Anda di halaman 1dari 24

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia

apabila usianya 60 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun

tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan

kemampuan tubuh untuk beradaptasi (Sunaryo, 2016)

2. Batasan-Batasan Lanjut Usia

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia menurut Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu (Mardalena, 2017):

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun.

3. Perubahan-perubahan pada lanjut usia

Asupan makanan memiliki pengaruh yang kuat pada proses menua

karena seluruh aktivitas sel atau metabolisme dalam tubuh memerlukan

zat-zat gizi yang cukup. Perubahan biologis pada lanjut usia merupakan

faktor internal yang pada akhirnya dapat mempengaruhi status gizi.

Berbagai perubahan tersebut, antara lain (Mardalena, 2017):

9
a. Saluran pencernaan

Terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan digesti dan

absorbsi sebagai akibat hilangnya opioid endogen dan efek kolesistokin

yang berlebihan. Hal inilah yang menyebabkan anoreksia pada lanjut

usia. Selain itu, akan muncul pula hipoklorhidria yang menjadi

penyebab sel-sel parietal. Mukosa lambung mengalami penurunan

absorbsi kalsium dan non-hem-iron. Terjadi pila overgrowth bakteri

yang akan menurunkan bioavailability B12, malabsorbsi lemak, fungsi

asam empedu yang menurun dan diare. Hal lain yang juga sering terjadi

adalah penurunan motilitas usus, hingga terjadi konstipasi.

b. Rongga mulut

Pada masa lanjut usia, seseorang lazim memiliki masalah pada

rongga mulut. Biasanya terjadi pada bagian gigi, gusi dan ludah. Gigi

yang tanggal tidak selalu disebabkan oleh lanjut usia, melainkan dapat

terjadi karena perawatan gigi yang kurang tepat. Oleh sebab itu,

menjaga kebersihan mulut merupakan hal yang sangat dianjurkan. Jika

tidak, tentu saja gigi tanggal tidak bisa dihindari. Penggunaan gigi palsu

yang tidak tepat akan semakin memberikan rasa sakit dan tidak nyaman

saat mengunyah. Selain itu sekresi ludah juga menurun hingga terjadi

gangguan pengunyahan dan penelanan.

Jika gigi geligi hilang dapat mengganggu hubungan oklusi gigi

atas dan bawah. Hal ini akan mengakibatkan daya kunyah menurun.

Selain itu, akar gigi juga dapat terbuka jika terjadi atropi gingiva.

10
Akibatnya akan terasa sakit semakin memperparah bersamaan dengan

penurunan daya kunyah.

c. Esofagus

Bagian yang berfungsi untuk menyalurkan makan dari faring ke

lambung disebut esofagus. Pada lanjut usia, reseptor pada esofagus

kurang sensitive dengan adanya makanan. Hal ini menyebabkan

kemampuan peristaltik esofagus mendorong makanan ke lambung

menurun sehingga pengosongan esofagus terlambat dan tidak jarang

berlanjut parah menjadi hernis histal.

d. Lambung

Motilitas lambung dan pengosongan lambung menurun seiring

dengan meningkatnya usia. Lapisan lambung pada lanjut usia dengan

sendirinya akan menipis. Di atas 60 tahun, sekresi HCL dan pepsin

berkurang. Akibat yang ditimbulkan adalah penyerapan vitamin dan zat

besi berkurang sehingga menimbulkan terjadinya osteomalasia dan

osteoporosis.

e. Usus

Meski penyerapan zat gizi masih dalam batas normal, namun

pada masa ini berat total usus halus telah berkurang. Pada masa lanjut

usia, usus halus akan menampung penyerapan vitamin B. Selain itu,

motilitas usus halus dan usus besar terganggu sehingga menyebabkan

konstipasi sering terjadi.

11
f. Komposisi tubuh

Status gizi dan tingkat kebugaran jasmani merupakan penentu

dari komposisi tubuh. Akibat penuaan, massa otot menjadi berkurang

sedangkan massa lemak semakin bertambah. Penurunan massa otot

jelas mempengaruhi kebutuhan energi. Kesimbangan energi pada

akhirnya akan berpengaruh pada menurunnya aktivitas fisik.

Pemahaman akan berbagai keadaan penting dalam membantu lanjut

usia mengelola berat badan mereka.

4. Upaya Pencegahan Penyakit Sebelum Memasuki Lanjut Usia

Gambaran yang paling mencolok dari penyakit yang terdapat pada

lanjut usia adalah terjadinya penyakit kronik degeneratif secara progresif.

Tabel 2.1 daftar penyakit usia lanjut dan stategi pencegahan penyakit

Penyakit Strategi Pencegahan


Hipertensi Pengurangan garam pada makanan, penurunan

berat badan.
Penyakit Kardio Obati tekanan darah tinggi, berhentilah merokok,

Serebro Vaskuler turunkan berat badan, turunkan lemak dan

Aterosklerotik kolesterol makanan, olahraga aerobik.


Kanker Berhentilah merokok, turunkan lemak makanan,

turunkan makanan yang diawetkan dengan

garam/pengasapan, minimalkan paparan radiasi.


Penyakit Paru Hentikan merokok.

Obstruksi Kronik
Diabeter melitus Turunkan berat badan, diet serupa dengan diet pada

tipe II pencegahan penyakit aterosklerotik.


Osteoporosis Upayakan diet tinggi kalsium, olahraga teratur,

12
berhenti merokok.
Osteoartritis Turunkan berat badan.
Kolelitiasis Turunkan berat badan.

B. Tekanan Darah

1. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.

Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut dengan

tekanan sistolik, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan terendah

yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya

digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik

dengan nilai normal berkisar dari 100/60mmHg-140/90mmHg. Rata-rata

tekanan darah normal biasanya 120/90mmHg (Triyanto, 2014)

2. Mekanisme Tekanan Darah

tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal,

beberapa kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat

pengontrolan tekanan darah didalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian

sistem saraf otonom yang membawa sinyal dari semua bagian tubuh untuk

menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan

kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi ini diproses oleh otak

dan dikirim melalui saraf menuju organ-organ tubuh termasuk pembuluh

darah, sinyalnya ditandai dengan mengempisnya atau mengembangnya

pembuluh darah. Saraf-saraf ini dapat berfungsi secara otomatis (Asikin

dkk, 2016).

13
Ginjal adalah organ yang berfungsi untuk mengatur fluida

(campuran cairan dan gas) di dalam tubuh. Ginjal juga memproduksi

hormone yang disebut renin. Renin dari ginjal merangsang pembentukan

angiotensin yang menyebabkan pembuluh darah berkontriksi sehingga

tekanan darah meningkat. Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh

berbagai proses fisiologis yeng bekerja bersamaan. Serangkaian

mekanisme inilah yang memastikan darah mengalir di sirkulasi dan

kemungkinan jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi dengan

baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka dapat terjadi

tekanan darah tinggi. (Asikin dkk, 2016).

C. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi

dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

diderita di seluruh dunia, termasuk Indonesia (Sani, 2008).

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan

diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum

seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih

tinggi dari 140/90 mmHg. Hipertensi juga sering diartikan sebagai suatu

keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan

diastolik lebih dari 80 mmHg ( Ardiansyah, 2012).

14
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang

ditunjukkan oleh angka atas (systolic) dan angka bawah (diastolic) pada

pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik

yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital

lainnya. Tekanan darah tinggi atau hipertensi berarti tekanan darah tinggi

di dalam arteri. Arteri adalah pembuluh yang mengangkut darah dari

jantung keseluruh jaringan dan organ tubuh (Masriadi, 2016).

2. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi dibagi menjadi beberapa macam yaitu (Asikin dkk,

2016):

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99

Hipertensi stadium 2 >160 >100

3. Penyebab hipertensi

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi

essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi

sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain.

Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang

kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan berat

15
badan (obesitas) yang dipandang sebagai faktor risiko utama, konsumsi garam

dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol. Apabila riwayat hipertensi

didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan menderita hipertensi

menjadi lebih besar.

4. Faktor risiko terjadinya hipertensi.

Menurut Elsanti (2009), faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi

antara lain:

a. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol:

1) Umur

Pada kebanyakan kasus, hipertensi banyak terjadi pada usia

lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50

tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah

menopause. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah arteri

kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah

meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus

hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan

enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan

resiko hipertensi. Prevalensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi

yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60

tahun.

2) Jenis kelamin

16
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada

usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah

umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal

ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon estrogen setelah

menopaus. Peran hormone estrogen adalah meningkatkan kadar

HDL yang merupakan faktor pelindung dalam pencegahan

terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan hormon

estrogen dianggap sebagai adanya imunitas wanita pada usia

premenopause. Pada premenopause, wanita mulai kehilangan

sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi

pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana

terjadi perubahan kuantitas hormon estrogen sesuai dengan umur

wanita secara alami. Umumnya, proses ini mulai terjadi pada

wanita umur 45-55 tahun.

3) Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi.

Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler

dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu

dengan orang tua hipertensi. Orang tua yang menderita hipertensi

mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi

dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat

hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial

17
dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. Seseorang akan

memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi

jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. Tekanan darah tinggi

cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari

orang tua ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka

mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup

anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka

peluang untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol

1) Merokok

Fakta otentik menunjukan bahwa merokok dapat

menyebabkan tekanan darah tinggi. Kebanyakan efek ini berkaitan

dengan kandungan nikotin. Asap rokok (CO) memiliki kemampuan

menarik sel darah merah lebih kuat dari kemampuan menarik

oksigen, sehingga dapat menurunkan kapasitas sel darah merah

pembawa oksigen ke jantung dan jaringan lainnya. Laporan dari

Amerika Serikat menunjukkan bahwa upaya menghentikan

kebiasaan merokok dalam jangka waktu 10 tahun dapat

menurunkan insiden penyakit jantung koroner (PJK) sekitar.

Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis yang mengakibatkan

meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan

ketagihan merokok, nikotin juga meningkatkan frekuensi denyut

jantung, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen jantung,

18
merangsang pelepasan adrenalin, serta menyebabkan gangguan

irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan

banyak bagian tubuh lainnya.

2) Status Gizi

Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa

merupakan masalah penting karena selain mempunyai resiko

penyakit-penyakit tertentu juga dapat mempengaruhi produktivitas

kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu

dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan

mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Indeks Massa

Tubuh (IMT) adalah salah satu cara untuk mengukur status gizi

seseorang. Seseorang dikatakan kegemukan atau obesitas jika

memiliki nilai IMT ≥ 25 Kg/m2. Obesitas merupakan faktor risiko

munculnya berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi,

penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. Data dari studi

Farmingham (AS) yang menunjukkan bahwa kenaikan berat badan

sebesar 10% pada pria akan meningkatkan tekanan darah 6.6

mmHg, gula darah 2 mg/dl, dan kolesterol darah 11 mg/dl.

Prevalensi hipertensi pada seseorang yang memiliki IMT > 30 pada

laki-laki sebesar 38% dan wanita 32%, dibanding dengan 18% laki-

laki dan 17% perampuan yang memiliki IMT < 25.

19
3) Konsumsi Na (Natrium)

Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi

melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan

darah. Faktor lain yang ikut berperan yaitu sistem renin angiotensin

yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah. Produksi

rennin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf

simpatis. Renin berperan dalam proses konversi angiotensin I

menjadi angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan sekresi

aldosteron yang mengakibatkan menyimpan garam dalam air.

Keadaan ini yang berperan pada timbulnya hipertensi.

4) Stres

Stress dapat memicu meningkatnya hormon adrenalin dalam

tubuh yang berpotensi mengakibatkan jantung memompa darah

lebih cepat dan tekanan darah meningkat. Selain itu, kondisi stress

biasanya seseorang akan sembarangan dalam memilih makanan,

bahkan cenderung melahap apa pun untuk merefleksikan diri. Hal

ini, secara tidak lansung dapat meningkatkan tekanan darah.

Sehingga stress dapat mempengaruhi perasaan seseorang terhadap

emosi.

5. Penatalaksanaan Hipertensi

a. Terapi non farmakologi

20
1) Penurunan berat badan

Hasil berbagai studi epidemiologi menunjukkan bahwa kelebihan

berat badan merupakan faktor risiko penting pada tekanan darah

tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan berat badan

berkaitan dengan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik.

Oleh karena itu, semua pasien harus disarankan untuk menjaga berat

badan mendekati berat badan optimal.

2) Pembatasan konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol dapat menyebabkan efek akut dan kronik pada

tekanan darah. Hubungan antara asupan alkohol yang tinggi dan

peningkatan tekanan darah telah dibuktikan pada berbagai penelitian.

Penelitian telah menunjukkan bahwa penurunan konsumsi alkohol

dapat menurunkan tekanan darah pada pasien pria hipertensi dan

normotensive yang merupakan peminum alkohol berat.

3) Pembatasan asupan garam

Penelitian mengenai hipertensi menunjukkan bahwa pengurangan

asupan garam, baik secara tunggal maupun dikombinasikan dengan

penurunan berat badan, dapat menurunkan kejadian hipertensi

sampai sekitar 20%.

4) Diet vegetarian

Telah diketahui bahwa vegetarian mempunyai tekanan darah yang

lebih rendah. Metode diet DASH menyarankan peningkatan

konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan produk susu rendah

21
lemak. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa metode diet

DASH membantu menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik.

5) Aktivitas fisik

Aktvitas fisik aerobik seperti jalan cepat, berlari-lari kecil dan

berenang telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Penurunan

tekanan darah lebih terlihat pada pasien hipertensi, dan aktivitas fisik

yang sedang juga dapat menurunkan tekanan darah. Pada pasien

hipertensi disarankan untuk melakukan aktivitas fisik selama kurang

lebih 30 sampai 60 menit per hari.

b. Terapi farmakologi

1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg per hari dengan dosis tunggal

pada pagi hari (pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan

bila disertai hemokonsentrasi/udem paru).

2) Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.

3) Propanolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat dinaikkan 20

mg dua kali sehari (kontraindikasi untuk penderita asma).

4) Kaptopril 12,5-25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari

(kontraindikasi pada kehamilan selama janin hidup dan penderita

asma).

5) Nifedipin mulai dari 5 mg dua kali sehari, bisa dinaikkan 10 mg dua

kali sehari.

22
6. Komplikasi Hipertensi

a. Stoke

Stroke dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi di

otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak. Stroke

dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran

darah ke daerah-daerah yang memperdarahinya menjadi berkurang.

b. Infark miokardium

Dapat juga terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang

mengalami aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk trombus yang dapat menghambat

aliran darah melalui pembuluh tersebut.

c. Gagal ginjal

Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler glomerulus.

d. Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada

hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang

sangat tinggi akibat kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan

kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh

susunan saraf pusat. Akibatnya, neuron-neuron disekitarnya menjadi

kolaps dan terjadi koma serta kematian.

23
D. Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh manusia sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Adapun kategori dari status gizi

dibedakan menjadi tiga, yaitu gizi lebih, gizi normal, dan gizi kurang

(Mardalena, 2017).

2. Kebutuhan Zat Gizi Pada Lanjut Usia

Penuaan tak hanya berhubungan dengan usia fisiologis, tetapi juga

merupakan pengaruh dari asupan makanan dan gangguan pengaturan nafsu

makan. Hal ini kemudian dapat mengakibatkan munculnya anoreksia dan

obesitas pada seseorang. Seorang lanjut usia yang memiliki kecenderungan

obesitas sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dalam bentuk

padat. Anjuran lainnya adalah dengan olahan fisik secara teratur, terukur

dan dilakukan secara terus-menerus.

Sumber zat gizi terdapat pada makanan, oleh karena itu pola makan

dan menunya perlu dijadikan perhatian utama. Pola makan yang baik dan

seimbang sesuai dengan ukuran kebutuhan tubuh, dapat membantu lanjut

usia tetap dalam kondisi fit dan segar meski usia sudah senja. Besaran zat

gizi yang dibutuhkan seorang lanjut usia dipaparkan sebagai berikut:

a. Energi

Kebutuhan energi pada masa menua akan menurun. Hal ini karena

jumlah sel-sel otot menurun dan sel-sel lemak meningkat karena

aktivitas yang berurang. Keseimbangan antara asupan dan keluaran

24
energi akan seimbang jika seorang lanjut usia memiliki ukuran dan

komposisi tubuh yang ideal dan tetap dalam waktu yang lama.

Bagi lanjut usia laki-laki, kecukupan gizi yang disarankan adalah

2050 Kalori, berbeda pada wanita sedikit dibawah laki-laki, yaitu 1600

Kalori. Jika seseorang sudah mencapai usia kepala empat, demi

keseimbangan gizi disarankan untuk menurunkan konsumsi energi

sebanyak 5% dari konsumsi gizi sebelumnya. Angka tersebut kemudian

ditambah 5% lagi pada 10 tahun kemudian, yaitu ketika seseorang telah

mencapai usia 50 tahun. Pada lanjut usia, pengurangan asupan gizi

ditambah 10%, yaitu pada usia 60 yahun ke atas. Dan jika seorang

lanjut usia mencapai 70 tahun, maka dikurangi lagi 10%.

Sumber energi yang diperlukan dapat diperoleh dari karbohidrat,

protein dan lemak. Bagi masyarakat Indonesia, penyumbang energi

terbesar biasanya karbohidrat yang tersaji dalam makanan pokok.

Artinya, semakin tua, seseorang perlu mengurangi konsumsi makanan

pokok tersebut. Asupan energi yang berlebihan dapat mengundang

penyakit degenerative. Energi yang berlebihan dan tidak digunakan

akan disimpan oleh tubuh dalam bentuk jaringan lemak. Lemak akan

mengakibatkan berat badan lebih.

b. Karbohidrat

Dalam karbohidrat terdapat senyawa dari molekul hidrogen,

karbon, dan oksigen. Sebagai salah satu zat gizi., fungsi utama

karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Sumber

25
karbohidrat yang dimaksud biasa terdapat pada nasi, roti, mie, bihun,

kentang, makaroni dan gula. Seorang lanjut usia harus membatasi

mengkonsumsi makanan tersebut, apalagi jika menunjukkan tanda-

tanda peningkatan kadar gula sebagai gejala awal kencing manis.

Usia yang semakin menua biasanya akan mengganggu fungsi dari

organ-organ tubuh pada lanjut usia. Hal ini akan sangat mempengaruhi

aktivitas sel tubuh. Gangguan lainnya adalah pada sistem pencernaan

dan metabolisme pada lanjut usia berupa kekurangan bahkan kelebihan

gizi. Munculnya gangguan tersebut akan menimbulkan penyakit

tertentu.

Mengenai kebutuhan karbohidrat, berbeda-beda pada setiap usia

dan jenis kelamin. Laki-laki usia 55-64 tahun membutuhkan

karbohidrat sebanyak 400gram, lanjut usia lebih dari 65 tahun menurun

menjadi 350 gram. Sementara bagi perempuan, diatas 55-64 tahun

membutuhkan asupan karbohidrat sebanyak 285 gram dan menurun di

usia 65 tahun keatas menjadi 248 gram.

c. Protein

Sumber energi selanjutnya adalah protein, yang tidak pelu

dikurangi pada lanjut usia. Kebutuhan protein dari masa dewasa hingga

masa tua tetap sama. Protein dibutuhkan untuk mengganti sel-sel yang

rusak, seperti otot, tulang, enzim, dan sel darah merah. Meski demikian,

konsumsi protein tidak perlu berlebihan, sebab kelebihan protein

merupakan salah satu sebab gangguan fungsi dan kerja ginjal.

26
Didalam protein terdapat substansi kimia makanan yang

merupakan bagian dari asam amino. Protein dalam makanan akan

berubah menjadi asam amino ketika diproses oleh tubuh. Selain untuk

membangun dan memelihara sel, fungsi lainnya adalah sebagai sumber

energi dengan menyediakan 4 kalori per gram. Meski demikian, protein

tidak dapat dijadikan sebagai sumber utama energi.

Pemilihan protein yang baik untuk lanjut usia sangat penting

mengingat sintesis protein dalam tubuh tidak sebaik saat masih muda

dan banyak terjadi kerusakan sel yang harus segera diganti. Kebutuhan

protein untuk usia 40 tahun masih tetap sama seperti usia sebelumnya.

Pakar gizi menganjurkan protein lanjut usia dipenuhi dari yang bernilai

biologis tinggi seperti telur, ikan, dan protein hewani lainnya karena

kebutuhan asam amino asensial meningkat pada lanjut usia. Akan tetapi

harus diingat bahwa konsumsi protein yang berlebihan akan

memberatkan kerja ginjal dan hari.

Untuk kebutuhan detaim protein, laki-laki di usia 55-64 tahun

membutuhkan 60 gram, dan relatife tetap meski usianya semakin tua.

Begitu pula dengan perempuan, dimulai pada usia 55 tahun, protein

yang dibutuhkan akan tetap sama hingga lanjut usia, yaitu 50 gram.

d. Lemak.

Diantara sumber energy lainnya (karbohidrat dan protein), lemak

merupakan penyumbang energi terbesar per gramnya. Jika per gram

protein dan karbohidrat mampu menghasilkan 4 kilokalori, maka pe

27
gram lemak mengandung 9 kilokalori. Selain itu, lemak juga dapat

berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K untuk keperluan lubuh.

Lemak terbagi menjadi dua, lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Di

dalam lemak jenuh terdapat struktur kimia yang mengandung asam

lemak jenuh. Konsumsi emak jenis ini sebaiknya secukupnya saja. Jika

dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan akan berakibat pada

tingginya kolesterol dalam darah. Kolesterol dan trigleserida merupakan

komponen-komponen lemak di dalam darah yang dapat membahayakan

kesehatan. Sementara untuk lemak tak jenuh memiliki ikan rangkap

yang terdapat di dalam minyak (lemak cair) dan dapat berada dalam dua

bentuk, yaitu isomer cis dan trans.

Lemak dibutuhkan oleh laki-laki berusia 55-64 tahun berkisar pada

angka 50 gram, dan sedikit menurun pada lanjut usia 65 tahun keatas,

yaitu pada angka 45,5 gram. Sementara pada perempuan berusia 55-64

tahun membutuhkan asupan gizi sebanyak 39 gram dan menurun

menjadi 36 gram pada lanjut usia.

3. Anjuran Makanan Bagi Penderita Hipertensi (Tilong, 2014) :

a. Makanan mengandung kalium atau potasium

Diketahui bahwa kadar kalium yang tinggi dapat meningkatkan eksresi

natrium, sehingga dapat menurunkan volume darah dan tekanan darah.

Sumber makanan yang mengandung tinggi kalium atau potasium adalah

apel, papaya, bayam, semangka, avokad, melon, buah pare, dan labu

28
siam. Sumber kalium lainnya adalah mentimun, lidah buaya, seledri,

bawang merah dan bawang putih.

b. Makanan mengandung magnesium

Sumber magnesium adalah kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau,

gandum, jagung dan tahu. Diketahui, mengkonsumsi magnesium dalam

jumlah tinggi dapat menurunkan tekanan darah.

c. Makanan mengandung kalsium

Kalsium juga diketahui dapat membantu menurunkan tekanan darah.

Untuk itu, sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan

mengandung kalsium supaya tekanan darah bisa stabil. Sumber kalsium

tebesar terdapat di dalam kacang kedelai, tempe, tahu, kacang hijau,

susu kedelai serta sayuran hijau.

d. Makanan yang mengandung vitamin C dan B6

Untuk mengkonsumsi vitamin C alami bisa dengan papaya, paprika

merah, brokoli, stroberi, kiwi, kembang kol, jambu biji, kelengkeng.

Buah dan sayuran ini diketahui dapat menurunkan tekanan darah. Selain

itu, sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi buah dan sayuran yang

mengandung vitamin B6. Sumber vitamin B6 ini terdapat pada pisang,

avokad, tomat, melon, semangka, bayam, kentang, kembang kol. Hal

ini disebabkan karna buah dan sayuran tersebut dapat menstimulasi

sistem saraf yang mempengaruhi tekanan darah sehingga tekanan darah

dapat kembali normal.

29
e. Minum air putih

Air putih tidak hanya baik bagi penderita ginjal, namun baik untuk

semua kesehatan, termasuk untuk tekanan darah. Air putih di sini

berfungsi untuk mengatasi dehidrasi yang disebabkan karena kurangnya

volume darah. Intuk itu, memenuhi kebutuhan air dalam tubuh

dianjurkan untuk mengkonsumsi air putih setidaknya 7-8 gelas setiap

hari.

4. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Indeks (BMI) merupakan

alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa,

khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.

Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi,

sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit

degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal

memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang panjang.

Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara – cara

yang dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT. Untuk

memantau indeks massa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat

badan dan pengukur tinggi badan. IMT berkorelasi langsung dengan tekanan

darah, terutama tekanan darah sistolik. Resiko relatif untuk menderita

hipertensi pada orang obesitas 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan

sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.

30
Obesitas beresiko terhadap munculnya berbagai penyakit jantung dan

pembuluh darah. Dikatakan obesitas apabila melebihi Indeks Massa Tubuh

(IMT). IMT untuk orang Indonesia adalah 25. IMT memberikan gambaran

tentang resiko kesehatan yang berhubungan dengan berat badan. Penderita

hipertensi sebagian besar mempunyai berat badan berlebih, tetapi tidak

menutup kemungkinan orang yang berat badannya normal (tidak obesitas)

dapat menderita hipertensi.

IMT merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan berat

badan orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan (dalam ukuran

meter):

BB
IMT= Kg/m2
TB

Keterangan :

IMT : Indeks massa tubuh (Kg/m2).

BB : Berat badan (Kg)

TB : Tinggi badan (cm)

Kategori status gizi lansia berdasarkan Indeks Massa Tubuh

(Depkes RI, 2005; Fatmah 2010) yaitu:

a. Gizi kurang jika IMT <18,5 Kg/m2

b. Gizi normal jika IMT 18,5-25 Kg/m2

c. Gizi lebih jika IMT >25 Kg/m2

5. Hubungan Berat Badan Dengan Tekanan Darah

Sejumlah bukti dari penelitian observatif mencatat bahwa berat

badan terkait lansung dengan TD dan lemak tubuh berlebih cenderung

31
meningkatkan TD dan hipertensi. Diperkirakan 60% penderita hipertensi

adalah obesitas dan sekitar 20-30% prevalensi hipertensi disebabkan oleh

obesitas. Adapula bukti yang menyatakan bahwa penurunan berat badan

mampu menurunkan TD penderita obesitas.

E. Kerangka Teori

Faktor yang tidak


terkontrol:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Keturunan (Genetik)

Tekanan darah pada


penderita hiertensi

Faktor yang dapat di


kontrol:
1. Merokok
2. Status Gizi (kelebihan
berat badan/ obesitas)
3. Konsumsi Na
(Natrium)
4. Stres

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian

32

Anda mungkin juga menyukai