(ETIKA PROFESIONAL)
DISUSUN OLEH:
1. Dwi Pratiwi
2. Nola Andreani
3. Ririn Rahmawati
4. Umi Kalsum
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah
selesai tepat pada waktunya yang berjudul “ETIKA PROFESIONAL”. Makalah ini
telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasa, oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat demi kesempurnaan
makalah ini. Sekian dari kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.5 Independensi............................................................................................
3.1 Kesimpulan..............................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Dilema etika (ethical dilema) adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang
dimana ia harus mengambil keputusan tentang perilaku yang tepat. Contoh
sederhana dari dilema Etika ini adalah penemuan cincin berlian, dimana
seseorang harus menentukan apakah akan berusaha mencari pemilik cincin
tersebut atau akan menyimpannya. Dilemma etika yang jauh lebih sulit untuk
diselesaikan adalah contoh kasus berikut ini, ini merupakan jenis kasus yang
mungkin digunakan dalam mata kuliah etika.
a. Klien
Setiap orang atau entitas, selain dari anggota, yang menugaskan
anggota atau kantornya untuk melaksanakan jasa professional
b. Kantor akuntan
Bentuk organisasi yang diizinkan 4organisasi yang diizinkan oleh
hukum atau peraturan yang karakteristiknya sesuai dengan resolusi Dewan
American Institute of Certified Public Accountants yang bertugas dalam
praktik akuntansi publik kecuali untuk tujuan menerapkan Rule 101,
Independensi, kantor mencakup setiap partner.
c. Intitute, American Institute of Certified Public Accountants.
d. Anggota
seorang anggota, anggota asosiasi, atau asosiasi internasional dari
American Institute of Certified Public Accountants.
e. Praktik akuntan public
Praktik akuntansi public terdiri dari pelaksanaan kerja untuk klien oleh
seorang anggota atau kantor akuntan anggota, yang bertindak sebagai akuntan
publik, atas jasa professional akuntan, perpajakan, perencanaan keuangan
pribadi, jasa pendukung litigasi, dan jasa-jasa professional di mana standar
telah ditetapkan oleh Lembaga yang ditunjuk oleh Dewan.
2.5 Independensi
Jenis jasa non audit yang dapat diberikan kepada klien audit yang
merupakan perusahaan terbuka. berikut adalah 9 jasa yang tidak diperkenankan:
A. Peraturan 101-Independensi
Seorang anggota yang berpraktik untuk perusahaan publik harus
independensi dalam pelaksanaan jasa profesionalnya sebagaimana disyaratkan
oleh standar yang dirimuskan lembaga yang dibentuk oleh Dewan.
Kantor akuntan publik harus independen ketika memberikan jasa
tertentu, tetapi tidak untuk jasa lainnya. Frase terakhir dalam peraturan 101,
“sebagaimana disyaratkan oleh standar yang dirumuskan lembaga yang
dibentuk oleh Dewan” adalah cara yang tepat bagi AICPA untuk
mencantumkan atau tidak mencantumkan persyaratan independensi atas
berbagai jenis jasa. Sebagai contoh, Auditing Standards Board (ASB)
mensyaratkan bahwa para auditor yang mengaudit laporan keuangan historis
harus bersikap independen. Karena itu, Peraturan 101 berlaku untuk jasa audit.
Independen juga diwajibkan dalam jenis jasa atestasi lainnya, seperti jasa
review dan audit atas laporan keuangan prospektif. Akan tetapi, sebuah kantor
akuntan publik dapat memberikan jasa SPT pajak dan jasa manajemen tanpa
harus berlaku independen. Peraturan 101 tidak berlaku bagi jenis jasa tersebut.
Interprestasi Peraturan 101 melarang anggota yang terlibat untuk
memiliki saham atau investasi langsung lainnya dalam klien audit karena hal
itu berpotensi merusak independensi audit aktual (independensi dalam fakta),
dan pasti akan mempengaruhi persepsi pemakai atas independensi auditor
(independensi dalam penampilan) investasi tidak langsung, contohnya
kepemilikan saham dalam perusahaan klien oleh kakek auditor, juga dilarang,
tetapi hanya jika jumlahnya material bagi auditor. Ada tiga perbedaan penting
dalam peraturan itu manakala berkaitan dengan independensi dan kepemilikan
saham.
B. Anggota yang Tercakup
Peraturan 101 berlaku untuk anggota yang terlibat yang dapat
mempengaruhi penugasan atestasi. Anggota yang tercakup meliputi yang
berikut ini:
1. Orang-orang pada tim penugasan atestasi.
2. Orang-orang yang dapat mempengaruhi penugasan atestasi, seperti orang
yang mengawasi atau mengevauasi partner penugasan.
3. Partner atau manajer yang memberikan jasa nonatestasi kepada klien.
4. Partner di kantor partner yang bertanggung jawab atas penugasan atestasi
5. Kantor akuntan dan program tunjangan karyawannya
6. Entitas yang dapat dikendalikan oleh setiap anggota yang terlibat tersebut
di atas atau oleh dua orang atau lebih anggota yang terlibat atau entitas
yang beroperasi bersama
C. Kepentingan Keuangan Langsung
Kepemilikan lembar saham atau ekuitas lainnya oleh para anggota
atau keluarga dekatnya dikenal dengan kepentingan keuangan langsung (direct
financial interest). sebagai contoh, jika baik partner di kantor dimana audit
dilakukan atau pun pasangan hidupnya memiliki kepentingan keuangan dalam
perusahaan tertentu, maka kantor akuntan publik tersebut dilarang menurut
Peraturan 101 untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan perusahaan
itu.
D. Kepentingan keuangan tidak langsung (indirect financial interest)
Kepentingan keuangan tidak langsung (indirect financial interest)
muncul ketika terdapat hubungan kepemilikan yang dekat, tetapi bukan
hubungan langsung, antara auditor dan kliennya. Contoh dari kepemilikan
tidak langsung adalah kepemilikan anggota yang terlibat atas dana bersama
yang memiliki investasi dalam saham klien.1
1
Arens, Elder, Beasley. Auditing & Jasa Assurance, (Jakarta : Erlangga, Edisi 15, Jilid 1, 2015) Hlm.
90
2.7 Peraturan Perilaku Lainnya
A. Integritas dan Objektivitas
Integritas berarti tidak memihak dalam melakukan semua jasa,
peratran 102 tentang integritas dan objektivitas. Interpretasi atas Peraturan
102 menyatakan bahwa konflik kepentingan yang terlihat mungkin tidak
melanggar peraturan perilaku jika informasinya diungkapkan kepada kien
anggota atau yang mempekerjakan.
B. Standar Teknis
1. Peraturan 201-Standar Umum : (a) Kompetensi profesional, (b)
Keseksamaan profesional, (c) Perencanaan dan supervise, (d) Data
relevan yang mencukupi
2. Peraturan 202- Ketaatan pada Standar
3. Peraturan 203- Prinsip-prinsip Akuntansi
Tujuan utama persyaratan dari Peraturan 201 hingga 203 adalah
untuk memberikan dukungan kepada ASB, PCAOB, FASB, dan badan
penyusun standar teknis lainnya.
C. Kerahasiaan
Para praktisi dilarang keras mengungkapkan informasi rahasia yang
diperoleh dari setiap jenis penugasan tanpa persetujuan klien. Persyaratan
spesifik dari Peraturan 301 yang berkaitan dengan informasi rahasia
klien(confidential client information).
1. Kebutuhan akan kerahasiaan File audit akuntan publik dapat diberikan
kepada orang lain atas seizing klien
2. Pengecualian atas Kerahasiaan
a) Kewajiban yang berhubungan dengan standar teknis
b) Panggilan pengadilan dan ketaatan pada hukum serta peraturan
c) Peer review
d) Respons terhadap divisi etika
D. Tindakan yang dapat Didiskreditkan
Karena kebutuhan khusus bagi kantor akuntan untuk berperilaku
dengan cara yang profesional, Kode Etika mempunyai aturan khusus yang
melarang tindakan yang dapat didiskreditkan bagi profesi. Peraturan 501
berisi tentang beberapa dari persyaratan sebagai berikut :
1. Penahanan catatan klien
2. Diskriminasi dan gangguan dalam praktik karyawan
3. Standar tentang audit pemerintah dan persyaratan badan serta agen
pemerintah
4. Kelalaian dalam penyiapan laporan atau catatan keuangan
5. Kelalaian mengikuti persyaratan dari badan pemerintah, komisi, atau
lembaga pengatur lainnya
6. Permohonan atau pengungkapan pertanyaan dan jawaban ujian akuntan
public
7. Kelalaian mengisi SPT pajak atau membayar kewajiban pajak
E. Iklan dan Permohonan
Untuk mendorong akuntan publik berperilaku secara profesional,
peraturan 502 juga melarang iklan atau permohonan yang palsu,
menyesatkan, atau menipu.
F. Komisi dan Fee Referal
Komisi adalah kompensasi yang dibayarkan untuk
merekomendasikan atau mereferensikan produk atau jasa pihak ketiga
kepada klien atau merekomendasikan atau mereferensikan produk atau jasa
klien kepada pihak ketiga. Peraturan 503 mengatur tentang Komisi dan Fee
Referal.
A. Kemanusiaan
2
http://ratnatriutamii.blogspot.com/2014/12/kode-perilaku-profesional.html Di Akses pada tanggal
21 februari 2020 jam 17:10
Manusia menuntut kodratnya baik ataupun buruk, namun kondisi
hidup yang kadangkala memaksa manusia berbuat jahat justru untuk
mempertahankan kodratnya itu. Untuk mempertahankan hidup, maka dia
mencuri hak orang lain walaupun dia sadar bahwa mencuri hak orang lain itu
dilarang oleh hukum. Menurut pertimbangannya, daripada mati kelaparan
lebih baik bertahan hidup dengan barang curian, dan hidup adalah hak asasi
yang harus dipertahankan.3
B. Keadilan
Menurut Thomas Aquinas, keadilan adalah kebiasaan untuk
memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya berdasarkan
kebebasan kehendak. Kebebasan kehendak itu ada pada setiap manusia. Hak
dan keadilan mempunyai hubungan yang sangat erat. Adanya hak
mendahului adanya keadilan. Hak yang dimiliki setiap manusia melekat
pada kodrat manusia itu sendiri, bukan semata-mata berasal dari luar diri
manusia . Jadi, adanya hak itu dapat diketahui dari dua sisi. Pada satu sisi
hak itu melekat pada diri karena kodrat manusia, sedangkan pada sisi lain
hak itu merupakan akibat hubungan dengan pihak lain melalui kontrak,
keputusan hukum. Hak karena kodrat bersifat mutlak, sedangkan hak karena
kontrak, keputusan hukum bersifat relative.
Hak pada sisi pertama sering disebut hak kodrat yang berasal dari
hukum kodrat (ius naturale). Hak pada sisi lainnya disebut hak kontrak yang
berasal dari hukum positif. Thomas aquinus menyatakan bahwa segala
sesuatu yang bertentengan dengan hak kodrat selalu dianggap tidak adil.
Manusia mempunyai hak kodrat yang berasal dari tuhan, tetapi juga
mempunyai kewajiban kodrat terhadap orang lain. Apabila hak kodrat itu
3
Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H., Etika Profesi Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1997)
Hlm. 25
dijelmakan kepada hukum positif, maka segala sesuatu yang bertentangan
dengan hukum positif selalu dianggap tidak adil.
C. Kepatutan (equity)
D. Kejujuran
Penegak hukum harus jujur dalam menegakan hukum atau melayani
pencari keadilan dan menjauhkan diri dari perbuatan curang. Kejujuran
berkaitan dengan kebenaaran, keadilan, kepatutan yang semuanya itu
menyatakan sikap bersih dn ketulusan pribadi seseorang yang sadar akan
pengendalian diri terhadap apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan.
Kejujuran mengarahkan penegakan hukum agar bertindak benar, adil, dan
patut. Kejujuran adalah kendali untuk berbuat menurut apa adanya sesuai
dengan kebenaran akal (ratio) dan kebenaran hati nurani (ratio) dan
kebenaran hati nurani. Benar menurut akal, baik menurut hati nurani. Benar
menurut akal diterima oleh hati nurani.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
A. Apakah Etika Itu?
4
Suhrawardi K. Lubis, S.H. Etika Profesi Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2002.), Hlm. 31
Etika (ethics) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai
serangkaian prinsip atau nilai moral. Setiap orang memiliki rangkaian nilai
seperti itu, meskipun kita memperhatikan atau tidak memperhatikannya secara
eksplisit.
B. Dilema Etika
E. Independensi
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Elder, Beasley. Auditing & Jasa Assurance, (Jakarta : Erlangga, Edisi 15, Jilid
1, 2015).
http://ratnatriutamii.blogspot.com/2014/12/kode-perilaku-profesional.html Di Akses
pada tanggal 21 februari 2020 jam 17:10
Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H., Etika Profesi Hukum, (Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti, 1997).
Suhrawardi K. Lubis, S.H. Etika Profesi Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2002.).