Penyusun
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-
Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul “Hukum Pajak:Pajak dalam ruang lingkup
akses informasi keuangan“ ini dapat saya selesaikan. Makalah ini saya buat sebagai
kewajiban untuk memenuhi tugas.
Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada
semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi
terwujudnya makalah ini. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk
mewujudkan kesempurnaan makalah ini penulis sangat hargai.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ......................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
D. Kesimpulan ............................................................................ 26
E. Saran ....................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bersumber dari kekayaan alam saat ini semakin berkurang mengingat sudah semakin
terbatas dan tidak dapat diperbaharui, untuk itu pemerintah berkewajiban mencari
sumber penerimaan diluar kekayaan alam. Pada umumnya negara mempunyai sumber-
sumber penerimaan yang terdiri atas 1) Bumi, air dan kekayaan alam, 2) pajak-pajak,
Bea dan Cukai, 3) Penerimaan Negara Bukan pajak (non- tax), 4) hasil perusahaan
negara, dan 5) sumber-sumber lain seperti percetakan uang dan pinjaman.1 Sumber
mengisi kas negara dalam rangka mewujudkan cita-cita kemerdekaan dan pengamalan
Indonesia Tahun 1945 selanjutnya ditulis UUD NRI Tahun 1945. Pajak saat ini sangat
penting dalam hal yang terjadi dalam kegiatan ekonomi dan semuanya sangat relevan
ketika adanya sebuah pajak dalam segala aspek kehidupan.Pajak sangat benar
3
dibutuhkan agar adanya timbal balik sebuah kewajiban masyarakat untuk bisa
membayar iuran kepada negara yang dituliskan dalam UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal
1 ayat (1) yang menjelaskan Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
sekali dengan segala macam hal dalam masyarakat.Yang dibahas dalam hal ini adalah
bagaimana Pajak adalah hal yang benar-benar terkait dalam UU Nomor 9 Tahun 2017
tentang adanya pajak sebagai akses informasi keuangan. Upaya pemungutan pajak
untuk kepentingan pembangunan nasional masih mengalami kendala baik yang berasal
dari faktor internal maupun dari faktor eksternal. Dalam mengatasi kendala dari faktor
internal, saat ini Pemerintah telah dan sedang melakukan reformasi perpajakan pada
Direktorat Jenderal Pajak dengan tujuan antara lain untuk memperbaiki organisasi,
proses kerja, pengelolaan data dan informasi dari perbankan, serta sumber daya
manusia. Sedangkan dari faktor eksternal, selain terjadinya pelemahan ekonomi dan
perdagangan global, juga masih banyak ditemukannya Wajib Pajak yang melakukan
pajak/perlindungan dari pengenaan pajak (tax haven), dan belum adanya mekanisme
serta aturan yang mengharuskan pertukaran informasi antar negara dan yurisdiksi,
dengan optimal sepanjang telah tersedianya akses yang luas bagi otoritas perpajakan
dalam pembentukan basis data perpajakan yang lebih kuat dan akurat.Ketentuan
4
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, perbankan, perbankan syariah,
dan pasar modal, serta peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku saat ini
telah membatasi akses otoritas perpajakan untuk menerima dan memperoleh informasi
keuangan, baik dari sisi prosedur maupun persyaratan. Kondisi keterbatasan akses
tersebut dimanfaatkan Wajib Pajak untuk tidak patuh melaporkan penghasilan dan
kebijakan pengampunan pajak dan penguatan basis data perpajakan, serta Indonesia
berpotensi menjadi negara tujuan penempatan dana ilegal.Di samping itu, Indonesia
disepakati. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh Indonesia untuk
untuk mengakses informasi keuangan, kewajiban bagi lembaga jasa keuangan, lembaga
jasa keuangan lainnya, dan/atau entitas lain untuk melaporkan informasi keuangan
keuangan untuk kepentingan pelaporan dimaksud, serta adanya penerapan sanksi bagi
5
B. Rumusan Masalah
Keuangan?
C. Tujuan Makalah
Makalah ini dibuat untuk menerangkan bagaimana pajak berkaitan erat dengan
bermacam-macam hal terutama dalam hal ini dengan Akses Informasi Keuangan yang
mengkaitkan pajak adalah unsur yang utama dalam bagaimana Informasi Keuangan
itu harus memerlukan pemberian akses yang luas bagi otoritas perpajakan untuk
BAB II
6
PEMBAHASAN
Menurut Pasal 1 ayat (1) UU KUP menerangkan arti pajak sebagai berikut Pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau Badan yang
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Pajak adalah sebuah prestasi pemerintah yang terhutang melalui norma-norma dan dapat
dipaksakan tanpa adanya suatu kontra prestasi dari setiap individual. Maksudnya ialah
atau peralihan kekayaan dari sektor swasta kepada sektor publik yang bisa dipaksakan
dan yang langsung dapat ditunjuk serta digunakan untuk membiayai kebutuhan atau
kepentingan umum.
Beliau pernah menjadi guru besar di sebuah Perguruan Tinggi Universitas Amsterdam.
Menurutnya, pajak merupakan iuran rakyat atau masyarakat pada negara yang bisa
dipaksakan dan terhutang bagi yang wajib membayarnya sesuai dengan peraturan UU
dengan tidak memperoleh suatu imbalan yang langsung bisa ditunjuk serta digunakan
wajib bagi warga, baik berupa uang maupun barang yang dipungut oleh penguasa
menurut norma-norma hukum yang berlaku guna untuk menutup segala biaya produksi
Pajak ialah pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah dan bukan suatu
akibat dari pelanggaran tetapi sebuah kewajiban berdasarkan ketentuan yang berlaku
tugasnya.
Menurutnya pajak merupakan sumbangan pada keuangan umum suatu negara yang tidak
kekayaan kepada negara karena kejadian, keadaan juga perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu dimana pungutan itu bukanlah sebuah hukuman, namun kewajiban
Pajak yaitu sebuah prestasi yang sifatnya paksaan sepihak kepada penguasa menurut
norma yang ditetapkan tanpa adanya kontraprestasi dan gunanya untuk menutupi segala
8
R.R.A. Seligman
Pajak ialah pemungutan yang sifanya memaksa kepada pemerintah atau penguasa untuk
biaya segala pengeluaran yang berhubungan dengan masyarakat dan tanpa ditunjuk serta
Leroy Beaulieu
Menyatakan bahwa pajak bantuan baik secara langsung atau tidak, dimana hal ini bisa
dipaksakan oleh pemerintah kepada warga masyarakatnya yang gunanya untuk menutupi
Pajak ialah iuran wajib rakyat kepada negara berdasarkan peraturan undang-undang tanpa
Philips E.Taylor1
The Economics of Public Finance.Ia hanya mengganti without reference menjadi with
little reference
Dari pengertian para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat 5 (lima) unsur
1) Iuran/pungutan
9
4) Tidak menerima kontra prestasi
1
Sutedi, Adrian, 2013, Hukum Pajak, Sinar Grafika, Jakarta, h-3
Dari pembahasan pengertian pajak maka unsur-unsur dari definisi pajak meliputi sebagai
berikut:
yang dibuat oleh pemerintah yang berlaku umum.Jika tidak, maka dapat dianggap
dilihat dari indikasi: (1) pembangunan infrastruktur, (2) sarana kesehatan, dan
5. Iuran dari pihak yang dipungut (rakyat, badan usaha baik swasta maupun
Pengertian pajak dari aspek hukum adalah perikatan yang timbul karena
(kas) negara yang dapat dipaksakan, tanpa mendapatkan suatu imbalan yang secara
penghambat) untuk mencapai tujuan diluar bidang keuangan negara. Pengertian pajak
tersebut sebagai perikatan oleh wajib pajak dengan negara tanpa tegenprestasi secara
langsung dan bersifat memaksa dan merupakan perikatan yang lahir dari undang-
undang yang bernuansa publik sehingga bersifat memaksa, maka penagihannya dapat
Pajak pertama kalinya di Indonesia di awali dengan Pajak Bumi dan Bangunan atau lebih
kita kenal dengan PBB. Pada waktu itu lebih dikenal sebagai pajak pertanahan. Pungutan
ini diberlakukan kepada tanah atau lahan yang dimiliki oleh rakyat. Pajak atas tanah ini
dimulai sejak VOC masuk dan menduduki Hindia Belanda.Pada waktu dulu, Inspektur
Liefrinch dari VOC mengadakan survey atau penelitian di daerah Parahyangan. Hasil dari
yang disebut dengan landrente. Rakyat setuju atas keputusan Pemerintah Hindia Belanda
ini. Rakyat harus membayar uang sebesar 80% dari harga besaran tanah atau hasil lahan
Pada masa kependudukan Inggris yang dipimpin oleh Raffles kebijakan landrente
berubah. Raffles mengenakan tarif sebesar 2,5% untuk golongan pribumi dan tarif 5%
untuk tanah yang dimiliki oleh bangsa lain. Selain itu, Raffles juga mengeluarkan Surat
Tanah sebagai suatu Sertifikat Tanah Internasional bagi penduduk yang dikenal dengan
11
2
Rochmat Soemitro, 1992, Pengantar Singkat Hukum Pajak, PT Eresco, Bandung, h. 12-13
3
Dikutip dari http://iusyusephukum.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-hukum-pajak-di-indonesia-
dan-di.html
12
2. Sejarah pajak penghasilan
Sejarah pengenaan Pajak Penghasilan di Indonesia dimulai dengan adanya tenement tax
(huistaks) pada tahun 1816. Pada periode sampai dengan tuhun 1908 terdapat perbedaan
perlakuan perpajakan antara penduduk pribumi dengan orang Asia dan orang Eropa,
dengan kata lain dapat dikatakan, bahwa terdapat banyak perbedaan dan tidak ada
uniformitas dalam perlakuan perpajakan Tercatat beberapa jenis pajak yang hanya
diperlakukan kepada orang Eropa seperti "patent duty". Sebaliknya business tax atau
bedrijfsbelasting untuk orang pribumi. Di samping itu, sejak tahun 1882 sampai tahun
1916 dikenal adanya Poll Tax yang pengenaannya berdasarkan status pribadi, pemilikan
Pada tahun 1908 terdapat Ordonansi Pajak Pendapatan yang diperlakukan untuk orang
Eropa, dan badan-badan yang melakukan usaha bisnis tanpa memperhatikan kebangsaan
pemegang sahamnya. Dasar pengenaan pajaknya penghasilan yang berasal dari barang
bergerak maupun barang tak gerak, penghasilan dari usaha, penghasilan pejabat
pemerintah, pensiun dan pembayaran berkala. Tarifnya bersifat proporsional dari 1%, 2%
Selanjutnya, tahun 1920 dianggap sebagai tahun unifikasi, dimana dualistik yang
selama ini ada, dihilangkan dengan diperkenalkannya General Income Tax yakni
Inkomstenbelasting 1920, Staatsblad 1920 1921, No.312) yang berlaku baik bagi
penduduk pribumi, orang Asia maupun orang Eropa. Dalam Ordonansi Pajak Pendapatan
ini telah diterapkan asas-asas pajak penghasilan yakni asas keadilan domisili dan asas
sumber. Karena desakan kebutuhan dengan makin banyaknya perusahaan yang didirikan
13
terkenal dengan nama PPs (Pajak Perseroan).
Ordonansi ini telah mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan antara
lain dengan UU No. 8 tahun 1967 tentang Psnibahan dan Penyempurnaan Tatacara
Pcmungiitan Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932 dan Pajak Perseroan tahun
1925 yang dalam praktck lebih dikenal dengan UU MPO dan MPS. Perubahan penting
lainnya adalah dengan UU No. 8 tahun 1970 dimana fungsi pajak mengatur/regulerend
dimasukkan ke dalam Ordonansi PPs 1925., khususnya tentang ketentuan "tax holiday".
Ordonasi PPs 1925 berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 1983, yakni pada
saat diadakannya tax reform, Pada awal tahun 1925-an yakni dengan mulai berlakunya
Ordonansi Pajak Perseroan 1925 dan dengan perkembangan pajak pendapatan di Negeri
Belanda, maka timbul kebutuhan untuk merevisi Ordonansi Pajak Pendapatan 1920,
Incomstenbelasting 1932, Staatsblad 1932, No.111) yang dikenakan kepada orang pribadi
Maka pada tahun 1935 ditetapkanlah Ordonansi Pajak Pajak Upah (loonbelasting) yang
memberi kewajiban kepada majikan untuk memotong Pajak Upah/gaji pegawai yang
menggantikan ordonansi yang ada dan pada tahun 1946 diganti dengan nama
Peralihan diganti dengan nama Pajak Pendapatan tahun 1944 yang disingkat dengan Ord.
PPd. 1944.
Pajak Pendapatan sendiri disingkat dengan PPd. Saja. Ord. PPd. 1944 setelah
beberapa kali mengalami perubahan terutama dengan perubahan tahun 1968 yakni dengan
14
Pemungutan Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932 dan Pajak Perseroan 1925,
yang lebih terkenal dengan "UU MPO dan MPS". Perubahan lainnya adalah dengan UU
No. 9 tahun 1970 yang berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 1983, yakni dengan
Pajak perseroan (PPs) berkaitan dengan pajak pendapatan atau pajak penghasilan.
Pajak atas pendapatan dan laba pertama kali dilakukan di Indonesia tahun 1878 dengan
nama “Patentrecht” suatu pungutan pajak yang sederhana. Pungutan pajak atas
pendapatan dan laba berdasarkan pada ketentuan yang lebih teratur dan terinci baru pada
1908). Seperti halnya “Patentrecht”, ordonantie pajak pendapatan 1908 hanya berlaku
terhadap golongan penduduk orang-orang Eropa dan orang-orang yang disamakan dengan
orang Eropa, demikian pula terhadap badan-badan usaha yang dimilikinya. Untuk orang-
orang pribumi dan lainnya terkena jenis pajak yang lebih sederhana seperti “Landrente”
dari negeri Belanda. Untuk menggalang persatuan maka diberlakukan asas unifikasi yaitu
suatu asas yang menyatakan bahwa semua golongan penduduk mempunyai kedudukan
Ordonansi Pajak pendapatan 1908 (yang hanya berlaku untuk golongan penduduk
tertentu), dengan ordonansi pajak pendapatan 1920 (yang berlaku untuk semua golongan
penduduk), yang memajaki baik orang maupun badan. Peningkatnya jumlah penanaman
modal asing di Indonesia sejak tahun 1920 menimbulkan berbagai problema dalam
bidang Yuridis fiskal yang mendorong segera dikeluarkan ketentuan tersendiri guna dapat
15
Tahun 1925, semua ketentuan yang menyangkut pengenaan pajak badan usaha
yang terdapat dalam ordonansi pajak pendapatan 1920 dikeluarkan untuk kemudian
disusun kembali dalam suatu ordonansi baru yang diberi nama Ordonansi pajak perseroan
1970.
Setelah masa Tax Reform tahun 1983, maka Pajak Perseroaan ini digabung dengan
Pajak Pendapatan dan aturannya menjadi satu yaitu Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Sumber penghasilan negara dari sektor pajak yaitu pungutan pajak kepada rakyatnya yang
ada diwilayah negara, hal ini dipertegas oleh Rochmat Soemitro dan Dewi Kania
“Pajak-pajak sebenarnya merupakan jiwa negara, sebab tanpa pajak negara tidak akan
atau sukar hidup, kecuali apabila negara itu mempunyai pendapatan dari sumber-sumber
alam (minyak, gas bumi, tambang emas, bijih besi, magnesium, dan sebagainya) dan/atau
negara secara ekonomis, bukan hidup secara manusiawi. Banyak sedikitnya uang yang
diperlukan oleh negara tergantung kepada tingkat ekonomi negara serta rakyatnya. Pajak-
akan tercermin dalam tingkat kesejahteraan rakyat. Lebih sejahtera, lebih makmur
masyarakat, lebih tinggi tingkat ekonominya. Maka dapat dikatakan bahwa pajak-pajak
Indonesia (melalui anggaran pembangunan). Dengan ini mudah dimengerti bahwa pajak-
pajak pungutannya selalu berdasarkan keadaan ekonomi rakyat dan hasilnya digunakan
untuk meningkatkan ekonomi rakyat, dan penghasilannya yang hanya cukup kebutuhan
16
primer, tidak wajar dikenakan pajak atas penghasilannya. Untuk itu berlaku asas daya
pikul.”4
4
Rochmat Soemitro dan Dewi Kania Sugiharti, 2004, Asas dan Dasar Perpajakan 1,
Penegasan dari pendapat tersebut, penerimaan pajak sudah seharusnya digunakan sebesar-
besarnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, dengan demikian pajak sebagai sumber
pendapatan negara merupakan jiwa negara dan bagian yang sangat penting didalam
mensejahterakan rakyat. Dengan demikian pengertian pajak pada umumnya adalah iuran wajib
dari orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang dapat dipaksakan
Untuk dapat mencapai tujuan dari pemungutan pajak, beberapa ahli yang mengemukakan
Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal "The
pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan
17
dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap
wajib pajak.
Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak harus berdasarkan
UU, sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.
Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau
asas kesenangan): pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak
(saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima
mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil
pemungutan pajak.
Asas daya pikul: besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar
Asas manfaat: pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk
Asas kesamaan: dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu
dengan yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama
(diperlakukan sama).
Asas ekonomi: penentuan obyek pajak harus tepat, misalnya: pajak pendapatan,
Asas keadilan: pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi, untuk
warganya atau kepada orang pribadi atau badan lain yang bukan warganya,
tetapi mempunyai keterkaitan dengan negara tersebut, tentu saja harus ada
tegas dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa
atau dasar-dasar yang akan dijadikan landasan oleh negara untuk mengenakan
pajak.
Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas dalam menentukan
Asas utama yang paling sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk
yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan
negara itu atau apabila badan yang bersangkutan berkedudukan di negara itu. Dalam
kaitan ini, tidak dipersoalkan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak itu
berasal. Itulah sebabnya bagi negara yang menganut asas ini, dalam sistem pengenaan
dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan baik yang diperoleh di negara itu
maupun penghasilan yang diperoleh di luar negeri (world- wide income concept).
2) Asas sumber: Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas suatu
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila
penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima oleh
penghasilan. Asas utama yang paling sering digunakan oleh negara sebagai landasan
principle): berdasarkan asas ini negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan
yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan
negara itu atau apabila badan yang bersangkutan berkedudukan di negara itu. Dalam
kaitan ini, tidak dipersoalkan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak itu
berasal. Itulah sebabnya bagi negara yang menganut asas ini, dalam sistem pengenaan
dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan baik yang diperoleh di negara itu
maupun penghasilan yang diperoleh di luar negeri (world- wide income concept).
4) Asas sumber: Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas suatu
20
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila
penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima oleh
orang pribadi atau badan yang bersangkutan dari sumber-sumber yang berada di
negara itu. Dalam asas ini, tidak menjadi persoalan mengenai siapa dan apa status dari
orang atau badan yang memperoleh penghasilan tersebut sebab yang menjadi
landasan penge¬naan pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari negara
itu. Contoh: Tenaga kerja asing bekerja di Indonesia maka dari penghasilan yang
5) Asas kebangsaan atau asas nasionalitas atau disebut juga asas kewarganegaraan
pajak adalah status kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh
penghasilan. Berdasarkan asas ini, tidaklah menjadi persoalan dari mana penghasilan
yang akan dikenakan pajak berasal. Seperti halnya dalam asas domisili, sistem
menggabungkan asas nasionalitas dengan konsep pengenaan pajak atas world wide
income.
Terdapat beberapa perbedaan prinsipil antara asas domisili atau kependudukan dan
asas nasionalitas atau kewarganegaraan di satu pihak, dengan asas sumber di pihak
lainnya. Pertama, pada kedua asas yang disebut pertama, kriteria yang dijadikan
landasan kewenangan negara untuk mengenakan pajak adalah status subjek yang akan
dikenakan pajak, yaitu apakah yang bersangkutan berstatus sebagai penduduk atau
berdomisili (dalam asas domisili) atau berstatus sebagai warga negara (dalam asas
nasionalitas). Di sini, asal muasal penghasilan yang menjadi objek pajak tidaklah
begitu penting. Sementara itu, pada asas sumber, yang menjadi landasannya adalah
status objeknya, yaitu apakah objek yang akan dikenakan pajak bersumber dari negara
itu atau tidak. Status dari orang atau badan yang memperoleh atau menerima
21
penghasilan tidak begitu penting. Kedua, pada kedua asas yang disebut pertama, pajak
income), sedangkan pada asas sumber, penghasilan yang dapat dikenakan pajak hanya
terbatas pada penghasilan- penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber yang ada
Kebanyakan negara, tidak hanya mengadopsi salah satu asas saja, tetapi
mengadopsi lebih dari satu asas, bisa gabungan asas domisili dengan asas sumber,
gabungan asas nasionalitas dengan asas sumber, bahkan bisa gabungan ketiganya
sekaligus.
pajak dan objek pajak, dapat disimpulkan bahwa Indonesia menganut asas
pribadi.
maupun di luar Jepang. Sementara itu, untuk yang bukan penduduk (non-
sumber-sumber di Jepang.
Australia, untuk semua badan usaha milik negara maupun swasta yang
22
berkedudukan di Australia, dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang
diperoleh dari seluruh sumber penghasilan. Sementara itu, untuk badan usaha
luar negeri, hanya dikenakan pajak atas penghasilan dari sumber yang ada di
Australia.5
mengalami kendala baik yang berasal dari faktor internal maupun dari faktor eksternal.
Dalam mengatasi kendala dari faktor internal, saat ini Pemerintah telah dan sedang
melakukan reformasi perpajakan pada Direktorat Jenderal Pajak dengan tujuan antara lain
untuk memperbaiki organisasi, proses kerja, pengelolaan data dan informasi dari
selain terjadinya pelemahan ekonomi dan perdagangan global, juga masih banyak
haven), dan belum adanya mekanisme serta aturan yang mengharuskan pertukaran
informasi antar negara dan yurisdiksi, semakin mempersulit upaya pengumpulan pajak di
dapat dilaksanakan dengan optimal sepanjang telah tersedianya akses yang luas bagi
kepentingan perpajakan dalam pembentukan basis data perpajakan yang lebih kuat dan
akurat.
berlaku saat ini telah membatasi akses otoritas perpajakan untuk menerima dan
memperoleh informasi keuangan, baik dari sisi prosedur maupun persyaratan. Kondisi
keterbatasan akses tersebut dimanfaatkan Wajib Pajak untuk tidak patuh melaporkan
perpajakan, serta Indonesia berpotensi menjadi negara tujuan penempatan dana ilegal.
bidang perpajakan
5
Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak
Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh Indonesia untuk mengimplementasikan
pertukaran informasi keuangan secara otomatis adalah membentuk aturan domestik yang
keuangan, kewajiban bagi lembaga jasa keuangan, lembaga jasa keuangan lainnya,
dan/atau entitas lain untuk melaporkan informasi keuangan secara otomatis kepada
kepentingan pelaporan dimaksud, serta adanya penerapan sanksi bagi ketidakpatuhan atas
kewajiban-kewajiban tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah
hukum mengenai pemberian akses yang luas bagi otoritas perpajakan dalam menerima dan
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pajak merupakan sebuah iuran yang harus dibayar oleh masyarakat kepada
macam pajak yang ada itu menjadi sebuah alokasi dari APBN dan APBD untuk
2. Pajak sudah ada ketika jaman Belanda yang terdiri dari PPh, PBB, Pajak
Perseroan dan hal tersebut sudah menjadi sebuah kebijakan dalam pemerintahan
Belanda, seperti VOC yang disebut dengan kebijakan Landrente, rakyat harus
membayar 80% dari harga besaran tanah yang dimilikinya di jaman Daendels,
mengenakan tarif sebesar 2,5% untuk golongan pribumi dan tarif 5% untuk tanah
yang dimiliki oleh bangsa lain. Selain itu, Raffles juga mengeluarkan Surat Tanah
sebagai suatu Sertifikat Tanah Internasional bagi penduduk yang dikenal dengan
penghasilan negara dari sektor pajak yaitu pungutan pajak kepada rakyatnya yang
ada diwilayah negara, hal ini dipertegas oleh Rochmat Soemitro dan Dewi Kania
tidak akan atau sukar hidup, kecuali apabila negara itu mempunyai pendapatan
dari sumber-sumber alam (minyak, gas bumi, tambang emas, bijih besi,
masyarakat, lebih tinggi tingkat ekonominya. Maka dapat dikatakan bahwa pajak-
ekonomi rakyat dan hasilnya digunakan untuk meningkatkan ekonomi rakyat, dan
penghasilannya yang hanya cukup kebutuhan primer, tidak wajar dikenakan pajak
umumnya adalah iuran wajib dari orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
pembangunan daerah
4. Asas-asas pemungutan pajak ini memuat tentang Pemungutan pajak harus adil
undang dan pelaksanaan pemungutan pajak harus adil. Adil dalam perundang-
undangan yakni mengenakan pajak secara umum dan merata, serta menyesuaikan
27
Di indonesia pajak diatur dalam undang-undang tahun 1945 pasal 23 ayat 2. Hal
ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan baik bagi negara
maupun warganya.
Sesuai dengan fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan,
Contoh :Bea matrei disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam
tarif.
- Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi 1 macam saja yaitu 10%.
maupun perseorangan.
keuangan, lembaga jasa keuangan lainnya, dan/atau entitas lain untuk melaporkan
tersebut.
28
B. Saran
Pajak harus benar-benar dibenahi dalam sistem perpajakan agar adanya keterkaitan
dalam Akses Informasi Keuangan dengan pajak bisa semakin membuat para wajib
pajak semakin memahami keterkaitan pajak untuk syarat dalam implementasi untuk
29
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Bandung, h. 43-44
2. Rochmat Soemitro, 1991, Asas dan Dasar Perpajakan 2, PT. Eresco, Bandung
3. Rochmat Soemitro, 1991, Asas dan Dasar Perpajakan 3, PT. Eresco, Bandung
12- 13
Undang-Undang:
30
31