Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah ini kami tujukan khususnya untuk kalangan remaja, pelajar dan
generasi muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa agar kita
semua mengenal akan ketimpangan yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi
kehidupan dan kemakmuran masyarakat Indonesia. Kami membuat makalah ini
karena prihatin akan kondisi ketimpangan yang sangat mencolok dan berdampak
buruk bagi kehidupan bangsa dan negara. Oleh karena itu, kami berharap agar
para generasi muda Indonesia termotivasi untuk membangun negri ini dengan
baik agar dapat mengurangi ketimpangan yang terjadi di bidang apapun setelah
membaca makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud ketimpangan sosial ?
2. Apa saja factor yang mempengaruhi ketimpangan sosial ekonomi ?
3. Apa dampak yang akan ditimbulkan oleh ketimpangan sosial ekonomi ?
4. Bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi ketimpangan sosial
ekonomi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan.
2. Sebagai informasi untuk mengetahui akibat dan dampak ketimpangan sosial
di bidang ekonomi serta mengetahui langkah yang perlu diambil untuk
mengatasi masalah tersebut.

1.4 Manfaat penulisan


Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan serta
pemahaman tentang ketimpangan sosial di bidang ekonomi dan mencari
pemecahan masalah atau solusi untuk mengurangi ketimpangan sosial tersebut.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ketimpangan Sosial


Ketimpangan sosial adalah bentuk-bentuk ketidak-adilan yang terjadi pada
proses pembangunan. Ketimpangan sosial sering dipandang sebagai dampak
residual dari proses pertumbuhan ekonomi, sedangkan ketimpangan sosial
ekonomi adalah ketidakseimbangan diantara masyarakat dalam sektor ekonomi.
Ketimpangan atau kesenjangan mengacu pada persebaran ukuran ekonomi antar
individu masyarakat, antar kelompok masyarakat, dan bisa juga antarnegara.
kekayaan, pendapatan, dan konsumsi adalah indikator untuk mengukur
ketimpangan sosial ekonomi. Sementara itu, masalah ketimpangan sosial
ekonomi biasanya berkutat pada masalah kesetaraan ekonomi, kesetaraan
pengeluaran, dan kesetaraan kesempatan, seperti ketimpangan sosial lainnya,
ketimpangan sosial ekonomi juga termasuk ke dalam masalah sosial. Sebab,
ketimpangan ini mengakibatkan kerugian kepada setiap lapisan masyarakat yang
ada di suatu negara, termasuk Indonesia.
Menurut Andrian of Chaniago, ketimpangan sosial adalah buah dari
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, dimana pemerintah cenderung
mementingkan aspek ekonomi dalam pembangunan dibanding dengan aspek
sosial. Ketimpangan sosial dianggap sebagai masalah sosial masalah ini dialami
dan dirasakan seluruh aspek masyarakat, dimana ketimpangan sosial ini terbentuk
oleh ketidakadilan.

2.2 Faktor penyebab Ketimpangan Sosial Ekonomi


Secara umum, ketimpangan sosial, khususnya ekonomi dipengarhi oleh dua
faktor, yaitu:
1. Faktor Internal: faktor ketimpangan sosial ini ada di dalam diri masyarakat,
tertama menyangkut kualitas yang ada di dalam diri, seperti tingkat pendidikan,
kecerdasan, kesehatan, dan lain sebagainya.
2. Faktor Eksternal: faktor ketimpangan sosial ini berada di luar diri seseorang.
Faktor ini muncul dari kebijakan atau birokrasi pemerintah yang mengekang atau

2
mengucilkan satu pihak tertentu. Faktor eksternal bisa menimbulkan kemiskinan
struktural. Ketimpangan sosial ekonomi dapat terjadi karena beberapa faktor.
Berikut ini beberapa faktor penyebab terjadinya ketimpangan sosial ekonomi yang
ada di Indonesia:

1. Kebijakan Pemerintah yang Tidak Adil


Kebijakan pemerintah yang tidak adil menyebabkan sejumlah ketimpangan sosial
ekonomi. Salah satu bentuk kebijakan pemerintah yang menyebabkan
ketimpangan sosial ekonomi adalah kebijakan pembangunan negara. Dalam
masalah pembangunan, pemerintah seringkali terlalu fokus membangun daerah
perkotaan atau beberapa pulau besar seperti Jawa dan Sumatera. Hal ini
dikarenakan pemerintah masih menganggap daerah-daerah tersebut berpotensi
sangat tinggi dan dapat menghasilkan pemasukan yang tinggi bagi negara. Selain
itu, ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola pulau-pulau Indonesia yang
banyak membuat mereka lebih fokus mengurus perkotaan atau pulau-pulau besar
di Indonesia. Ini mengakibatkan ketimpangan sosial ekonomi antara daerah
perkotaan dengan daerah terpencil. Daerah perkotaan atau pulau besar yang
mengalami pembangunan pesat akan memperoleh fasilitas memadai, pendapatan
yang tinggi, serta kesejahteraan penduduk yang lebih baik. Ini berbeda dengan
daerah terpencil yang kondisinya tertinggal dan membuat fasilitas yang didapat
tidak memadai, pendapatan daerah yang rendah, serta kesejahteraan penduduk
yang memprihatinkan. Kemiskinan akan dapat dijumpai di daerah terpencil. Bila
dibiarkan, maka akan terjadi kecemburuan sosial antara daerah terpencil dengan
daerah yang lebih maju.

2. Persebaran Penduduk
Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran penduduk juga mempengaruhi
ketimpangan sosial ekonomi. Di Indonesia, persebaran penduduk masih tidak
begitu merata. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya penduduk yang menghuni Pulau
Jawa dibanding pulau-pulau lainnya. Anggapan bahwa Pulau Jawa sebagai pusat
pemerintahan berpotensi tinggi membuat sejumlah penduduk bermigrasi ke pulau
ini.

3
Selain itu, faktor pembangunan yang tidak merata juga mengakibatkan penduduk
daerah terpencil pindah ke Pulau Jawa karena pulau tersebut dianggap lebih maju
dibanding daerah asal mereka.. Akibatnya, terjadi ketimpangan pertumbuhan
ekonomi antara Pulau Jawa dengan pulau-pulau terpencil. Pulau Jawa akan
mengalami pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding pulau lainnya.

3. Kualitas Diri Masyarakat


Pembangunan yang tidak merata membuat fasilitas pendidikan dan kesehatan
yang memadai tidak dapat dinikmati sejumlah daerah. Akibatnya, tidak semua
masyarakat mempunyai kualitas diri yang baik. Kualitas diri ini berpengaruh
terhadap kualitas kerja mereka. Semakin tinggi kualitas diri mereka, maka
semakin tinggi pula peluang kerja dan kesejahteraan hidup yang didapat. Selain
itu, sifat malas penduduk tertentu juga berpengaruh terhadap kualitas diri
masyarakat. Sifat malas akan mengakibatkan masyarakat enggan menerima
perubahan dan enggan untuk belajar meningkatkan kualitas dirinya. Bila
dibiarkan, maka masyarakat akan semakin tertinggal kualitas dirinya. Masalah
kualitas diri ini juga menjadi salah satu masalah negara berkembang, termasuk
Indonesia.

4. Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan yang sedikit hanya mampu menampung angkatan kerja
dengan jumlah yang sedikit. Hal ini akan mengakibatkan ketimpangan sosial
ekonomi antara angkatan kerja yang telah bekerja dengan angkatan kerja yang
belum bekerja. Secara ekonomi, angkatan kerja akan berpotensi meraih
pendapatan dan kesejahteraan hidup yang lebih baik dibanding angkatan kerja
yang masih menganggur. Jika tidak diatasi, angkatan kerja yang menganggur akan
semakin sedikit dan membuat perekonomian negara semakin rapuh.
Meningkatkan lapangan pekerjaan bisa menjadi solusi untuk mengatasi
ketimpangan ini. Selain itu, cara mengatasi masalah pengangguran juga harus
dilakukan dalam menangani ketimpangan sosial ekonomi ini.

4
5. Kemiskinan
Kemiskinan membuat masyarakat sulit mendapatkan kesejahteraan hidup yang
layak, sehingga masyarakat yang mengalami kemiskinan akan mengalami
ketimpangan sosial ekonomi dengan masyarakat yang lebih kaya. Kemiskinan
bisa disebabkan oleh kualitas pribadi yang rendah serta sikap malas yang diidap
masyarakat. Kemiskinan juga dapat terjadi karena pengaruh struktur sosial yang
juga disebut sebagai kemiskinan struktural. Secara umum, kemiskinan
mempunyai bermacam-macam ciri, yaitu:
 Angka kematian yang diri.
 Tingkat kesehatan yang rendah.
 Tingkat pendidikan yang rendah.
 Memiliki mata pencaharian yang berpenghasilan rendah.
 Mempunyai sikap tidak menerima perubahan.
 Kemiskinan struktural mempunyai macam-macam golongan, yaitu:
 Kaum petani yang tidak mempunyai lahan sendiri.
 Petani yang mempunyai lahan sendiri namun lahannya begitu kecil.
 Para buruh yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang baik serta
tidak terlatih.
 Pengusaha yang tidak mempunyai modal dan fasilitas dari pemerintah.

6. Globalisasi
Ketimpangan sosial ekonomi akibat globalisasi bisa disebabkan oleh sikap
masyarakat terhadap globalisasi. Jika masyarakat mampu beradaptasi terhadap
globlisasi, maka mereka mampu bertahan hidup lebih lama serta kesejahteraan
ekonomi mereka relatif lebih tinggi. Sebaliknya, jika tidak mampu beradaptasi
terhadap globalisasi, masyarakat akan makin tertinggal dan kesejahteraan
eknominya akan jauh lebih rendah.

7. Teknologi
Sama seperti globalisasi, pemanfaatan teknologi juga berpengaruh terhadap
ketimpangan sosial ekonomi. Jika mampu memanfaatkan teknologi secara
optimal, maka masyarakat akan mampu bertahan hidup dan kesejahteraan

5
ekonominya pun akan membaik. Sebaliknya, kegagalan memanfaatkan teknologi
akan merugikan masyarakat dan kesejahteraan ekonominya pun akan menurun.

8. Letak Geografis
Pengaruh letak geografis juga dapat mempengaruhi ketimpangan sosial ekonomi.
Hal ini bisa dilihat dari kemajuan ekonomis masyarakat di daerah dataran tinggi
dengan dataran rendah. Secara ekonomi, daerah dataran tinggi akan meraih
pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena pembangunan di daerah tersebut cukup
pesat dan fasilitas pendidikan dan kesehatannya pun terbilang memadai.

9. Pendapatan
Sebenarnya, pendapatan bukanlah suatu hal yang dapat menimbulkan
ketimpangan sosial ekonomi. Itu pun dengan catatan bahwa pendapatan yang
diterima harus sesuai dengan bidang pekerjaan, tingkat kesulitan, kualitas, serta
kinerja dari tenaga kerja. Jika tidak sesuai dengan hal tersebut, maka ketimpangan
sosial ekonomi pasti akan terjadi. Gaji buruh dan guru yang kecil adalah contoh
ketimpangan yang disebabkan oleh faktor ini. Bila dilihat dari tingkat kesulitan
dan kualitas dari tenaga kerja, gaji yang diterima dari dua profesi itu bisa lebih
layak lagi.

10. Tingkat Kekayaan Faktor ini


merupakan akumulasi dari faktor-faktor sebelumnya, seperti lapangan kerja,
kemiskinan, kualitas diri, dan pendapatan. Tingkat kekayaan di Indonesia begitu
timpang antara orang kaya dan orang miskin, baik dari segi pendapatan maupun
perlakuan dari masyarakat. Khusus segi pengakuan, orang yang meraup
pendapatan tinggi akan diperlakukan lebih layak ketimbang orang berpendapatan
rendah. Hal tersebut tentu merupakan suatu tindakan diskriminasi terhadap orang
berpendapatan rendah. Kecemburuan sosial juga akan timbul di dalam diri orang
yang berpendapatan rendah. Lebih parahnya, kecemburuan tersebut bisa memicu
tindak kejahatan yang merugikan orang berpendapatan tinggi dan tidak jarang
juga merugikan negara.

6
Selain 10 faktor di atas, masih ada beberapa faktor ketimpangan sosial di
Indonesia yang dilansir dari laman Oxam, yaitu:

 Fundamentalisme pasar yang mendorong orang kaya untuk mendapatkan


kekayaan atau keuntungan besar dari pertumbuhan ekonomi negara.
 Tingginya political capture. Istilah political capture ini merupakan istilah
yang merujuk pada kemampuan orang kaya yang dapat merubah aturan
hukum, sehingga aturan tersebut dapat menguntungkan mereka.
 Adanya ketidaksetaraan gender.
 Upah murah yang diterima tenaga kerja yang membuat mereka sulit terlepas
dari jerat kemiskinan.
 Sistem perpajakan yang gagal dalam memainkan peran pentingnya sebagai
pendistribusi kekayaan bagi masyarakat.

11. Kualifikasi tenaga kerja yang minim


Kualifikasi tenaga kerja yang terbatas membuat suatu Indonesia sulit untuk
berkembang. Oleh sebab itu diperlukan sarana yang dapat meningkatkan
kualifikasi seorang tenaga kerja seperti membuka pelatihan kerja serta
memberikan kesempatan untuk para pekerja untuk berkarya dan berinovasi agar
dapat menghasilkan suatu ide atau buah pikiran yang baru yang dapat
menghasilkan keuntungan ataupun hasil.

12. Kurangnya tenaga ahli


Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau dan memiliki potensi akan sumber
daya alam yang sangat besar, tetapi hambatan teknologi ataupun tenaga ahli yang
kurang maka Indonesia belum bisa memaksimalkan pengunan sumber daya alam
untuk menghasilkan keuntungan dan memakmurkan kehidupan rakyat Indonesia.

13. ketidakstabilan antara tingkat natalitas dan mortalitas serta migrasi penduduk
Natalitas adalah tingkat kelahiran penduduk sedangkan mortalitas adalah tingkat
kematian penduduk. Ketidakstabilan natalitas dan mortalitas dapat menyebabkan
suatu negara sulit untuk mengawasi penduduknya dan migrasi penduduk yang
salah dapat menyebabkan suatu daerah tempat yang sudah padat semakin padat

7
dan tempat yang sepi malah ditinggalin penduduknya, hal tersebut dapat
menyebabkan persebaran penduduk yang tidak merata dan dapat menimbulkan
terjadi ketimpangan di bidang ekonomi dan dapat membuat pangan di daerah/
tempat tersebut semakin langka. Oleh sebab itu, pemerintah perlu mengambil
tindakan untuk terus mengawasi persebaran penduduk serta tingkat kelahiran dan
kematian penduduk.

2.3 Dampak yang ditimbulkan oleh ketimpangan sosial ekonomi


Kesenangan sosial ekonomi menimbulkan sejumlah dampak, yaitu:
1. Dampak Positif:
 Mendorong wilayah yang tertinggal untuk meningkatkan kualitas diri dan
mampu bersaing dengan daerah yang lebih maju.
 Meningkatkan upaya untuk mendapat kesejahteraan ekonomi yang tinggi.

2. Dampak Negatif:

 Adanya kecemburuan sosial.


 Adanya diskriminasi terhadap pihak yang tersisihkan.
 Melemahkan stabilitas dan solidaritas masyarakat
 Kriminalitas dan Kemiskinan

Kriminalitas adalah tindak kriminal segala sesuatu yang mellangar hukum atau
sebuah tindak kejahatan, sedangkan kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian,pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan merupakan awal mulanya
terjadinya kriminalitas.

• Tingkat kemakmuran masyarakat berkurang

2.4 Upaya Mengatasinya


A. Upaya Umum
Masalah sosial ekonomi mesti diatasi dengan sejumlah cara, diantaranya:
 Memperbaiki kualitas penduduk.
 Meningkatkan kualitas kesehatan, baik dari segi fasilitas maupun pelayanan.

8
 Melakukan pemberdayan masyarakat yang berbasis ekonomi.
 Mengadakan transmigrasi.
 Melakukan pemerataan pembangunan.
 Mengadakan pelatihan manajerial di daerah terpencil.
 Menciptakan peluang kerja yang luas.
 Melatih kewirausahaan serta memberikan modal.

B. Upaya Pemerintah
1. Pemberantasan Kekurangan Gizi atau Stunting
Pemerintah Indonesia berupaya memberantas kekurangan gizi yang banyak
terjadi, terutama didaerah terpencil dengan pembangunan yang kurang maju.
Kekurangan gizi dianggap memperparah kondisi kemiskinan sebagai salah satu
contoh masalah ketimpangan sosial di masyarakat yang harus segera diatasi atau
diturunkan. Kasus kekurangan gizi paling tinggi di Indonesia sendiri tercatat
terjadi pada daerah Indonesia bagian timur sehingga diperlukan perhatian yang
lebih dan khusus.

2. Penyaluran Bantuan Sosial yang Tepat Sasaran


Pembangunan dan kondisi ekonomi yang tidak merata menyebabkan masih
banyaknya warga yang kurang mampu dan membutuhkan bantuan. Penyaluran
bantuan sosial yang tepat sasaran bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sosial
yang ada di masyarakat terutama karena adanya daerah atau masyarakat yang
kekurangan bantuan namun justru belum tersentuk bantuan yang ada.

3. Peningkatan Peluang Pekerjaan


Pertumbuhan ekonomi di Indonesia memang dapat dibilang sudah cukup baik dan
maju, namun pertumbuhan ekonomi seharusnya didukung dengan adanya
peningkatan lapangan kerja baru untuk mengurangi angka pengangguran.
Pemerintah berupaya menyediakan pelatihan dan pendidikan yang disesuaikan
dengan kebutuhan pasar kerja dan peningkatan keterampilan serta kualitas
sumberdaya manusia secara merata. Tujuannya adalah untuk mengurangi adanya
ketimpangan sosial di masyarakat karena tingkat pengangguran yang tinggi.

9
4. Menurunkan Ketimpangan Kekayaan
Upaya ini dilakukan dengan pengaturan ulang pajak penghasilan dimana di
Indonesia masih didominasi oleh kalangan pekerja. Sedangkan sebenarnya
penghasilan pribadi seperti pengusaha, pemilik modal, dan yang lainnya memiliki
kewajiban pajak yang lebih besar dibanding pekerja, namun pelaksanaannya
belum optimal. Kondisi ini yang akhirnya menciptakan adanya kesenjangan
sosial.

5. Menciptakan Wirausaha secara Massal


Selain dengan menciptakan lapangan kerja baru, keadaan kemiskinan dan
pengangguran diatasi dengan upaya menciptakan wirausaha secara massal.
Penciptaan wirausaha secara masal

6. Memberantas korupsi dengan hukuman yang berat


Korupsi masih merupakan masalah terpenting yang harus dihadapi oleh
pemerintah Indonesia karena pemberantasan korupsi di Indonesia masih 36% dari
100%. Korupsi menyebabkan banyak masyarakat yang kurang mampu, hidup
semakin melarat. Seharusnya mereka mendapat bantuan dari pemerintah, tetapi
tidak karena uang yang diberikan oleh pemerintah yang digunakan untuk subsidi
dikorupsi oleh pejabat atau badan negara yang serakah. Oleh karena itu
Pemberantasan korupsi perlu dilakukan dengan cara yang lebih keras lagi seperti
hukuman mati bagi koruptor yang merugikan negara. Undang Undang yang
mengatur Tindak Pidana Korupsi perlu direvisi menjadi lebih berat hukumannya
agar dapat menimbulkan efek jera bagi para koruptor.

7. Membuka lapangan kerja padat karya


Padat karya merupakan kegiatan pembangunan proyek yang lebih banyak
menggunakan tenaga manusia dibandingkan dengan tenaga mesin. Tujuan utama
dari progam padat karya adalah untuk membuka lapangan kerja bagi keluarga
keluarga miskin atau kurang mampu yang mengalami kehilangan penghasilan atau

10
pekerjaan tetap. Dengan adanya progam padat karya maka tingkat kesenjangan
dan pengangguran dapat dikurangi.
8. Penyaluran bantuan melalui subsidi
Penyaluran bantuan semacam ini dapat meringankan serta membantu masyarakat
yang kurang mampu untuk tetap menjaga kelangsungan hidup, seperti contohnya
Perum Bulog menyalurkan bantuan raskin terhadap masyarakat yang kurang
mampu dengan menjual beras dengan harga yang murah dan dapat dijangkau oleh
mereka. Selain itu, penyaluran subsidi pun harus dilakukan untuk pekerja/ buruh
dengan gaji minimum, seperti contohnya pemberian subsidi BBM. Penyaluran
bantuan ini dapat menekan angka ketimpangan sosial yang terjadi.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah ketimpangan sosial ekonomi di Indonesia sangat sulit dipecahkan.
Bukan hanya di Indonesia, tetapi negara-negara berkembang pun menghadapi
masalah serupa. Masalah ini ada yang berdampak positif dan negatif. Dampak
positif ketimpangan sosial ekonomi adalah mendorong adanya persaingan antar
individu, sedangkan dampak negatifnya adalah dapat membuat kemiskinan serta
kriminalitas.
Upaya mengurangi ketimpangan sosial di bidang ekonomi dapat dilakukan
dengan beberapa cara yang efektif seperti memberikan bantuan/ subsidi pada
masyarakat kurang mampu, membuka lapangan kerja dan memberantas korupsi.
Upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di
Indonesia.
Selain itu, upaya mengurangi ketimpangan sosial ekonomi di Indonesia
dapat terealisasi dengan adanya pendidikan yang baik dan teknologi yang
memadai. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberi sosialisasi dan pendidikan
untuk masyarakat Indonesia agar mereka dapat mengubah pola pikir ( mindset)
mereka menjadi lebih kritis lagi.

3.2 Saran
Dalam menghadapi ketimpangan sosial ekonomi di Indonesia pada zaman
globalisasi, diperlukan usaha yang lebih kreatif, inovatif dan eksploratif. Selain
itu, diperlukan kesadaran masyarakat unuk berubah dan dukungan atau bantuan
pemerintah kepada masyarakat yang kurang mampu melalui pendidikan dan
progam padat karya. Dengan adanya program padat karya, pemerintah bisa
memberikan pelatihan dan pengajaran serta pekerjaan untuk masyarakat yang
kurang mampu, ini merupakan salah satu cara yang dapat mengurangi angka

12
pengangguran di Indonesia dan meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat
(SDM) dalam pengetahuan, wawasan, skill, dan moralitas

DAFTAR PUSTAKA

http://catatankuliahfethamrin.blogspot.co.id/2013/01/makalah-tentang-
kemiskinan-dan.html

https://materiips.com/faktor-ketimpangan-sosial

https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan

https://fisipsosiologi.wordpress.com/mata-kuliah/sosiologi-kriminalitas/

http://giovanishandika05.blogspot.com/

https://yustinasusi.wordpress.com/2015/09/25/ketimpangan-sosial/

Soetomo.2008.Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

13

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Dokumen15 halaman
    Bab 1 Pendahuluan
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    Rino Alfika25
    100% (1)
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen22 halaman
    Bab 1
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen12 halaman
    Bab 1
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Lembaran Pengesahan
    Lembaran Pengesahan
    Dokumen4 halaman
    Lembaran Pengesahan
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Tugas Makalah Rizki Ramadhan 2004126248
    Tugas Makalah Rizki Ramadhan 2004126248
    Dokumen15 halaman
    Tugas Makalah Rizki Ramadhan 2004126248
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen8 halaman
    Bab 1
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Cover Cantik
    Cover Cantik
    Dokumen1 halaman
    Cover Cantik
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat