Anda di halaman 1dari 4

Semsol - 3

Krim
Bentuk sediaan ½ padat yang mengandung 1 atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam basis.
Untuk BA tidak larut air, larut etanol/minyak.
Log P 1-4, <500Da, 10mg/hari.

Tipe Krim
Perbedaan M/A A/M
Karateristik - Vanishing cream / tercucikan air - Berbekas, oklusif, tidak tercucikan air
- Tidak berbekas, tidak oklusif - Waktu kontak lebih lama
- Campuran surfaktan/fatty amphiphile alkohol
rantai panjang, C14-18
Tipe - BA larut minyak - BA larut dalam air dan stabil dalam minyak
- HLB 8-16 - HLB 3-6
- Air = fase luar, mudah menguap. Air tidak - Memberikan rasa dingin
boleh menguap semua karna BA akan ter- - Dapat berfungsi sbg pelembab
rekristalisasi dan tidak dapat menembus
barrier kulit  +HUMEKTAN sebagai
waterlocker
- Meningkatkan konsentrasi BA larut air
- Gradien konsentrasi BA melewati SC ⬆,
absorbsi perkutan ⬆
Fase - Minyak : lebih sedikit dari air, sebagai fase - Minyak : minyak/basis oklusif sebagai fase luar
dalam, berbentuk droplet. BA larut dalam - Air : sebagai fase dalam
minyak
- Air : air atau basis krim tercucikan air lebih
banyak
Basis Pertimbangan berdasarkan sifat obat, noniritasi, mudah dibersihkan, tidak tertinggal dikulit, stabil,
tidak tergantung pH, tersatukan dengan BA
- Mudah dicuci air - Emolien  oklusif
- Tidak berminyak, tidak oklusif - Mengandung sedikit air dan ditambahkan
- Hydrophillic ointment  cetomacrogol 1000 bahan pengabsorbsi air
+ cetostearyl alkohol - Semsol: Vaselin (<30%), lanolin, adeps lanae
- Vaselin + asam stearat + TEA - Padat: Cetostearyl alcohol (4-10%), cetyl
- Cera alba, vaselin, gliserin, tween (wetting), alkohol
span - Cair: parafin liq (<32%)
- Cetaceum
Emulgator Harus stabil, inert (tidak bereaksi dengan bahan lain), bebas dari toksin dan iritan, better tidak
berbau.
HLB (hydrophil-lipophil balance) emulgator harus mendekati HLB butuh bahan aktif/minyak.
Jenis yang sering dipakai:
1. Alam  gom arab, tragakan, PGS, PGA
2. Semi sintetik  TEA-stearat, Na.stearat, Span/Tween 20,40,60,80, macrogol 300-4000, setil
alkohol, GMS, emulgid.
3. Zat terbagi halus  veegum, bentonit.
- cetostearyl alcohol, fatty acid (dalam - Adeps lanae (lemak bulu domba), wool
kosmetik) alkohol, ester asam lemak dengan atau garam
- Surfaktan anionik (Na lauril sulfat) asam lemak.
- Surfaktan kationik (Cetrimide) - Cetyl alkohol, stearyl alkohol
- Surfaktan nonionik (cetomacrogol, tween, - Cetaceum, emulgida
golongan sorbitan) - GMS = gliserol ester
- Sabun monovalen = TEA, Na&K stearat, - Sabun polivalen, cera alba/flava, kolesterol
CMC, pectinum, emulgid
- PPG, PEG, gliserin (emulsi)
Contoh shaving cream, handcream, foundation Pelembab kaki, cold cream, emollient cream

Emulgator
- Surface active agent (surfaktan) yang mengurangi tegangan antarmuka minyak dan air dan mengelilingi
tetesan-tetesan terdispersi dalam lapisan kuat yang mencegah koalesensi dan pemisahan fase terdispersi.
- Membentuk lapisan monomolekuler pada sediaan yang membentuk misel saat konsentrasi surfaktan sudah
melewati CMC/KMK (konsentrasi misel kritis).
1. Elektrolit, spt potasium tiosianat
2. Monomolekuler, spt surfaktan
3. Multimolekuler, spt kolid hidrofilik (CMC-Na), gom, amilum, polivinil alkohol
4. Partikel terdispersi, spt bentonit, veegum
Jenis-jenis Surfaktan  Toksisitas terbesar- terkecil adalah KAT-AN-NON
NON-ionik ANION-ik KATION-ik KOMBINASI
- Tidak bermuatan - Negatif - Positif Perbandingan surfaktan–
- pH 3-10, tidak dipengaruhi - pH 7-8 - pH 3-7, pH kulit ±5,5  cocok fatty alcohol yang tepat
elektrolit untuk topikal menghasilkan konsistensi
- nontoksik - U/ emulsi dengan BA kation, yang baik umumnya 1:4 -
elektrolit konsentrasi tinggi 1:9. penggunaan dalam
- Memiliki aktivitas antimikroba  sediaan ±16%.
tidak perlu ditambah pengawet
- Daya pengemulsi lemah,
stiffening agent
- Gliserin - TEA=trietanolamin - Cetrimide - Tween 80 – Span
- Tween = polyoxyetylen - Na.lauril sulfat - Benzalkonium Cl (pengawet) - Tween 80 – Gliserin
sorbitan monooleat, - Sulfonat, sulfat, - Domiphen Br - Na lauryl sulfat –
polysorbate karboksilat (hidrofil) cetostearyl alkohol.
- Span = sorbitan monooleat - Cetrimide – cetostearyl
- Sorbitan alkohol.
monostearat/monopalmitat - Cetomacrogol 1000 -
- Polioksi-8-stearat cetostearyl alkohol.

Eksipien lain (fungsi-contoh)


1. Pengawet
- Sebagai penstabil sediaan karena bakteri dapat menguraikan surfaktan sehingga emulsi rusak dan air merupakan
media pertumbuhan mikroba
- Pengawet dibutuhkan u/ fase minyak dan air
- Harus dalam keadaan tidak terion agar dapat berpenetrasi ke membran bakteri
- Yang biasa digunakan Nipagin (0,12-0,18%), Nipasol (0,02-0,05%)
- Fase MINYAK  Benzyl alcohol (<3%), Vit.E
- Fase AIR  Na.Metabisulfit
2. Antioksidan  Vit.E (tokoferol), nipagin, nipasol
- Asam – Na. metabisulfit (0,1-1%) sbg pengawet juga
- Netral – Na. bisulfit
- Basa – Na. Sulfit
- Perlu ditambah chelating agent (Na.EDTA 0,005-0,1%) untuk mengikat kompleks hasil oksidasi/mengikat logam
3. Viskosity enhancer  tween, cera alba/flava (stiffening)
4. Dapar  tidak diperlukan
5. Penetration enhancer
- Meningkatkan permeabilitas kulit terhadap obat  terjadi perubahan reversible stratum corneum
- Meningkatkan koefisien partisi dan pelepasan obat
- Meningkatkan difusi dg hidrasi startum corneum
- Faktor penetrasi  Biologi (kulit, umur,aliran darah), Fisika (hidrasi kulit, suhu, pH, log P, konsentrasi BA, bentuk,
ukuran)
- Humektan = gliserin, PPG

Perhitungan
Bahan
FTU (Finger Tip Unit)

HLB (hydrofil-lipofil balance)


“Semakin tinggi nilai HLB ~ bahan semakin hidrofil”

Metode pembuatan
Basis dilebihkan 10-20% pada optimasi, 30% pada scale up
FUSI TRITURASI PENYABUNAN
- BA tahan panas - BA tidak tahan panas - Sabun dibuat dari garam alkali,
- Semua bahan dilebihkan 10-30% - Hanya basis yang ditambah 10-30% asam lemak tinggi
Prosedur: Prosedur: - Co: Asam stearat+TEA  sabun
1. Fase air dilebur pada 60-65˚C, fase 1. Basis dilebur, gerus ad dingin pada trietanolamin stearat
minyak 70-75˚C mortir panas
2. BA disesuaikan pada fasenya 2. Basis ditimbang sesuai kebutuhan
3. Pencampuran 3. BA tidak larut digerus dengan wetting
- M/A  minyak dulu, air ditambah agent/sedikit basis ad homogen pada
dikit-dikit mortir berbeda
- A/M  air dulu, minyak ditambah 4. Basis dimasukkan kedalam mortir
dikit-dikit berisi BA+wetting agent
Evaluasi KRIM
No. Evaluasi Prinsip Syarat
1. Organoleptis Visual diamati: warna, konsistensi, bau Menyesuaikan
Sediaan dioleskan dengan batang pengaduk pada kaca arloji
2. Homogenitas Homogen
dan diratakan, terawang dengan cahaya
1. Dioleskan 1gram krim diatas kaca dan kertas berdiameter.
3. Daya Sebar 2. Hitung diameter (cm) saat penambahan anak timbangan 5, 5-7cm
10, 15, 20, dst sampai stabil selama 3x pengulangan
4. Viskositas Menggunakan viscometer Stormer, spindle no.2 4000-40.000 cpS
1. Tube dibersihkan dan dikeringkan kemudian ditimbang
Tidak kurang dari
2. Isi tube dikeluarkan dengan gunting namun tutup tidak
90% dan dengan
5. Isi Minimum boleh lepas, dapat dicuci dengan pelarut organik dan
bobot yg tertera
keringkan
pada etiket
FISIKA 3. Tube kosong ditimbang kembali
Krim dioleskan dikaca arloji dan diteteskan pewarna.
6. Tipe Krim Menyesuaikan
M/A=Metilen blue A/M=Sudan III
Tube dibersihkan dan dikeringkan bagian luarnya dengan kain
7. Kebocoran Tube penyerap kemudian tube diletakkan selama 1 jam diatas kertas Tidak bocor
saring
8. Ukuran Globul Menggunakan mikroskop -
Pelepasan BA Dengan mengukur konsentrasi zat aktif dalam cairan penerima
9. -
dan Difusi BA pada waktu tertentu
Dilakukan uji dipercepat dengan uji sentrifugasi pada
Tidak terjadi
10. Stabilitas kecepatan tinggi, krim dioleskan pada kaca objek dan
pemisahan fase
dipanaskan pada suhu 30, 40, 50, 60 dan 70oC.
11. pH Tidak dilakukan -
KIMIA Menyesuaikan
12. Penetapan Kadar Umumnya digunakan HPLC
monografi
Tidak terjadi
Efektivitas Sediaan dapat ditusuk secara aseptikdenga metode inokulasi.
13. peningkatan
Pengawet Kadar mikroba uji dihitung dengan angka lempeng total
>log0,5 unit
BIO Tidak
Cemaran Pengujian dilakukan dengan metode penyaringan membran mengandung S.
14.
Mikroba atau dengan metode angka lempengan total yang sesuai aureus dan
P.aeruginosa

Ketidakstabilan Krim (emulsinya)


Flokulasi – Deflokulasi Creaming
- Creaming ke atas  m/a
- Creaming ke bawah  a/m
Flokulasi Cracking
- Partikel beragregasi bebas - Pemecahan  zat terdispersi tidak dapat terdispersi
- Sedimentasi cepat (turun kebawah) kembali (irreversible)
- Tidak membentuk caking dan reversibel dg pengocokan - Minyak bergabung karena rusaknya lapisan surfaktan
Deflokulasi - Berujung pada pemisahan fase
- Partikel terpisah satu dengan lainnya
- Sedimentasi lama sehingga membentuk cake dan
irreversible

Inversi Fase
Kerusakan ini terjadi karena volume fase terdispersi hampir
sama jumlahnya dengan fase pendispersi sehingga terjadi
perubahan tipe dario/w menjadi w/o atau sebaliknya
a) Perbedaan tipe emulsi
m/a ditambah penstabil na.stearat dan CaCl2 berubah
menjadi a/m
b) Perubahan perbandingan
Air sedikit  a/m
Air banyak  m/a

Anda mungkin juga menyukai