A. TUJUAN PERCOBAAN
• Mampu menjalankan peralatan ekstraksi di Politeknik dengan aman dan benar.
• Mampu memahami fenomena perpindahan massa (proses fisis ekstraksi).
• Mampu menghitung efisiensi tahap percobaan dan hasil ekstraksi (yield).
• Mampu menghitung kalor terpakai dari kukus (steam) oleh pemanasan pelarut.
B. ALAT YANG DIGUNAKAN
• Unit Leaching
• Termometer
• Gelas kimia 250 ml
• Ember plastik
• Stopwatch
• Selang plastik
• Kunci-kunci pembuka wadah
C. BAHAN YANG DIGUNAKAN
• 2 kg sereh wangi
• Air
D. DASAR TEORI
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari
padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik
karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa
mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika
bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi
berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut.
Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.
[Lucas, Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic
Chemistry].
Banyak proses biologi, inorganik dan substansi organik terjadi dalam
campuran dengan komponen yang berbeda dalam solid. Tujuannya adalah untuk
memisahkan campuran solute atau menghilangkan komponen solute yang tidak
diinginkan fase solid, solid dikontakkan dengan fase cair. Dua fase ini
dikontakkan dengan intim dan solute dapat mendifusi dari fase solid ke fase cair
yang mana menyebabkan pemisahan original komponen dalam solid. Proses ini
disebut liquid-solid leaching atau leaching sederhana. Istilah ekstraksi juga
digunakan untuk mendeskripsikan unit operasi, meskipun itu juga mengarah pada
liquid-liquid. Dalam leaching ketika komponen yang tidak diinginkan dihilangkan
dari solid dengan menggunakan air, proses ini disebut washing (pencucian)
(Geankoplis, 1997: 723).
Leaching ialah suatu perlakuan istimewa dalam satu atau lebih komponen
padatan yang terdapat pada suatu larutan. Dalam unit operasi, leaching
merupakan salah satu cara tertua dalam industri kimia, yang pemberian namanya
tergantung dari cara yang digunakan. Industri metalurgi ialah pengguna terbesar
operasi leaching ini. Dalam penggunaan campuran mineral dalam jumlah besar
dan tak terhingga, leaching dipakai sebagai pemisah. Contoh, tembaga yang
terkandung dalam biji besi dileaching dengan asam sulfat atau amoniak, dan emas
dipisahkan dengan larutan sodium sianida. Leaching memainkan peranan penting
dalam proses metalurgi alumunium, cobalt, mangan, nikel dan timah (Tim Dosen
Teknik Kimia, 2009: 45). Ektraksi padat-cair juga digunakan dalam industri
dalam manufaktur dari kopi instan untuk menutup kembali pelarut kopi dari
lingkungan sekitar.
Aplikasi lainnya dalam dunia industri termasuk ekstraksi inyak kacang
kedelai menggunakan hexane sebagai pelarut dan discovery dari uranium dari ores
low grade dengan ekstraksi dengan asam sulfur atau sodium karbonat (Foust dkk,
1980: 15-16). Bila zat padat itu membentuk massa terbuka yang permeabel atau
telus (permeable) selama proses leaching itu, pelarutnya mungkin berperkolasi
(mengalir melalui rongga- rongga) dalam hamparan zat padat yang tidak teraduk.
Dengan zat padat yang tak permeabel yang tersintrgasi pada waktu proses
leaching, zat padat itu terdispersi (tersebar) ke dalam pelarut, dan dipisah
kemudian dari pelarut itu. Kedua metode itu dapat dilaksanakan dengan sistem
tumpak (batch) maupun kontinu (sinambung) (Mc Cabe dkk, 1994: 80).
Ada empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam operasi ekstraksi:
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan ekstraksi. Semakin kecil
ukuran partikel maka areal terbesar antara padatan terhadap cairan
memungkinkan terjadi kontak secara tepat. Semakin besar partikel, maka
cairan yang akan mendifusi akan memerlukan waktu yang relative lama.
2. Faktor pengaduk
Semakin cepat laju putaran pengaduk partikel akan semakin
terdistribusi dalam permukaan kontak akan lebih luas terhadap pelarut.
Semakin lama waktu pengadukan berarti difusi dapat berlangsung terus
dan lama pengadukan harus dibatasi pada harga optimum agar dapat
optimum sehingga konsumsi energi tak terlalu besar. Pengaruh faktor
pengadukan ini hanya ada bila laju pelarutan memungkinkan.
3. Temperatur
Pada banyak kasus, kelarutan material akan diekstraksi akan
meningkat dengan temperatur dan akan menambah kecepatan ekstraksi.
4. Pelarut
Pemilihan pelarut yang baik adalah pelarut yang sesuai dengan
viskositas yang cukup rendah agar sirkulasinya bebas. Umumnya pelarut
murni akan digunakan meskipun dalam operasi ekstraksi konsentrasi dari
solute akan meningkat dan kecepatan reaksi akan melambat, karena
gradien konsentrasi akan hilang dan cairan akan semakin viskos pada
umumnya (Coulson, 1955: 721). Dalam biologi dan proses pembuatan
makanan, banyak produk yang dipisahkan dari struktur alaminya
menggunakan ekstraksi cair-padat. Proses terpenting dalam pembuatan
gula, leaching dari umbi-umbian dengan produksi minyak tumbuhan,
pelarut organic seperti hexane, acetone, dan lainnya digunakan untuk
mengekstrak minyak dari kacang kedelai, biji bunga tumbuhan dan lain-
lain. Dalam industri farmasi, banyak produk obat- obatan diperoleh dari
leaching akar tanaman, daun dan batang. Untuk produksi kopi instan, kopi
yang sudah dipanggang di leaching dengan air segar. Teh dapat larut
diproduksi dengan menggunakan pelarut air dan daun teh (Geankoplis,
1997: 724-725).
1. Dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat dicampur beberapa
kali dengan pelarut segar di dalam sebuah tangki pengaduk. Larutan ekstrak
yang terbentuk setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh
gaya berat) atau penyaringan (dalam sebuag alat yang dihubungkan dengan
ekstraktor).Proses ini tidak begitu ekonomis, digunakan misalnya di tempat
yang tidak tersedia ekstraktor khusus atau bahan ekstraksi tersedia dalam
bentuk serbuk sangat halus, sehingga karena bahaya penyumbatan,ekstraktor
lain tidak mungkin digunakan.
2. Ekstraktor yang sebenamya adalah tangki-tangki dengan pelat ayak yang
dipasang di dalamnya. Pada alat ini bahan ekstraksi diletakkan diatas pelat
ayak horisontal. Dengan bantuan suatu distributor, pelarut dialirkan dari atas
ke bawah. Dengan perkakas pengaduk (di atas pelat ayak) yang dapat
dinaikturunkan, pencampuran seringkali dapat disempurnakan, atau rafinat
dapat dikeluarkan dari tangki setelah berakhirnya ekstraksi. Ekstraktor
semacarn ini hanya sesuai untuk bahan padat dengan partikel yang tidak
terlalu halus.
Yang lebih ekonomis lagi adalah penggabungan beberapa ekstraktor
yang dipasang seri dan aliran bahan ekstraksi berlawanan dengan aliran
pelarut. Dalam hal ini pelarut dimasukkan kedalam ekstraktor yang berisi
campuran yang telah mengalami proses ekstraksi paling banyak. Pada setiap
ekstraktor yang dilewati, pelarut semakin diperkaya oleh ekstrak.Pelarut akan
dikeluarkan dalam konsentrasi tinggi dari ekstraktor yang berisi campuran
yang mengalami proses ekstraksi paling sedikit. Dengan operasi ini pemakaian
pelarut lebih sedikit dan konsentrasi akhir dari larutan ekstrak lebih tinggi.
Cara lain ialah dengan mengalirkan larutan ekstrak yang keluar dari
pelat ayak ke sebuah ketel destilasi, menguapkan pelarut di situ,
menggabungkannya dalam sebuah kondenser dan segera mengalirkannya
kembali ke ekstraktor untuk dicampur dengan bahan ekstraksi. Dalam ketel
destilasi konsentrasi larutan ekstrak terus menerus meningkat. Dengan metode
ini jumlah total pelarut yang diperlukan relatif kecil. Meskipun demikian,
selalu terdapat perbedaan konsentrasi ekstrak yang maksimal antara bahan
ekstraksi dan pelarut. Kerugiannya, adalah pemakaian banyak energi karena
pelarut harus diuapkan secara terus menerus.
Pada ekstraksi bahan-bahan yang peka terhadap suhu terdapat sebuah
bak penampung sebagai pengganti ketel destilasi. Dari bak tersebut larutan
ekstrak dialirkan ke dalam alat penguap vakum (misalnya alat penguap pipa
atau film). Uap pelarut yang terbentuk kemudian
dikondensasikan,pelarut didinginkan dan dialirkan kem bali ke dalam
ekstraktor dalam keadaan dingin.
F. LANGKAH KERJA
a. Membuka katup – katup air pendingin V1 dan V2 ke kondensor
b. Membuka tutup wadah dan memasukkan kertas saring disusul 1 Kg umpan
kedelai
c. Mengatur sudut sifon antara 60 0C
d. Memasukan air dingin kewadah umpan samapai terdapat air mengalir
melalui sifone ke labu utama dan mengambil air tersebut melalui
pembuangan dibawah wadah, mencatat sebagai B dan menutup wadah
kembali
e. Mengisi labu utama dengan pelarut (air + etanol) sebanyak ± 40 liter dan
menutup kembali labu utama