Anda di halaman 1dari 12

TEKNOLOGI FARMASI

SEDIAAN LIKUIDA II

A. EMULSI
Definisi dan Persyaratan Umum Suspensi
Farmakope Indonesia V
Sistem terdiri dari 2 fase yaitu fase minyak dan fase air yang tidak saling
campur. Fase terdispers terdispersi dalam bentuk tetesan-tetesan halus pada fase
pendispers

Komponen dan Tipe Emulsi

Emulsi minyak dalam air (o/w) Emulsi air dalam minyak (w/o)
Fase terdispersi : minyak Fase terdispersi : air
Fase kontinu : air Fase kontinu : minyak
Zat pengemulsi : tragakan, gelatin, Zat pengemulsi : ca. palmitat, span
natrium lauril sulfat, trietanolamin stearat
Contoh : emulsi oral Contoh : mentega

Komponen Tambahan Emulsi

Pengawet Metil/etil/butil/propil paraben


Asam benzoat
Senyawa amonium kwartner
Antioksidan Askorbat (vitamin C)
Tocoferol (Vitamin E)
Asam sitrat
Asam galat
Propil galat
Cara Pembuatan Emulsi
Metode Kontinental (Gom Kering)
Emulgator (gom) dicampur dengan minyak + air (1 ½ x gom) untuk membentuk
korpus emulsi > Encerkan dengan sisa air
Metode Inggris (Gom Basah)
Emulgator (umumnya larut) ditambahkan kedalam air > membentuk mucilago +
minyak perlahan-lahan > Encerkan dengan sisa air
• Bila sebagian minyak sudah terserap dan membentuk masa yang kental
akan sulit menyerap minyak berikutnya > solusinya encerkan lagi dengan
sedikit air baru tambahkan lagi minyak sedikit2 sampai membentuk korpus
> Gerus 1-3 menit baru encerkan dengan sisa air.
Metode Botol Fobres (Metode Botol)
Minyak + emulgator (serbuk) masukan kedalam botol kering + 2 bagian air > tutup
botol dan kocok kuat > Tambahkan sisa air sedikit2 sambil dikocok
• Digunakan untuk minyak atsiri dan zat2 bersifat seperti minyak dan
mempunyai viskositas rendah

Kerja Emulgator

Mencegah koalesensi → ditambahkan emulgator/surfaktan


Menstabilkan emulsi → menempati antar permukaan antara tetesan dan batas
eksternal → mengurangi tegangan antar permukaan → meningkatkan proses
emulsifikasi selama pencampuran.
Jenis-jenis Emulgator

Emulgator Alami (Tipe O/W)


• Minyak leman 10% jumlah
emulsi
• PGA/gom yang digunakan ½
Dengan lemak kali jumlah lemak, kecuali
Oleum Ricini 1/3 x nya
• Air yang digunakan untuk
korpus emulsi 1 ½ x PGA
Dengan Parafin
liquidum, balsam,
kreosot, guaicol
dan lemak padat • PGA/gom yang digunakan 1 x
(cera, oleum jumlahnya
cacao, parafin
solidum) dan
minyak atsiri
Dengan extractum
PGA • Gom 2,5,% dari total emulsi
spissum
Dengan minyak
lemak + minyak • Gom ½ x minyak lemak + 1 x
Dari atsiri + zat yang minyak atsiri + 1
tumbuhan larut dalam x zat larut dalam minyak
minyak
Dengan camphor,
menthol, thymol • Gom 5 x beratnya
dan salol
Dengan bahan obat
mempunyai BJ
• Digunakan gom ¾ x minyak,
tinggi
air 1 ½ x gom
(Bromoform,
Chloroform)
Dengan lecoris
• Gom 30 % dari bobot minyak
aseli (minyak ikan)
• Digunakan air corpus 20 x
Tragakan
tragakan
Agar- agar
Chondrus
Pektin,
metilselulosa, 1-2%
CMC
Vitellum ovi
Dari (kuning telur)
hewan Albumen ovi
Adeps lanae
Bentonit 5%
Dari
tanah Magnesium
mineral alumunium 1%
silikat

Emulgator Buatan (Tipe O/W dan W/O)

Tween, Span (surfaktan) dan Sabun

Nilai HLB

• Pengertian
- Menunjukkan perbandingan antara hidrofil dan lipofil
- Semakin besar HLB → semakin banyak kelompok hidrofil → emulgatir
lebih mudah larut
• Menghitung Nilai HLB
- Contoh soal : Pada pembuatan 100ml emulsi tipe o/w diperlukan emulgator
dengan harga HLB 12. Sebagai emulgator dipakai campuran Span 20 (HLB
8,6) dan tween 20 (HLB 16,7) sebanyak 5 gram. Berapa gram masing-masing
berat Span 20 dan Tween 20?
• Mengitung Nilai HLB Campuran
- Contoh soal :
Berapa HLB campuran dari resep berikut :
R/ Tween 80% 70% (HLB = 15)
R/ Span 80% 30% (HLB = 4,5)

• Nilai HLB beberapa surfaktan

Tween : ester dari sorbitan dengan asam lemak, mengandung ikatan eter
dengan oksi etilen
Span : ester dari sobitan dengan asam lemak

Cara Membedakan Tipe Emulsi

Pengenceran Fase • O/W : Diencerkan dengan air


• W/O : Diencerkan dengan minyak
Pewarnaan • O/W : Emulsi + larutan metylen blue/red
• W/O : Emulsi + larutan sudan III (berwarna merah)
Kertas Saring • O/W : Diteteskan pada kertas > terjadi noda air/basah
• W/O : Diteteskan pada kertas > terjadi noda minyak
Konduktivitas Listrik • O/W : Lampu neon nyala
• W/O : Lampu neon mati

Ketidakstabilan Emulsi
Creaming
Terpisahnya menjadi 2 lapisan, fase dispers menjadi bagian terbanyak dari lapisan
lain > Sifat reversibel (terdispersi kembali)
Koalesensi dan cracking (breaking)
Rusak/pecahnya emulsi karena bagian film yang meliputi partikel rusak. Butir
minyak berkoalesensi atau bersatu menjadi fase tunggal yang memisah.> sifat
ireversible (tidak terdispersi kembali)
• Hal ini terjadi karena peristiwa kimia , fisika dan biologi :
- Peristiwa kimia > karena penambahan alkohol; perubahan pH, penambahan
elektrolit (CaO/CaCl2 eksikatus)
- Peristiwa fisika > pemanasan, pendinginan, penyaringan, pengadukan
- Peristiwa biologi > terjadi fermentasi bakteri, jamur atau ragi
Inversi Fase
Peristiwa berubahnya tipe emulsi O/W menjadi W/O secara tiba-tiba atau sebaliknya
.> sifat ireversible (tidak terdispersi kembali)
• Penyebab diantaranya :
- Terjadinya perubahan suhu
- Menggunakan peralatan kotor
- Melakukan pencampuran yang tidak sesuai
- Adanya penambahan bahan yang mengubah
- kelarutan emulga
Evaluasi Fisik Sediaan Emulsi
Uji Evaluasi Syarat Pengujian (FI VI)
Organoleptik sediaan Idem sirup dan elixir
Evaluasi pH sediaan Idem sirup dan elixir
Bobot jenis Idem sirup dan elixir
Volume terpindahkan Idem sirup dan elixir
Viskositas Idem sirup dan elixir
Volume creaming • Dituangkan kedalam gelas ukur → Diamati selama 3
hari.
• Syarat : Creaming kecil dan tidak membentuk caking.
Homogenitas • Diteteskan ke kaca arloji.
• Syarat : ukuran partikel/globul seragam.
Kemampuan redispersi • Dimasukkan kedalam botol → dikocok dengan
membalikan botol 90° dan diamati.
• Syarat : terdispersi sempurna.
Uji tipe emulsi • Sediaan + sedikit perwarna (metilen blue).
• Syarat : emulsi o/w → pewarna larut, emulsi w/o →
pewarna tidak larut.
B. SUSPENSI
Definisi dan Prinsip Umum Suspensi
Farmakope Indonesia V
Suatu dispersi kasar 2 fase di mana partikel zat padat (umumnya diameter > 0,1
mikrometer) yang tidak larut terdispersi dalam suatu medium cair
Prinisp Kimia-Fisika
• Partikel tersuspensi tidak menggumpal dan terdistribusi merata di seluruh
sistem dispersi
• Mudah disuspensikan kembali dengan sedikit pengocokan jika mengendap

Metode Pembuatan

Metode Dispersi Serbuk yang terbagi halus didispersikan dalam cairan


pembawa (umum : air)
[NOTE]
- Sukar saat mendispersikan serbuk kedalam cairan
pembawa → karena adanya udara, lemak atau
kontaminan dalam serbuk
- Bila sudut kontak ± 90°C maka serbuk akan
mengambang → serbuk bersifat hidrofob
- Untuk menurunkan tegangan antar muka antara
partikel padat dan cairan pembawa → + wetting
agent
Metode Presipitasi 1. Zat yang akan didispersikan dilarutkan dalam pelarut
organik (etanol, propilenglikol dan polietilenglikol)
2. Larutan zat diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam
air → akan terbentuk endapan halus tersuspensi dengan
bahan pensuspensi.
[NOTE PERBEDAAN]
- Pada metode presipitasi dengan adanya pembasahan
serbuk maka didapatkan inti partikel yang lebih halus
sehingga dapat memperlambat rasio kekeruhan.
Sedangkan pada metode dispersi bahan langsung
didispersikan maka maka bentuk partikel masih kasar
maka mempercepat rasio kekeruhan (Lachman, 2008)

Definisi dan Tujuan Suspensi Rekonstitusi


Farmakope Indonesia V
Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan atau yang
dikonstitusikan dengan jumlah air untuk injeksi atau pelarut lain yang sesuai
sebelum digunakan.
Tujuan Pembuatan
• Untuk BA tidak stabil dalam air
• Menghindari masalah stabilitas fisik (perubahan pH/viskositas/bentuk
polimorf, inkom dengan bahan pembawa, caking)
• Formulasi sediaan menurunkan berat sediaan akhir

Perhitungan BA, Eksipien, dan Kelarutan dalam Sediaan Suspensi


Formula
Nama Zat dan kadar : Volume sediaan : 60 mL
1. Ibuprofen 100 mg/5mL
2. Natrium Benzoat 0,4% (Pengawet)
3. Natrium Sakarin 0,3% (Pemanis)
4. CMC-Na 1% (Pengental)
5. PPG 2% (Wetting agent)
6. NaCL 0,3% (Floculating agent)
7. Asam dan Natrium Sitrat (Dapar)
8. Pewarna Ungu 0,001%
9. Perisa Anggur 0,2%
10. Aquades
Perhitungan BA
Jumlah BA = Kadar BA x Volume sediaan yang digunakan
Kadar BA = Jumlah BA dalam volume sediaan x 100%

*Contoh
0,1 𝑔
Jumlah ibuprofen yang dibutuhkan= 𝑥 60 𝑚𝑙 = 1,2 𝑔
5 𝑚𝑙
1,2 𝑔
Kadar laktulosa = 60 𝑚𝑙 𝑥 100% = 2%

Perhitungan Eksipien
Kadar Eksipien = Kadar (%) x Volume sediaan yang digunakan

*Contoh
Nacl 0,3% (floculating agent ≤1%)
0,3 𝑔
Jumlah Nacl yang dibutuhkan = 𝑥 60 𝑚𝐿 = 0,18 𝑔
100

Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi


Uji Evaluasi Syarat Pengujian (FI VI)
Organoleptik sediaan Idem sirup dan elixir
Evaluasi pH sediaan Idem sirup dan elixir
Bobot jenis • Idem sirup dan elixir
• Syarat : mendekati BJ suspensi di pasaran 1-2,5 g/mL
Volume terpindahkan Idem sirup dan elixir
Viskositas • Idem sirup dan elixir
• Syarat : mendekati viskositas CMC-Na 400-800 cPas
Volume sedimentasi • Volume yang diisikan kedalam gelas ukur (Vo) dan
Perubahan (Vu) dicatat selama 5 hari.
𝑉𝑢
• Rumus : 𝑉𝑜
• Syarat : F =1 atau mendekati 1
Homogenitas • Diteteskan ke kaca arloji.
• Syarat : ukuran partikel/globul seragam.
Kemampuan redispersi • Dimasukkan kedalam botol → dikocok dengan
membalikan botol 90° dan diamati selama 3 hari
• Syarat : terdispersi sempurna.
Waktu rekonstitusi • Waktu rekonstitusi mulai dari pertama pengocokan
hingga serbuk terdispersi sempurna
• Syarat : ≤ 30 detik

Ketidakstabilan Suspensi

Anda mungkin juga menyukai