Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya
sehingga makalah ini dapat terwujud. Paparan materi yang kami sajikan dalam makalah ini
mengacu pada “asuhan keperawatan harga diri rendah”.
Makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya agar dapat dimengerti oleh seluruh
pembacanya. Namun kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
saran pembaca sangat kami harapkan untuk pembuatan makalah berikutnya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan. Harapan kami kiranya
makalah ini bermanfaat serta meningkatkan mutu dan daya saing pendidikan kesehatan.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang...............................................................................................................1
B. Tujuan penulisan...........................................................................................................1
BAB VIIPENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………............………....…..49
B. Saran ...........................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................50
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU RI No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, Kesehatan Jiwa adalah
kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Pada pasal
70 menjelaskan bahwa pasien dengan gangguan jiwa mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa
di fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau, mendapatkan pelayanan kesehatan
jiwa sesuai dengan standar pelayanan kesehatan jiwa, mendapatkan jaminan atas ketersediaan
obat psikofarmaka sesuai dengan kebutuhannya. (Kementerian Kesehatan RI, 2016)
World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 450 jutaorang diseluruh
dunia mengalami gangguan mental. Terdapat sekitar 10% orang dewasa mengalami
gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada
usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara
keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% ditahun 2030 (Wakhid, 2013).
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi gangguan jiwa adalah melakukan
upaya meningkatkan pandangan pada dirinya berbentuk penilaian subjektif individu terhadap
dirinya, perasaan sadar dan tidak sadar, persepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh.
Pandangan atau penilaian terhadap diri meliputi, ketertarikan talenta dan keterampilan,
kemampuan yang dimiliki, kepribadian-pembawaan, dan persepsi terhadap moral yang
dimiliki. (Muhith, 2015)
B. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar harga diri rendah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan teoritis harga diri rendah
3. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada kasus harga diri rendah
4. Mahasiswa mampu mejelaskan strategi pelaksanan pada klien dan keluarga dengan
harga diri rendah
5. Mahasiswa mampu menjelaskan analisa proses interaksi pada klien dengan harga diri
rendah
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negatif
tentang kemampuan dirinya.Harga diri rendah situasional yaitu evaluasi diri negatif yang
berkembang sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang
yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif.(Fitria, 2013)
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap dirinya sendiri menyebabkan
kehilangan rasa percaya diri, pesimis, dan tidak berharga dikehidupan. (Dermawan, D., 2013)
Harga diri rendah adalah evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
disertai kurangnya perawatan diri, tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak
menunduk, berbicara lambat dan suara lemah.(Suerni, Keliat, 2013)
B. Rentang Respon Harga Diri Rendah
1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Respon adaptif terdiri dari aktualisasi dan konsep diri positif. Aktualisasi
diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.Konsep diri positif adalah apabila
individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari
hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.(Prabowo, 2014)
2. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu lagi
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Respon maladaptif dapat berupa harga diri
rendah, keracuan identitas, dan dipersonalisasi. Harga diri rendah adalah individu yang
cenderung untuk menilai dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang
lain.Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.Depersonalisasi (tidak mengenal diri)
tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak
dapat membina hubungan baik dengan orang lain.(Prabowo, 2014)
C. Faktor Penyebab Harga Diri Rendah
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah yaitu :
1. Perkembangan individu
Perkembangan Individu yang meliputi :
Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai kemudian
dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula untuk mencintai
orang lain.
Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang – orang tuanya atau
orang tua yang penting/ dekat dengan individu yang bersangkutan.
Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna, orang tua atau
orang terdekat sering mengkritik serta merevidasikan individu.
Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa rendah diri.
2. Ideal diri
Ideal diri meliputi yaitu :
Individu selalu dituntut untuk berhasil.
Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi atau stresor pencetus dari munculnya harga diri rendah mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:
Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga merasa
malu dan rendah diri.
Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan,
bencana alam dan perampokan. Respon terhadap trauma pada umumnya akan
mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya adalah represi dan denial.
c. Perilaku
Dalam melakukan pengkajian, perawat dapat memulai dengan mengobservasi
penampilan klien, misalnya kebersihan, dandanan, pakaian yang kemudian perawat
mendiskusikannya dengan klien untuk mendapatkan pandangan klien tentang
gambaran dirinya.Harga diri yang rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.Umumnya disertai
oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.
C. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan harga diri rendah
situasional yang tidak diselesaikan atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah
mendapatkan feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin
kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu menjadi
harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada
pada situasi yang penuh dengan stressor, individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak
tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan
fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan
fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi
dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.
Proses terjadinya harga diri rendah dapat juga dimulai dari akibat faktor predisposisi
yang diantaranya pengalaman kanak-kanak yang merupakan faktor kontribusi pada gangguan
konsep diri, arah yang tidak menerima kasih sayang, individu yang kurang mengerti akan arti
dan tujuan kehidupan akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri, penolakan
orang tua, harapan realistis. Selain faktor predisposisi, faktor presipitasi juga salah satu
penyebab terjadinya harga diri rendah yang diantaranya pola asuhan anak yang tidak cepat
atau dituruti, kesalahan dan kegagalan berulang kali, cita-cita yang tidak dapat dicapai gagal,
bertanggung jawab tehadap diri sendiri.
D. Mekanisme Koping Harga Diri Rendah
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertaahanan tersebut mencakup berikut ini :
a. Mekanisme koping jangka pendek yang terdiri dari :
Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri (misalnya,
konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif).
Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara (misalnya, ikut serta
dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng).
Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas)
b. Mekanisme koping jangka panjang mencakup berikut ini :
Penutupan identitas seperti, adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu
Identitas negatif seperti, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,isolasi, proyeksi,
pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk)
E. Penatalaksanaa Harga Diri Rendah
1. Psikofarmako
a. Cloppromazine (CPZ)
Indikasi untuk sindrom psikologis yaitu berat dalam kemampuan menilai realistis,
kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku
aneh.Efek samping sedasi, gangguan otonomik dan endokrin
b. Haloperidol (HPL)
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realistis dalam fungsi netral serta
fungsi kehidupan sehari-hari.
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
c. Trihexypheridyl (THP)
Indikasi : Segala jenis penyakit parkinson, termasuk pascaenchepalitis dan idiopatik
Efek samping : hpersensitive terhadap trihexyphenidyl, psinosis berat, psikoneurosis,
dan obstruksi saluran cerna
2. Psikoterapi
a. Terapi okupasi/ rehabilitasi
Terapi terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas
terpilih sebagai media.Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang direncanakan sesuai
tujuan.
b. Terapi psikososial
Rencana pengobatan skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan dan kekurangan
pasien. Selain itu sebagai strategi penurunan stress dan mengenal masalah dan
perlibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.
c. Psikoterapi
Psikoterapi dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan individual atau
kelompok serta bimbingan yang praktis.
3. Manipulasi lingkungan
a. Bersikap menerima psien dan negatifismenya
b. Melibatkan pasien dalam aktivitas kelompok dan aktivitas di ruangan
c. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengerjakan tugas dan tanggungjawabnya
sendiri.Misalnya, menata tempat tidur, membersihkan alat makan, dan minum obat.
d. Memberikan umpan balik positif untuk tugas-tugas yang dilakukan secara mandiri
F. Prinsip Tindakan Keperawatan Harga Diri Rendah
1. Diskusi
2. Wawancara
3. Menganalisa data
BAB III
TINJAUAN ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian
1. Identitas
Biasanya meliputi nama klien ( idntitas ), umur, jenis, kelamin, agama, alamat
lengkap, tanggal masuk, No. MR, penanggung jawab, keluarga yang bisa dihubungi.
2. Alasan Masuk
Biasanya klien mengkritik diri sendiri, pearasaan tidak mampu, pandangan hidup
pesimis, tidak menerima pujian, penurunan produktifitas, penolakan terhadap
kemampuan diri, kurang memprhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera
makan berkurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara
lambat dengan nada bicara lemah.
3. Faktor Predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan
criminal.Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami
gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan.
4. Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien.
5. Psikososial
Biasanya klien mengalami HDR cenderung menarik diri dari lingkungan
sekitar,biasanya klien bersepsi terhadap dirinya,biasanya klien memiliki rasa frustasi
tidak mampu melakukan peran nya seperti orang normal lainnya,biasanya pandangan
dan keyakinan klien HDR terhadap gangguan jiwa sesuai dengan budaya dan agama
yg dianut,biasanya klien tidak medekatkan diri dengan yang maha kuasa.
6. Hubungan Sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa
dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat,
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain.
7. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan.
8. Status Mental
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak
rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik /
berpakaian terhadap status psikologis klien.
9. Kebutuhan Persiapan Pulang :
a. Makan
Observasi frekuensi,jumlah,variasi,macam(suka/tidak suka/pantangan)dan cara
makan. Observasi kemampuan klien dalam menyiapakan dan membersihkan alat
makan.
b. BAB/BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK,pergi menggunakan dan membersihkan
wc dan merapikan pakaian nya.
c. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci
rambut,gunting kuku, dan observasi kebersihan tubuh.
d. Istirahat dan tidur
Observasi lama dan waktu tidur siang/tidur malam,persiapan sebelum tidur seperti,
menyikat gigi,cuci kaki dan berdo’a, kegiatan sesudah tidur,seperti, merapikan tempat
tidur, mandi/cuci muka dan menyikat gigi.
e. Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat:frekuensi,jenis,dosis,waktu,dan cara pemberiaan,serta
reaksi obat.
10. Mekanisme Koping :
a. Koping adaptif dapat berupa bicara pada orang lain, mampu menyelesaikan
masalah, teknik relaksasi, aktifitas kontruksi, olah raga dan lain lain
b. Koping maladaptive dapat berupa minum alcohol, reaksi lambat/berlebihan, bekerja
berlebihan, menghindar dan mencerai diri.
11. Masalah Psikososial :
a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik dari rumah sakit,teman akrab dan
orang tua
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik klien mengatakan lebih senang
menyendiri dari pada ngobrol dengn temannya.
c. Masalah dengan pendidikan, spesifik klien mengatakan mahasiswa Emputantular
jurusan TIK smester III, dan sekarang masih cuti.
d. Masalah dengan perkerjaan, spesifik klien mengatakan belum memiliki perkerjaan
dan masih kuliah.
e. Masalah dengan perumahan, spesifik klien mengatakan tidak memiliki masalah di
rumah kecuali dengan ayahnya.
f. Masalah dengan ekonomi, spesifik klien mengatakan merasa malu karena masih
meminta uang dengan orang tuanya, itu di karenakan klien belum berkerja.
g. Masalah dengan dukungan lingkungan, spesifikklien mengatakan tidak punya
masalah dengan lingkungan tetapi kadang klien merasa malas bergaul.
12. Masalah keperawatan yaitu Gangguan konsep diri : harga diri rendah dan isolasi
social
13. Pengetahuan : Penyakit Jiwa dan faktor presifitasi serta masalah keperawatan kurang
pengetahuan dalam merawat diri sendiri
14. Aspek Medis :
Diagnosa medik : Skizofaranoid
Therapy medis : Stelazine 5 mg 3 x 1 tablet
Tryhexsipindile (THD) 2 mg 3 x 1 tablet
CP2 (Clopamizine) 100 mg 1 x 1 tablet
B. Daftar Masalah
Adapun masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan harga diri
rendah adalah sebagai berikut:
1. Harga diri rendah
2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
3. Isolasi sosial
4. Koping individu tidak efektif
5. Resiko tinggi perilaku kekerasan
C. Pohon Masalah Harga Diri Rendah
Resiko Tinggi Perilaku Kekerasa
Effeck
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Isolasi Sosial
Causa
Koping Individu Tidak Efektif
E. Rencana Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Harga diri Pasien mampu : Setelah 2-4x SP 1 Pasien : Pengkajian dan
rendah 1. Meningkatkan pertemuan : latihan kegiatan positif yang
kepercayaan diri Klien mampu dimiliki klien yang pertama
yang dimiiki meningkatkan harga
1. Identifikasi
klien dan melatih diri dengan cara :
pandangan/penilaian pasien
klien sesuai 1. Mengkaji
tentang diri sendiri dan
kemampuannya kemampuan yang
pengaruhnya terhadap orang
melalui tindakan dimiliki klien serta
lain, harapan yang telah
keperawatan melatih kegiatan dicapai dan belum tercapai,
sehingga klien pertama upaya yang dilakukan untuk
tidak lagi merasa 2. Latihan kegiatan mencapai harapan yang belum
putus asa dan kedua yang telah terpenuhi.
lebih berarti disepakati 2. Identifikasi kemampuan
2. Melakukan 3. Latihan kegiatan melakukan kegiatan dan aspek
kegiatan kedua ketiga positif ( buat daftar kegiatan )
3. Melakukan 4. Latihan kegiatan 3. Bantu pasien menilai kegiatan
kegiatan ketiga ke empat yang yang dapat dilaksanakan saat
4. Melakukan telah disepakati ini ( pilih dari daftar kegiatan
kegiatan ke klien yang dapat dilaksanakan ).
empat 4. Buat daftar kegiatan yang
dapat dilaksanakan saat ini.
5. Bantu pasien memilih salah
satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk
dilatih.
6. Latih kegiatan yang dapat
dipilih ( alat dan cara
melakukannya ).
7. Masukkan kegiatan yang telah
dilatih pada jadwal kegiatan untuk
latihan.
8.
9. SP 2 Pasien : Strategi pelaksaan
pertemuan 2 pada pasien
dengan melatih kegiatan positif
yang ke 2
1. Evaluasi tanda dan gejala
harga diri rendah
2. Validasi kemampuan pasien
melakukan kegiatan pertama
yang telah di latih. Beri pujian
3. Evaluasi manfaat melakukan
kegiatan pertama
4. Bantu pasien memilih kegiatan
kedua yang akan dilatih
5. Latih kegiatan kedua (alat dan
cara)
6. Masukkan latihan kedua dalam
jadwal kegiatan harian
SP 4 Pasien : Strategi
Pelaksanaan pertemuan 4 pada
pasien
SP 3 keluarga : Membuat
perencanaan pulang bersama
keluarga
1. Evaluasi kegiatan yang telah
dilatih keluarga langsung
kepada pasien
2. Anjurkan untuk melakukan
kegiatan positif pasien ketika
dirumah
3. Keluarga membantu melatih
pasien melakukan kegiatan
positif yang dilakukan pasien
selama dirumah sakit ketika
sudha berada dirumah
F. Implementasi Keperawatan
Petunjuk dalam implementasi yaitu intervensi dilakukan sesuai dengan rencana,
keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan efisien
dalam situasi yang tepat, serta dokumentasi intrvensi dan respon klien.
G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan
tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
a.Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil
tindakan yang telah dilakukann
b. Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang
dilakukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :
S :Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A :Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah tetap
atau muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P :Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 21 tahun
Alamat : Jl. Taratak no 10
Tgl. Dirawat : 06Juli 2017
Tgl. Pengkajian : 07 Juli 2017
Keterangan:
X : Meninggal
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pasien hanya tinggal dengan ibunya
karena kakaknya sudah berkeluarga dan ayahnya sudah meninggal. Pasien diasuh oleh ibu
kandungnya dan pengambilan keputusan juga diambil oleh ibunya sendiri karena ayah
pasien sudah meninggal 10 tahun yang lalu.
2. Konsep diri
a). Citra /gambaran tubuh :Pasiensangat menyukai postur tubuhnya yang
memiliki berat ideal dan hidung yang mancung serta kulit putih.
b). Identitas diri :Pasien mengetahui namanya adalah ‘T’ tinggal di taratak,
berjenis kelamin perempuan dan belum menikah. Pasien merupakan anak ke dua
dari dua bersaudara. Pasien senang menjadi seorang perempuan karena perempuan
itu anggun. Pasien kuliah disalah satu perguruan tinggi swasta dengan jurusan yang
diinginkannya.
c). Ideal diri :Pasien mengatakan ia ingin cepat sembuh dari penyakit yang
dialami, segera keluar dari RSJ dan berkumpul bersama keluarga terutama ibu.
Pasien juga berharap untuk secepatnya mengikuti perkulihan dan terhindar dari
hinaan teman-teman satu kampus.
d). Peran diri :Pasien mengatakan jika dirumah ia sebagai anak kedua dan
tinggal bersama ibu. Masalah yang dihadapi ibu diceritakan kepada pasien karena
tidak adanya sosok seorang ayah dalam rumah tersebut. Pasien dengan senang hati
selalu memberikan suport dan selalu mendampingi ibu ketika dalam masalah.
e). Harga diri:Pasien merasa malu dan tertekan dengan penyakitnya karena
orang lain sering mengucilkan dan terkadang takut kepadanya.
Masalah keperawatan: klien mengalami harga diri rendah situasional.
3. Hubungan sosial
a) Orang yang berarti : Pasien mengatakan orang terdekatnya adalah ibunya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat : Pasien mengatakan tidak
pernah mengikuti kegiatan di masyarakat karena pasien merasa dikucilkan oleh teman
sebaya di lingkungannya.
c) Hambatan dala berhubungan dengan orang orang lain : Pasien tidak memiliki
hambatan dalam bersosialisasi.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
4. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan : Pasien mengatakan Allah SWT adalah tuhannya. Kejadian
pada dirinya saat ini merupakan kehendak tuhan. Tetapi masyarakat ada
beranggapan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa dianggap penyakit yang
dapat menular sehingga orang dengan gangguan jiwa dihindari atau dikucilkan.
b) Kegiatan ibadah : Pasien melakukan solat 5 waktu sehari semalam karena solat
tersebut wajib bagi umat muslim.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VI. Status Mental
1. Penampilan
Pasien berpakaian rapi, rambut bersih, gigi terdapat karies, tubuh bersih tidak berbau
dan cara berpakaian sudah sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Pasien nyambung jika diajak bicara, dan suara sedikit keras.
Masalah keperawatan : tidak ada masaalah keperawatan
3. Aktifitas motorik
Saat dilakukan wawancara pasien terlihat bersemangat tidak tegang dan tidak ada reaksi
yang berlebihan.
Masalah keperawatan:tidak ada masalah keperawatan
4. Alam perasaan
Pasien mengatakan sedih karena ketika pasien dirumah sakit ibu pasien tinggal dirumah
sendirian dan klien merasa khawatir jika ibunya mengalami masalah kepada siapa ibu
akan bercerita.
Masalah keperawatan: Ansietas
5.Afek
Afek adekuat dibuktikan dengan saat pasien diajak bercerita tentang hal-hal yang
menyenangkan pasien nampak tersenyum, sebaliknya ketika pasien diajak bercerita hal
yang menyedihkan pasien terlihat sedih.
Masalah keperawatan:tidak ada masalah keperawatan
6.Interaksi selama wawancara
Pasien saat ditanya dapat menjawab dengan benar, namun disaat dia ingin melakukan
aktivitas lain pasien akan meninggalkan tempat sehingga sering pergi disaat
wawancara.
Masalah keperawatan:isolasi sosial
7.Persepsi
Pasien mengatakan tidak mendengar atupun melihat sesuatu yang tidak sesuai
kenyataan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
8. Proses pikir
Pasien menjelaskan apa yang ditanyakan secara baik dan segala tujuan tercapai
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
9. Isi pikir
Pasien tidak menganggap dirinya secara berlebihan dan dapat menjelaskan tentang
dirinya sesuai dengan kenyataan.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
Pasien tidak bingung dan tidak mengalami disorientasi baik orang, tempat maupun
waktu.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Pasien dapat menjelaskan kegiatan hari ini dan sebelumnya dengan baik.
Masalah keperawatan:tidak ada masalah keperawatan
12.Tingkat kosentrasi dan berhitung
Pasien mampu menjawab saat ditanya 9 + 3 yaitu 12 dan pasien pun dapat
berkonsentrasi dengan baik saat ditanya.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Pasien belum menyadari dan menilai bahwa suatu masalah yang dilakukan dengan
marah-marah itu sangat merugikan dirinya sendiri dan oarang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
14.Daya tilik diri
Pasien mengatakan menerima keadaan dirinya yang sedang sakit, pasien hanya merasa
depresi atas perlakuan orang terhadapnya yang kadang tidak bisa menerima
keadaannya.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
VII. Kebutuhan persiapanpulang
1. Makan
Klien mampu mempersiapkan makanan, menjaga kerapian dan mencuci peralatan
makan dengan baik.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
2. BAB/BAK
Pasien dapat BAB/BAK secara mandi dan menjaga kebersihan setelah BAB/BAK.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.Mandi
Pasien dapat melakukan aktivitas mandi secara mandiri. Pasien mampu membedakan
peralatan mandi, dan pasien mampu menentukan waktu kapan harus mandi.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
4. Berpakain/ berhias
Pasien dapat melakukan aktivitas berpakai dan berhias secara mandiri. Pasien dapat
membedakan warna yang senada ketika berpakaian dan berhias sewajarnya saja.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
5.Istirahat dan tidur
Klien tidak pernah tidur siangdan tidur malam lama 6 jam karena klien sering bermain
gedget sebelum tidur dan akan tertidur ketika lelah bermain gedget. Klien jarang
melakukan kebersihan diri sebelum tidur seperti mencuci muka ataupun menggosok
gigi sehingga klien sering mimpi buruk ketika tidur.
Masalah keperawatan:gangguan pola tidur
6. Penggunaan obat
Pasien minum obat yang telah disediakan oleh perawat dengan kooperatif.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7.Pemeliharaan kesehatan
klien mengatakan ketika dirinya sakit tidak pernah ke rumah sakit, namun pergi beli
obat ke apotik atau pun kewarung.
Masalah keperawatan : konflik pengambilan keputusan
8.Kegiatan di dalam rumah
Klien mampu mempersiapkan menjaga kebersihan rumah, memasak makanan,
menjaga kerapian dan mencuci pakaian secara mandiri.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
9. Kegiatan di luar rumah
Klien belanja kebutuhan sehari-hari dibantu oleh orang tua sedangkan klien mampu
menggunakan transportasi secara mandiri seperti memakai kendaraan jika berpergian.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
DS:
DO:
5. DS:
DO :
Isolasi Sosial
Pasien saat ditanya dapat menjawab dengan
benar, namun disaat dia ingin melakukan
aktivitas lain pasien akan meninggalkan tempat
sehingga sering pergi disaat wawancara.
pasien hanya melakukan kegiatan kelompok
yang sudah direncanakan oleh perawat. Diluar
kegiatan itu hanya pasien habis kan dikamar dan
tiduran atau hanya duduk
6. DS: Ansietas
DO:
7. DS:
menggosok gigi.
Klien mengatakan sering mimpi buruk ketika
tidur.
DO:
8. DS:
Kurang Pengetahuan
SP 4 Pasien : Strategi
Pelaksanaan pertemuan 4 pada
pasien
1. Evaluasi tanda dan gejala
harga diri rendah
2. Validasi kemampuan
melakukan kegiatan pertama,
kedua dan ketiga. Beri pujian
3. Evaluasi manfaat melakukan
kegiatan pertama, kedua dan
ketiga
4. Bantu pasien memilih kegiatan
keeempat yang akan dilatih
5. Latih kegiatan ke empat ( alat
dan Cara )
6. Masukkan kegiatan ke empat
dalan jadwal kegiatan harian
SP 3 keluarga : Membuat
perencanaan pulang bersama
keluarga
1. Evaluasi kegiatan yang telah
dilatih keluarga langsung
kepada pasien
2. Anjurkan untuk melakukan
kegiatan positif pasien ketika
dirumah
3. Keluarga membantu melatih
pasien melakukan kegiatan
positif yang dilakukan pasien
selama dirumah sakit ketika
sudha berada dirumah
Padang, 16 Desember 2018
Kelompok
BAB V
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
HARGA DIRI RENDAH
c. kontrak
Topik
Baiklah buk sesuai janji kita kemaren,hari ini kita jam 8 kita berjumpa
lagi.tentang, kita akan latihan mencuci piring di dapur"
Tempat
Waktunya sekitar 15 menit.Mari kita ke dapur!"
2. Fase Kerja
“T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air
untuk membilas., T bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan
lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.
"Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu
sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T bersihkan
piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci
piring.Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun
sedikitpun di piring tersebut.Setelah itu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih
tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai”
"Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya"
3. Fase Terminasi :
a. Evaluasi subjektif dan objektif
"Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring?bagus sekali bu,
b.RTL
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari"
"T. Mau berapa kali T mencuci piring?Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah
makan.
c. Kontrak yang akan dating
Topik
Baiklah ibu,cukup untuk hari ini Besok kita akan latihan untuk kemampuan
ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan
apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel"
Waktu
Mau jam berapa ?bagiman kalau jam 8
Tempat
Ibu maunya kita berbincang-bincang dimana ?bagaimana kalau kita di kamar?
baiklah buk besok saya akan kesini jam 8 pagi.sampai berjumpa besok
Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan
dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.
C. Strategi Pelaksanaan Pada Keluarga
Tindakan keperawatan pada keluarga Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan
harga diri rendah di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
A. Tujuan :
a. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
b. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
c. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
B. Tindakan keperawatan :
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
c. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji pasien
atas kemampuannya
d. Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
e. Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
f. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
g. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
1. Fase Orientasi :
"Selamat pagi !"perkenalkan nama saya willy febrianti yang merawat pasien T."
"Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?
"Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T?"
Berapa lama waktu Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!"
2. Fase Kerja :
"Ya memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada T, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan
dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki
masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu
negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan T ini terus menerus seperti itu, T bisa mengalami
masalah yang lebih berat lagi, misalnya T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih
mengurung diri"
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?"
"Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk T"
"Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang
sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan T)"
"T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta telah
dibuat jadual untuk melakukannya.Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan T untuk
melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya
Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula
memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya."
"Selain itu, bila T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu memantau
perkembangan T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi,
bapak/Ibu dapat membawa T ke puskesmas"
"Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada T “
"Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang
mengatakan: Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring"
"Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus"
3. Fase Terminasi :
"Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan bagaimana cara
merawatnya?"
"Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik.Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari
lakukan seperti itu.Nanti di rumah juga demikian."
"Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian
langsung kepada T"
1. Fase Orientasi:
"Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti yang kita pelajari dua hari
yang lalu?"
2. Fase Kerja :
"Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya,
orang tua T juga ingin merawat T agar T cepat pulih."
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
“ Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak
Bapak/Ibu"(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti
yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
3. Fase Terminasi :
"Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada T"
"Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan
cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu"
"Sampai jumpa"
1. Fase Orientasi :
"Karena hari ini hari terakhir kunjungan saya, maka kita akan membicarakan jadwal Tselama
di rumah"
"Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor"
2. Fase Kerja :
"Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit.Coba diperhatikan, apakah semua dapat
dilaksanakan di rumah?
"Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama T dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan
dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya"
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh T selama
di rumah. Misalnya kalau T terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif
terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi lagi maka bawa segera ke Rs untuk pengobatan lanjut"
"Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan T selama di rumah"
3. Fase Terminasi :
"Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian . Ini surat rujukan
untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau
ada gejala yang tampak.Silakan selesaikan administrasinya.
BAB VI
ANALISIS PROSES INTERAKSI
K:iya buk
P: ibuk,saya
praktek di sini
setiap hari
selama 2
minggu.dari jam
08:00 sampai
14;00 nanti kita
akan sama-sama
membahas
masalah yang
ibuk
rasakan.mudah-
mudahan saya Merasa
masalahnya,unt T untuk
5. uk itu saya Tetap kontrak
K: iya buk
P:
ibuk,bagaimana
perasaannya
hari ini,apakah
semalam
tidurnya
nyenyak atau
tidak?
P: merasa baik-
baik saja
.bisakan ibuk
menceritakan
mulanya kenapa
sampai ibuk
dibawa kerumah
sakik
K: saya merasa
dicaci karena
saya tidak
sempurna, saya
lagi tidak ingin
menceritakan
secara jelas
sekarang saya
lagi lapar dan
capek
P: Baiklah
mungkin ibu
mau istirahat
dan
makan,pertemua
n kita cukup
dulu besok kita
lanjutjan
pembicaraannya
kita lanjutkan
besok ?
bagaimna
apakah ibuk
setuju?
K:iya buk
P: bagus sekali
sudah mau
bercerita dengan
saya besok kita
bertemu
lagi.terimakasih
buk,selamat
siang
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harga diri rendah merupakan semua pemikiran, penilaian, keyakinan dan kepercayaan
individu terhadap dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga diri
tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam
dirinya sendiri dengan orang terdekat dan realitas dunia.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri.
B. Saran
Dalam proses keperawatan hendaknya selalu menerapkan ilmu dan kiat keperawatan
sehingga pada saat menerapkan tindakan keperawatan secara profesional dan hendaknya
meningkatkan komunikasi terapeutik terhadap klien sehingga asuhan keperawatan dapat
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo,E.2014.KonsepAsuhanKeperawatanJiwa.Yogyakarta :Nuhamedika.
Sari,Kartika.2015.PanduanLengkapPraktikKlinik Keperawatan Jiwa.Jakarta:TransMedia
Dermawan,D.R. 2013. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:Salemba
Medika
Fitria, N. 2013.Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta:Salemba
Medika
Muhith, A. 2015.Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Purwanto, T. 2015.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
ii