Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UMUM

Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten yang berada pada

pesisir utara laut Jawa, sehingga potensi air tanah yang menjadi salah satu air baku

akan semakin menurun kualitasnya seiring banyaknya yang menggunakan sebagai

air baku. Pemerintah dengan PDAM Tirta Darma Ayu selaku perusahaan daerah air

minum berusaha mencegah penurunan air tanah tersebut dengan mengupayakan

program air bersih yang berasal dari PDAM. Air baku yang digunakan PDAM Tirta

Darma Ayu merupakan air yang berasal dari sungai Cimanuk. Tercatat sampai

dengan Agustus tahun 2017 kapasitas debit yang dialirkan mencapai 1.135 liter per

detik yang tersebar sebanyak 104.437 sambungan rumah. (PDAM Tirta Darma

Ayu, 2021)

2.2 SUMBER AIR

Sumber air adalah tempat atau wadah alami dan/ atau buatan yang terdapat

pada diatas, atau di bawah permukaan tanah. (Peraturan Pemerintah Nomor 121

tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air) Indonesia yang berada di

wilayah iklim tropis hanya memiliki dua musim, penghujan dan kemarau. Pada

musim kemarau jumlah air terbatas. Tak jarang, beberapa wilayah di Indonesia

mengalami bencana kekeringan saat kemarau melanda. Aliran air juga terpengaruh

dari kegiatan tata guna lahan yang ada di pemukaan bumi. Penggunaan resapan dan

penahan air, seperti sumur resapan, waduk, dan danau yang mampu menahan dan

7
menampung hujan menjadi sangat bermanfaat kalakemarau datang. Sumur resapan,

waduk, dan danau menjadi sasaran utama mendapatkan air dikala kemarau.

Keberadaan air dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas resapan dan penampung air

pada musim penghujan. Dengan membuat dan mendayagunakan sumur resapan

secara baik dan benar, kebutuhan air saat kemarau dan kekeringajn bukan menjadi

sebuah masalah yang berarti. (Sujana dalam Paresa, 2017)

Sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air minum

sebagai berikut :

1. Air Laut

Air laut mempunyai rasa yang asin , karena adanya kandungan garam NaCl.

Kadar garam NaCl yang terdapat pada air laut mencapai 3% sehingga pada

kondisi ini tidak memenuhi syarat sebagai air minum.

2. Air Atmosfer (air hujan)

Air hujan mempunyai sifat yang agresif terutama pada proses

pendistribusian yang dilakukan pipa-pipa penyalur sehingga memepercepat

terjadinya proses pengkaratan atau sering disebut dengan sifat korosif . Air

hujan juga mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap permukaan

sabun.

8
3. Air Permukaan

Berdasarkan Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya

Air menyatakan bahwa Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada

permukaan tanah.

4. Air Tanah

Air tanah adalah air yang berada dibawah permukaan tanah didalam zone

jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan

atmosfer. Air tanah terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam.

2. Mata Air

Mata air yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah

dengan hampir tidak dipengaruhi oleh musim, sedangkan kualitas atau

kuantitasnya sama dengan air dalam.

2.3 PROYEKSI PERTUMBUHAN PENDUDUK

Perhitungan pertumbuhan penduduk merupakan salah satu unsur penting

dalam perencanaan fasilitas publik. Menurut BPS, proyeksi penduduk merupakan

perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen laju

pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan (migrasi).

Ketiga komponen tersebut akan menentukan jumlah dan struktur umur penduduk

di masa depan. Klasifikasi kelas wilayah sesuai Permen PU No. 18 Tahun 2007

berdasarkan jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel berikut:

9
Tabel 2. 1 Klasifikasi Kelas Wilayah
Kategori Jumlah Penduduk Jumlah Rumah
No
Wilayah (Jiwa) (buah)
1 Kota > 1.000.000 >200.000
2 Metropolitan 500.000-1.000.000 100.000-200.000
3 Kota Besar 100.000-500.000 20.000-100.000
4 Kota Sedang 10.000-100.000 2.000-20.000
5 Kota Kecil Desa 3.000-10.000 600-2.000
Sumber: Permen PU No. 18 Tahun 2007

Perhitungan proyeksi penduduk yang umum digunakan oleh Badan Pusat

Statistik menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2007 adalah

metode geometrik dan aritmatika, berikut rumus metode geometrik:

Pn = P0  (1 + r ) n ......................................................................................... (1)

Pn : Jumlah penduduk tahun proyeksi (jiwa)

P0 : Jumlah penduduk saat ini (jiwa)

n : Selisih tahun proyeksi dengan tahun saat ini

r : Rasio pertumbuhan penduduk (%)

Berikut persamaan aritmatika:

Pakhir = Pawal  (1 + r(Takhir − Tawal) ) (2)

Pawal : Jumlah Penduduk Awal

Pakhir : Jumlah Penduduk Akhir

Tawal : Tahun Awal

Takhir : Tahun Akhir

10
2.4 SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

Kriteria teknis dalam perencanaan sistem distribusi air

bersih menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18

Tahun 2007 meliputi:

1. Perhitungan kebutuhan air bersih

2. Perencanaan jalur distribusi perpipaan

3. Perencanaan klasifikasi jaringan perpipaan, jenis pipa yang digunakan, dan

perlengkapan pipa

4. Pola jaringan perpipaan distribusi

5. Sistem pengaliran

6. Reservoir distribusi

7. Pompa

8. Perhitungan hidrolis

2.5 STANDAR KEBUTUHAN AIR BERSIH

Standar kebutuhan air bersih menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18

Tahun 2007 memiliki kriteria teknis diantaranya yaitu:

periode perencanaan, sasaran pelayanan, proyeksi jumlah penduduk, pertambahan

jumlah penduduk setiap tahun perkiraan, jumlah pengguna perhari, jumlah

kebutuhan air serta ketersediaan air. Kebutuhan air diklasifikasikan berdasarkan

aktifitas masyarakat yaitu domestik dan non domestik.

1. Kebutuhan Domestik

Kebutuhan domestik merupakan kebutuhan air yang digunakan untuk

11
keperluan rumah tangga seperti mandi, mencuci, memasak, dan keperluan

lainnya yang dibutuhkan untuk lingkup sambungan rumah tangga dan kran

umum. Kebutuhan domestik sangat bergantung pada banyaknya jumlah

penduduk yang diberi air. Besar standar kebutuhan air bergantung pada

standar yang digunakan serta kriteria pelayanan berdasarkan pada kategori

kota, karena setiap kategori kota memiliki kebutuhan air per orang per hari

yang berbeda. Kebutuhan domestik dirumuskan:

Qd = Mn  S ..................................................................................... (3)

Di mana:

Qd : Kebutuhan Domestik (liter)

Mn : Jumlah Penduduk (jiwa)

S : Standar Kebutuhan air (liter/jiwa/hari)

2. Kebutuhan Non Domestik

Kebutuhan non domestik merupakan kebutuhan selain kebutuhan domestik

seperti untuk fasilitas sosial yang menunjang aktifitas sosial seperti rumah

sakit, tempat ibadah, sekolah, perdagangan, perkantoran dan lain

sebagainya. Perhitungan kebutuhan non domestik (Qnd) menggunakan

rumus:

Qnd = 30%  Qd ................................................................................. (4)

Kebutuhan air total merupakan hasil dari perhitungan kebutuhan air

domestik dijumlahkan dengan kebutuhan non domestik,

Q = Qd + Qnd ................................................................................. (5)

12
Debit air yang dialirkan menuju pelanggan akan mengalami kehilangan hal

ini perlu diperhitungkan, mengingat banyak faktor yang dapat

mempengaruhi seperti kehilangan air karena kebocoran, operasi dan

pemeliharaan sistem penyedia air, hidran kebakaran. Besarnya kehilangan

air (Qkeh) yang dapat ditolerir berkisar antara 20%-30% dari seluruh

kebutuhan air.

Qkeh ........................................................................................................=

20%  Q .................................................................................................. (6)

Kebutuhan air bersih rumus diatas berdasarkan dari kriteria perencanaan

dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Standar Kebutuhan Air Bersih


KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH JIWA
500.000 100.000 20.000
No. URAIAN >1.000.000 S/D S/D S/D <20.000
1.000.000 500.000 100.000
METRO BESAR SEDANG KECIL DESA

Konsumsi unit
1. >150 150-120 90-120 80-120 60-80
sambungan rumah
(SR) L/o/h
Konsumsi unit
2. 20-40 20-40 20-40 20-40 20-40
hidran umum
(HU) L/o/h
Konsumsi unit
3. 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30
non domestik
L/o/h (%)
4. Kehilangan air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30
5. Faktor hari maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
6. Faktor jam puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
7. Jumlah jiwa per SR 5 5 5 5 5
8. Jumlah jiwa per HU 100 100 100 100 100

13
Sisa tekan di
9. 10 10 10 10 10
penyediaan distribusi
(mka)
10. Jam operasi 24 24 24 24 24

Volume reservoir (%
11. 20 20 20 20 20
max day demand)

50:50 s/d 50:50 s/d


12. SR:HR 80:20 70:30 70:30
80:20 80:20

13. Cakupan pelayanan *)90 90 90 90 **)70


(%)
*) 60% perpipaan, 30% non perpipaan
**) 25% perpipaan, 45% non perpipaan
Sumber: Gaspar, Wilhelmus, Sudiyo, 2015

2.6 FLUKTUASI KEBUTUHAN AIR

Fluktuasi kebutuhan air merupakan kebutuhan yang terjadi akibat dari

aktifitas penggunaan air. Kriteria tingkat kebutuhan air pada masyarakat dapat

digolongkan sebagai berikut (Ardiansyah, dkk, 2012):

1. Kebutuhan harian rata-rata

Kebutuhan harian rata-rata untuk domestik dan non domestik termasuk juga

kehilangan air. Besarnya dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata

perorang per hari dihitung dari banyaknya pemakaian air selama 24 jam.

Sehingga besarnya kebutuhan air rata-rata dapat dihitung dengan rumus:

Qrata-rata= Q − Qkeh ............................................................................... (7)

2. Kebutuhan air harian maksimum

Kebutuhan air harian maksimum adalah pemakaian air tertinggi pada hari

tertentu selama satu tahun. Kebutuhan air harian maksimum dapat

14
dirumuskan sebagai berikut:

Qmax = Fmax  Qrata-rata .................................................................... (8)

Dimana:

Fmax : Faktor pengali kebutuhan air maksimum

3. Kebutuhan air jam puncak

Kebutuhan air jam puncak merupakan pemakaian air tertinggi pada jam-jam

tertentu selama periode satu hari. Kebutuhan air jam puncak dirumuskan

sebagai berikut:

Qpeak = Fpeak  Qrata-rata ................................................................... (9)

Di mana:

Fpeak : Faktor pengali kebutuhan air jam puncak

2.7 KRITERIA DESAIN ALIRAN

Kriteria desain aliran dijadikan acuan yang digunakan sebagai perencanaan

distribusi air bersih, berikut merupakan kriteria desain aliran:

1. Kecepatan aliran air dalam pipa

Kriteria pipa distribusi berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007

disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2. 1 Kecepatan Aliran Air dalam Pipa


Kecepatan minimum V min 0,3-0,6 m/det
Kecepatan maksimum
Pipa PVC atau ACP Vmax 3,0-4,5 m/det
Pipa baja atau DCIP Vmax 6,0 m/det

15
2. Sisa tekan

Besar nilai sisa tekan menurut Zamzami, Azmeri dan Syamsidik dalam

Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan yaitu sebesar 5-80 meter.

3. Kehilangan Tekan

Besar nilai kehilangan tekan menurut Eka Wahyu Diana, Mohammad

Sholichin, Riyanto Haribowo dalam Jurnal Teknik Pengairan yaitu sebesar

0- 15 m/km.

2.8 KLASIFIKASI JARINGAN PERPIPAAN

Klasifikasi pipa distribusi berdasarkan SNI 7509:2011 adalah sebagai

berikut:

1. Pipa Induk

Kriteria desain yang umum digunakan untuk pipa induk adalah:

a. Diameter pipa minimum yaitu 6”

b. Kecepatan aliran minimum dan maksimum didalam pipa bergantung

pada jenis pipa.

c. Sisa tekan pada titik kritis tidak kurang dari 10 m.

d. Tekanan statis yang tersedia kurang dari 80 m.

e. Pipa tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen.

f. Dapat mengalirkan air sampai akhir tahap perencanaan dengan debit

puncak.

16
2. Pipa sekunder

Kriteria desain dari pipa sekunder adalah sebagai berikut:

a. Diameter pipa bergantung pada banyaknya sambugan yang melayani

konsumen

b. Kecepatan aliran minimum dan maksimum didalam pipa bergantung pada

jenis pipa.

c. Sisa tekan pada titik kritis tidak kurang dari 10 m.

d. Kualitas dan bahan pipa sama atau lebih rendah dari pipa induk

3. Pipa pelayanan

Kriteria desain pipa pelayanan adalah sebagai berikut:

a. Kecepatan aliran minimum dan maksimum didalam pipa bergantung

pada jenis pipa.

b. Sisa tekan tidak kurang dari 6 m.

2.9 JENIS PIPA

Pemilihan dan penggunaan pipa didasarkan atas faktor

yang mempengaruhi, berikut beberapa diantaranya:

1. Kemampuan dalam mengalirkan air

2. Waktu periode perencanaan

3. Kefleksiblean terhadap kondisi lingkungan terutama terhadap korosi.

4. Kekuatan dan daya tahan pipa terhadap tekanan baik dari dalam pipa

maupun dari luar pipa.

5. Daya tahan terhadap kualitas air yang disalurkan.

17
6. Ketersediaan ukuran diameter pipa di pasaran

7. kemudahan dalam pengadaan, pengangkutan, dan pemasangan pada daerah

pelayanan

8. harga dan biaya pemeliharaan pipa

Sehingga jenis pipa dapat dibedakan berdasarkan bahan dan daya tahannya

terhadap tekananan, berikut ini jenis pipa yang digunakan dalam distribusi air

berdasarkan bahan:

1. Asbestos Cement Pipe (ACP)

2. Cast Iron Pipe (CIP) dan Ductile Cast Iron Pipe (DCIP)

3. Galvanized Iron Pipe (GIP)

4. Steel Pipe

5. Prestressed Concete Pipe (PCP)

6. Polyvinyl Chloride Pipe (PVC)

Berikut ini jenis pipa berdasarkan daya tahan terhadap tekanan, dibedakan

dalam beberapa kelas diantaranya:

1. Kelas A, untuk pipa dengan daya tahan terhadap tekanan hingga 10 atm.

2. Kelas B, untuk pipa dengan daya tahan hingga 20 atm.

3. Kelas C, untuk pipa dengan daya tahan hingga lebih dari 30 atm.

2.10 JALUR PERPIPAAN AIR BERSIH

Pendistribusian air bersih dari jalur perpipaan diupayakan agar diperoleh

sistem pengaliran yang baik ke konsumen dengan memperhatikan beberapa hal

penting yaitu:

18
1. Perencanaan jaringan dengan biaya yang serendah mungkin, dalam hal ini

dipilih jalur yang paling dekat dan diameter pipa kecil.

2. Pengoperasian menggunakan enegi yang minimal, dalam hal ini

memanfaatkan tinggi muka tanah sebagai sumber energi (secara gravitasi).

3. Tercapainya syarat-syarat hidrolis

4. Tingkat keberlanjutan pelayanan yang maksimal.

5. Kemudahan dalam pemasangan, pemeliharaan, dan pengoperasiannya.

Adapun kriteria teknis yang perlu diperhatikan dalam

perencanaan perpipaan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 18 Tahun 2007:

1. Pemilihan lokasi untuk penempatan jalur pipa baiknya memperhatikan

keadaan profil muka tanah di daerah perencanaan agar menghindari medan

yang sulit sehingga tidak memerlukan perlengkapan yang terlalu banyak

dan teknis yang sulit. Medan yang sulit dimaksudkan terjadinya banjir,

tanah longsor dan gempa bumi yang dapat mengakibatkan pecahnya pipa.

2. Pemasangan pipa, baiknya mengikuti pola jalan raya atau jalan umum

sehingga memudahkan dalam pemasangan dan pemeliharaan pipa. Namun

dimininalkan jalur pipa melintasi jalan raya, sungai atau permukaan yang

kurang stabil untuk menjadi dasar pipa, dan daerah yang menjadi sumber

kontaminasi pengairan.

3. Pemasangan pipa juga baiknya menghindari belokan tajam baik arah

horisontal maupun vertikal.

4. Pemanfaatan muka tanah sebagai pengaliran yaitu secara gravitasi

19
diharapkan menghindari penggunaan pompa. Namun apabila jalur

membutuhkan pompa dalam pengairannya maka katup atau tangki

pengaman harus dapat mencegah terjadinya water hammer.

2.11 PERLENGKAPAN SISTEM PIPA

Sistem distribusi dapat berfungsi dan berjalan dengan baik tentunya dengan

dukungan dari perlengkapan pipa yang dibutuhkan, berikut merupakan

perlengkapan pipa berdasarkan SNI 7509:2011:

1. Sambungan

2. Gate valve

3. Blok penahan

4. Pipa penguras

5. Pipa udara

6. Manhol

7. Meter air

2.12 SISTEM PENGALIRAN

Sistem pengalliran atau distribusi air bersih dapat dilakukan dengan tiga

cara yaitu cara gravitasi, cara pemopaan maupun gabungan antara keduanya.

Berikut penjelasan menurut Tri Joko dalam buku Unit Air Baku dalam Sistem

Penyediaan Air Minum (2010):

1. Cara gravitasi, cara ini dapat digunakan pada daerah yang sumber airnya

memiliki elevasi lebih tinggi dari daerah pelayanan, sehingga besar tekanan

20
cukup untuk mengalirkan air hingga ke konsumen yang dilayani.

2. Cara pemompaan, cara ini digunakan dengan maksud untuk mendorong air

secara langsung dari reservoir menuju daerah pelayanan. Pompa sangat

efektif dalam menjangkau daerah pelayanan yang leboh luas, namun akan

sangat merugikan jika pompa mengalami kerusakan sehingga air tidak dapat

tersalurkan seluruhnya.

3. Cara gabungan, cara ini merupakan gabungan dari kedua cara sebelumnya

yaitu gravitasi dan pemompaan di mana penggunaan resevoir sebagai

cadangan air yang disimpan dengan mempertahankan tekanan yang

diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misal

terjadinya kebakaran atau tidak adanya energi.

2.13 POLA JARINGAN DISTRIBUSI

Perencanaan pola jaringan distribusi yang diterapkan pada suatu daerah

harus ditentukan oleh beberapa aspek diantaranya yaitu:

1. Jumlah penduduk dan sosial ekonomi, kondisi jumlah penduduk dan

ekonomi penduduknya akan menentukan jumlah dan ukuran pipa yang akan

dipasang sebagai pelayanan.

2. Topografi, keadaan topografi akan berpengaruh terhadap penyediaan

distribusi air dengan penyesuaian besaran tekanan yang disalurkan.

3. Pemilihan jalur pipa, pemilihan jalur pipa yang baik akan menghasilkan

kemudahan dalam pemasangan, pelaksanaan, dan pemeriksaan pipa serta

meminimalkan rintangan yang ada.

21
Sistem jaringan pipa distribusinya memiliki beberapa cara atau metode,

berikut merupakan cara distribusi menurut Tri Joko (2010):

1. Pola cabang, pola ini merupakan cara distribusi dengan cara

menghubungkan pipa distribusi utama dengan pipa distribusi sekunder yang

kemudian dihubungkan dengan pipa pelayanan ke konsumen. Pola cabang

yang hanya bergantung pada pipa induk ini merupakan aliran air searah, di

mana dimensi pipa dari pipa induk akan semakin mengecil hingga ke hilir.

Pola cabang banyak digunakan pada daerah perkotaan dan daerah dengan

topografi berbukit.

2. Pola lingkaran (loop), pola ini merupakan sistem distribusi yang berbentuk

melingkar yang saling terhubung antara satu dengan yang lain, berbeda

dengan pola cabang yang alirannya satu arah, pola melingkar memiliki lebih

dari satu arah pengaliran sehingga tidak terdapat titik mati. Pola lingkaran

banyak digunakan pada daerah dengan topografi yang cenderung memiliki

jaringan jalan saling berhubungan dan elevasi tanah yang relatif datar dan

luas.

3. Pola gabungan, pola ini merupakan sistem distribusi gabungan antara pola

cabang dan pola lingkaran di mana karakteristik daerah pelayanan yang

sedang berkembang dan memiliki elevasi yang bervariasi.

2.14 RESERVOIR

SNI 7509 Tahun 2011 menjelaskan bahwa reservoir merupakan tempat

penyimpanan air sementara sebelum didistribusikan kepada pelanggan atau

22
konsumen. Reservoir menyimpan kelebihan air dari pipa transmisi saat penggunaan

air pelanggan berada di bawah rata-rata penggunaan air harian sehingga dapat

digunakan saat permintaan air pada jam puncak. Kemampuan reservoir juga dilihat

dari kemampuannya dalam melayani konsumen selama 24 jam. Reservoir memiliki

dua jenis tergantung dari peletakan reservoir terhadap muka tanah, yaitu elevated

reservoir (reservoir atas/ menara air) dan ground reservoir (reservoir bawah) yang

umumnya terbuat dari beton bertulang. Volume reservoir sendiri bergantung pada

volume air yang harus ditampung pada saat pemakaian minimum ditambah volume

air yang harus disediakan pada saat pengaliran jam puncak karena adanya fluktuasi

pemakaian air di wilayah pelayanan dan perioda pengisian reservoir. Fasilitas

pelengkap reservoir adalah sebagai berikut:

1. Pompa

2. Inlet

3. Penutup

4. Manhole

5. Tangga

6. Outlay

2.15 EPANET

Epanet (Environmental Protection Agency Network) adalah sebuah program

komputer (model) yang melaksanakan simualsi hidraulik dan perilaku kualitas air

di dalam suatu jaringan pipa distribusi air minum (pipa bertekanan). Suatu jaringan

distribusi air minum terdiri dari pipa-pipa, node (percabangan pipa), pompa, tangki

23
air atau reservoir dan katup-katup. Output yang dihasilkan dari program EPANET

antara lain debit yang mengalir dalam pipa (lt/dtk), tekanan air dari masing-masing

titik/node/junction yang dapat dipakai sebagai analisa dalam menentukan operasi

instalasi, pompa dan reservoir. (Modul 9 Pengenalan Program Epanet). Penggunaan

Epanet dalam perencanaan jaringan perpipaan berdasarkan Modul 9 Pengenalan

Program Epanet diataranya adalah sebagai berikut:

1. Didesain sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan pergerakan air

serta degradasi unsur kimia yang ada dalam air di pipa distribusi

2. Dapat digunakan sebagai dasar analisis dan berbagai macam sistem

distribusi, detail desain, model kalibrasi hidrolik, analisa sisa khlor dan

beberapa unsur lainnya.

3. Dapat membantu menentukan alternatif strategis managemen dalam sistem

jaringan pipa distribusi air bersih.

Data yang dimasukkan kedalam program Epanet 2.2 yaitu:

1. Peta jaringan

2. Node/ junction/ titik dari komponen distribusi

3. Elevasi

4. Panjang pipa distribusi

5. Diameter dalam pipa

6. Jenis pipa yang digunakan

7. Jenis sumber air

8. Spesifikasi pompa

24
9. Beban masing-masing node

10. Faktor fluktuasi pemakaian air

11. Konsentrasi khlor di sumber

Serta data yang dikeluarkan atau output dari program Epanet 2.2 yaitu:

1. Hidrolik head masing-masing titik

2. Tekanan dan kualitas air

2.16 DEMNAS

DEM adalah data digital yang menggambarkan geometri dari bentuk

permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri dari himpunan titik-titik koordinat

hasil sampling dari permukaan dengan algoritma yang mendefinisikan permukaan

tersebut menggunakan himpunan koordinat (Tempfli, 1991). DEM Nasional

dibangun dari beberapa sumber data meliputi data IFSAR (resolusi 5m),

TERRASAR-X (resolusi 5m) dan ALOS PALSAR (resolusi 11.25m), dengan

menambahkan data Masspoint hasil stereo-plotting. Resolusi spasial DEMNAS

adalah 0.27-arcsecond, dengan menggunakan datum vertikal EGM2008. Data

DEMNAS yang dirilis dipotong sesuai dengan Nomor Lembar Peta (NLP) skala 1:

50.000 atau 1: 25.000, untuk setiap pulau atau kepulauan (Badan Informasi

Geospasial, 2021).

25

Anda mungkin juga menyukai