Kelas : F3 & F4
Dosen : BERIAN HARIADI, SH, M.Si
Materi Lanjutan...
D. PEMBUKTIAN
1. PENGERTIAN PEMBUKTIAN
Dalam hukum acara yang ada di dalam praktik peradilan dikenal ada
beberapa prinsip yang menjadi dasar akan adanya pembuktian. Pembuktian
di sini sangat diperlukan karena lebih mengarah pada pemutusan yang
dilakukan oleh hakim. Prinsip ini tidak secara riil tertuang atau tersurat di
dalam perundang-undangan namun harus tercermin di dalam peraturan
perundang-undangan tersebut. Prinsip ini kebanyakan berada di luar
perumusan suatu peraturan undang-undang, namun tidak menutup
kemungkinan terkadang prinsip ini secara tegas dirumuskan dalam pasal-
pasal tertentu dalam suatu undang-undang.
Prinsip Accusatoir
Prinsip ini menunjukkan bahwa seorang terdakwa yang
diperiksa dalam persidangan bukan lagi sebagai objek
pemeriksaan tetapi sebagai subjek. Terdakwa mempunyai hak
yang sama nilainya dengan penuntut umum sehingga hakim
berada di antara kedua belah pihak.
2. Conviction-Raisonee
Dalam prinsip ini keyakinan hakim dibatasi dan harus
didukung oleh alasan-alasan yang jelas. Hakim berkewajiban
untuk memaparkan alasan-alasan yang mendasari atas
keputusan yang dijatuhkan. Keyakinan hakim berdasarkan
reasoning yang bersifat logis dan dapat diterima oleh akal.
2. Keterangan Ahli
Keterangan ahli adalah pendapat orang yang diberikan dibawah
sumpah dalam persidangan tentang hal yang ia ketahui
menurut pengalaman dan pengetahuannya.
Seorang ahli dapat ditunjuk oleh kedua belah pihak atau salah
satu pihak atau Hakim karena jabatannya. Seorang ahli dalam
persidangan harus memberi keterangan baik dengan surat
maupun dengan lisan, yang dikuatkan dengan sumpah atau
janji menurut kebenaran sepanjang pengetahuannya yang
sebaik-baiknya.
3. Keterangan Saksi
5. Pengetahuan Hakim
Pengetahuan hakim adalah hal yang olehnya diketahui dan
diyakini kebenarannya.
1. Pengertian Putusan
adalah Putusan Pengadilan Tingkat Pertama (PTUN). Dan memang tujuan
akhir proses pemeriksaan perkara di PTUN, diambilnya suatu putusan oleh
hakim yang berisi penyelesaian perkara yang disengketakan. Berdasarkan
putusan itu, ditentukan dengan pasti hak maupun hubungan hukum para
pihak dengan objek yang disengketakan.
Putusan Condemnatoir
adalah putusan yang berisi penghukuman atau kewajiban melaksanakan
sesuatu.
Pada putusan PTUN ada kalanya putusan yang bersifat condemnatoir dapat
juga merupakan keputusan constitutief. Pernyataan batal atau tidak sah suatu
keputusan bersifat ex tunc hanya bersifat declaratoir. Putusan yang bersifat
constitutief misalnya putusan pembebanan pembayaran ganti rugi,
pembebanan melaksanakan rehabilitasi dan penetapan penundaan
pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN), yang berakibat
tertundanya keberlakuan suatu keputusan pemerintah untuk sementara.
2. Jenis Putusan
(Menurut Pasal 97 ayat 7 UU No. 5 Tahun 1986) yaitu :
a. Gugatan Ditolak
Terjadi (diputuskan) apabila penggugat tidak berhasil dalam membuktikan
dan meyakinkan Hakim atas dalil Gugatan yang diajukan.
b. Gugatan Dikabulkan
Terjadi (diputuskan) apabila penggugat berhasil membuktikan dan
meyakinkan Hakim atas dalil Gugatan yang diajukan. Dalam hal ini dapat
ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh tergugat, diantaranya
yaitu ; (Pasal 97 ayat 8 dan 9 UU No. 5 Tahun 1986)
Diwajibkan untuk mencabut keputusan yang digugat
Diwajibkan untuk mencabut yang digugat dan menerbitkan
Keputusan yang baru.
Dapat pula TERGUGAT hanya diwajibkan untuk menerbitkan
Keputusan yang baru (gugatan yang didasarkan pada pasal 3 UU No. 5
Tahun 1986).
d.Gugatan Gugur
Terjadi (diputuskan) apabila Gugatan diajukan secara tidak serius. Tidak
serius ini berarti : - Apabila Penggugat telah dipanggil secara patut, namun
ia tetap tidak juga mau hadir ke muka persidangan, dan ; - Ketidak
hadirannya tersebut juga tidak disertai alasan yang jelas.
b. Eksekusi Hierarkis.
Eksekusi hierarkis diatur oleh Pasal 116 ayat (3), (4) dan (5)MUndang-
undang Nomor 5 Tahun 1986 dan tidak lagi diterapkan setelah
disahkannya Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004. Ditentukan bahwa
dalam hal tergugat ditetapkan harus melaksanakan kewajibannya
melaksanakan pencabutan KTUN dan menerbitkan KTUN yang baru atau
menerbitkan KTUN dalam hal obyek gugatan fiktif negatif dan kemudian
setelah 3 (tiga) bulan ternyata kewajiban tersebut tidak dilaksanakan,
maka penggugat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan, agar
memerintahkan tergugat melaksanakan putusan pengadilan tersebut.
Banding
Terhadap para pihak yang merasa tidak puas atas putusan yang diberikan pada
tingkat pertama (PTUN), berdasarkan ketentuan Pasal 122 terhadap putusan
PTUN tersebut dapat dimintakan pemeriksaan banding oleh Penggugat atau
Tergugat kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN).
Permohonan pemeriksaan banding diajukan secara tertulis oleh pemohon atau
kuasanya yang khusus diberi kuasa untuk itu, kepada PTUN yang menjatuhkan
putusan tersebut, dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah putusan
diberitahukan kepada yang bersangkutan secara patut.
Para pihak dapat menyerahkan memori atau kontra memori banding, disertai
surat-surat dan bukti kepada Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara yang
bersangkutan, dengan ketentuan bahwa salinan memori dan kontra memori
banding diberikan kepada pihak lawan dengan perantara Panitera Pengadilan
(Pasal 126).
Peninjauan Kembali
Sementara itu apabila masih ada diantara para pihak masih belum puas
terhadap putusan Hakim Mahkamah Agung pada tingkat Kasasi, maka dapat
ditempuh upaya hukum luar biasa yaitu Peninjauan Kembali ke Mahkamah
Agung RI. Pemeriksaan Peninjauan Kembali diatur dalam pasal 132, yang
menyebutkan bahwa :
Ayat (1) : “Terhadap putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dapat diajukan permohonan Peninjauan Kembali
pada Mahkamah Agung.”
Ayat (2) : “Acara pemeriksaan Peninjauan Kembali ini dilakukan
menurut ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1)
UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.”
TUGAS PRAJA :
1. Buat rangkuman materi diatas
2. Cari dan buat contoh Kasus Sengketa Tata Usaha Negara, beri tanggapan saudara
3. Tugas di emailkan ke: berian309@gmail.com sebelum UAS HTUN