Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

(ETIKA PROFESIONAL)

DISUSUN OLEH:

1. Dwi Pratiwi
2. Nola Andreani
3. Ririn Rahmawati
4. Umi Kalsum

DOSEN PEMBIMBING: Reynelda Sheba, SE, M.Ak

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
BENGKALIS
2020 M / 1442 H
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah
selesai tepat pada waktunya yang berjudul “ETIKA PROFESIONAL”. Makalah ini
telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasa, oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat demi kesempurnaan
makalah ini. Sekian dari kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap para pembaca.

Bengkalis, 22 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah.....................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Apakah Etika Itu?....................................................................................

2.2 Dilema Etika............................................................................................

2.3 Kebutuhan Khusus Akan Kode Etik Profesi...........................................

2.4 Kode Etik Profesi....................................................................................

2.5 Independensi............................................................................................

2.6 Peraturan Perilaku Dan Interpretasi Independensi..................................

2.7 Peraturan Perilaku Lainnya.....................................................................

2.8 Penegakan Hukum...................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..............................................................................................

3.2 Saran........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi ditentukan oleh


keandalan, kecermatan, ketepatan waktu, dan mutu atau jasa pelayanan yang
diberikan oleh profesi tersebut. Kata “kepercayaan” demikian pentingnya karena
tanpa kepercayaan masyarakat maka jasa profesi tersebut tidak akan diminati,
yang kemudian pada gilirannya profesi tersebut akan punah. Untuk membangun
kepercayaan perilaku para profesi perlu diatur dan kualitas hasil pekerjaanya
dapat dipertanggung jawabkan. Untuk itu dibutuhkan penerapan standar tertentu,
sehingga masyarakat dapat meyakini kualitas pekerjaan seorang profesional.
Salah satu karakteristik yang membedakan setiap profesi dengan
masyarakat pada umumnya adalah kode etik perilaku profesional atau etika bagi
para anggotanya. Perilaku yang beretika memerlukan lebih dari sekedar beberapa
peraturan perilaku dan kegiatan pengaturan. Tidak ada satupun kode etik
profesional maupun kerangka kerja pengaturan yang mampu mengantisipasi
segala situasi yang memerlukan adanya pertimbangan pribadi dalam perilaku
beretika. Sesuai dengan itu, makalah ini akan dimulai dengan suatu pembahasan
singkat tentang etika umum sebelum bergerak pada topik profesional. Kemudian
baru melangkah pada Code of Profesional Conduct AICPA (kode perilaku
profesional) yang cukup rinci, makalah ini akan ditutup dengan suatu kesimpulan
desertai pembahasan tentang prosedur penegakan etika yang digunakan oleh
AICPA dan masyarakat CPA negara bagian.
1.2 RUMUSAN MASALAH
A. Apakah yang dimaksud dengan etika ?
B. Apa itu dilema etika ?
C. Bagaimana kebutuhan khusus akan kode etik profesi ?
D. Apa itu kode etik profesi ?
E. Apakah yang dimaksud dengan independensi ?
F. Apa saja peraturan perilaku dan interpretasi independensi ?
G. Apa saja peraturan perilaku lainnya ?
H. Apa yang dimaksud dengan penegakan hukum ?

1.3 TUJUAN MASALAH


A. Untuk mengetahui maksud dari etika.
B. Untuk mengetahui apa itu dilema etika.
C. Untuk mengetahui bagaimana kebutuhan khusus akan kode etik profesi.
D. Untuk mengetahui apa itu kode etik profesi.
E. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan independensi.
F. Untuk mengetahui apa saja peraturan perilaku dan interpretasi independensi.
G. Untuk mengetahui apa saja peraturan perilaku lainnya.
H. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penegakan hukum.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Apakah Etika Itu?


Etika (ethics) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian
prinsip atau nilai moral. Setiap orang memiliki rangkaian nilai seperti itu,
meskipun kita memperhatikan atau tidak memperhatikannya secara eksplisit. Para
ahli filsafat, organisasi keagamaan, serta kelompok lainnya telah mendefinisikan
serangkaian prinsip dan nilai moral ini dengan berbagai cara. Contoh, serangkaian
prinsip atau nilai moral yang telah ditentukan adalah UU dan peraturan, doktrin
gereja, kode etik bisnis bagi kelompok profesi sebagai akuntan publik, serta kode
perilaku dalam organisasi.
Prinsip dan nilai moral seseorang serta kepentingan relatif prinsip tersebut
bagi mereka pasti berbeda dengan orang-orang lainnya. Perbedaan ini
merefleksikan pengalaman hidup, kesuksesan dan kegagalan yang dialami, serta
pengaruh dari orang tua, guru dan teman.
Perilaku etik sangat diperlukan masyarakat agar dapat berfungsi secara
teratur. Kita dapat beragumentasi bahwa etika adalah perekat yang dapat
mengikat anggota masyarakat. Bayangkan, misalnya apa yang akan terjadi jika
kita tidak memiliki kepercayaan akan kejujuran dari orang-orang yang
berinteraksi dengan kita. Jika para orangtua, guru, pemilik perusahaan, saudara
kita, rekan kerja, serta teman-teman kita semuanya berkata bohong, hamper tidak
mungkin untuk mempunyai komuniksi yang efektif.
Kebutuhan dalam etika masyarakat cukup penting, sehingga banyak nilai
etika yang umum dimasukkan ke dalam undang-undang. Contohnnya, berhati-
hati, tidak dapat dijadikan undang-undang karena etika tersebut tidak dapat
didefinisikan dengan cukup baik agar dapat diberlakukan. Akan tetapi, tidak
bersifat bahwa prinsip-prinsip yang tidak dapat didefinisikan dengan cukup baik
tersebut kurang penting bagi masyarakat yang teratur.
Sebagaian besar orang mendefinisikan perilaku tidak etis sebagai
tindakan yang berbeda dengan yang mereka anggap tepat dilakukan dalam situasi
tertentu. Masing-masing dari kita memutuskan bagi kita sendiri apa yang kita
anggap sebagai perilaku tidak etis, baik bagi kita sendiri maupun bagi orang lain.
Jadi kita harus memahami apa yang menyebabkan orang-orang bertindak dengan
cara yang kita anggap sebagai tidak etis.
Ada dua alasan utama mengapa seseorang bertindak tidak etis: Standar
etika seseorang berbeda dengan standar etika yang berlaku dimasyarakat secara
keseluruhan, atau orang itu memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri.
Sering kali, kedua alasan itu muncul bersamaan.

2.2 Dilema Etika

Dilema etika (ethical dilema) adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang
dimana ia harus mengambil keputusan tentang perilaku yang tepat. Contoh
sederhana dari dilema Etika ini adalah penemuan cincin berlian, dimana
seseorang harus menentukan apakah akan berusaha mencari pemilik cincin
tersebut atau akan menyimpannya. Dilemma etika yang jauh lebih sulit untuk
diselesaikan adalah contoh kasus berikut ini, ini merupakan jenis kasus yang
mungkin digunakan dalam mata kuliah etika.

Seorang pria berada di ambang kematian akibat menderita sejenis


penyakit kanker. Ada satu obat yang menurut para dokter dapat
menyelamatkannya. Obat tersebut baru saja dikembangkan oleh sebuah
perusahaan farmasi. Biaya pembuatan obat tersebut sangat mahal, tetapi
perusahaan menjualnya dengan harga dua puluh kali lipat dari biaya
pembuatannya. Istri pria yang sedang sekarat itu menemui setiap orang yang dia
kenal untuk meminjam sejumlah uang, tetapi ia hanya dapat mengumpulkan
sekitar $10.000, yaitu setengah dari harga obat. Ia berkata kepada perusahaan
dtersebut bahwa suamimya sedang sekarat dan memohon agar perusahaan dapat
menjual obat itu dengan harga lebih murah atau diperbolehkan membayar
kekurangannya nanti. Tetapi perusahaan tersebut berkata: “Tidak, saya yang
menemukan obat ini dan saya perlu mendapatkan uang untuk para pemegang
saham yang telah berinvestasi demi pengembangan obat ini.” Sang istri menjadi
putus asa dan menerobos masuk ke toko itu untuk mencuri obat bagi suaminya.
Apakah si istri itu harus melakukan hal tersebut?

Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak


dilema etika dalam karier bisnisnya. Auditor yang menghadapi klien yang
mengancam akan mencari auditor baru kecuali bersedia menerbitkan suatu
pendapat wajar tanpa pengecualian, akan mengalami dilemma etika bila pendapat
wajar tanpa pengecualian itu tidak tepat. Memutuskan apakah akan
berkonfrontasi dengan atasan yang telah menyatakan lebih saji pendapatan
separtemennya secara material agar dapat menerima bonus lebih besar
merupakan suatu dilemma etika, tetap menjadi bagian dari manajemen sebuah
perusahaan yang memperlakukan para pegawainya secara tidak wajar atau tidak
jujur melayani para pelanggan merupakan suatu dilemma etika, terutama jika
karyawan tersebut mempunyai keluarga yang harus ditanggung dan ketatnya
persaingan mencari pekerjaan baru.

Ada cara-cara alternative untuk menyelesaikan dilema etika, tetapi kita


harus berhati-hati untuk menghindari metode yang merasionalkan perilaku tidak
etis. Berikut ini adalah metode-metode rasionalisasi yang sering digunakan, yang
dengan mudah dapat mengakibatkan tindakan tidak etis.

1) Setiap Orang Melakukannya


Argumen bahwa memalsukan SPT pajak, mencontek saat ujian, atau
menjual produk yang cacat merupakan perilaku yang dapat diterima umumnya
didasarkan pada rasionalisasi bahwa setiap orang lain juga melakukan hal
yang sama, sehingga merupakan perilaku yang dapat diterima.
2) Jika Sah Menurut Hukum, Hal itu Etis
Menggunakan argument bahwa semua perilaku yang sah menurut
hukum adalah perilaku yang etis sangat bergantung pada kesempatan hukum.
Menurut filosofi ini, seseorang tidak memiliki kewajiban untuk
mengembalikan barang yang hilang kecuali pihak lain yang dapat
membuktikan bahwa barang tersebut miliknya.
3) Kemungkinan Penemuan dan Konsekuensinya
Filosofi ini tergantung pada evaluasi atas kemungkinan bahwa orang
lain akan menemukan perilaku tersebut. Biasanya, orang itu juga akan menilai
besarnya kerugian (konsekuensi) yang akan diterimanya bila hal tersebut
terbongkar. Salah satu contohnya adalah memutuskan apakah kan mengoreksi
kelebihan tagihan yang tak di sengaja kepada seorang pelanggan ketika
pelanggan tersebut telah membayar seluruh tagihannya. Jika si penjual yakin
bahwa pelanggan itu akan mendeteksi kekeliruan ini dan memutuskan untuk
tidak akan membeli lagi kedepannya, maka penjual akan segera
menginformasikan kesalahan yang terjadi sekarang; sebalinya, penjual akan
menunggu hingga pelanggan tersebut menyampaikan keberatan.

2.3 Kebutuhan Khusus Akan Kode Etik Profesi

Arti istilah professional adalah tanggungjawab untuk bertindak lebih dari


sekedar memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan
peraturan masyarakat. Alasan utama mengharapkan tingkat prilaku profesional
yang tinggi oleh setiap profesi, nampa memandang indifidu yang menyediakan
jasa tersebut. Bagi akuntan publik, kepercayaan klien dan pemakaian laporan
keuangan eksternal atas kualitas audit dan jasa lainnya sangatlah penting. Jika
pemakaian jasa tidak memiliki kepercayaan pada para dokter, hakim, atau
akuntan publik, maka kemampuan para profesional itu untuk melayani klien serta
masyarakat secara efektif akan hilang.
Kantor akuntan publik (KAP) memiliki hubungan khusus dengan para
pemakai laporan keuangan yang berbeda dengan bentuk hubungan antara
profesional lain dengan para pemakai jasanya. Kantor akuntan publik bertugas
dan dibayar oleh perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, tetapi yang
mendapat manfaat utama dari audit ini adalah para pemakai laporan keuangan.

Sangat penting bahwa pemakai laporan memandang kantor akuntan


publik sebagai pihak yang kompeten dan objektif. Jika pemakai laporan yakin
bahwa kantor akuntan publik tidak memberikan jasa yang bernilai (mengurangi
resiko informasi), maka nilai laporan audit serta laporan jasa atestasi lainnya dari
kantor akuntan publik tersebut akan berkurang dan karenanya, permintaan akan
jasa audit juga berkurang. Karena itu, ada esentif cukup banyak bagi kantor
akuntan publik untuk berprilaku pada tingkat profesionalisme yang tinggi.

2.4 Kode Etik Profesi

Kode perilaku professional AICPA menyediakan baik standar umum


perilaku yang ideal maupun peraturan perilaku khusus yang harus diberlakukan.
Kode etik ini terdiri dari empat bagian yaitu prinsip-prinsip, peraturan perilaku,
interpretasi atas peraturan perilaku, dan kaidah etika. Bagian-bagian ini disusun
dalam urutan spesifisitas yang semakin meningkat, prinsip-prinsip menyediakan
standar perilaku yang ideal, sementara kaidah etika bersifat sangat spesifik.

Beberapa definisi, yang diambil dari kode perilaku profesional AICPA,


harus dipahami agar dapat menginterpresikan aturan-aturannya.

a. Klien
Setiap orang atau entitas, selain dari anggota, yang menugaskan
anggota atau kantornya untuk melaksanakan jasa professional
b. Kantor akuntan
Bentuk organisasi yang diizinkan 4organisasi yang diizinkan oleh
hukum atau peraturan yang karakteristiknya sesuai dengan resolusi Dewan
American Institute of Certified Public Accountants yang bertugas dalam
praktik akuntansi publik kecuali untuk tujuan menerapkan Rule 101,
Independensi, kantor mencakup setiap partner.
c. Intitute, American Institute of Certified Public Accountants.
d. Anggota
seorang anggota, anggota asosiasi, atau asosiasi internasional dari
American Institute of Certified Public Accountants.
e. Praktik akuntan public
Praktik akuntansi public terdiri dari pelaksanaan kerja untuk klien oleh
seorang anggota atau kantor akuntan anggota, yang bertindak sebagai akuntan
publik, atas jasa professional akuntan, perpajakan, perencanaan keuangan
pribadi, jasa pendukung litigasi, dan jasa-jasa professional di mana standar
telah ditetapkan oleh Lembaga yang ditunjuk oleh Dewan.
2.5 Independensi

Nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik atas independensi


editor. alasan bahwa banyak memakai ingin mengandalkan laporan akuntansi
publik adalah ekspektasi nya atas sudut pandang yang tidak biasa. Kode perilaku
profesional AICPA dan kode etik bagi perilaku profesional IESBA
mendefinisikan independensi sebagai hal terdiri dari dua komponen:0
independensi dalam berfikir dan independensi dalam penampilan. independensi
dalam berfikir (indepedence in mind) mencerminkan pikiran auditor yang
memungkinkan audit dilaksanakan dengan sikap yang tidak biasa. Independensi
dalam berfikir mencerminkan persyaratan lah ma bahwa anggota harus
independen dalam fakta. independensi dalam penampilan (independence in
appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi ini. bila auditor
independen dalam fakta tetapi pemakai yakin bahwa mereka menjadi penasihat
untuk klien, sebagian besar nilai dari fungsi audi telah hilang.
SEC mengesahkan aturan-aturan yang memperkuat independensi auditor
pada bulan Januari 2003 sejalan dengan persyaratan sarbanes-oxley act,
selanjutnya peraturan SEC membatasi ketentuan jasa non audit untuk klien audit,
dan mencakup juga pembatasan atas pengangkatan karyawan dari mantan
karyawan kantor akuntan oleh klien dan rotasi partner audit guna mempertinggi
independensi.

Jenis jasa non audit yang dapat diberikan kepada klien audit yang
merupakan perusahaan terbuka. berikut adalah 9 jasa yang tidak diperkenankan:

a. Jasa pembukuan dan akuntansi lain


b. perancangan dan implementasi sistem informasi keuangan
c. jasa penafsiran atau penilaian
d. Jasa aktuarial
e. Outsourcing audit internal
f. fungsi manajemen dan sumber daya manusia
g. jasa pialang atau dealler atau penasihat investasi atau bankir investasi
h. jasa hukum dan faktor yang tidak berkaitan dengan audit
i. Semua jasa lain yang ditentukan oleh peraturan BCAOB sebagai tidak
diperkenankan

Kantor akuntan publik tidak dilarang melaksanakan jasa-jasa tersebut


untuk perusahaan swasta dan perusahaan publik yang bukan klien audit. Selain
itu, kantor akuntan publik juga masih dapat memberikan jasa-jasa yang tidak
dilarang kepada klien audit perusahaan publik. Sebagai contoh, aturan SEC dan
PCAOB memungkinkan akuntan publik memberikan jasa perpajakan kepada
klien audit, kecuali jasa perpajakan kepada ekskutif perusahaan yang bertanggung
jawab atas pelaporan keuangan, dan juga jasa perencanaan keringanan pajak. Jasa
nonaudit yang tidak dilarang oleh aturan Sarbanes-Oxley Act dan SEC harus
disetujui terlebih dahulu oleh komite audit perusahaan. Selain itu, sebuah kantor
akuntan publik akan tidak independen jika partner audit menerima imbalan
karena menjual jasa kepada klien selain jasa audit, review, dan atestasi.

2.6 Peraturan Perilaku Dan Interpretasi Independensi

A. Peraturan 101-Independensi
Seorang anggota yang berpraktik untuk perusahaan publik harus
independensi dalam pelaksanaan jasa profesionalnya sebagaimana disyaratkan
oleh standar yang dirimuskan lembaga yang dibentuk oleh Dewan.
Kantor akuntan publik harus independen ketika memberikan jasa
tertentu, tetapi tidak untuk jasa lainnya. Frase terakhir dalam peraturan 101,
“sebagaimana disyaratkan oleh standar yang dirumuskan lembaga yang
dibentuk oleh Dewan” adalah cara yang tepat bagi AICPA untuk
mencantumkan atau tidak mencantumkan persyaratan independensi atas
berbagai jenis jasa. Sebagai contoh, Auditing Standards Board (ASB)
mensyaratkan bahwa para auditor yang mengaudit laporan keuangan historis
harus bersikap independen. Karena itu, Peraturan 101 berlaku untuk jasa audit.
Independen juga diwajibkan dalam jenis jasa atestasi lainnya, seperti jasa
review dan audit atas laporan keuangan prospektif. Akan tetapi, sebuah kantor
akuntan publik dapat memberikan jasa SPT pajak dan jasa manajemen tanpa
harus berlaku independen. Peraturan 101 tidak berlaku bagi jenis jasa tersebut.
Interprestasi Peraturan 101 melarang anggota yang terlibat untuk
memiliki saham atau investasi langsung lainnya dalam klien audit karena hal
itu berpotensi merusak independensi audit aktual (independensi dalam fakta),
dan pasti akan mempengaruhi persepsi pemakai atas independensi auditor
(independensi dalam penampilan) investasi tidak langsung, contohnya
kepemilikan saham dalam perusahaan klien oleh kakek auditor, juga dilarang,
tetapi hanya jika jumlahnya material bagi auditor. Ada tiga perbedaan penting
dalam peraturan itu manakala berkaitan dengan independensi dan kepemilikan
saham.
B. Anggota yang Tercakup
Peraturan 101 berlaku untuk anggota yang terlibat yang dapat
mempengaruhi penugasan atestasi. Anggota yang tercakup meliputi yang
berikut ini:
1. Orang-orang pada tim penugasan atestasi.
2. Orang-orang yang dapat mempengaruhi penugasan atestasi, seperti orang
yang mengawasi atau mengevauasi partner penugasan.
3. Partner atau manajer yang memberikan jasa nonatestasi kepada klien.
4. Partner di kantor partner yang bertanggung jawab atas penugasan atestasi
5. Kantor akuntan dan program tunjangan karyawannya
6. Entitas yang dapat dikendalikan oleh setiap anggota yang terlibat tersebut
di atas atau oleh dua orang atau lebih anggota yang terlibat atau entitas
yang beroperasi bersama
C. Kepentingan Keuangan Langsung
Kepemilikan lembar saham atau ekuitas lainnya oleh para anggota
atau keluarga dekatnya dikenal dengan kepentingan keuangan langsung (direct
financial interest). sebagai contoh, jika baik partner di kantor dimana audit
dilakukan atau pun pasangan hidupnya memiliki kepentingan keuangan dalam
perusahaan tertentu, maka kantor akuntan publik tersebut dilarang menurut
Peraturan 101 untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan perusahaan
itu.
D. Kepentingan keuangan tidak langsung (indirect financial interest)
Kepentingan keuangan tidak langsung (indirect financial interest)
muncul ketika terdapat hubungan kepemilikan yang dekat, tetapi bukan
hubungan langsung, antara auditor dan kliennya. Contoh dari kepemilikan
tidak langsung adalah kepemilikan anggota yang terlibat atas dana bersama
yang memiliki investasi dalam saham klien.1

1
Arens, Elder, Beasley. Auditing & Jasa Assurance, (Jakarta : Erlangga, Edisi 15, Jilid 1, 2015) Hlm.
90
2.7 Peraturan Perilaku Lainnya
A. Integritas dan Objektivitas
Integritas berarti tidak memihak dalam melakukan semua jasa,
peratran 102 tentang integritas dan objektivitas. Interpretasi atas Peraturan
102 menyatakan bahwa konflik kepentingan yang terlihat mungkin tidak
melanggar peraturan perilaku jika informasinya diungkapkan kepada kien
anggota atau yang mempekerjakan.
B. Standar Teknis
1. Peraturan 201-Standar Umum : (a) Kompetensi profesional, (b)
Keseksamaan profesional, (c) Perencanaan dan supervise, (d) Data
relevan yang mencukupi
2. Peraturan 202- Ketaatan pada Standar
3. Peraturan 203- Prinsip-prinsip Akuntansi
Tujuan utama persyaratan dari Peraturan 201 hingga 203 adalah
untuk memberikan dukungan kepada ASB, PCAOB, FASB, dan badan
penyusun standar teknis lainnya.
C. Kerahasiaan
Para praktisi dilarang keras mengungkapkan informasi rahasia yang
diperoleh dari setiap jenis penugasan tanpa persetujuan klien. Persyaratan
spesifik dari Peraturan 301 yang berkaitan dengan informasi rahasia
klien(confidential client information).
1. Kebutuhan akan kerahasiaan File audit akuntan publik dapat diberikan
kepada orang lain atas seizing klien
2. Pengecualian atas Kerahasiaan
a) Kewajiban yang berhubungan dengan standar teknis
b) Panggilan pengadilan dan ketaatan pada hukum serta peraturan
c) Peer review
d) Respons terhadap divisi etika
D. Tindakan yang dapat Didiskreditkan
Karena kebutuhan khusus bagi kantor akuntan untuk berperilaku
dengan cara yang profesional, Kode Etika mempunyai aturan khusus yang
melarang tindakan yang dapat didiskreditkan bagi profesi. Peraturan 501
berisi tentang beberapa dari persyaratan sebagai berikut :
1. Penahanan catatan klien
2. Diskriminasi dan gangguan dalam praktik karyawan
3. Standar tentang audit pemerintah dan persyaratan badan serta agen
pemerintah
4. Kelalaian dalam penyiapan laporan atau catatan keuangan
5. Kelalaian mengikuti persyaratan dari badan pemerintah, komisi, atau
lembaga pengatur lainnya
6. Permohonan atau pengungkapan pertanyaan dan jawaban ujian akuntan
public
7. Kelalaian mengisi SPT pajak atau membayar kewajiban pajak
E. Iklan dan Permohonan
Untuk mendorong akuntan publik berperilaku secara profesional,
peraturan 502 juga melarang iklan atau permohonan yang palsu,
menyesatkan, atau menipu.
F. Komisi dan Fee Referal
Komisi adalah kompensasi yang dibayarkan untuk
merekomendasikan atau mereferensikan produk atau jasa pihak ketiga
kepada klien atau merekomendasikan atau mereferensikan produk atau jasa
klien kepada pihak ketiga. Peraturan 503 mengatur tentang Komisi dan Fee
Referal.

G. Bentuk dan Nama Organisasi


Peraturan 505 mengizinkan para praktisi untuk membentuk
organisasi sesuai dengan salah satu dari enam bentuk ini, sepanjang  hal itu
diizinkan oleh hukum negara bagian: perusahaan perorangan, persekutuan
umum, korporasi umum, korporasi profesional, perusahaan dengan
kewajiban terbatas, atau persekutuan dengan kewajiban terbatas.2
2.8 Penegakan Hukum
Pengertian penegakan hukum dapat dirumuskan sebagai usaha
melaksanakan hukum sebagai mestinya, mengawasi pelaksanaannya agar tidak
terjadi pelanggaran, dan jika terjadi pelanggaran cara memulihkan hukum yang
dilanggar itu supaya dapat ditegakkan kembali perlu dengan tindakan hukum.
Penegakan hukum dilakukan dengan penindakan hukum menurut urutan berikut:

1. Teguran peringatan supaya menghentikan pelanggaran dan jangan berbuat


lagi (percobaan).
2. Pembebanan kewajiban tertentu (ganti kerugian atau denda).
3. Penyisihan atau pengecualian (pencabutan hak-hak tertentu).
4. Pengenaan sanksi badan (pidana, penjara, atau pidana mati).
Dalam pelaksanaannya tugas penegakan hukum, penegakan hukum wajib
mentaati norma-norma yang telah ditetapkan. Prof. Abdulkadir Muhammad
(1977) menggunakan empat norma yang penting dalam penegakan hukum, yaitu:
kemanusiaan, keadilan, kepatutan, dan kejujuran.

A. Kemanusiaan

Norma kemanusiaan menuntut agar dalam penegakan hukum


manusia senantiasa diperlakukan sebagai manusia yang memiliki keluhuran
pribadi. Dihadapan hukum, manusia harus dimanusiakan, artrinya dalam
penegakan hukum manusia harus dihormati sebagai pribadi dan sekaligus
sebagai mahluk sosial. Martabat manusia yang terkandung didalam hak-hak
manusia menjadi prinsip dasar hukum, yaitu dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.

2
http://ratnatriutamii.blogspot.com/2014/12/kode-perilaku-profesional.html Di Akses pada tanggal
21 februari 2020 jam 17:10
Manusia menuntut kodratnya baik ataupun buruk, namun kondisi
hidup yang  kadangkala memaksa manusia  berbuat jahat justru untuk
mempertahankan kodratnya itu. Untuk mempertahankan hidup, maka dia
mencuri hak orang lain walaupun dia sadar bahwa mencuri hak orang lain itu
dilarang oleh hukum. Menurut pertimbangannya, daripada mati kelaparan
lebih baik bertahan hidup dengan barang curian, dan hidup adalah hak asasi
yang harus dipertahankan.3
B. Keadilan
Menurut Thomas Aquinas, keadilan adalah kebiasaan untuk
memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya berdasarkan
kebebasan kehendak. Kebebasan kehendak itu ada pada setiap manusia. Hak
dan keadilan mempunyai hubungan yang sangat erat. Adanya hak
mendahului adanya keadilan. Hak yang dimiliki setiap manusia melekat
pada kodrat manusia itu sendiri,  bukan semata-mata berasal dari luar diri
manusia . Jadi, adanya hak itu dapat diketahui dari dua sisi. Pada satu sisi
hak itu melekat pada diri karena kodrat manusia, sedangkan pada sisi lain
hak itu merupakan akibat hubungan dengan pihak lain melalui kontrak,
keputusan hukum. Hak karena kodrat bersifat mutlak, sedangkan hak karena
kontrak, keputusan hukum bersifat relative.

Hak pada sisi pertama sering disebut hak kodrat yang berasal dari
hukum kodrat (ius naturale). Hak pada sisi lainnya disebut hak kontrak yang
berasal dari hukum positif. Thomas aquinus menyatakan bahwa segala
sesuatu yang bertentengan dengan hak kodrat selalu dianggap tidak adil.
Manusia mempunyai hak kodrat yang berasal dari tuhan, tetapi juga
mempunyai kewajiban kodrat terhadap orang lain. Apabila hak kodrat itu

3
Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H., Etika Profesi Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1997)
Hlm. 25
dijelmakan kepada hukum positif, maka segala sesuatu yang bertentangan
dengan hukum positif selalu dianggap tidak adil.

Keadilan merupakan salah satu bentuk kebaikan yang menuntun


manusia dalam berhubungan sesama  manusia. Seseorang disebut adil bila
mengakui orang lain sebagai orang yang mempunyai hak yang seharusnya
dipertahankan atau diperolehnya. Keadilan juga dapat dalam bentuk
kewajiban, sebagai hutang yang harus dibayar kepada orang lain. Sanksi
pidana terhadap pelaku kejahatan berfungsi sebagai pembayaran kembali
untuk memulihkan pelanggaran pidana yang telah dilakukannya. Sanksi
pidana berfungsi mengalihkan keadilan yang dirusak oleh pelaku kejahatan.
John Kaplan seperti dikutip oleh muladi dan barda nawawi (1984)
menyatakan, pemidanaan mengandung arti bahwa hutang penjahat telah
dibayar  kembali.

C. Kepatutan (equity)

Pada dasarnya kepatutan merupakan suatu koreksi terhadap keadilan


legal. Keadilan yang legal adalah keadilan yang menumbuhkan hubungan 
antara individu dan masyarakat atau Negara. Yang diperlukan oleh manusia
adalah koreksi atau perhatian khusus kepada dirinya. Kepatutan
memperhatikan dan memperhitungkan situasi dan keadaan manusia
individual dalam penerapan keadilan, kepatutan merupakan kebaikan yang
menggerakan manusia untuk berbuat secara rasional dan menggunakan
keadilan. Kepatutan menyingkirkan kekerasan dan kekejaman hukum
terutama  dalam situasi dan kondisi khusus (notohamidjojo. 1971). Dengan
menggunakan kepatutan, hubungan yang meruncing antara manusia
dikembalikan kepada proporsi yang sewajarnya.

D. Kejujuran
Penegak hukum harus jujur dalam menegakan hukum atau melayani
pencari keadilan dan menjauhkan diri dari perbuatan curang. Kejujuran
berkaitan dengan kebenaaran, keadilan, kepatutan yang semuanya itu
menyatakan sikap bersih dn ketulusan pribadi seseorang yang sadar akan
pengendalian diri terhadap apa yang seharusnya tidak boleh  dilakukan.
Kejujuran mengarahkan penegakan hukum agar bertindak benar, adil, dan
patut. Kejujuran adalah kendali untuk  berbuat menurut apa adanya sesuai
dengan kebenaran akal (ratio) dan kebenaran hati nurani (ratio) dan
kebenaran hati nurani. Benar menurut akal, baik menurut hati nurani. Benar
menurut akal diterima oleh hati nurani.

Penegak hukum yang jujur melaksanakan hukum sebagaimana


mestinya, dan itu menurut pertimbangannya adalah baik. Kejujuran itu
dibuktikan  oleh:

a. Perbuatan rasional (benar).


b. Pelayanan terhadap pencari keadilan manusiawi (beradab).
c. Bicaranya lemah lembut dan ramah (sopan).
d. Wanita diperlakukan secara wajar dan sopan (senonoh).
e. Pertimbangan berdasarkan hukum dan fakta (patut).4

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
A. Apakah Etika Itu?
4
Suhrawardi K. Lubis, S.H. Etika Profesi Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2002.), Hlm. 31
Etika (ethics) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai
serangkaian prinsip atau nilai moral. Setiap orang memiliki rangkaian nilai
seperti itu, meskipun kita memperhatikan atau tidak memperhatikannya secara
eksplisit.
B. Dilema Etika

Dilema etika (ethical dilemma) adalah situasi yang dihadapi oleh


seseorang dimana ia harus mengambil keputusan tentang perilaku yang tepat.

C. Kebutuhan Khusus Akan Kode Etik Profesi

Arti istilah professional adalah tanggungjawab untuk bertindak lebih


dari sekedar memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum
dan peraturan masyarakat.

D. Kode Etik Profesi

Kode perilaku professional AICPA menyediakan baik standar umum


perilaku yang ideal maupun peraturan perilaku khusus yang harus
diberlakukan. Kode etik ini terdiri dari empat bagian yaitu prinsip-prinsip,
peraturan perilaku, interpretasi atas peraturan perilaku, dan kaidah etika.

E. Independensi

Nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik atas


independensi editor. alasan bahwa banyak memakai ingin mengandalkan
laporan akuntansi publik adalah ekspektasi nya atas sudut pandang yang tidak
biasa.

F. Peraturan Perilaku Dan Interpretasi Independensi


Seorang anggota yang berpraktik untuk perusahaan publik harus
independensi dalam pelaksanaan jasa profesionalnya sebagaimana disyaratkan
oleh standar yang dirimuskan lembaga yang dibentuk oleh Dewan.
G. Peraturan Perilaku Lainnya
1. Integritas dan Objektivitas
2. Standar Teknis
3. Kerahasiaan
4. Tindakan yang dapat Didiskreditkan
5. Iklan dan Permohonan
6. Komisi dan Fee Referal
7. Bentuk dan Nama Organisasi
H. Penegakan Hukum
Pengertian penegakan hukum dapat dirumuskan sebagai usaha
melaksanakan hukum sebagai mestinya, mengawasi pelaksanaannya agar
tidak terjadi pelanggaran, dan jika terjadi pelanggaran cara memulihkan
hukum yang dilanggar itu supaya dapat ditegakkan kembali perlu dengan
tindakan hukum.
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Elder, Beasley. Auditing & Jasa Assurance, (Jakarta : Erlangga, Edisi 15, Jilid
1, 2015).
http://ratnatriutamii.blogspot.com/2014/12/kode-perilaku-profesional.html Di Akses
pada tanggal 21 februari 2020 jam 17:10

Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H., Etika Profesi Hukum, (Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti, 1997).

Suhrawardi K. Lubis, S.H. Etika Profesi Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2002.).

Anda mungkin juga menyukai