individu akan belajar jauh lebih efektif dan cepat bila ia telah siap atau
disajikan pada waktu individu dalam keadaan seperti itu, sebaliknya akan
siap.
42
stimulus dan respon. Pertautan yang erat itu akan dikembangkan dan
lain, koneksi tersebut akan menjadi lemah jika tidak diteruskan. Karena itu
akan diberikan jika situasi yang sama terjadi kembali. Atau secara singkat
dapat dikatakan bahwa inti hokum latihan adalah latihan akan membuat
hasil belajar makin dikuasai dan makin sempurna. (Lutan, 2005: 126)
respon menjadi lemah. Hukum ini seperti yang beralaku pada pendidikan
Salah satu tokoh behaviorisme adalah Skinner, yang terkenal dengan Operant
proses penguatan perilaku baru yang muncul. Skinner menyatakan bahwa setiap
43
hubungan S-R. Respons yang diberikan ini dapat sesuai (benar) atau tidak (salah)
dengan apa yang diharapkan. Respons yang benar perlu diberikan penguatan
beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian kaitannya dengan teori operant
conditioning ialah:
sekunder (psikologis) yang selalu dalam keadaan tak seimbang sehingga perlu
segera dipenuhi. Hal ini menimbulkan energy untuk bertindak. Jika kebutuhan itu
belajar yang tidak lain adalah membentuk kebiasaan. ( Hull dalam Abdullah dan
Manadji, 2004:165).
oleh karena itu reinforcement berperan sebagai alat bagi pembentukan kebiasaan.
dalam diri seseorang. Pengetahuan itu diciptakan kembali dan dibangun dari
hasil. (Budiningsih, 2004: 34) Ide dasar dari teori kognitif ialah bahwa seorang
bentuk secara keseluruhan. Semua rangsang saling terkait dengan sebuah latar
belakang, sehingga makna suatu rangsang diamati dalam kaitannya besuah medan.
konsep utama, menghargai sudut pandang siswa, dan menilai hasil belajar siswa
pembelajaran konstruktivisme ada lima unsur pokok yang diperhatikan yaitu: (1)
(validasi) dan tas dasar tanggapan itu konsep tersebut direvisi dan dikembangkan,
Ciri Mengajar konstruktivisme adalah sebagai berikut: Driver dan Oldham dalam
1) Orientasi
2) Elicitasi
3) Restrukturisasi Ide
Dalam hal ini ada tiga hal yaitu: Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan
ide orang lain lewat diskusi, membangun ide yang baru, mengevaluasi ide
Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan
suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
Anak mulai memahami bahwa operasi tertentu secara simultan dan niscaya
ke konkret.
operasional konkret menuju tahap operasional formal dalam masa ini siswa masih
memiliki hasrat untuk bermain tinggi, dan masih belum terbiasa dengan aturan-
aturan yang kaku, oleh karena itu penerapan pendekatan bermain dalam
Siswa SMP yang berada pada Periode operasional formal masih memerlukan
benda benda nyata pada saat pembelajaran terutama situasi yang masih baru bagi
media belajar yang lain serta adanya peranan guru sebagi fasilitator yang
mengasah kemampuan berpikir siswa tentang konsep gerak yang benar. Dalam
coba dan bermain, melalui aktivitas bermain dan pengulangan diharapkan siswa
49
pelajari.
mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. Oleh karena itu hal
menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak adalah
memanipulasi struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau makna
melakukan penalaran yang benar. Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan pada
pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil, fungsi logika dan kemampuan
abstraksi-abstraksi lannya.
50
berbagai aspek kehidupan. Selain itu kecerdasan ini juga meliputi kepekaan
terhadap warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan antar unsur. Kemampuan
dengan sentuhan (tactile dan haptic). Adapun ciri-ciri orang yang memiliki
kecerdasan ini adalah: Banyak bergerak ketika sedang duduk atau mendengarkan
dalam bidang kerajinan tangan, seperti kerajinan kayu, menjahit mengukir dan
memahat, pandai menirukan gerakan kebiasaan, atau perilaku orang lain. Bereaksi
dengan tanah liat melukis dengan jari atau kegiatan kotor lain. Suka membongkar
kepekaan terhadap irama, olah nada, atau melodi, dan warna nada atau warna
hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini juga meliputi
Teori MI bukan saja merupakan konsep kecerdasan yang ada pada diri masing-
masing individu, tetapi juga merupakan strategi pembelajaran yang ampuh untuk
menjadikan siswa keluar sebagai juara pada jenis kecerdasan tertentu. Strategi
pada standar minimal yang ditentukan oleh lembaga atau sekolah. Dengan
selalu menguntungkan bagi siswa yang menggunakannya. Satu hal yang pasti
52
siswa akan keluar sebagai individu yang memiliki jati diri, yang potensial pada
salah satu atau lebih dari delapan jenis kecerdasan yang dimilikinya.
Dalam hal ini peranan mata pelajaran pendidikan jasmani sangat strategis dalam
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
53
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
(Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008:37). Ditinjau dari cara penyajian dan cara
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat
demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan;
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis
akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah
digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan
kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti
akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang
satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki
sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of
humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
55
pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini,
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil dalam
yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya
Satuan Pendidikan.
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode tertentu,
yaitu: 1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, 2) tujuan
57
pembelajaran yang akan dicapai, 3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar
model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan 4) lingkungan belajar yang
Lebih lanjut Joyce, Bruce and Weil, Marsha, (2004: 27). Mendefinisikan proses
berinteraksi dan mempelajari bagaimana belajar. Oleh karena setiap siswa adalah
unik memiliki cara belajar yang beraneka ragam sesuai dengan perkembangan dan
disesuaikan dengan suatu rujukan yang disebut model belajar. Dengan kata lain
cerminan dari model belajar (models of teaching are really models of learning),
yang terdiri dari empat rumpun, yaitu: rumpun sosial, proses informasi, personal,
manusia sebagai mahluk social untuk belajar lebih jauh dan memperluas
Model pembelajaran pada model ini merentang dari mulai model yang
Kenyataan dari hidup manusia pada akhirnya akan ditentukan oleh individu-
negosiasi antar individu yang harus hidup, bekerja dan membangun suatu
meraih yang lebih baik dari pada yang sudah dicapai sekarang agar lebih kuat,
lebih sensitive, dan lebih kreatif dalam rangka mencari kualitas hidup yang
lebih baik.
Teori yang mendasari model ini antara lain adalah Social learning theory,
dari model ini adalah bahwa manusia memiliki system koreksi sendiri yang
manusia. Model ini dapat diterapkan pada hampir semua perilaku yang dapat
hal ini disebabkan karena muatan kurikulum pendidikan jasmani yang berbeda
para ahli:
pendidikan jasmani menjadi enam model, yang terdiri dari: (1) direct instruction
kelompok.
olahraga, (5) peer teaching model, (6) inquiry teaching model, dan yang terakhir
Enis dkk. (dalam Carpenter 2010: 19) menyatakan bahwa Model Bermain
Taktis/Tactical Games Model (TGM) merupakan salah satu model yang menonjol
dalam daftar model pembelajaran untuk pendidikan jasmani karena berakar dari
61
mendorong siswa untuk memecahkan masalah taktis yang umumnya terjadi dalam
Pendapat senada disampaikan oleh Doolittle & Girard dalam Carpenter (2010:20),
dan keputusan yang diperlukan untuk memecahkan masalah umum yang terjadi
dalam situasi permainan. Pendapat tersubut diperkuat oleh Lemlech, 2002 dalam
Dari beberapa penyataan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model
berpikir kritis siswa, hal ini dikarenakan model ini memandang pendidikan
62
jasmani dari sudut pandang behavioristik saja, akan tetapi juga dari sisi
dengan pendekatan PAIKEM dan akan sangat baik jika diterapkan dalam
1. Pemilihan Konten
keputusan.
2. Kontrol Manajerial
mengatur setiap kegiatan belajar dan menentukan siswa yang terlibat untuk
latihan, sehingga akan lebih baik jika guru mengambil kontrol langsung
3. Presentasi Tugas
keputusan. Masalah taktis yang diajukan dalam presentasi tugas oleh guru,
4. Rancangan Pola
keterlibatan guru hanya sebatas ini, setelah itu, siswa dapat berlatih sendiri
5. Interaksi Pembelajaran
model yang interaktif pada dimensi ini, karena guru harus terus
64
7. Kemajuan tugas
Guru menentukan kapan setiap kegiatan belajar selesai dan saatnya untuk
siswa untuk beralih pada masalah taktis dan tugas belajar berikutnya. Oleh
Griffin, Mitchell, dan Oslin, dalam Metzler (1999:344). Menggambarkan ada tiga
alasan utama di balik model pembelajaran bermain taktis. Pertama, minat dan
motivator positif dan struktur tugas dominan dalam model. Dalam hal tertentu,
siswa selalu bermain game atau sejenisnya, menjaga minat dan kegembiraan yang
tinggi. Karena siswa hampir selalu menerapkan taktik dan keahlian dalam situasi
pengetahuan dengan lebih jelas, lebih meningkatkan minat dalam kegiatan belajar.
sebagai berikut:
1.Game
2. Game 6.
appreciation Performance
Learner
3. Tactical 5. Skill
Awareness execution
4. Membuat Keputusan
yang tepat
taktis menurut Bunker and Thrope, dalam Metzler (2000:342). Adalah sebagai
berikut:
6) Penampilan (Performance)
motorik dan pola pikir siswa. Tidak ada keharusan bagi siswa belajar skala
mengembangkan keterampilan.
Asumsi paling dasar dalam model ini adalah bahwa keterampilan motorik akan
lebih mahir jika mengikuti pembelajaran kognitif. Sementara ini penting bahwa
siswa tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya dalam
pengaturan permainan, "apa" yang lebih dulu dalam model permainan taktis
pernyataan yang jelas dari prioritas domain dalam model permainan taktis:
Interaksi domain dalam model permainan taktis juga cukup jelas. Siswa
memecahkan masalah taktis yang pertama diberikan dalam domain kognitif, yang
Pada titik tertentu maka perlu bagi siswa untuk melaksanakan keputusan taktis
untuk menguji seberapa baik mereka telah memecahkan masalah yang ada.
taktis mereka dengan kinerja motor untuk menghasilkan hasil pembelajaran yang
kepercayaan diri. Seperti dalam banyak model lain, belajar dalam domain afektif
terjadi sebagian besar melalui interaksi langsung dengan belajar dalam domain
lainnya.
Strategi tidak langsung digunakan untuk memecahkan masalah taktis, tetapi pada
preferensi belajar siswa akan mirip dengan instruksi langsung dan menarik bagi
Dalam Model Pembelajaran Bermain Taktis, tugas Struktur untuk permainan yang
beberapa cara bagi guru agar dapat menyusun dan menyisipkan tugas permainan
1. Pengulangan Instan.
mereka.
70
2. Pemain-pelatih.
bagian tertentu dari permainan untuk mempromosikan praktik taktis siswa dan
keterampilan.
3. Situasi
memeriksa kesadaran taktis dan pengambilan keputusan sebelum hal itu terjadi
dalam permainan.
4. TV analis.
keterampilan yang telah dikuasai siswa, guru mengajak siswa untuk melihat
sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah
(cooperative learning);
based learning); (d) belajar secara tuntas (mastery learning); (e) belajar secara
dalam lompat jauh. Falsafah Modifikasi yang berorientasi pada tercapainya tujuan
secara mudah dan langsung juga menjadi landasan Paikem, sehingga dalam
pembelajaran peserta didik selalu menjadi subjek aktif sedangkan guru menjadi
yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan”. Sedangkan Yoyo Bahagia
terdiri atas bermain aktif dan bermain pasif secara umum bermain aktif banyak
akan selalu dimainkan anak, tidak berarti kegiatan aktif hilang karena adanya
bermain pasif.
73
untuk aktif bermain. Pendidikan Jasmani untuk anak harus lebih menekankan
kepada aspek permainan dari pada teknik cabang olahraganya, karenanya bermain
adalah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia pada umumnya dan
mengambil keputusan sendiri dalam waktu yang relatif sangat singkat, 4) memberi
peluang bukan hanya pada siswa putra tetapi juga siswa putri untuk melakukan
berbagai bentuk keterampilan dalam bermain atau berolahraga. (Kupan, 2002: 36)
74
Anak dapat belajar melalui permianan. Banyak hal yang dapat anak
memainkan peran “baik atau buruk” membuat anak kaya akan pengalaman
emosi, anak akan memahami perasaan yang terkait dari ketakutan dan
jasmanikes.
Pada umumnya anak-anak suka sekali bermain. Menurut Lutan (dalam Sudarta
manusia. Bermain merupakan konsep, oleh karena itu manusia disebut Homo
Ludens (mahluk bermain). Bermain ditandai dengan beberapa ciri sebagai berikut:
Bermain berguna untuk merangsang perkembangan fisik dan mental anak. Ciri
utama bermain ialah kebebasan yang tak didesak oleh tugas atau kewajiban
moral.
b. Bermain bukanlah kehidupan biasa atau yang nyata. Karena itu bila diamati
atau tidak sungguhan. Bersama dengan gejala tak sungguhan itu, bermain
waktu. Bermain selalu bermula dan berakhir, dan dilakukan di tempat tertentu.
76
d. Bermain memiliki tujuan yang terdapat dalam kegiatan itu, dan tak berkaitan
dilakukan secara sadar, sukarela tanpa paksaan dan tak sungguhan dalam batas
waktu, tempat dan ikatan peraturan. Bersamaan dengan cirri tersebut, bermain
dan kesukaan untuk mencapai tujuan yang berbeda damalam permainan itu.
suasana kelompok.
maupun keterampilannya.
Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru
dengan cara menyusunnya dalam bentuk aktivitas yang potensial dan proporsional
dapat mengarahkan dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi
bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru
Selanjutnya guru pendidikan jasmani harus mengetahui apa saja yang bisa dan
1) Anak anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, kematangan fisik
Lebih lanjut Aussie dalam Bahagia (2007: 34) menyebutkan beberapa komponen
jasmani diantaranya adalah: Ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan,
pemainnya.
dalam pengembangan model dan desain pembelajaran. Satu ciri khas dari
pengembangan model ini adalah penerapan prinsip modifikasi yang tercermin dari
pengetahuan. Menurut Joys & Weil, para ahli menyusun model pembelajarkan
analisis system atau teori-teori lain yang mendukung. Lebih lanjut Joys & Weil
menjadi empat model pelajaran. Model tersebut merupakan pola umum perilaku
Joys & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau
Apakah materi pelajaran berupa fakta, konsep, hokum atau teori tertentu.
sesuai dengan tingkat kematangan, minat dan bakat, serta gaya belajar
peserta didik?
pembelajaran bermain (TGM) dibandingkan dengan model yang lain, antara lain
karena: (a) olahraga dan permainan merupakan pengalaman belajar yang penting,
masalah taktis dapat ditransfer antara olahraga dalam kategori permainan yang
sama (misalnya, permainan invasi), dan (d) dalam model bermain penilaian
dilakukan secara otentik untuk menilai perubahan dalam kinerja game. (2010:27)
Atas dasar itu, maka model pembelajaran tactical games dapat dikembangkan
pada materi pembelajaran lain di luar olahraga permainan. Salah satunya adalah
80
namun secara substansi pembelajaran atletik juga bisa diajarkan melalui aktivitas
Bertolak dari kajian teori dan hasil studi pendahuluan, dalam penelitian ini, maka
Model yang dikembangkan ini berdasarkan dua teori belajar yaitu kelompok
Bagian-bagian dari model pembelajaran ini terdiri atas 5 komponen yaitu: (1)
system sosial; dan (4) system pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan
reflektif menunjukkan bahwa anak lebih senang dan gembira sehingga proses
Hasil penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh I Putu
adanya perbedaan rereta hasil beljar sebelum dan setelah penggunaan model
tersebut.
Kesimpulan senada didapat dari hasil penelitian Eric John Carpenter dari
Amerika Serikat.
Dari rumusan masalah dan paparan teori pendukung yang dituliskan di atas dapat
dirumuskan kerangka berfikir sebagai berikut: Ada beberapa hal yang menjadi
Untuk itu menurut penulis diperlukan adanya suatu penelitian yang mendalam
serta dapat menjadi solusi dalam pemecahan masalah keterbatasan sarana dan
pemahaman dalam menjabarkan standar isi ke dalam bentuk silabus yang dapat
dengan tujuan dan isi pendidikan. Ketiga, pemahaman tentang evaluasi, baik yang
Salah satu cara untuk mengimplementasikan ketiga hal di atas adalah melalui
membatasi ruang gerak dan kreativitas siswa. Selain itu penggunaan sarana dan
berdampak buruk bagi pertumbuhan fisik siswa, karena tidak seimbang dengan
lebih efektif, karena akan membuat siswa lebih leluasa dalam bergerak, berkreasi
siswa. Yang dimaksud dengan modifikasi di sini dapat berupa, mengubah ukuran
dari yang berat menjadi lebih ringan, yang panjang menjadi lebih pendek atau
memodifikasi prasarana, seperti mengganti bak pasir untuk lompat jauh dengan
bagi siswa.
Dengan terciptanya suatu proses pembelajaran yang efektif dan menarik bagi
siswa, maka prestasi belajar pendidikan jasmani akan meningkat. Disamping itu
pengembangan Model Pembelajaran ini juga akan sangat membantu guru dalam
dari: analisis, peta indikator, RPP, bahan ajar, media pembelajaran, dan alat
Pringsewu.
85
and Development). Hasil atau produk dari penelitian ini adalah model
pembelajaran pendidikan jasmani dengan fokus pada materi atletik SMP kelas
VIII semester genap. Produk yang akan dikembangkan terdiri atas lima
materi atletik SMP kelas VIII (lari estafet, lompat jauh dan lempar lembing) yang
terdiri dari bahan ajar, lembar kerja siswa (LKS) dan media pembelajaran hasil
modifikasi.
yang dikembangkan oleh Borg & Gall (1989:775). Menurut Borg and Gall ada
Reserch and Development (R & D), namun karena keterbatasan waktu dan dana,
maka dalam penelitian ini hanya akan dilakukan tujuh langkah penelitian saja.
87
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap 2011/2012 bulan Januari s.d
Juni 2012.
pertimbangan keterbatasan biaya dan waktu. Untuk keperluan Tesis dan Desertasi
“ Yang terbaik adalah melakukan proyek dengan skala kecil yang hanya
sumber keuangan yang memadai. Cara lain untuk memperkecil proyek adalah
dilakukan dalam dua tahap dengan tujuh langkah. Tahap pertama terdiri empat
pengembangan produk awal; 4) uji coba awal (validasi). Sedangkan tahap yang
kedua terdiri dari tiga langkah, yaitu: 5) revisi produk; 6) uji coba lapangan; 7)
Untuk lebih jelas langkah-langkah penelitian ini dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Langkah
relevan.
langkah-langkah meliputi:
5) Melakukan kajian terhadap drfat model yang telah dihasilkan bersama guru
untuk dianalisis.
8) Melakukan validasi ahli terhadap dratf hasil revisi, validasi dilakukan oleh ahli
ahli.
Analisis beberapateori,
pendekatan dan model Model pemb. Sintaks/
pemb Pendidikan pendidikan langkah pemb.
jasmani jasmani baru
Produk
instruksional
Kaji I
Draf I
Model Pembelajaran
Bermain
Draf Akhir
Populasi penelitian tahap I ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pringsewu
sebanyak 278 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster purposive
sampling.
Jumlah uji coba satu-satu adalah sampel 3 orang siswa, dengan tingkat
sebagai berikut:
Jumlah siswa pada kelas VIII.B adalah sebanyak 33 orang. Untuk reviu
rendah.
Untuk uji coba terbatas dipilih satu kelas, yaitu kelas VIII.B sebagai
Dalam penelitian tahap I ini data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan
teknik angket dan wawancara. Data yang akan diolah adalah data berupa
komentar, saran dan perbaikan produk serta ringkasan hasil observasi dari
responden dan tim ahli. Data tersebut diambil pada saat dilakukan langkah ke-1
yaitu pengumpulan informasi data awal dan langkah ke-4 yaitu validasi dan uji
coba kelompok kecil. Angket dan wawancara yang dilaksanakan dalam penelitian
ini bertujuan untuk mencari informasi data awal tentang analisis kebutuhan siswa
Pendidikan jasmani. Sedangkan validasi ahli dan uji coba kelompok kecil
dan non tes. Instrumen non tes digunakan untuk memperoleh informasi sejauh
93
mana produk memberi pengaruh kepada sampel dalam upaya peningkatan hasil
belajar atletik. Instrumen non tes berupa lembar pengamatan angket, daftar cek
Jumlah
No Aspek Indikator
Butir
1 Masalah yang 1. Kesulitan dalam mempelajari 1 soal
dihadapi dalam gerak dasar Atletik
pembelajaran 2. Kesulitan daalam menggunakan 1 soal
Pendidikan jasmani sarana pembelajaran atletik yang
tersedia
2 Model/metode 3. Model dan metode pembelajaran 1 soal
pembelajaran yang digunakan guru sesuai
Pendidikan jasmani dengan keinginan siswa
4. Guru perlu memperbaharui 1 soal
model dan metode pembelajaran
yang digunakan
5. Inovasi model pembelajaran 1 soal
Pendidikan jasmani
Jumlah 5 soal
94
Jumlah
No Aspek Indikator
Butir
1 Potensi model 1. Memahami perbedaan antara 1 soal
pembelajaran pendekatan, metode, strategi dan
yang model pembelajaran.
dimanfaatkan 2. Penggunaan model pembelajaran 1 soal
guru. dalam proses pembelajaran.
2 Kondisi model 3. Ketersediaan sumber belajar 1 soal
pembelajaran penunjang proses pembelajaran.
yang 4. Kesesuaian antara model-model 1 soal
dimanfaatkan pembelajaran yang tersedia
guru. dengan kebutuhan
5. Kebutuhan akan pengembangan 1 soal
model pembelajaran
Jumlah 5 soal
N Aspek SKOR
Pernyataan
o Pengamatan 1 2 3 4
1 Persiapan 1. Membuat RPP
2. Menentukan metode yang
sesuai
2 Strategi 1. Menyampaikan bahan
KBM pembelajaran sesuai dengan
karakteristik siswa
2. Menggunakan alat/media
pembelajaran yang sesuai
3. Menggunakan Pendekatan
bermain yang memotivasi
siswa
95
N Aspek SKOR
Pernyataan
o Pengamatan 1 2 3 4
4. Perhatian terhadap perbedaan
karakteristik dan fisik siswa
5. Memberi kesempatan siswa
untuk aktif melakukan tugas
gerak
6. Komunikasi guru dengan siswa
7. Berusaha mengenali kesulitan
belajar siswa
3 Pengelolaan 1. Mengorganisasi siswa
Kelas 2. Mengatur dan memanfaatkan
fasilitas belajar
4 Penilaian 1. Melaksanakan penilaian selama
Proses proses pembelajaran
Pembelajaran 2. Melaksanakan penilaian pada
akhir pembelajaran
5 Mengakhiri 1. Mengoreksi kesalahan siswa
pelajaran 2. Memberikan feedback dan
penguatan
6 Materi 1. Kesesuaian dengan materi
standar isi
2. Kesesuaian dengan keadaan
sekolah dan peserta didik
7 Siswa 1. Ketepatan waktu siswa dalam
Pembelajaran
2. Kesiapan Siswa Belajar
(termasuk pakaian)
3. Melakukan tugas gerak yang
diberikan
4. Siswa berusaha menemukan
sendiri pemahaman dan
keterampilan gerak
5. Antusiasme siswa dalam proses
pembelajaran
8 Kondisi 1. Luas lapangan
Lapangan dan 2. Kelengkapan sarana
Fasilitas 3. Kesesuaian sarana prasarana
dengan kondisi fisik siswa
JUMLAH
SKOR
TOTAL
96
Jumlah Nomor
N Aspek Indikator
o Soal soal
Jumlah
No Aspek Indikator
Soal
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistic
deskriptif. Data yang diperoleh pada penelitian tahap I adalah data kuantitatif dan
kualitatif. Data selanjutnya akan ditampilkan dalam bentuk tabel, kategorisasi dan
Langkah pertama dalam analisis data ini adalah mengumpulkanu seluruh angket
dan kuesioner yang telah diisi. Angket jawaban dari responden disortir dan
memudahkanpemeriksaan jawaban.
3.5.4.2 Skoring
Data dari setiap angket selanjutnya perlu dilakukan penilaian yang tepat. Setiap
jawaban yang terdapat dalam angket harus diberi skor dengan cara dan criteria
yang konsisten. Untuk melakukan scoring perlu dipisahkan antara angket tertutup
3.5.4.3 Tabulasi
Tabulasi bertujuan agar data lebih ringkas dan lebih mudah dilihat, tabulasi
dilakukan dengan memasukkan data ke dalam table. Dari catatan skor yang ada
dicari jumlah skor terbanyak dan nilai rata-ratanya kemudian data disusun dengan
kebutuhan penelitian.
Dari pengumpulan informasi data awal ini diharapkan dapat diketahui perilaku
awal siswa serta karakteristik dan kebutuhan siswa dan guru untuk merancang
3.5.5.2 Perencanaan
adalah:
Setelah dikembangkan model yang terdiri dari sintak pembelajaran, sistem sosial,
tujuannnya, atau masih perlu direvisi untuk memperoleh hasil yang terbaik.
perbaikan. Reviu ahli dilakukan oleh 2 orang ahli yang memiliki kualifikasi pada
S2 atau S3 Pendidikan Jasmani. Reviu ahli ini terdiri dari 1 orang ahli materi dan
101
1 orang ahi desain pembelajaran. Validasi ahli diutamakan untuk menganalisa jika
dilakukan oleh dua atau tiga orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah. Untuk memenuhi obyektivitas hasil reviu, maka reviu
Hasil analisis evaluasi satu-satu digunakan untuk merevisi produk sebelum diuji
Setelah direview secara perorangan, produk utama diujicoba pada kelompok kecil
menjadi produk operasional. Reviu kelompok kecil terdiri dari 12 orang yang
menggunakan produk yang telah dikembangkan, hasil revisi dari uji coba
Pada uji coba terbatas dilakukan proses pembelajaran pada kelas lain di luar
sampel namun relatif homogen dengan sampel. Kelas yang dipilih adalah kelas
VIII.B yang berjumlah 33 orang. Pada uji coba terbatas ini proses pembelajaran
dilakukan tiga kali pertemuan. Setelah tiga kali pertemuan, selanjutnya pada akhir
pertemuan siswa diminta untuk mengisi angket yang disediakan. Uji coba terbatas
yang telah dikembangkan layak untuk diujicobakan dan digunakan dalam proses
Dari hasil validasi ahli dan uji coba kelompok kecil yang dilakukan pada
Setelah produk hasil desain direvisi oleh, maka perlu dilakukan eksperimen untuk
O1 X O2
Gambar 3.3 Desain eksperimen One Group Pretest and Postes Design.
Keterangan:
instrumen evaluasinya. Selanjutnya nilai antara pretest dan postes dianalisis untuk
dicari N Gain untuk mengetahui perbedaan antara prestassi belajar awal siswa dan
Dari hasil data yang dikumpulkan pada uji coba lapangan yang diambil melalui
masukan dari guru sejawat. Perbaikan akhir dari model pembelajaran Pendidikan
jasmani tersebut dilakukan agar model pembelajaran dapat lebih mudah difahami
dan dipelajari.
Pada tahap akhir revisi produk model pembelajaran Pendidikan jasmani ini
perbaikan yang dilakukan adalah pada desai dan sistematika model pembelajaran
tersebut agar lebih baik dan efektif. Setelah dilakukan berdasarkan temuan pada
uji coba lapangan, maka hasil revisi dikonsultasikan kembali pada tim ahli untuk
tahap akhir ini dilakukan dengan diskusi singkat mengenai produk model
Populasi penelitian tahap II adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pringsewu
sebanyak 215 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster purposive
sampling.
pemilihan kelas VIII.A adalah karena kelas VIII.A termasuk kategori kelas yang
nilai rata-ratanya sedang. Selain itu, kelas ini merupakan kelas unggulan yang
105
berisi siswa cerdas, berdasarkan hasil pengamatan penulis, siswa cerdas sebagian
Jasmani.
kuantitatif hasil tes awal dan tes akhir, data tersebut kemudian dimasukkan ke
Selain itu, dikumpulkan pula data kualitatif berupa data hasil observasi,
wawancara dan angket yang dihimpun selama uji coba lapangan dilakukan.
Nilai tes formatif merupakan indikator untuk menilai prestasi belajar siswa setelah
a. Psikomotor
Σ Skor diperoleh
Nilai P X 50%
Σ Skor Maksimal
b. Afektif
Σ Skor diperoleh
Nilai A = X 30%
Σ Skor Maksimal
c. Kognitif
Σ Skor diperoleh
Nilai K = X 20%
Σ Skor Maksimal
d. Nilai akhir = P + A + K
106
Bentuk
No Indikator Sub Indikator
Penilaian
1 Mempraktikkan 1) Melakukan Gerakan Start Tes Unjuk
Rangkaian Gerak Dasar dengan baik Kerja
Lari Estafet dengan 2) Melakukan Gerakan lari Tes Unjuk
Kontrol Gerak yang dengan kecepatan dan Kerja
Baik akselerasi yang baik
3) Melakukan pergantian Tes Unjuk
tongkat dengan benar Kerja
4) Melakukan finish dengan Tes Unjuk
sikap yang benar Kerja
2 Mempraktikkan 1) Melakukan Gerakan Tes Unjuk
Rangkaian Gerak Dasar Awalan dengan baik Kerja
Lompat Jauh dengan 2) Melakukan Gerakan Tes Unjuk
Kontrol Gerak yang Tolakan dengan baik Kerja
Baik 3) Melakukan Sikap Tes Unjuk
Melayang di udara Kerja
dengan baik
4) Mendarat dengan sikap Tes Unjuk
yang benar Kerja
3 Mempraktikkan 1) Memegang lembing Tes Unjuk
Rangkaian Gerak Dasar dengan benar Kerja
Lempar Lembing 2) Melakukan Gerakan Tes Unjuk
dengan Kontrol Gerak Awalan dengan baik Kerja
yang Baik 3) Melakukan Gerakan Tes Unjuk
Melempar dengan baik Kerja
4) Melakukan Gerak Ikutan Tes Unjuk
dengan baik Kerja
Jumlah 12
107
Bentuk
No KD Sub Indikator
Penilaian
1 Mempraktikkan 1) Melakukan kerja sama Pengamatan
Gerak Dasar Atletik dengan teman dalam sikap
Lanjutan dan nilai- pembelajaran.
nilai yang terkandung 2) Menghargai perbedaan Pengamatan
di dalamnya kemampuan gerak individu sikap
3) Melakukan tugas gerak Pengamatan
dengan rasa percaya diri sikap
4) Menjaga keselamatan diri Pengamatan
dan orang lain sikap
5) Bersedia berbagi tempat dan Pengamatan
peralatan dengan orang lain sikap
Jumlah 5
108
Bentuk
No Indikator Sub Indikator
Penilaian
1 Mempraktikkan 1) Menjelaskan secara singkat Soal isian
Rangkaian Gerak sejarah atletik
Dasar Lari Estafet 2) Menyebutkan manfaat Soal isian
dengan Kontrol belajar atletik
Gerak yang Baik 3) Menyebutkan macam-macam Soal isian
teknik dalam pergantian
tongkat
4) Jelaskan bagaimana cara Soal isian
melakukan rangkaian gerak
lari yang benar.
5) Menjelaskan peraturan Soal isian
perlombaan lari estafet
Mempraktikkan 6) Jelaskan bagaimana cara Soal isian
Rangkaian Gerak melakukan rangkaian gerak
Dasar Lompat Jauh lompat jauh yang benar.
dengan Kontrol 7) Menjelaskan peraturan Soal isian
Gerak yang Baik perlombaan lompat jauh
Mempraktikkan 8) Menjelaskan beberapa cara Soal isian
Rangkaian Gerak memegang lembing
Dasar Lempar 9) Menjelaskan cara melakukan Soal isian
Lembing dengan rangkaian gerak lempar
Kontrol Gerak yang lembing yang baik dan benar
Baik 10) Mejelaskan peraturan Soal isian
perlombaan lempar lembing
Jumlah 10 Soal Soal isian
109
Aktivitas belajar diukur melalui pengamatan guru dan observer selama proses
pembelajaran berlangsung.
Kuesioner ini diberikan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana penerapan
Jumlah Nomor
No Aspek Indikator
Soal Soal
1 Efektifitas Mudah Dalam Penggunaannya 3 1,2,3
Komunikatif dalam Penggunaannya 1 4
Sederhana dan mudah dipahami 1 5
2 Efisiensi Waktu yang digunakan untuk 2 6,7
berinteraksi cukup memadai
Waktu yang tersedia untuk 1 8
mempelajari materi cukup memadai
Waktu yang digunakan untuk 1 9
melakukan evaluasi cukup
memadai
3 Daya tarik Mengandung unsure interaktif 3 10,11,12
Kreatif dan inovatif dalam gagasan 3 13,14,15
Analisis data kualitatif deilakukan dengan cara menarik kesimpulan dari hasil
Data hasil ujicoba lapang diperoleh dari kelompok eksperimen berupa nilai hasil
tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir siswa setelah pembelajaran. Hasil
Bermain Sportif. Efektifitas model baru dianaisis dengan mencari Gain Skor
111
Rumus N Gain:
Keterangan:
g = gain faktor
S post = Skor tes akhir
S pre = Skor tes awal
S max = Skor maksimal
Atletik siswa , maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan dan uji coba lapangan dapat ditarik
5.1.1 Potensi dan kondisi model pembelajaran yang telah digunakan dalam
menyenangkan.
5.1.3 Rerata prestasi belajar atletik siswa SMPN 2 Pringsewu meningkat sebesar
5.1.4 Aktivitas belajar atletik siswa SMPN 2 Pringsewu meningkat sebesar 23%
5.15 Hasil uji coba terbatas model pembelajaran Bermain Sportif menunjukkan
bahwa rata-rata gain skor ternormalisasi (g) = 0,7. Ini berarti, model
5.2 Implikasi
siswa, misalnya siswa diberi contoh gerak yang biasa dilakukan pada
SMP, karena model ini memiliki adaptabelitas dan efektivitas yang tinggi.
165
5.3 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 2004. Dasar Dasar Pendidikan Jasmani
Dirjen dikti Kemendikbud. Jakarta
Ben Dyson, Linda L.Grifin & Peter Hastie. 2004. Sport education, Tactical Games
& Cooperatif Learning: Theoretical & Pedagogical Consideran. Sport
Reaserch Journal. Sirc Publisher.
Gredler, Margareth E. 2011. Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi Edisi ke-6.
Kencana: Jakarta
Kirk, David. Dkk. 2006. The Handbook of Physical Education. Sage Publication
Ltd. London. Great Britain.
Lutan, Rusli. Dkk. 1997. Manusia dan Olahraga. ITB dan FPOK IKIP Bandung.
Bandung.
Metzler, Michael W. 2000. Instructional Model for Physical Education. Allyn and
Bacon Press. USA
Mosston, M. 1994. Teaching Physical Education (4th ed.). New York: Macmillan.
168
Rink, Judith E. 2002. Teaching Physical Education for Learning 4rd. Edition. Mc
Graw Hill. New York. USA
Siedentop, D.,Mand, C., dan Taggart, A.1986. Physical Education: Teaching and
Curriculum strategies for grades 5-12. Paulo Alto, CA: Mayfield.
Soekamto, Toeti dan Winataputra, Udin S. 1994. Teori Belajar dan Model-model
Pembelajaran. Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.
Tinning, Richard dkk. 2001. Becoming Physical Education Teacher: Contemporary and
enduring issue . Pearson Education. Australia.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka
Publisher. Surabaya.
Uno, Hamzah.B .2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Bumi Aksara. Jakarta.
JURNAL ILMIAH
Panca Adi, I Putu. 2006. Pendekatan Bermain dalam Permainan Sepakbola, Jurnal
IPTEK Olahraga Volume 8 Nomor 3 September 2003, PPPITOR Kemenegpora,
Jakarta
DIKTAT
Saomah, Aas. 2012. Tugas-tugas Perkembangan Siswa SMP, Bahan Ajar Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan. UPI.Bandung .
TESIS
INTERNET
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/.../Teori_Belajar_Motorik. Diunduh
tanggal 18 maret 2012 jam 19.10 wib)
http://www.ed.gov.nl.ca/edu/k12/curriculum. Diunduh
tanggal 1 Juni 2012 pukul 10.20 Wib.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jvip/article/view/50/48 Diunduh
tanggal 1 Juni 2012
http://masbied.files.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-
belajar- vygotsky. Diunduh tanggal 1 Juni 2012