Anda di halaman 1dari 13

I.

Identitas
Nama : EP
Tempat/Tanggal Lahir : Kendari, 9 Februari 2001
Usia : 9 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD Kelas 4
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Tutul No. 24

II.Tujuan
Observasi ini dilakukan untuk melihat keaktifan anak dalam mengikuti pelajaran
Matematika di kelas.

III. Waktu Observasi


Hari/tanggal : Jumat, 26 Maret 2020
Pukul : 10.15-11.30

IV.Teori
Hamalik, 2004 mengemukakan bahwa aktivitas belajar merupakan segala
kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka
mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah
pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
terciptalah situasi belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar
yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional
guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
Tiap siswa memiliki pembawaan-pembawaan yang berbeda, dan menerima
pengaruh dan perlakukan dari keluarganya yang masing-masing juga berbeda.
Dengan demikian adalah wajar apabila setiap siswa memiliki ciri-ciri individu
sendiri. Ada siswa yang badannya tinggi kurus, atau pendek gemuk, cekatan atau
lambat, kecerdasan tinggi, sedang atau rendah, berbakat dalam beberapa mata
pelajaran, tetapi kurang berbakat dalam mata pelajaran tertentu, tabah, ulet atau

1
mudah putus asa, periang atau perenung, bersemangat atau acuh tak acuh, dan
sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, pemahaman guru terhadap setiap individu
siswa sangat penting dalam upaya mengembangkan keaktifan belajar mereka. Oleh
karena itu, guru harus melakukan pendekatan dalam strategi belajar mengajarnya.
Bila tidak, maka strategi belajar tuntas yang menuntut penguasaan penuh kepada
anak didik tidak akan pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan
individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan optimal
(Hamalik, 2004).
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki
keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti;
1) Memperhatikan penjelasan guru
2) Sering bertanya kepada guru atau siswa lain
3) Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru
4) Mampu menjawab pertanyaan
5) Berani berpendapat
6) Mempunyai ingatan baik
7) Bersemangat dalam mengikuti pelajaran

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang


tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing
siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul
dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan
yang akan mengarah pada peningkatan prestasi (Hamalik, 2004).

V.Teknik Observasi

2
Teknik observasi yang akan digunakan ialah dengan metode cheklist. Dimana
metode ini dinilai lebih praktis dan sistematis. Observer dapat memberikan tanda
cek secara cepat dan obyektif tentang ada atau tidaknya aspek perbuatan yang
tercantum dalam list. Selain itu, dapat pula disediakan kolom kosong untuk
menambah aspek perilaku yang belum termasuk dalam check list yang telah dibuat.

VI.Pedoman (Guide) Observasi


Berdasarkan dari teori di atas maka, pedoman (guide) observasi yang disusun
sesuai dengan ciri-ciri siswa yang menunjukkan keaktifan di kelas, yaitu sebagai
berikut:
No. Aspek Indikator Muncul Tidak
1. Memperhatikan 1. Fokus pada penjelasan guru di
penjelasan guru depan kelas, tidak mengerjakan
hal lain
2. Bertanya kepada guru 2. Berinisiatif untuk menanyakan
atau siswa lain. materi pelajaran kepada guru
atau teman karena belum paham
3. Langsung mengerjakan
3. Mau mengerjakan tugas tugas/soal yang diberikan oleh
yang diberikan guru. guru, dan tidak mengerjakan hal
lain
4. Dapat menjawab pertanyaan
4. Mampu menjawab yang diajukan oleh guru ketika
pertanyaan ketika ditanya guru sedang membawakan
oleh guru. materi di kelas
5. Memiliki inisatif untuk
berkomentar atau sekedar
5. Berani berpendapat. menanyakan isi materi yang
dijelaskan oleh guru di kelas
6. Menunjukkan antusiasme dalam
mengikuti materi pelajaran.
Ditunjukkan dengan sikap tubuh
6. Bersemangat dalam (tegak, condong ke depan),
mengikuti pelajaran. anggukan kepala, pandangan
............................ mata yang fokus kepada guru
(perilaku lainnya). yang sedang menjelaskan,
mengerjakan soal dengan cepat
dan baik, dan selalu berusaha
untuk menjawab pertanyaan
yang diberikan

3
Key Behaviour:
1) Memperhatikan penjelasan guru; fokus pada penjelasan guru di depan
kelas, tidak mengerjakan hal lain.
2) Sering bertanya kepada guru atau siswa lain; berinisiatif untuk
menanyakan materi pelajaran kepada guru atau teman karena belum paham.
3) Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru; langsung mengerjakan
tugas/soal yang diberikan oleh guru, dan tidak mengerjakan hal lain.
4) Mampu menjawab pertanyaan; dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru ketika guru sedang membawakan materi di kelas.
5) Berani berpendapat; memiliki inisatif untuk berkomentar atau sekedar
menanyakan isi materi yang dijelaskan oleh guru di kelas.
6) Mempunyai ingatan baik; menjawab dengan cepat dan benar pertanyaan
yang diberikan oleh guru.
7) Bersemangat dalam mengikuti pelajaran; menunjukkan antusiasme
dalam mengikuti materi pelajaran. Ditunjukkan dengan sikap tubuh (tegak,
condong ke depan), anggukan kepala, pandangan mata yang fokus kepada guru
yang sedang menjelaskan, mengerjakan soal dengan cepat dan baik, dan selalu
berusaha untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

VII.Hasil Observasi
No. Aspek Muncul Tidak
1. Memperhatikan penjelasan guru √ -
2. Bertanya kepada guru - √
3. Bertanya kepada teman. √ -
4. Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru. √ -
5. Mampu menjawab pertanyaan ketika ditanya - √
oleh guru.
6. Berani berpendapat. - √

7. Bersemangat dalam mengikuti pelajaran. - √

8.Lebih banyak diam selama pelajaran √


-
berlangung.
VIII.Kesimpulan

4
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, dapat diperoleh informasi yang
menunjukkan bahwa beberapa aspek dalam form chek list lebih dominan terisi oleh
tidak munculnya perilaku yang menunjukkan keaktifan dalam mengikuti pelajaran.
Meskipun subjek tetap memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh gurunya,
namun subjek terlihat lebih banyak diam selama pelajaran Matematika berlangsung.
Subjek juga tidak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya. Pada
saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya, subjek sempat bertanya
kepada teman di sebelahnya mengenai cara pengerjaannya.
Bila dikaitkan dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu siswa
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti;
memperhatikan penjelasan guru, sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau
mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, berani
berpendapat, mempunyai ingatan baik, dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek memiliki keaktifan yang kurang dalam
mengikuti pelajaran Matematika di kelasnya. Hal tersebut dipertegas pula dengan
wawancara singkat yang dilakukan observer kepada guru subjek, yang mengatakan
bahwa kemampuan subjek dalam mata pelajaran Matematika memang tidak terlalu
spesial, biasa-biasa saja. Subjek lebih menunjukkan kemampuan dalam pelajaran
Menggambar dan Bahasa Indonesia.

5
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

6
IX.Identitas
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir : Kendari, 9 Februari 2001
Usia : 9 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD Kelas 4
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Tutul No. 24

X.Tujuan
Observasi ini dilakukan untuk melihat keaktifan anak dalam mengikuti pelajaran
Matematika di kelas.

XI. Waktu Observasi


Hari/tanggal : Jumat, 26 Maret 2020
Pukul : 10.15-11.30

XII. Teori
Autisme1 adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang sejak
dahulu menjadi salah satu misteri di dunia kedokteran. Autisme sebenarnya bukan
barang baru dan sudah ada sejak lama, namun belum terdiagnosis sebagai autis.
Menurut cerita-cerita zaman dulu seringkali ada anak yang dianggap ‘aneh’; anak
tersebut sejak lahir sudah menunjukkan gejala yang tidak biasa. Mereka menolak
bila digendong, menangis kalau malam dan tidur bila siang hari. Mereka seringkali
bicara sendiri dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh orang tuanya. Apabila
dalam kondisi marah mereka bisa menggigit, mencakar, menjambak atau
menyerang. Kadangkala mereka tertawa sendiri seolah-olah ada yang mengajaknya
bercanda. Para orang tua pada saat itu menganggap anak ini tertukar (a changeling)
dengan anak peri, sehingga tidak bisa menyesuaikan dengan kehidupan manusia
normal (Budhiman, 2002)
Pada tahun 1943 seorang psikiater anak (Leo Kanner) menjabarkan dengan
sangat rinci gejala-gejala ‘aneh’ yang ditemukan pada 11 pasien kecilnya. Leo

7
Kanner melihat banyak sekali persamaan gejala pada anak-anak ini, tetapi yang
sangat menonjol adalah mereka sangat asyik dengan dirinya sendiri seolah-olah
mereka hanya hidup dalam dunianya sendiri. Maka dia memakai istilah ‘autisme’
yang artinya hidup dalam dunianya sendiri. Karena ada juga orang dewasa yang
menunjukkan gejala ‘autisme’, maka untuk membedakannya dipakai istilah ‘early
infantile autism’ atau autisme infantil. Dia membuat hipotesis bahwa anak-anak ini
kemungkinan menderita gangguan metabolisme yang telah dibawa sejak lahir
(inborn error of metabolism). Gangguan metabolisme ini menyebabkan anak
tersebut tidak dapat bersosialisasi. Namun pada zaman itu alat kedokteran belum
secanggih sekarang sehingga Kanner tidak dapat membuktikan hipotesisnya
(Budhiman, 2001; Hartono, 2002).
Pada tahun 1964 Bernard Rimland seorang psikolog yang mempunyai anak autis
menulis buku yang menyatakan bahwa anak autistic dilandasi adanya gangguan
Susunan Syaraf Pusat (SSP). Buku yang cukup revolusioner ini merubah pandangan
tentang penyebab autisme. Para peneliti kemudian beralih meneliti tentang SSP
(Budhiman, 2001). Demikian juga Hartono (2002) menyatakan bahwa autisme
bukan hanya gangguan fungsional. Artinya autisme tidak terjadi akibat salah asuh
atau salah didik ataupun salah dalam ‘setting’ sosial, tetapi didasari adanya
gangguan organik dalam perkembangan otak. Dilaporkan insiden autisme tinggi
pada mereka yang mempunyai riwayat prenatal seperti premature, postmatur,
perdarahan antenatal pada trimester I - II serta usia ibu lebih dari 35 tahun. Autisme
juga banyak dialami oleh anakanak yang riwayat persalinannya tidak spontan serta
mengalami respiratory distress syndrome.

8
XIII. Teknik Observasi
Teknik observasi yang akan digunakan ialah dengan metode cheklist. Dimana
metode ini dinilai lebih praktis dan sistematis. Observer dapat memberikan tanda
cek secara cepat dan obyektif tentang ada atau tidaknya aspek perbuatan yang
tercantum dalam list. Selain itu, dapat pula disediakan kolom kosong untuk
menambah aspek perilaku yang belum termasuk dalam check list yang telah dibuat.

XIV. Pedoman (Guide) Observasi


Berdasarkan dari teori di atas maka, pedoman (guide) observasi yang disusun
sesuai dengan ciri-ciri anak berkebutuhan khusus (Autis), yaitu sebagai berikut:
Aspek Y T Keterangan
N a i
o / d
a
M k
u
n
c
u
l

1 : Gangguaninteraksisosial

a. Menghindariataumenolakkontakmata
b. Tidakmaumenengokbiladipanggil
c. Lebihasik main sendiri
d. Biladiajakbermainmalahmenjauh.
e. Tidakdapatmerasakanempati.
f. Tidakbisabermaindengantemansebaya.
2 :Gangguankomunikasi

a. terlambatbicara,
tidakadausahauntukberkomunikasiden
gangerak dan mimik
b. Bilabisabicara,
bicaranyatidakdipergunakanuntukberko
mu-nikasi.
c. Seringmempergunakanbahasa yang aneh
dan diulang-ulang.
d. seringmengulangapa yang dikatakan
orang lain
e. menirukalimat-

9
kalimatiklanataunyanyiantanpamenger
ti
f. bila kata-kata telahdiucapkan,
iatidakmengertiartinya
g. tidakmemahamipembicaraan orang lain
h. menariktangan orang lain
bilamenginginkansesuatu
3 :Gangguanperilaku

a. Terpaku pada suatukegiatan yang


ritualistikataurutinitas yang
tidakadagunanya.
b. Ada gerakan-gerakan yang aneh yang
khas dan diulang-ulang.
c. Seringkalisangatterpukau pada bagian-
bagianbenda
d. asyik main sendiri
e. tidakacuhterhadaplingkungan
f. tidakmaudiatur, semaunya
g. menyakitidiri
h. melamun,
bengongdengantatapanmatakosong
i. kelekatan pada bendatertentu
j. tingkahlakutidakterarah, mondar
mandir tanpatujuan, lari-lari, manjat-
manjat, berputar-putar, melompat-
lompat, mengepak-ngepaktangan,
berteriak-teriak, berjalanberjinjit-jinjit.
4 :Gangguansensori/ pengindraan

a. Menjilat- jilatbenda
b. Menciumbenda- bendaataumakanan
c. Menutuptelingabilamendengarsuarakera
sdengan nada tertentu
d. Tidaksukamemakai baju denganbahan
yang kasar .
e. TerdapatKelekatan yang aneh pada
bendataklembut
f. Tidakmerasasakitbilaterlukaatauterbentu
r dan sebagainya.
: Gangguanemosi

a. rasa takutterhadapobjek yang


sebenarnyatidakmenakutkan
b. tertawa, menangis, marah-
marahsendiritanpasebab
c. tidakdapatmengendalikanemosi;

10
ngamukbilatidakmendapatkankeinginan
nya

Key Behaviour:
Gangguan Interaksi Sosial: Menghindari Atau Menolak Kontak Mata, Tidak Mau.1
Menengok Bila Di Panggil
Gangguan Komunikasi : Teralmbat Bicara, Tidak Ada Usaha Untuk Berkomukasi .2
Dengan Gerak Dan Mimik ,Bila Kata-Kata Telah Di Ucapkan ia Tidak Mengerti
.Artinya, Tidak Memahami Pembicaraan Orang Lain
Gangguan Perilaku: Seringkali Sangat Terpukau Pada Bagian—bagian Benda .3
Gangguan Emosi : Rasa Takut Terhadap Objek Yang Sebenarnya Tidak .4
Menakutkan

XV.Hasil Observasi
No. Aspek Muncul Tidak
1. Gangguan Interaksi Sosial √ -
2. Gangguan Komunikasi √ -
3. Gangguan Perilaku √ -
4. Gangguan Sensorik/ Pengindraan -
5. Gangguan Emosi √

XVI.Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, dapat diperoleh informasi yang
menunjukkan bahwa beberapa aspek dalam form chek list lebih dominan terisi oleh
tidak munculnya perilaku yang menunjukkan keaktifan dalam mengikuti pelajaran.
Meskipun subjek tetap memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh gurunya,
namun subjek terlihat lebih banyak diam selama pelajaran Matematika berlangsung.
Subjek juga tidak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya. Pada
saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya, subjek sempat bertanya
kepada teman di sebelahnya mengenai cara pengerjaannya.
Bila dikaitkan dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu siswa
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti;
memperhatikan penjelasan guru, sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau

11
mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, berani
berpendapat, mempunyai ingatan baik, dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek memiliki keaktifan yang kurang dalam
mengikuti pelajaran Matematika di kelasnya. Hal tersebut dipertegas pula dengan
wawancara singkat yang dilakukan observer kepada guru subjek, yang mengatakan
bahwa kemampuan subjek dalam mata pelajaran Matematika memang tidak terlalu
spesial, biasa-biasa saja. Subjek lebih menunjukkan kemampuan dalam pelajaran
Menggambar dan Bahasa Indonesia.

12
DAFTAR PUSTAKA

S. A. Nugraheni., 2012., Menguak Belantara Autisme., Buletin Psikologi., Vol (20, NO.
1-2)

13

Anda mungkin juga menyukai