Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni Dalam Pandangan Islam

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah:Agama Islam

Dosen Pengampu:Khozinatum Masfufah, S.Pd, Ma

Oleh:
1. Mahessea Wira Madha (2110701012)
2. Riska Nurfaozah (2110701004)
3. Bella Muqtashidah .S (2110701040)
4. Astuti (2110701038)

KELAS A
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UPN VETERAN JAKARTA 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, yang


telahmelimpahkan rahmat dan hidayah-NYA, sehingga kami dapat
menyelesaikanMakalah Pendidikan Agama Islam yang berjudul IPTEK dan Seni
dalamKonsep Islam makalah ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan
dan pengetahuan
serta dapat berpikir kritis tentang bagaimana ilmu, pengetahuan,teknologi, dan
seni yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam terutamaIPTEK dan Seni
dalam Konsep Islam.
Terima kasih yang tak terhingga kami sampaikan kepada dosen Pengajar
matakuliah Pendidikan Agama Islam Ibu Khozinatum Masfufah, S.Pd, MaKami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna masih banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan. Hal ini disebabkan keterbatasan
kami.
Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga apa yang telah kami
sampaikan dalam makalah ini bisa mengandung banyak manfaat, khususnya bagi
kami yang masih dalam tahap belajar, dan umumnya bagi semua pembaca.

Hormat Kami

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 1
1.3 Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan........................................................................................ 11
3.2 Saran.................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Sains dan Teknologi di zaman ini semakin terasa pesat dan
diperlukan manusia. Manusia modern sudah sangat bergantung kepada produk-
produk sains dan teknologi. Sukar untuk dibayangkan manusia modern hidup
tanpa menggunakan produk-produk sains dan teknologi. Keperluan hidup harian
manusia modern mulai dari makan, minum, tidur, tempat tinggal, tempat bekerja,
alat-alat transportasi, sampai alat-alat komunikasi, alat-alat hiburan,kesehatan dan
semua aspek kehidupan manusia tidak terlepas daripada menggunakan produk
sains dan teknologi.

Kita mengakui bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil


peranan penting dalam pembangunan tamadun atau peradaban material manusia.
Penemuan-penemuan sains dan teknologi telah memberikan bermacam-macam
kemudahan pada manusia. Alasan inilah yang melatar belakangi kami untuk
menulis makalah berjudul berjudul “IPTEK DAN SENI DALAM
ISLAM”.Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah Agama dan Etika Islam kami. Untuk penjelasan lebih lanjut akan kami
bahas dalam bab-bab selanjutny

1.2.      Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu?

2. Apakah pengertian IPTEKS ,iman, dan amal sebagai satu kesatuan?

3. Apa yang dimaksud IPTEKS menurut islam?

4. Apa yang dimaksud paridigma Al-Qur’an dalam menghadapi kemajuan

IPTEKS?
1.3.      Tujuan.

1. Mengetahui kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu

2. Mengetahui.pengertian IPTEKS ,iman, dan amal sebagai satu kesatuan

3. Mengetahui IPTEKS menurut islam

4. Mengetahui paridigma Al-Qur’an dalam menghadapi kemajuan IPTEKS


.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep IPTEK dan Seni Dalam Islam

1. Definisi IPTEK

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “’ilmu” yang berarti pengetahuan. Kata
“ilmu” sekalipun berbeda, tetapi memiliki kemiripan dengan kata “ma’rifah”,
“fiqh”, “hikmah”, dan ‘’syu’ur”. Dari segi bahasa, ilmu berarti jelas, baik
dalam arti, proses, maupun obyeknya. Ilmu yang berarti pengetahuan yang
jelas itu ada 2 macam, yaitu pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaaan,
seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra, dan intuisi untuk
mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan obyek, cara, dan kegunaanya.
Dalam bahasa Inggris, jenis ilmu ini disebut “knowledge”. Sedangkan ilmu
dalam pengertian pengetahuan ilmiah sekalipun juga merupakan keseluruhan
bentu upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu, tetapi disertai
memperhatikan obyek yang ditelaah, cara yang dipergunakan, dan
kegunaannya. Dengan demikian, pengetahuan ilmiah memperhatikan obyek
ontologis, landasan epistemologis, dan aksiologis. Dalam bahasa inggris, jenis
pengetahuan ilmiah disebut “science”, dan diIndonesiakan dengan sains.
(Ensiklopedi Islam, hal.201)

2. Definisi Seni

Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala
prosesnya. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa
tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik
dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran.
Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Seni yang lepas dari
nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu
bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi
orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.
3. Sumber Ilmu Pengetahuan

Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan
wahyu.Keduanya tidak boleh dipertentangkan.Ilmu yang bersumber dari
wahyu Allah bersifat abadi (perennial knowledge) dan tingkat kebenaran
mutlak (absolute). Sedangkan Ilmu yang bersumber dari akal pikiran manusia
bersifat perolehan (acquired knowledge), tingkat kebenaran nisbi (relative),
oleh karenanya tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan,
sehingga setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kajian ulang
atau perbaikan kembali.

Al-qur’an menganggap “anfus” (ego) dan “afak” (dunia) sebagai


sumber pengetahuan.Tuhan menampakka tanda-tanda-Nya dalam pengalaman
batin dan juga pengalaman lahir.Ilmu dalam Islam memiliki kapasitas yang
sangat luas karena ditimbang dari berbagai sisi pengalaman ini.Pengalaman
batin merupakan pengembaraan manusia terhadap seluruh potensi jiwa dan
inteleknya yang atmosfernya telah dipenuhi dengan nuansa wahyu
Ilahi.Sedangkan Al-qur’an membimbing pengalaman lahir manusia kearah
obyek alam dan sejarah.

Penghargaan Islam terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi karena


sesungguhnya hal ini merupakan cerminan penghargaan bagi kemanusiaan itu
sendiri.Manusia adalah makhluk satu-satunya yang secara potensial diberi
kemampuan untuk menyerap ilmu pengetahuan. Penghargaan ini dapat dilihat
dari beberapa aspek :

1. turunnya wahyu pertama ( Al-Alaq : 1-5), ayat yang dimulai dengan


perintah untuk membaca, ini mencerminkan betapa pentingnya
aktivitas membaca bagi kehidupan manusia terutama dalam
menangkap hakikat dirinya dan lingkungan alam sekitarnya. Membaca
dalam arti luas adalah kerja jiwa dalam menangkap dan menghayati
berbagai fenomena di dalam dan di sekitar diri hingga terpahami betul
makna dan hakikatnya.
2. banyaknya ayat Al-qur’an yang memerintahkan manusia untuk
menggunakan akal, pikiran dan pemahaman (Al-Baqarah 2 : 44, Yaa
siin 36 : 68, Al-An’aam 6 : 50). Ini menandakan bahwa manusia yang
tidak memfungsikan kemampuan terbesar pada dirinya itu adalah
manusia yang tidak berharga.
3. Allah memandang rendah orang-orang yang tidak mau menggunakan
potensi akalnya sehingga mereka disederajatkan dengan binatang,
bahkan lebih rendah dari itu (al-A’raf 7 : 179).
4. Allah memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu
dibandingkan orang-orang yang bodoh (Az-Zumar 39 : 9).
Sedangkan teknologi merupakan salah satu budaya sebagai hasil
penerapan praktis dari ilmu pengetahuan.Teknologi dapat membawa dampak
positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, tetapi juga
sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan
dalam kehidupan manusia yang berakibat kehancuran alam semesta.Oleh
sebab itu teknologi bersifat netral artinya bahwa teknologi dapat digunakan
untuk kemanfaatan sebesar-besarnya atau juga bisa digunakan untuk
kehancuran manusia itu sendiri.Adapun seni termasuk bagian dari budaya
manusia sebagai hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala
prosesnya.Seni merupakan hasil ekspresi jiwa yang berkembang menjadi
bagian dari budaya manusia.

Selanjutnya teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu


pengetahuan untuk kemaslahatan dan kenyamanan manusia. Dengan
demikian, mesin atau alat canggih yang dipergunakan bukanlah teknologi,
tetapi merupakan hasil dari teknologi.Teknologi dapat membawa dampak
positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, juga sebaliknya
dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam
kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam
semesta.Pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan
netral, tetapi dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memliki
potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan.Oleh karena itu, penguasaan,
pengembangan dan pendayagunaan iptek harus senantiasa berada dalam jalur
nial-nilai keimanan dan kemanusiaan.
4. Batasan IPTEKS dalam Islam

Iptek dan segala hasilnya dapat diterima oleh masyarakat Islam


manakala bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika penggunaan hasil iptek
akan melalaikan seseorang dari dzikir dan tafakkur, serta mengantarkan pada
rusaknya nilai-nilai kemanusiaan, bukan hasil teknologinya yang ditolak
melainkan manusianya yang harus diperingatkan dan diarahkan dalam
menggunakan teknologi.

Adapun tentang seni, dalam teori ekspresi disebutkan bahwa Art is an


expression of human feeling adalah suatu pengungkapan perasaan manusia.
Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang dan hasil ekspresi jiwa tersebut
berkembang menjadi bagian dan budaya manusia. Seni identik dengan
keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran, dan keduanya
memiliki nilai yang sama, yaitu keabadian. Dan seni yang lepas dari nilai-nilai
ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu, bukan akal
budi. Islam sebagai agama yang mengandung ajaran aqidah dan syariah,
senantiasa mengukur segala sesuatu (benda-benda, karya seni, aktivitas)
dengan pertimbangan-pertimbangan ketiga aspek tersebut. Oleh karenanya,
seni yang bertentangan atau merusak aqidah, syariat dan akhlak tidak akan
diakui sebagai sesuatu yang bernilai seni. Dengan demikian, semboyan seni
untuk seni tidak dapat diterima dalam islam.

Dalam perspektif Islam, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni,


merupakan pengembangan potensi yang telah diberikan oleh Allah berupa
akal dan budi. Prestasi gemilang dalam pengembangan iptek, pada hakikatnya
tidak lebih dan sekedar menemukan bagaimana proses sunnatullah (hukum
alam, hukum Allah) itu terjadi di alam semesta ini, bukan merancang atau
menciptakan hukum baru di luar sunnatullah.

Sumber pengembangan ipteks dalam Islam adalah wahyu Allah. Ipteks yang
Islami selalu mengutamakan dan mengedepankan kepentingan orang banyak
dan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia. Untuk itu, ipteks dalam
pandangan Islam tidak bebas nilai. Seharusnya temuan-temuan baru di bidang
iptek membuat manusia semakin mendekatkan diri pada Allah, bukan semakin
angkuh dan menyombongkan diri.
2.2. Integrasi Iman, Ilmu, dan Amal

Di dalam Al-Quran surat Ibrahim: 24-25, Allah telah memberikan


ilustrasi indah tentang integrasi antara iman, ilmu, dan amal. Ayat tersebut
menggambarkan keutuhan iman, ilmu, dan amal atau aqidah, syariah, dan
akhlak dengan menganalogikan bangunan Dinul Islambagaikan sebatang
pohon yang baik.Iman dianalogikan dengan akar sebuah pohon yang
menopang tegaknya ajaran agama Islam.Ilmu bagaikan batang pohon yang
mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan, sedangkan
amal ibaratkan buah dari pohon sebagai analogi dari karya ilmu pengetahuan.

Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan


menghasilkan amal shaleh. Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai
amal shaleh apabila perbuatan baik tersebut tidak dibangun di atas nilai iman
dan ilmu yang benar. Ipteks yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak
akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat
manusia dan alam lingkungannya, bahkan bisa jadi akan menjadi malapetaka
bagi kehidupan manusia.
2.3. Keutamaan Orang yang Berilmu

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling


sempurna.Kesempurnaan ini dikarenakan manusia dibekali dengan
seperangkat potensi, dan potensi yang paling utama adalah akal.Dengan
akalnya ini, manusia mampu melahirkan berbagai macam ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.Bagi orang-orang yang berakal dan senantiasa bernalar
untuk mengembangkan ilmunya, Allah menyebutnya dengan sebutan “Ulul
Albab” (QS. Ali Imron: 190).

Begitu banyak ayat Al-Quran dan hadits-hadits yang menjelaskan


tentang keutamaan orang-orang yang berilmu atas ahli ibadah yang tidak
berilmu. Pepatah mengatakan bahwa ilmu lebih utama daripada harta karena
ilmu akan menjaga pemiliknya, sedangkan harta, pemiliknyalah yang harus
menjaganya. Dan sesungguhnya, iman seseorang kepada Allah dan hari akhir
itu haruslah dibangun dengan berbekal ilmu.Tidak mungkin seseorang dapat
memiliki iman kepada hal-hal tersebut tanpa memiliki ilmu. Karena, tanpa
ilmu, seseorang hanya akan beragama tanpa memiliki dasar yang kuat dan
hanya ikut-ikutan saja, yang pada akhirnya imannya akan mudah goyah oleh
syubhat-syubhat yang kini begitu merajalela. Di bawah ini adalah beberapa
keutamaan orang-orang yang berilmu. Di antaranya adalah:

1. Dalam surah Al-Mujadalah: 11, Allah SWT berfirman “… Allah


akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat….” Derajat yang
diberikan Allah bisa berupa kemuliaan status social, kedudukan,
jabatan, harta, dan kelapangan hidup.
2. Dalam surah Az-Zumar: 9 dan Al-Hasyr:20, Allah
membandingkan antara orang yang mengetahui dengan orang yang
tidak mengetahui dan ahli surga dengan ahli neraka dengan redaksi
yang mirip. Hal ini menunjukkan bahwa beda derajat orang yang
berilmu dengan derajat orang yang tidak berilmu adalah sama dengan
beda derajat ahli surga dengan ahli neraka.
3. Dalam surah Al-Mulk: 2, Allah berfirman “Yang menciptakan mati
dan hidup untuk menguji kamu siapa yang lebih baik amalnya….”
Ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud ahsanu amalan  adalah
yang paling ikhlas dan yang benar, yakni sesuai dengan tuntutan
Rasulullah SAW. Bagaimana mungkin seseorang bisa meraih hal ini
tanpa ilmu?
Rasulullah pernah bersabda “Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR.
At-Tirmidzi). Dan dalam hadits-hadits beliau yang lain, beliau tidak pernah
meminta kepada Allah untuk ditambahkan kepadanya keculai ilmu.
Seandainya ada sesuatu yang lebih utama dari ilmu, pastilah eliau akan
mengajarkan umatnya untuk meminta hal tersebut.

Tidurnya orang yang berilmu lebih ditakuti daripada shalatnya orang


yang tidak berilmu.Hal ini bisa terjadi karena tidurnya orang yang berilmu
pastilah bertujuan untuk istirahat agar dia mampu beribadah lagi kemudian.
Selain itu, orang yang mengamalkan ilmunya akan tidur dengan mengamalkan
sunnah-sunnah Rasulullah di dalamnya sehingga tidurnya tersebut akan
bernilai ibadah. Sedangkan, ibadahnya orang yang bodoh akan rawan terhadap
bid’ah dan justru menjadikan syaitan menyukainya.

“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham,


sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang
telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.”(HR.
Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

 Imam Syafi’i pernah berkata “Menuntut ilmu lebih afdol daripada


shalat nafil (shalat tahajjud).”

Imam Bukhari berkata “Ilmu itu sebelum berkata dan beramal.”

Imam Al-Ghazali juga berkata “ Barangsiapa yang berilmu akan dapat


membimbing dirinya dan memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan
matahari, selain menerangi dirinya, juga menerangi orang lain. Dia bagaikan
minyak kesturi yang harum dan menyebarkan pesona keharumannya kepada
orang yang berpapasan.”

Demikianlah beberapa dalil yang menunjukkan keutamaan-keutamaan


orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah. Namun, perlu diperhatikan
bahwa dalam setiap dalil tersebut, kata ilmu selalu didahului oleh alif-
lam yang menunjukkan bahwa hanya ilmu-ilmu tertentu saja yang wajib untuk
dicari oleh setiap muslim. Ilmu apa sajakah itu?

Ibnu Hajar Al-Atsqolani menyebutkan dalam kitab Fathul Baari bahwa


ilmu yang hukumnya fardhu ‘ain untuk dicari oleh setiap muslim adalah “Ilmu
syar’i yang bermanfaat mengetahui kewajiban mukallaf dari perkara din-nya,
baik urusan ubadah dan mu’amalah.Serta ilmu tentang Allah, sifat-Nya, dan
kewajiban kita terhadap urusan tersebut, dan menyucikan-Nya dari
kekurangan.Adapun semua itu berputar pada tafsir, hadits, dan fiqh.” (Fathul
Baari 1/141).
2.4. Tanggung Jawab Ilmuwan terhadap Lingkungannya

Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun atau hamba Allah
dan sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan,
ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan
esensi khalifah adalah tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.

Dalam konteks abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah.


Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan
patuh kepada penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada
Allah sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang
diberikan sang pencipta berupa potensi yang sempurna yang tidak diberikan
kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal. Dengan hilangnya rasa syukur
mengakibatkan ia menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan
manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan
manusia kepada sesama manusia termasuk pada dirinya.

Allah berfirman dalam surat QS. Asy-Syams ayat 8

Artinya : “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.”

Dengan kedua kecenderungan tersebut Allah memberikan petunjuk berupa


agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada
keimanan dan ketaqwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh
nafsu amarah.

Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Manusia
diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya
serta memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan untuk kehidupan
umat manusia dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan, karena alam diciptakan untuk kehidupan manusia sendiri. Untuk
menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang memadai. Allah menciptakan alam, karena Allah
menciptakan manusia. Oleh karena itu, manusia mendapat amanah dari Allah
untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan keseimbangannya
untuk kepentingan umat manusia.

Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebakan karena ulah
tangan manusia sendiri (QS. Ar rum:41). Mereka banyak menghianati
perjajnjian kepada Allah. Mereka tidak menjaga amanat sebagai khalifh yang
bertugas unuk menjaga dan  melestarikan alam ini.

Dengan memiliki ilmu pengetahuan kita pasti bisa tidak akan mengeksploitasi
alam ini secara berlebihan paling hanya kebutuhan primernya bukan untuk
memenuhi kepuasan hawa nafsu saja.  Untuk itu melaksanakan tanggung
jawabnya, manusia diberikan keistimewaan berupa kebebasan untuk memilih
dan berkreasi sekaligus untuk menghadapkannya dengan tuntutan kodratnya
sebagai makhluk psikofisik. Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang
menurut ketaatan dan ketundukan terhadap aturan Allah swt baik dalam
konteks ketaatan terhadap perintah beribadah secara langsung maupun dalam
kontes ketaatan terhadap sunnatullah “hukum alam”  (masbied.com)

Kedua fungsi diatas tidak boleh terpisah artinya keduanya merupakan satu
kesatuan yang utuh yang harus diaktualisasikan dalam kehidupan manusia.
Jika hal ersebut dapat dilakukan dengan padu maka akan tercipta manusia
yang ideal (Insan Kamil) yaitu manusia sempurna yang akhirnya akan
memperoleh keselamatan hidup dunia-akhirat.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Teknologi dibuat atas dasar ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk


mempermudah pekerjaan manusia.Pada mulanya, teknologi tercipta berdasarkan
niat dan tujuan dari si pencipta teknologi tersebut. Bila sebuah teknologi dapat
diciptakan dengan tujuan yang baik, maka tidak akan menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan sekitar. Sehingga teknologi tersebut dapat bermanfaat
bagi para penggunanya. Dalam penggunaan berbagai macam teknologi yang ada,
harus mampu dalam menganalisis dampak positif dan dampak negatif yang
ditimbulkan dari teknologi tersebut Pengembangan IPTEK yang lepas dari
keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan
manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya..

Dalam pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu
sistem yang disebut Dienul Islam yang mengandung tiga unsur pokok yaitu
aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh atau
ikhsan.

Fungsi utama manusia yaitu, abdun: ketaatan, ketundukan dan kepatuhan


kepada kebenaran dan keadilan, dan khalifah: tanggungjawab terhadap diri sendiri
dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Allah
memberikan petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk
mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan
yang selalu didorong oleh nafsu amarah. Manusia mendapat amanah dari Allah
untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan keseimbangannya untuk
kepentingan umat manusia.
3.2. Saran
1. Dalam penggunaan teknologi dalam bentuk apapun, lebih baik untuk
mampu memilah nilai positif dan negatif yang diberikan dari
teknologi tersebut.
2. Dalam penggunaan teknologi, mampu mengendalikan diri sehingga
tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan sekitar, atau dengan
kata lain, lingkungan di mana populasi-populasi berada.
3. Sebagai manusia yang memiliki dasar keimanan terhadap Allah
SWT, diharapkan mampu memanfaatkan teknologi sesuai dengan
koridor-koridor Islam, sehingga tidak menjadi suatu yang mudharat.
Daftar Pustaka

http://saiful-jihad.blogspot.com/2009/07/vi-ipteks-dalam-
islam.html

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-
ELLY_MALIHAH/Bahan_Kuliah_PLSBT,_Elly_Malihah/Bab
_5._Plsbt,_baru.pdf

http://digilib.uinsgd.ac.id/10230/1/012-Integrasi%20Pendidikan
%20Istek%202014.pdf

Anda mungkin juga menyukai