M2 - Liquid
M2 - Liquid
SEDIAAN LIKUIDA II
A. EMULSI
Definisi dan Persyaratan Umum Suspensi
Farmakope Indonesia V
Sistem terdiri dari 2 fase yaitu fase minyak dan fase air yang tidak saling
campur. Fase terdispers terdispersi dalam bentuk tetesan-tetesan halus pada fase
pendispers
Emulsi minyak dalam air (o/w) Emulsi air dalam minyak (w/o)
Fase terdispersi : minyak Fase terdispersi : air
Fase kontinu : air Fase kontinu : minyak
Zat pengemulsi : tragakan, gelatin, Zat pengemulsi : ca. palmitat, span
natrium lauril sulfat, trietanolamin stearat
Contoh : emulsi oral Contoh : mentega
Kerja Emulgator
Nilai HLB
• Pengertian
- Menunjukkan perbandingan antara hidrofil dan lipofil
- Semakin besar HLB → semakin banyak kelompok hidrofil → emulgatir
lebih mudah larut
• Menghitung Nilai HLB
- Contoh soal : Pada pembuatan 100ml emulsi tipe o/w diperlukan emulgator
dengan harga HLB 12. Sebagai emulgator dipakai campuran Span 20 (HLB
8,6) dan tween 20 (HLB 16,7) sebanyak 5 gram. Berapa gram masing-masing
berat Span 20 dan Tween 20?
• Mengitung Nilai HLB Campuran
- Contoh soal :
Berapa HLB campuran dari resep berikut :
R/ Tween 80% 70% (HLB = 15)
R/ Span 80% 30% (HLB = 4,5)
Tween : ester dari sorbitan dengan asam lemak, mengandung ikatan eter
dengan oksi etilen
Span : ester dari sobitan dengan asam lemak
Ketidakstabilan Emulsi
Creaming
Terpisahnya menjadi 2 lapisan, fase dispers menjadi bagian terbanyak dari lapisan
lain > Sifat reversibel (terdispersi kembali)
Koalesensi dan cracking (breaking)
Rusak/pecahnya emulsi karena bagian film yang meliputi partikel rusak. Butir
minyak berkoalesensi atau bersatu menjadi fase tunggal yang memisah.> sifat
ireversible (tidak terdispersi kembali)
• Hal ini terjadi karena peristiwa kimia , fisika dan biologi :
- Peristiwa kimia > karena penambahan alkohol; perubahan pH, penambahan
elektrolit (CaO/CaCl2 eksikatus)
- Peristiwa fisika > pemanasan, pendinginan, penyaringan, pengadukan
- Peristiwa biologi > terjadi fermentasi bakteri, jamur atau ragi
Inversi Fase
Peristiwa berubahnya tipe emulsi O/W menjadi W/O secara tiba-tiba atau sebaliknya
.> sifat ireversible (tidak terdispersi kembali)
• Penyebab diantaranya :
- Terjadinya perubahan suhu
- Menggunakan peralatan kotor
- Melakukan pencampuran yang tidak sesuai
- Adanya penambahan bahan yang mengubah
- kelarutan emulga
Evaluasi Fisik Sediaan Emulsi
Uji Evaluasi Syarat Pengujian (FI VI)
Organoleptik sediaan Idem sirup dan elixir
Evaluasi pH sediaan Idem sirup dan elixir
Bobot jenis Idem sirup dan elixir
Volume terpindahkan Idem sirup dan elixir
Viskositas Idem sirup dan elixir
Volume creaming • Dituangkan kedalam gelas ukur → Diamati selama 3
hari.
• Syarat : Creaming kecil dan tidak membentuk caking.
Homogenitas • Diteteskan ke kaca arloji.
• Syarat : ukuran partikel/globul seragam.
Kemampuan redispersi • Dimasukkan kedalam botol → dikocok dengan
membalikan botol 90° dan diamati.
• Syarat : terdispersi sempurna.
Uji tipe emulsi • Sediaan + sedikit perwarna (metilen blue).
• Syarat : emulsi o/w → pewarna larut, emulsi w/o →
pewarna tidak larut.
B. SUSPENSI
Definisi dan Prinsip Umum Suspensi
Farmakope Indonesia V
Suatu dispersi kasar 2 fase di mana partikel zat padat (umumnya diameter > 0,1
mikrometer) yang tidak larut terdispersi dalam suatu medium cair
Prinisp Kimia-Fisika
• Partikel tersuspensi tidak menggumpal dan terdistribusi merata di seluruh
sistem dispersi
• Mudah disuspensikan kembali dengan sedikit pengocokan jika mengendap
Metode Pembuatan
*Contoh
0,1 𝑔
Jumlah ibuprofen yang dibutuhkan= 𝑥 60 𝑚𝑙 = 1,2 𝑔
5 𝑚𝑙
1,2 𝑔
Kadar laktulosa = 60 𝑚𝑙 𝑥 100% = 2%
Perhitungan Eksipien
Kadar Eksipien = Kadar (%) x Volume sediaan yang digunakan
*Contoh
Nacl 0,3% (floculating agent ≤1%)
0,3 𝑔
Jumlah Nacl yang dibutuhkan = 𝑥 60 𝑚𝐿 = 0,18 𝑔
100
Ketidakstabilan Suspensi