Anda di halaman 1dari 35

STRATEGI PELAKSANA GANGGUAN KONSEP DIRI

Dosen Pembimbing : Ridha Mardiyani, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Nadia Dewi Anzhani SNR 19214062


2. Yosepa Wike SNR 19214058

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER B

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH

PONTIANAK

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan Ramat-
Nya, yaitu berupa nikmat kesehatan sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan Makalah ini. Penulisan Makalah ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperaawatan jiwa

Makalah ini dapat diselesaikan atas proses bimbingan. Untuk itu kami
berterima kasih kepada Ibu Ridha Mardiyani, M.Kep selaku pembimbing yang
telah memberikan arahan kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah kami dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu,
terutama dalam pendidikan keperawatan dan kesehatan lainnya khususnya ilmu
keperawatan jiwa.

Pontianak, 15 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang...............................................................................4

B. Rumusan Masalah..........................................................................4

C. Tujuan.............................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

A. Definisi dari Konsep Diri...............................................................6

B. Komponen  Konsep Diri.................................................................6

C. Rentang Respon Konsep Diri.......................................................13

Rentang Respons Konsep Diri...............................................................................13

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri........................14

E. Penyebab Gangguan Konsep Diri................................................16

F. Masalah Keperawatan Gangguan Konsep Diri............................17

G. Asuhan Keperawatan Konsep Diri...............................................29

BAB 3....................................................................................................................35

PENUTUP..............................................................................................................35

A. Kesimpulan...................................................................................35

B. Saran.............................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep


diri. Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam
setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat
yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan
manusia dari makhluk hidup lainnya.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang


merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang
memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia
sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut
kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan
yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara
individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan
sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan
individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk
diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting untuk seorang perawat
memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih dahulu baru bisa
memahami klien.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi konsep diri ?


2. Apa saja komponen konsep diri ?
3. Bagaimana klasifikasi konsep diri ?
4. Bagaimana pohon masalah ?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
6. Apa saja hambatan dalam membangun konsep diri
7. Bagaimana asuhan keperawatan tentang konsep diri

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan  Konsep Diri.


2. Untuk mengetahui komponen- komponen dari Konsep Diri.
3. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien  Konsep Diri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dari Konsep Diri


Menurut Burns (2008), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan
keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984),
mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri
keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan,
persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut.

Cawagas (2005) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh


pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya,
motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya,
dan sebagainya.

 Stuart dan Sudeen (2008), konsep diri adalah semua ide, pikiran,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara


seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran,
kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari
sebagai hasil pengalaman yang unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan
orang terdekat, dan dengan realitas dunia.

D. Komponen  Konsep Diri
Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian konsep diri
tersebut dikemukakan oleh Stuart & Sudeen (2008), yang terdiri dari:
a. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat
diperoleh individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya,
menyadari individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Identitas
diri merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut
atau jabatan dan peran. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas
diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan
tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek
pada diri sendiri), kemampuan dan penguasaan diri. Identitas berkembang
sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri.
Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek
terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.
Ciri individu dengan identitas diri yang positif:
1) Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain.
2) Mengakui jenis kelamin sendiri.
3) Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu
keselarasan.
4) Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
5) Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
6) Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat dicapai/ direalisasikan
(Suliswati dkk, 2005).
b. Gambaran Diri (Body Image)
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari
atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai
ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh
sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi
dan pengalaman-pengalaman baru. Citra tubuh harus harus realistis
karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu akan
lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan. Individu yang menerima
tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri tinggi dari pada
individu yang tidak menyukai tubuhnya.
Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting
pada aspek psikologisnya. Individu yang stabil, realistis dan konsisten
terhadap citra tubuhnya akan memperlihatkan kemampuan mantap
terhadap realisasi yang akan memacu sukses di dalam kehidupan
(Suliswati dkk, 2005).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi gambaran diri
seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi
gambaran diri. Stresor-stresor tersebut dapat berupa :
1) Operasi.
Seperti: mastektomi, amputsi, luka operasi yang semuanya
mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti
operasi plastik, protesa dan lain – lain.
2) Kegagalan fungsi tubuh.
Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan
depersonlisasi yaitu tidak mengkui atau asing dengan bagian tubuh,
sering berkaitan dengan fungsi saraf.
3) Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fngsi tubuh.
Seperti sering terjadi pada klien gangguan jiwa , klien
mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda
dengan kenyataan.

4) Tergantung pada mesin.

Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi


sebagai tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan
balik engan penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan.
5) Perubahan tubuh berkaitan
Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang
akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan
bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan
respon negatif dan positif.
6) Umpan balik interpersonal yang negatif
Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa
celaan, makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.
7) Standard sosial budaya
Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-
setiap pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan
dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri
individu, seperti adanya perasaan minder.
Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat
menunjukan tanda dan gejala, seperti :
1) Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap
dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.
Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas.
Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh
membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti
mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan
keseimbangan diri.
2) Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan
, tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara
emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan
keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
3) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan
atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan
reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah
proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara
menetap maka respon klien dianggap maladaptif sehingga terjadi
gangguan gambaran diri yaitu :
1) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.
2) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3) Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
4) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
5) Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
6) Mengungkapkan keputusasaan.
7) Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh. (Salbiah, 2003).

c. Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia


seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat
berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau disukainya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri akan
mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma
sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian
diri. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa kanak-kanak dipengaruhi
oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan harapan atau
tuntutan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu
menginternalisasikan harapan tersebut dan dan akan membentuk dasar
dari ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses
identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua
akan dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan
fisik dan perubahan peran dan tanggung jawab.

Individu cenderung menetapkan tujuan yang sesuai dengan


kemampuannya, kultur, realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas.
Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek terhadap diri,
tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samar atau kabur. Ideal
diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu
mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang
membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan
dan keseimbangan mental. Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri :
1) Menetapkan ideal diri sebatas kemampuan.
2) Faktor kultur dibandingkan dengan standar orang lain.
3) Hasrat melebihi orang lain
4) Hasrat untuk berhasil.
5) Hasrat untuk memenuhi kebutuhan realistikhasrat menghindari
kegagalan.
6) Adanya perasaan cemas dan rendah diri. (Suliswati dkk, 2005)
d. Peran Diri
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan
yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu
didalam kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk berperan
serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas
dengan memvalidasi pada orang yang berarti. Setiap orang disibukan oleh
beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu
sepanjang daur kehidupan. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari
peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri ( Suliswati
dkk, 2005). Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu
terhadap peran:
1) Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.
2) Tanggapan yang konsisten dari orang-orang yang berarti terhadap
perannya.
3) Kecocokan dan keseimbangan antar peran yang diembannya.
4) Keselarasan norma budaya dan harapan individu terhadap perilaku.
5) Pemisahan situasi yang akan menciptakan penampilan peran yang
tidak sesuai.
e. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart &
Sudeen, 1998). Frekuensi tujuan akan menghasilkan harga diri yang
rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka
cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan
orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari
orang lain (Keliat, 1992).
Karakteristik gangguan harga diri meliputi : tampak atau
tersembunyi, menyatakan kekurangan dirinya, mengekspresikan rasa
malu atau bersalah, menilai diri sebagai individu yang tidak memiliki
kesempatan, ragu-ragu untuk mencoba sesuatu/situasi yang baru,
mengingkari masalah yang nyata pada orang lain, melemparkan tanggung
jawab terhadap masalah, mencari alasan untuk kegagalan diri, sangat
sensitive terhadp kritikan, merasa hebat (Stuart, 2007).
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah meliputi:
mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas,
destruktif yang diarahkan pada orang lain, gangguan dalam berhubungan,
rasa diri penting yang berlebihan, perasaan tidak mampu, mudah
tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan negative mengenai
tubuhnya sendiri, pandangan hidup yang pesimis, kecemasan (Stuart,
2007). Harga diri ada 2 macam : harga diri rendah kronis dan harga diri
rendah situasi (Carpenito, 2001 ).
1) Harga diri rendah kronis adalah suatu kondisi penilaian diri yang
negatif berkepanjangan pada seseorang atas dirinya. Karakteristiknya
antara lain :
Mayor: untuk jangka waktu lama / kronis :Pernyataan negatif atas
dirinya, ekspresi rasa malu / bersalah, penilaian diri seakan-akan
tidak mampu menghadapi kejadian tertentu, ragu-ragu untuk
mencoba sesuatu yang baru.
Minor: Seringnya menemui kegagalan dalam pekerjaan, tergantung
pada pendapat orang lain, presentasi tubuh buruk, tidak asertif
bimbang,dan sangat ingin mencari ketentraman.
2) Harga diri rendah situasional suatu keadaan dimana seseorang
memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang dirinya dalam
berespon terhadap peristiwa (kehilangan, perubahan).
Karakteristiknya :
Mayor: Kejadian yang berulang / berkala dari penilaian diri yang
negatif dalam berespon terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara
positif, menyatakan perasaan negatif tentang dirinya ( putus asa,
tidak berguna).
Minor: Pernyataan negatif atas dirinya, mengekspresikan rasa
mal/bersalah, penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa/situasi
kesulitan membuat keputusan, mengesolasi diri.

E. Rentang Respon Konsep Diri


Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu perubahan dalam Citra
Tubuh, Ideal Diri, Harga Diri, Peran dan Identitas. Rentang individu terdapat
konsep diri berfluktuasi sepanjang rentang respons konsep diri yaitu adaptif
sampai maladaptif.
Rentang Respons Konsep Diri

Keterangan :

1. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2. Konsep diri positif : apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal –hal positif maupun
yang negative dari dirinya.
3. Harga diri rendah : individu cenderung untuk menilai dirinya negative
dan merasa lebih rendah dari orang lain.
4. Identitas kacau : kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek
identitas masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi: perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri adalah (Tarwoto &
Wartonah, 2003) :
a. Tingkat perkembangan dan kematangan
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa
pertumbuhan seseorang manusia dari kecil hingga dewasa. Pengalaman,
pola asuh serta perlakuan orang tua serta lingkunganya turut memberikan
pengaruh terhadap pembentukan Konsep diri. Sikap atau respon dari
orang tua dan lingkunganya akan menjadi bahan informasi bagi anak
untuk menilai siapa dirinya.

b. Budaya

Pada usia anak-anak nilai akan diadopsi dari orang tua, kelompok
dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa
anak lebih dekat pada lingkungannya.
c. Sumber eksternal dan internal
Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh
terhadap Konsep Diri. Pada sumber internal misalnya, orang yang
humoris koping individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya
adanya dukungan dari masyarakat, dan ekonomi yang kuat.
d. Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan
Konsep Diri, demikian pula sebaliknya.
e. Stresor
Stresor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru,
ujian dan ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan
menimbulkan Depresi, menarik diri, dan kecemasan.
f. Usia, dan trauma
Usia tua akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap dirinya.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih mudah percaya dari
orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat
dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Makin tua umur seseorang
rnakin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang
dihadapi. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan akan merubah
perilaku seseorang dalam menghadapi lingkungan disekitarnya, seseorang
akan cenderung tertutup dan koping terhadap masalah tidak efektif
dikarenakan kurangnya komunikasi dengan orang lain.
g. Pendidikan
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan, klien
dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasinya dan
menggunakan koping yang efektif serta konstruktif dari pada seseorang
dengan pendidikan rendah. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah
serta berlangsung seumur hidup.
h. Pekerjaan
Seseorang yang mempunyai pekerjaan yang penting dan
memerlukan aktifitas, maka akan merasa sangat terganggu apabila
kehilangan kegiatan pekerjaan, hal ini penyebab timbulnya kecemasan
dan akan mempengaruhi perannya di masyarakat.
i. Status perkawinan
Seseorang yang telah menikah akan lebih mempunyai rasa
percaya diri dan ketenangan dalam melakukan kegiatan, karena mereka
pernah mengalami menjadi bagian dari keluarga, maupun sebagai
anggota masyarakat, sehingga diharapkan dapat memahami
keberadaannya.

G. Penyebab Gangguan Konsep Diri


Beberapa hal yang dapat menyebabkan gangguan konsep diri (Stuart
& Sundeen, 1995 dalam Abdul Muhith (2015)) :
H. Masalah Keperawatan Gangguan Konsep Diri
Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi di mana individu
mengalami kondisi pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya
sendiri yang negatif.

1. Gangguan Citra Tubuh


Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh
yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna, dan objek yang sering kontak dengantubuh.
Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam penerimaan dini akibat
adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya secara fisik. Persepsi
tubuh secara fisik berkaitan dengan bagaimana kita mempersepsikan diri
kita secara fisik. Klien dengan gangguan citra tubuh mempersepsikan
saat ini dia mengalami sesuatu kekurangan dalam menjaga integritas
tubuhnya dimana dia merasa ada yang kurang dalam hal integritas
tubuhnya sehingga ketika berhubungan dengan lingkungan sosial merasa
ada yang kurang dal am struktur tubuhnya. Persepsi yang negatif akan
struktur tubuhnya ini menjadikan dia malu berhubungan dengan orang
lain. Klien tidak menerima gambaran diri yang sebenarnya terutama
terjadi saat ini. Pada klien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan
citra tubuh sangat mungkin terjadi Stresor pada tiap perubahan adalah
perubahan ukuran tubuh berat badan yang turun akibat penyakit, tindakan
invasif, seperti operasi, suntikan di daerah pemasangan infus. Perubahan
struktur sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan
pemasangan alat di dalam tubuh. Perubahan fungsi berbagai peny akit
yang dapat menubah sistem tubuh keterbatasan gerak, makan, kegiatan.
Pemasangan alat pada tubuh klien seperti; infus, traksi, respirator, suntik,
pemeriksaan tanda vital, dan lain-lain (Keliat, 1994).
2. Gangguan Ideal Diri
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar
dicapai, tidak realistis, ideal diri yang samar dan tidak jelas serta
cenderung menuntut. Pada klien yang dirawat di rumah sakit karena
sakit, maka ideal dirinya dapat terganggu atau ideal diri klien terhadap
hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai (Keliat, 1994).
3. Gangguang Harga Diri
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan. Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri
rendah dan dapat terjadi secara: I) situasional, yaitu terjadi trauma yang
tiba-tiba, misalnya hanus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi
(korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba), dan 2) kronik,
yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat klien telah mempunyai cara berpikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya (Keliat, 1994)

4. Gangguan Peran
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi
peran yang disebabkan oleha penyakit, proses menua, putus sekolha,
putus hubungan kerja. Perubahan fungsi peran atau bahkan berhentinya
fungsi peran yang biasanya dilakukan tersebut menyebabkan seseorang
harus menyesuaikan dengan suasana baru sesuai dengan peran pengganti
yang didapatkan seseorang harus mampu menyeseuaikan dengan kondisii
yang dialami setalah kehilangan fungs peran yang biasa dilakukan. Pada
klien yang sedang dirawat di rumah sakit, otomatis peran sosial klien
berubah menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah: peran
dalam kel uarga, peran dalam pekerjaan/sekolah, peran dalam berbagai
kelompok, dan klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan
selama dirawat di numah sakit atau setelah kembali dari rumah sakit,
klien tidak mungkin melakukan perannya yang biasa (Keliat, 1994).
5. Gangguan Indentitas
Adalah kekaburan/ketidakpastian memandang diri sendiri, penuh
dengan keragu-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mamp
mengambil keputusan. Hal ini sering terjadi pada klien berpe- nyakit fisik
yang dirawat di rumah sakit karena tubuh klien dikontrol oleh orang lain.
Misalnya: pelaksanaan pemeriksaan dan pelaksanaan tindakan tanpa
penjelasan dan persetujuan klien, untuk "self care" perlu dibantu orang
lain sehingga otonomi/kemandirian terganggu. Klien yang dirawat di
rumah sakit berubah peran menjadi peran sakit sehing- ga perannya
sehari-hari tidak dapat dijalankan (Keliat, 1994).
I. Asuhan Keperawatan Konsep Diri
Standar asuhan keperawatan atau standar praktik keperawatan
mengacu pada standar praktik profesional dan standar kinerja profesional.
Standar praktik profesional di Indonesia telah dijabarkan oleh PPNI (2009).
Standar praktik profesional tersebut juga mengacu pada proses keperawatan
jiwa yang terdiri dari lima tahap standar yaitu: 1) pengkajian, 2) diaynosis, 3)
perencanaan, 4) pelaksanaan (implementasi), dan 5) evaluasi (PPNI, 2009).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan pasien (lyer et.al, 1996).

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang

objektif dan teramati serta bersifat subjektif dan dunia dalam

pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan harga diri yang

rendah, kerancuan identitas, dan depersonalisasi.

2) Faktor yang mempengaruhi peran adalah stereotipik peran seks,

tuntutan peran kerja, dan harapan peran kul tural.

3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi

ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan

perubahan dalam struktur sosial.

b. Stresor Precipitasi

1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau

menyaksikan kejadian mengancam kehidupan.


2) Ketegangan peran hubungan dengan peran atau posisí yang di-

harapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada

tiga jenis transisi peran: transisi peran perkembangan, transisi

peran situasi, dan transisi peran sehat /sakit

c. Sumber-Sumber Koping

Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber

koping, meliputi: aktifitas olahraga dan aktifitas lain di luar rumah,

hobi dan kerajinan tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan

perawatan diri, pekerjaan atau posisi, bakat tertentu, kecerdasan,

imajinasi dan kreativitas serta hubungan interpersonal.

d. Mekanisme Koping

1) Pertahanan koping dalam jangka pendek

2) Pertahanan koping dalam jangka panjang

3) Mekanisme pertahanan ego

Untuk mengetahui persepsi seseorang tentang dirinya, maka orang


tersebut harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Penedektan dan pertanyaan dalam pengkajiansesuai dengan faktor
yang dikaji :
2. Diagnosis Keperawatan Konsep Diri

Dari pengkajian seluruh komponen konsep diri, dapat disimpulkan

masalah keperawatan, yaitu:

a. Gangguan harga diri: harga diri rendah situasional atau kronik

b. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citratubuh

c. Keputusasaan berhubungan dengan harga diri rendah


d. Gangguan harga diri, harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri

tidak realistis

e. Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri

renIsolasi sosial; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

f. Gangguan identitas personal

g. Ketidakberdayaan

h. Risiko perilaku kekerasan

3. Tindakan Keperawatan

Fokus tindakan adalah pada tingkat penilaian kognitif pada

kehidupan yang terdiri dari persepsi, keyakinan, dan kepribadian.

Kesadaran klien akan emosi dan perasaannya juga hal yang penting

Setelah mengevaluasi penilaian kognitif dan kesadaran perasaan, klien

menyadari masalah dan kemudian merubah perilaku. Prinsip asuhan yang

diberikan adalah pemecahan masalah yang terlihat dari kemajuan klien

meningkat ke tingkat berikutnya, meningkatkan keterbukaan dan

hubungan saling percaya, menurunkan ancaman dari sikap perawat

terhadap klien, dan membantu klien memperluas dan menerima semua

aspek kepribadiannya.

a. Tindakan peneimaan yang tidak kaku.

b. Dengarkan klien

c. Dorong klien mendiskusikan pikiran dan perasaannya

d. Beri respon yang tidak menghakimi


e. Tuniukkan bahwa klien adalah individu vane berharua vane

bertanggung jawab terhadap dirinya dan dapat membantu dirinya

sendiri.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan
dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya
yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang
kontak secara terus menerus ( anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi
roda) dengan tubuh. Ideal diri adalah persepsi individual tentang bagaimana
dia harus berperilaku berdasarkan standart, tujuan, keinginan atau nilai
pribadi tertentu. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Identitas
diri pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, berkesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.

J. Saran
Kita harus mengerti, tahu dan memahami apa itu ”Gangguan Konsep
Diri”. Agar tindakan serta penanganan terhadap masalah ini dapat tercapai
sesuai dengan keinginan.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,


1999

Perry & Potter.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume 1,Edisi 4.


Jakarta: EGC.

Potter, Perry. 2005. “ Buku Ajar Fundamental Keperawatan “. EGC : Jakarta.

Robbins, SP.(2001).Organizational Behavior. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Stuart, Gail Wiscarz, Buku Saku Keperawatan jiwa. Jakarta .EGC, 1998

Sunaryo. 2004. “ Psikologi untuk Keperawatan”. EGC : Jakarta

Swanburg, R.(1990).Management And Leadership For Nursing Managers.


Boston: Jones and barlet publisher

Wong L. Donna, Hockenberry-Eaton Marilyn, dkk. 2008. “ Buku Ajar


Keperawatan Pediartik Vol.1”. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai