Anda di halaman 1dari 1

Zeonith harus kehilangan dua permata mereka ketike terror melanda tanpa jeda.

Ledakan terjadi di
mana-mana hingga tak seorang pun bisa tidur nyenyak meski hanya satu malam.

Silvanna Ametrine tak pernah menyangkan bahwa dirinya akan terlibat ke tangah-tengah pertempuran
yang menghantam fisik dan mental. Sebuah titik teran tak kunjung ditemukan hingga kotanya hanya
tinggal debu berserakan.

Zeonith musnah. Bau amis darah menguar di mana-mana. Kota itu sekarang tak lebih dari kota mati.
Sebuah belati tetiba melesat, menggores pinggang Anna hingga darah mengalir bersama sakit yang kian
terasa.

“Tik..Tok…Tik…Tok.. Waktu Habis Anna.”

Lelaki itu berjalan mendekati Anna yang tengah berjongkok kesakitan. Menarik rambuat Anna dengan
kasar hingga wajahnya mendongak ke atas. Mendapati sosok bengis yang tak segan menghujamkan
belati pada wanita di hadapannya.

“Kau benci padaku? Sayang, wajah cantikmu tak bisa kumiliki.”

Satu sayatan mendarat ke pelipis Anna. Menyayatnya dengan kejam. Cairan merah segar itu mulai
bercucuran. Turun membasahi matanya terpejam. Terus mengalir menuju dagu hingga hingga menetes
ke jalan. Anna tak berdaya. Ia hanya bisa terdiam pasrah. Menungguh ajal menjemputnya secara
perlahan.

“Time’s out. Aku tak punya banyak waktu.”

Sesaat sebelum belati itu menancap di perutnya, Anna mengucap sumpah serapah. Mengutuk pria yang
sekarang tak bisa berada di sampinya. Diego Obsidian, dimanapun kau berada. Aku akan menghantuimu
seumur hidup

Anda mungkin juga menyukai