Anda di halaman 1dari 52

5

BAB II

HASIL OBSERVASI

Pada bab ini akan membahas hasil observasi yang telah dilaksanakan oleh

mahasiswa selama satu minggu dari tanggal 9 Maret 2015 s.d. 15 Maret 2015.

A. Input / Masukan

Hasil input yang kami amati diperoleh data yang kami klasifikasikan

berdasarkan data klien, tenaga keperawatan, dan metode yang terdapat di

ruang Teratai sebagai berikut :

1. Man

a. Pasien

Ruang Teratai merawat pasien dengan berbagai macam kasus penyakit.

Penyakit tersebut dapat dilihat dari buku register pasien. Berdasarkan

jumlah pasien pulang pada bulan Februari 2015 secara keseluruhan

berjumlah 197 pasien. Berdasarkan identifikasi jumlah penyakit atau

kasus terbesar pada bulan Februari 2015 di ruang Teratai RS Dr. Oen

Surakarta didapatkan beberapa persentase. Adapun 10 besar penyakit

atau kasus yang sering terjadi dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini .

Tabel 2.1 Sepuluh Besar Penyakit di Ruang Teratai Pada Bulan

Februari 2015

No Penyakit Jumlah Persentase (%)


1 Thypoid 20 18%
2 GEA 19 17%
3 DHF 17 15%
4 ISPA 15 13%
5 Diare Akut Dehidrasi 12 11%

5
6

Sedang
No. Penyakit Jumlah Persentase (%)
6 KD 12 11%
7 Viral Infection 7 6%
8 Febris 6 5%
9 Bronchopneumonia 3 3%
10 Bronkitis 3 3%
Jumlah 114 100%
Sumber: Data Primer dari Buku Pasien Mondok Ruang Teratai Bulan
Februari 2015.
Analisa:

Berdasarkan data yang didapat, penyakit yang paling banyak terjadi

pada bulan Februari adalah Typoid sebanyak 20 orang dengan

persentase 18%.

b. Tenaga Keperawatan

1) Latar Belakang Pendidikan Tenaga Keperawatan

Tenaga keperawatan di ruang Teratai RS Dr. Oen Surakarta

mempunyai latar belakang pendidikan yang sama. Dari data yang

diperoleh dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 2.2 Tabel Tenaga Keperawatan Berdasarkan Latar Belakang

Pendidikan.

Jumlah
No Tingkat Pendidikan Persentase (%)
Tenaga
1. DIII Keperawatan 17 85%
2. SPK 2 10%
3. PK 1 5%
Jumlah 20 100%
Sumber: Dokumen Kepala Ruang Teratai RS dr.Oen

Surakarta

Analisa :
7

Berdasarkan tabel tenaga keperawatan di atas perawat dengan

pendidikan terakhir DIII Keperawatan sebanyak 17 orang dengan

persentase 85%, sedangkan untuk pendidikan terakhir SPK

sebanyak 2 orang dengan persentase 10%, namun salah satunya

merupakan tenaga administrasi, dan pendidikan terakhir PK

sebanyak 1 orang dengan persentase 5%.

2) Jenis Pelatihan Tenaga Keperawatan

Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan perawat,

Kepala Ruang telah mengikutsertakan perawat di Ruang Teratai RS

Dr. Oen Surakarta dalam pelatihan tenaga keperawatan. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan yang

diberikan kepada pasien. Selain itu pelatihan tersebut diperlukan

agar perawat dapat mengikuti perkembangan ilmu keperawatan

yang terbaru. Berikut pelatihan yang sudah diikuti oleh perawat

Ruang Teratai pada tahun 2014 sampai dengan Februari 2015.

Tabel 2.3 Pelatihan Tenaga Keperawatan yang sudah diikuti

Sumber : Dokumen Kepala Ruang Teratai RS Dr. Oen Surakarta.

a) Non Formal

(1) In House Training

No Nama NIK Jenis Waktu Tempat


Pelatihan/Seminar
1 Novelina 2179 ECG Dasar 19 s/d 20 Diklat RS
Dwi Februari Dr. Oen
Cristina 2223 2014
Tiya
2 Siti 1545 Presentasi 6 Maret Diklat RS
Karwati Perawatan Luka 2014 Dr. Oen
Ester 2032 Modern
Rahmat
8

3 Wiwien A. 1634 Simposium 13 Maret Diklat RS


Kegawatan Kritis 2014 Dr. Oen
4 Yuliana 1141 Change Attitude 10 April Diklat RS
Ninik at Work 2014 Dr Oen

Novelia 2179
Dwi
5 Siti 1545 Seminar 3 Mei Diklat RS
Karwati Pengembangan 2014 Dr Oen
Dwi 1867 Diri
Winarni
Uga Krisni 1918
6 Narsuti 2077 Presentasi Alat 8 Mei Diklat RS
Yurike 2241 Medis dari PT 2014 Dr. Oen
Ardila 1634 Kalima Status
Wiwien A Selawe Mukti
7 Wiwien A 1634 Presentasi Konsep 7 Diklat RS
Uga Krisni 1918 Dasar Kamar Agustus Dr Oen
Cristina 2223 Bedah Handlling 2014
Tiya Instrumen Intra
Operatif, Aritmia
8 Siti 1545 Presentasi 28 Diklat RS
Karwati Perawatan Luka Agustus Dr Oen
Ngatmini 925 2014
Wiwien A 1634
9 Wiwien A 1634 Presentasi alat 17 Komite
Uga Krisni 1918 CSSD dari PT Oktober Medik
Yuliana 1141 Satya Abadi 2014
Ninik Visimed
10 Agustina S 1985 Presentasi 4 Diklat RS
Novelina Penanganan Septembe Dr Oen
Dwi 2179 Tranfusi dengan r 2014
Aman
11 Widaryati 1603 TQM 16 Diklat RS
Desembe Dr Oen
r 2014

(2) Ex House Training

No Nama NIK Waktu Tempat Keterangan


1. Wiwin 2113 Aktivitas Fisik 8 Maret The Sunan
Indarwa- Membuat 2014 Hotel Solo
ti Tubuh Bugar
dan Menarik
2. Renatalia 2084 Kesejahteraan 20 Juni Hotel The
R Perawat di 2014 Royal Heritage
antara Harapan SKA
9

dan Tuntutan
Mutu
Pelayanan
Kesehatan
3. Widarya- 1608 TQM Agent of 27, 28 Dafan Kayon
ti Change Agustus Resort Solo
Treatment 2014
4. Seventri 1627 Seminar 27 Dapur Ndeso
S Pengembangan Septemb Resto
Dyah Y 1830 Diri er 2014 Mangkubumen
Solo
5. Widarya- 1603 TQM Agent of 27 Ralana Resto
ti Change Septemb Solo
Ensurement er 2014
6. Widarya- 1603 TQM Tahap 26 Auditorium
ti Corporate Oktober AKPER Panti
Cultur 2014 Kosala
Continous
Program
7. Wiwin A 1634 Pelatihan 21-23 Auditorium
InsrukturKlini Agustus AKPER Panti
k 2014 Kosala
Sumber : Data Primer 2014

3) Perhitungan Tenaga Perawat

a) Menurut Gillies

Perhitungan tenaga keperawatan ditinjau dengan rumus Gillies

adalah tenaga berdasarkan jam perawatan dengan sensus

harian dibandingkan dengan jam kerja tiap harinya. Setelah

kelompok kami menanyakan beberapa hal didapatkan data

sebagai berikut:

A : Jam perawatan / 24 jam = 4 jam

B : Sensus Σ harian BOR x Σ tempat tidur

C : Jumlah hari libur dalam 1 bulan = 6 hari

BOR bulan Februari 2015 : 89,14%

Tenaga perawat = A x B x 28
10

(28 hari - C) x jam kerja / hari)

= 4 x (89,14% x 26) x 28

(28-6) x 7

= 2595,75

154

= 16,85 orang 17 orang

Analisa :

Dari perhitungan tenaga keperawatan menurut Gillies, jumlah

perawat yang dibutuhkan di ruang Teratai adalah 17 orang.

Sedangkan jumlah perawat di ruang Teratai saat ini adalah 20

orang ( perawat orientasi dan kepala ruang tidak termasuk ).

Satu diantaranya adalah tenaga administrasi. Jadi menurut

teori Gillies jumlah perawat diruang Teratai sudah lebih baik

tetapi kelebihan 3 perawat. Hal ini dikarenakan proses

pemindahan ruangan yang sebelumnya jumlah tempat tidur

lebih banyak dari ruangan yang saat ini ditempati. Jumlah

tempat tidur di ruangan yang dulu sebanyak 34 bed,

sedangkan di ruangan sekarang hanya 26 bed saja.

b) Menurut Swansburg

Penghitungan tenaga keperawatan yang berhubungan dengan

sensus harian, jam efektif, perawatan per hari, jam kerja

perawat per hari dan jumlah hari kerja perawat per minggu.

A : Sensus harian pasien jumlah pasien bulan februari


11

Jumlah hari

= 649 : 28

= 23,12

= 23 orang

B : Jam efektif perawatan per hari = 4 jam

C : Jam kerja perawat per hari = 7 jam

D : Jumlah hari kerja perawat per minggu =6 hari

 Total jam perawat per hari = A x B

= 23 x 4

= 92 jam

 Kebutuhan staf per shift = (A x B) : C

= 92 : 7

= 13,14 FTE

 Kebutuhan total FTE per minggu = nFTE x 6 hari

= 13,14 x 6

= 78,85

= 79

 Total kebutuhan tenaga = n FTE / minggu

Jumlah hari kerja perawat perminggu

= 79 : 6

= 13,16 orang

=13 orang
12

 Komposisi tenaga keperawatan

Jumlah perawat 13 orang

Analisa :

Dari perhitungan menurut pendapat Swansburg didapatkan

hasil 13 orang perawat. Jadi jumlah perawat di ruang Teratai

sudah cukup dari pendapat Swansburg tetapi kelebihan 7 orang

perawat dikarenakan hal yang sama yaitu jumlah tempat tidur

di ruang yang lama lebih banyak dari pada jumlah tempat tidur

di ruangan yang ditempati saat ini.

c) Menurut Lokakarya Keperawatan

Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya

Keperawatan dengan mengubah satuan hari dengan minggu.

Rumus untuk penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan

adalah sebagai berikut.

Rumus = jam perawatan 24 jam x 7(tempat tidur x BOR )+ 25%

Hari kerja efektif x 40 jam

= 24 x 7(26 x 89,14 % ) + 25 %

6 x 40

= 16,22 + 25 %

= 16,47 16 orang

Analis :
13

Dari perhitungan menurut pendapat Lokakarya Keperawatan

didapatkan hasil 16 orang perawat, sedangkan perawat di

ruangan sebanyak 20 orang dan 1 tenaga administrasi,

sehingga sudah cukup tenaga keperawatan, bahkan kelebihan 4

orang perawat.

d) Menurut Depkes (2011)

Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan) harus

memperhatikan unit kerja yang ada di rumah sakit. Secara garis

besar terdapat pengelompokan unit kerja di rumah sakit sebagai

berikut.

Berdasarkan klasifikasi pasien di rawat inap cara

penghitungannya berdasarkan :

1) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus

2) Jumlah perawatan yang diperlukan/hari/pasien

3) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari

4) Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari

Jumlah tenaga keperawtan yang diperlukan

Rumus A = Rata-rata pasien per hari x Rata-rata jam perawatan

Jam kerja efektif per hari

= (649 : 28) x 4

= 92,71 : 7

= 13,24 13 orang
14

Faktor koreksi pertama dengan hari libur/cuti/hari besar (loss

day)

Rumus B :

Jumlah hari minggu 1 bln + hari cuti + hari besar x perawat tersedia

Jumlah hari kerja efektif

= ( 4 + 1 + 2) x 19 = 137 = 4,89

28 28

Faktor koreksi kedua dengan Tugas Non Keperawatan

Rumus C = (Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%

= (13 + 4,89) x 25%

= 4,47

Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan :

=A+B+C

=13+4,89+4,47

= 22,36

= 22 orang

Analisa :

Dari perhitungan menurut Depkes (2011) didapatkan hasil 22

orang perawat, sedangkan perawat di ruangan sebanyak 20

orang, sehingga tenaga keperawatan masih kurang 2 orang

perawat di ruangan.

c. Metode

Dalam proses tindakan keperawatan terdapat prosedur-prosedur khusus

yang harus dipahami karena prosedur tersebut adalah acuan tindakan

keperawatan yang harus dilakukan.


15

1) Menerima pasien baru

a) Pengertian: Memperkenalkan pasien baru dari poliklinik,

UGD, VK atau ruang lain terhadap lingkungan perawatan dan

pengobatan di Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta.

b) Tujuan:

(1) Pasien dan keluarga dapat mengenal dan mengerti

tentang perawatan dan pengobatan yang akan diberikan

pada pasien sehingga pasien dan keluarga dapat

merasakan kenyamanan selama perawatan.

(2) Mengenal lingkungan ruangan, prosedur yang diterima,

tata tertib pada pasien / keluarga.

(3) Mengurangi kecemasan pada pasien / keluarga, agar

merasa tenang dan percaya pada perawat atau petugas.

c) Kebijakan : Seluruh pasien rawat inap di Rumah Sakit Dr.

OEN Surakarta.

d) Prosedur :

(1) Peralatan :

(a) Status Pasien

(b) Tempat Status Pasien

(c) Barcode (nama pasien, nomer register, usia pasien /

tanggal lahir)

(d) Gelang pasien biru/pink/kuning/merah

(e) Blangko formulir penerimaan pasien baru

e) Pelaksanaan :
16

(1) Petugas melakukan serah terima pasien baru dengan

perawat ruangan.

(2) Memindahkan pasien ketempat tidur yang sudah

disediakan

(3) Mengatur posisi pasien senyaman mungkin

(4) Memasang Oksigen bila dibutuhkan

(5) Memasang gelang identitas yang sudah diberi barcode

di ekstremitas, laki-laki biru, perempuan pink, resiko

jatuh kuning dan alergi merah.

(6) Mengorientasikan pasien / kelurga dengan ruang

perawatan

(7) Menjelaskan / mengenalkan tim yang memberikan

perwatan dan dokter yang merawat.

(8) Menjelaskan tentang hak dan kewajiban pasien

(9) Menjelaskan tentang catatan perkembangan kondisi

rencana asuhan keperawatannya

(10) Menjelaskan tentang waktu konsultasi, rencana

keperawatan, peraturan ruangan dan peraturan Rumah

Sakit.

(11) Menjelaskan tentang pengaman tempat tidur

(12) Menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan

pada pasien

(13) Menjelaskan persiapan pasien pulang

(14) Menjelaskan sistem pembayaran / administrasi


17

(15) Menjelaskan persyaratan ASKES dan kerjasama

dengan perusahaan

(16) Memberikan tas paket untuk persiapan mandi

(17) Setelah memberikan informasi, formulir penerimaan

pasien baru ditandatangani oleh keluarga pasien,

perawat dan dokter yang merawat.

f) Unit terkait : Medical record dan Admission

Sumber: Buku Prosedur Tetap RS Dr. Oen Surakarta

2) Pengelolaan Pasien Pulang

a) Pengertian: Mempersiapkan berkas-berkas pasien dan anjuran

atau nasehat untuk pasien pulang, obat jalan yang akan dipakai

pasien untuk pengobatan selanjutnya ataupun kembali kerumah

sakit untuk tujuan kontrol atau rawat inap kembali.

b) Tujuan :

(1) Sebagai acuan untuk menyiapkan pasien yang akan pulang,

obat jalan.

(2) Untuk memberikan pengertian pasienmengenai perawatan

dirumah dan hal-hal yang harus di bawa pasien saat pasien

kontrol.

c) Kebijakan : Seluruh pasien rawat inap di Rumah Sakit

Dr. OEN Surakarta.

d) Prosedur :

(1) Peralatan

(2) Obat-obat yang akan dibawa pulang


18

(3) Hasil pemeriksaan penunjang medic / kalau perlu

(4) Surat keterangan istirahat

(5) Blanko persiapan pulang

(6) Seperangkat pakaian pasien bila perlu

(7) Kursi roda

e) Tahap Pra Interaksi:

(1) Mengecek program therapi

(2) Mencuci tangan

(3) Menyiapkan alat

f) Tahap Orientasi:

(1) Memberi salam dan menyebut nama pasien

(2) Menjelaskan tujuan dan prosedur

(3) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien

g) Tahap Kerja:

(1)Perawat ruangan menyiapkan blanko anjuran pasien pulang,

obat jalan

(2)Menyiapkan obat-obatan yang akan dibawa pulang pasien

(3)Menyiapkan hasil-hasil pemeriksaan yang dimiliki pasien

selama di rawat di rumah sakit

(4)Perawat menuliskan anjuran yang harus dilakukan pasien

setelah pulang dari Rumah Sakit:

(a) Nama dokter yang merawat, hari dan tanggal kontrol

dan jam kontrol dokter


19

(b) Obat yang diminum pasien (nama obatnya, cara

minum obat, waktu minum obat dan obatnya)

(c) Nasihat tentang aktivitas paien saat dirumah,

perawatan luka saat dirumah, keluhan yang perlu

dilaporkan dan lain-lain

(d) Hasil-hasil pemeriksaan yang dimiliki berikut jumlah

lembaran yang akan diterimakan pasien dari hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan.

(e) Setelah pasien atau keluarga menyerahkan tanda lunas

perawat membawa berkas-berkas dan obat-obatan

yang telah dipersiapkan untuk dibawa pulang ke

rumah pasien.

(f) Perawat menjelaskan semua anjuran-anjuran yang

telah dipersiapkan kepada pasien dan keluarga.

(g) Perawat dan pasien atau keluarga menandatangani

blanko anjuran pasien pulang, sebagai bukti bahwa

perawat sudah memberikan anjuran, berkas-berkas

pasien dan obat-obat yang harus dibawa pulang pasien

(h) Perawat menanyakan kesiapan pasien pulang untuk

diantar perawat sampai didepan rumah sakit

h) Tahap Terminasi:

(1) Melakukan evaluasi tindakan

(2) Berpamitan dengan pasien

(3) Membereskan alat


20

(4) Mencuci tangan

(5) Mencatat kegiatan pada catatan perawatan

(6) Melakukan check out

Sumber: Buku Prosedur Tetap RS Dr. Oen Surakarta

3) Pengelolaan Pasien Operasi

Prosedur Tetap Persiapan Pasien Pre Operasi

a) Pengertian: Menyiapkan pasien sebelum dilakukan tindakan

operasi agar pelaksanaan operasi berlangsung lancar.

b) Tujuan :

(1) Sebagai acuan untuk menyiapkan pasien pre operasi di

rawat inap.

(2) Mempersiapkan kondisi psikis, fisik,pasien dalam

mengahadapi tindakan operasi.

c) Kebijakan :

(1) Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi.

(2) Perawat yang melakukan tindakan.

d) Prosedur :

(1) Memberitahu pasien dan keluarga kapan operasi (Hari,

tanggal, jam, dokter yang akan mengoperasi serta

persiapannya).

(2) Memintakan surat persetujuan operasi dari keluarga yang

bertanggung jawab terhadap pasien.


21

(3) Menjelaskan kepada keluarga tentang persetujuan operasi

dan biaya operasi sesuai dengan kelasnya (kelas I dan VIP

biaya operasi bias dibayar setelah operasi).

(4) Melengkapi pemeriksaan laborat sesuai kasusnya.

(5) Pasien usia lebih dari 40 tahun dilakukan pemeriksaan

ECG.

(6) Kalau perlu kolaborasi dengan dokter jantung sesuai

advis dokter

(7) Mempersiapkan persediaan darah sesuai advis dokter

(8) Mendaftarkan ke kamar operasi dengan membawa buku

expedisi dan surat persetujuan operasi yang telah di tanda

tangani keluarga dan saksi

(9) Bila dokter antestesi dan dokter jantung sudah setuju

operasi, pasien disiapkan:

(a) Mempuasakan 6 jam untuk dewasa dan untuk anak-

anak 4-5 jam

(b) Memotong kuku, membersihkan make up dan cat

kuku.

(c) Melepas perhiasan, gigi palsu (bila memakai),

mencukur rambut/ bulu pada daerah yang akan di

operasi.

(d) Lavement bila perlu.

(e) 1 jam sebelum tindakan oerasi baju pasien diganti

dengan baju operasi dan setelah sampai dikamar


22

operasi diganti baju OK serta memakai topi operasi

bila perlu.

(f) 15 menit sebelum berangkat kekamar operasi

dilakukan pemeriksaan vital sign dicatat di catatan

perawatan.

(10) Menyiapkan status pasien:

(a) Melengkapi blanko persiapan operasidan ditanda

tangani.

(b) Menyiapkan rongent foto, membawa obat-obat bila

perlu.

(c) Darah bila perlu

(11) Apabila tindakan operasi menyangkut kecacatan tubuh, di

tulis di blanko persetujuan operasi.

(12) Apabila penitipan biaya operasi belum memenuhi syarat,

melaporkan ke supervisor/ manager.

Sumber: Buku Prosedur Tetap RS Dr. Oen Surakarta

Prosedur Tetap Mengantar Pasien Ke Kamar Operasi

a) Pengertian : Serah terima pasien dari perawat ruangan

ke perawat operasi.

b) Tujuan :

(1) Sebagai acuan untuk mengantar pasien yang akan

dilakukan tindakan operasi sesuai persiapan yang telah

ditentukan .
23

(2) Memperlancar program operasi.

c) Kebijakan :

(1) Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi

(2) Perawat yang mengantar pasien.

d) Peralatan :

(1) Status pasen

(2) Foto rontgen

(3) Obat bila ada

(4) Kursi roda / bed pasien

(5) Persediaan darah bila ada

(6) Baju operasi dan topi operasi

e) Prosedur :

(1) Setelah mendapat panggilan dari kamar operasi perawat

ruangan memberi tahu pasien dan keluarga, bila pasien

akan segera diantar kekamar operasi.

(2) Mengecek kelengkapan blanko persiapan operasi dan

ditandatangani oleh perawat apabila semua persaiapan

sudah lengkap.

(3) Mengantar pasien menggunakan tempat tidur / kursi roda

(4) Mengganti baju operasi sesampainya di ruang OK.

(5) Melakukan serah terima antara perawat bangsal dengan

perawat ruang operasi dan perawat ruang operasi

menandatangani blanko persiapan operasi.

(6) Membawa kembali tempat tidur/ kursi roda ke ruangan


24

Sumber: Buku Prosedur Tetap RS Dr. Oen Surakarta

Prosedur Tetap Mengambil Pasien Dari Kamar Operasi

a) Pengertian: Serah terima pasien beserta program therapy dari

perawat Recovery Room (RR) dengan perawat ruang.

b) Tujuan : Sebagai acuan untuk mengambil pasien

post operasi.

c) Kebijakan :

(1) Pasien yang telah dilakukan operasi di kamar operasi

(2) Perawat yang melakukan tindakan

d) Prosedur :

(1) Petugas Recovery Room memberitahu perawat ruang

bahwa pasien post operasi bias dipindahkan keruangan

(2) Perawat ruangan datang dengan membawa tempat tidur

yang sidah disiapkan serta baju operasi keruang RR

(3) Memindahkan pasien ketempat tidur ruangan dan diganti

baju ruangan

(4) Perawat RR serah terima dengan perawat ruang tentang

KU pasien, therapy yang diberikan dari anestesi, diet,

dilakukan PA/ tidak dan instruksi lain.

(5) Perawat ruangan membawa pasien kembali ke ruangan

dan mengobservasi KU pasien dengan EWS (Early

Worning Score) tiap 30 menit. (sampai ± 2 jam).


25

(6) Perawat ruangan mencatat KU pasien pada lembar

catatan perawat dan melengkapai dokumentasi perawatan.

Sumber: Buku Prosedur Tetap RS Dr. Oen Surakarta

4) Pengelolaan Pemeriksaan Diagnostik : USG, BNO, IVP

a) Pengertian: Persiapan pasien untuk pemeriksaan radiologi

adalah prosedur yang harus dijalani pasien sebelum di lakukan

pemeriksaan radiologi.

b) Tujuan : Untuk mendapatkan gambar / hasil

pemeriksaan yang optimal dan untuk menjaga keselamatan

pasien.

c) Kebijakan :

d) Penjelasan pemeriksaan dilakukan oleh ahli radiologi atau

radiografer atas sepengetahuan ahli radiologi.

e) Pasien diberi penjelasan secara tertulis maupun lisan

f) Prosedur :

(1) BNO (dengan persiapan), COLON IN LOOP, IVP (Intra

Vena Pyelografi)

(a) Satu hari sebelum pemeriksaan makan makanan yang

mudah dicerna dan rendah serat (bubur kecap, roti

tawar)

(b) Minum obat urus-urus (garam inggris / dulcolax) 12

jam sebelum pemeriksaan

(c) Sesudah minum obat urus-urus, tahan makan sampai

dilakukan pemeriksaan, boleh minum air putih


26

(d) Untuk pemeriksaan IVP harus ada pemeriksaan ureum

dan creatinin (kreatinin tidak boleh > 1,7 mg/dl, ureum

maksimal 70 mg/dl.

Catatan: colon in loop dengan diagnosa invaginasi,

megacolon tidak perlu persiapan

(2) USG Abdomen (Hepar, Pankreas, Kandung Empedu)

(a) Menganjurkan pasien untuk puasa minimal 6 jam

sebelum pemeriksaan, boleh minum air putih

(b) Menganjurkan pasien untuk menahan kencing sampai

pemeriksaan USG selesai.

(3) USG Abdomen Bagian Bawah (VU, Obstetry Dan

Gynekologi)

(a) Menganjurkan pasien untuk menahan kencing sampai

pemeriksaan USG selesai.

(b) Unit Terkait: Rawat Jalan dan Rawat Inap

Sumber: Buku Prosedur Tetap RS Dr. Oen Surakarta

5) Mendampingi Dokter Visite

a) Pengertian : Tindakan yang dilakukan perawat saat doker visite

kepada pasien yang menjadi kelolaannya.

b) Tujuan:

(1) Agar perawat mengerti keadaan dan perkembangan klien

(2) Agar perawat memahami dan mengerti program terapi

yang diberikan dokter untuk pasien


27

c) Kebijakan : Seluruh pasien rawat inap di Rumah Sakit Dr.

OEN Surakarta.

d) Prosedur :

(1) Peralatan:

(a) Stastus klien

(b) Stetoskop

(2) Tahap Pra Interaksi:

(a) Mengecek status sesuai jadwal dokter

(b) Mencuci tangan

(c) Menyiapkan alat

(3) Tahap Orientasi:

(a) Memberi salam

(b) Menjelaskan tujuan

(4) Tahap Kerja:

(a) Menyiapkan pasien

(b) Dokter memeriksa pasien

(c) Perawat memperhatikan penjelasan yang disampaikan

ke pasien/keluarga jika perlu menggunakan catatan kecil

(d) Merapikan pasien

(e) Mendampingi dokter :

i. Memperhatikan instruksi yang ditulis dokter

sambil memvalidasi

ii. Meminta resep

iii. Memeinta pengantar pemeriksaan jika diperlukan.


28

(5) Tahap Terminasi:

(a) Melakukan evaluasi instruksi dokter

(b) Membereskan alat

(c) Mencuci tangan


Sumber: Buku Prosedur Tetap RS Dr. Oen Surakarta
B. Proses

1. Proses Asuhan Keperawatan

a. Tinjauan Teori

Metode pemberian asuhan keperawatan dengan berorientasi pada

penyelesaian pekerjaan atau penyelesaian prosedur saja. ( Gillies,

1994 ).

Ciri-ciri :

1) Berorientasi pada tugas ( task oriented method ).

2) Tugas dibagi menurut jenis atau kelompok.

3) Tiap orang bertanggung jawab kepada kepala ruang.

4) Mengutamakan untuk pelayanan dengan muatan yang besar

dengan tenaga professional yang terbatas.

Keuntungan :

1) Perawat menjadi lebih terampil dalam melakukan satu tugas

yang biasa menjadi tanggung jawabnya.

2) Pekerjaan menjadi lebih efisien.

3) Relatif lebih sedikit dibutuhkan tenaga perawat.

4) Mudah dalam mengkoordinasi pekerjaan.

5) Terjadi proses distribusi dan pemantauan tugas atau pekerjaan.


29

6) Perawat lebih mudah menyelesaikan tugas sehingga tugas

menjadi lebih cepat selesai.

Kerugian :

1) Pekerjaan kadang menjadi tidak efektif.

2) Tugas perawat cenderung monoton sehingga dapat

menimbulkan rasa bosan.

3) Kesempatan untuk melakukan komunikasi antar petugas

menjadi lebih sedikit, selain itu perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan tidak melihat pasien secara holistik dan

tidak berfokus pada masalah pasien sehingga tidak professional,

tidak memberikan keputusan baik pada pasien maupun pada

perawat, dan kadang bisa terjadi saling melempar tanggung

jawab bila terjadi kesalahan.

b. Observasi :

Berdasarkan wawancara dan observasi. Metode asuhan

keperawatan di Ruang Teratai Dr. Oen Surakarta menggunakan

metode tim. Tim ini dibagi menjadi 2 yaitu TIM 1 dan TIM 2,

dimana dalam satu TIM ada ketua tim dan anggota TIM. Ketua tim

menjadi penanggung jawab di setiap siftnya, bertugas

mengkoordinir, mengawasi dan menentukan program kerja

anggotanya. Selain itu berdasarkan wawancara dengan kepala

ruang, dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus

mengetahui kebutuhan anak dengan menggunakan istilah mother

insting yaitu harus bersifat keibuan, mengikuti cara berpikir anak


30

atau mengetahui dunia anak, memberikan pendekatan merayu

dengan kasih sayang atau bermain, dengan lemah lembut suapaya

anak-anak tidak merasa takut saat diberikan asuhan keperawatan.

c. Analisa :

Setelah dilakukan wawancara dan observasi kepada kepala ruang

Teratai Dr.Oen Surakarta yang diterapkan adalah metode Tim dan

mother insting.

2. Proses Manajemen Ruangan

a. Planning

1) Tinjauan Teori

Perencanaan fungsi dasar manajemen adalah suatu tugas prinsip

dari semua manager dalam devisi keperawatan ini adalah suatu

proses sistematika dan memerlukan ilmu pengetahuan yang

mendasari teori manajemen. Elemen pertama dari manajemen

menurut Fayol adalah perencanaan. Ia mendefinisikan hal ini

sebagai membuat rencana tindakan untuk memberikan pandangan

ke depan. Rencana kegiatan ini harus berkelanjutan, fleksibel dan

dibuat teliti. Fayol menguraikan isi kegiatan usahanya untuk

perkembangan besar dari usaha yang berhubungan dengan

metodologi. Rencana ini termasuk buku tahunan dan ramalan 10

tahun yang akan datang. Hal ini diperbaiki dengan pengalaman

setiap tahun, beri kegiatan bertahap dan mencegah urusan

melawan perubahan yang tidak menyenangkan.


31

Konsep Fayol memudahkan cara perencanaan sumber dan seleksi

dari pendekatan yang baik untuk mencari tujuan, perencanaan

mempermudah seni menangani orang-orang. Hal ini mendapat

keberanian moral, karena hal ini dapat memastikan perencanaan

yang efektif memerlukan kontinuitas jabatan, perencanaan yang

baik merupakan kompetensi :

a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai

sasaran dan tujuan

b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan

c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personil

dan fasilitas yang tersedia

d) Hal tersebut efektif dalam hal biaya

e) Hal tersebut membantu dalam koping situasi krisis

f) Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang,

sehingga membantu menurunkan elemen perubahan

g) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan

untuk berubah

h) Hal tersebut dibutuhkan untuk kontrol efektif

Beberapa bentuk data yang harus dikumpulkan dan dianalisa

untuk tujuan perencanaan meliputi :

a) Sensus rata-rata pasien tiap hari

b) Kapasitas tempat tidur dan pekerjaan

c) Rata-rata lama dirawat

d) Jumlah kelahiran
32

e) Jumlah operasi

f) Kecenderungan dalam populasi pasien

(1) Diagnosis

(2) Kelompok usia

(3) Keparahan penyakit

(4) Ketergantungan fisik

g) Kecenderungan dalam teknologi

(1) Prosedur diagnostic

(2) Prosedur terapeutik

h) Analisa lingkungan

(1) Dampak kekuatan pada keperawatan dalam :

ketersediaan perawat, masuk keluarnya perawat,

departemen lain

(2) Dampak kekuatan perawat dari luar : pemerintah,

pendidikan, badan-badan akreditasi dan lain-lain.

(3) Kecenderungan dalam perawatan kesehatan tersebut

perubahan dalam karakteristik

(4) Ancaman terhadap profesi keperawatan

(5) Kesempatan untuk profesi keperawatan

Menurut Siagian, perencanaan yang baik harus memiliki prinsip-

prinsip sebagai berikut :

a) Mengetahui sifat atau ciri suatu rencana yang baik

b) Memandang suatu proses perencanaan sebagai suatu

rangkaian yang harus dijawab dengan pendekatan 5W 1H


33

c) Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah

yang harus diselesaikan menggunakan teknik ilmiah,

harus disusun secara sistematik.

2) Hasil Observasi

a) Pengembangan Staf

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang dapat diketahui

bahwa dalam pengembangan staf diruangan merencanakan

diadakannya pelatihan dan sertifikasi keperawatan anak bagi

perawat ruangan, karena selama ini belum ada pelatihan

tentang keperawatan anak secara khusus.

b) Pengembangan Ruang dan Alat

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang dapat diketahui

bahwa perencanaan untuk pengembangan ruang dan alat

belum ada, karena untuk saat ini kebutuhan alat sudah

lengkap dan sudah sesuai dengan kebutuhan seperti ECG,

tensi monitor, ambubag, dll. Sehingga tidak ada perencanaan

untuk menambah alat dibangsal teratai.

c) Penjadwalan Shift Jaga Keperawatan

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang diketahui

bahwa perencanaan untuk penjadwalan shift jaga

keperawatan di ruang teratai menggunakan metode TIM,

yaitu dalam satu shift ada 2 TIM dan dalam satu TIM harus

ada ketua TIM yang bertanggung jawab atas tim yang


34

dikelolanya. Dalam pemilihan ketua TIM harus melihat

kemampuan dari ketua TIM tersebut dan dianggap bisa

bertanggung jawab untuk anggotanya. Namun ketua TIM

tidak hanya mempedulikan / memperhatikan TIM nya saja

tetapi juga harus memperhatikan TIM yang lain walaupun

bukan tanggung jawabnya.

d) Penambahan Tenaga Keperawatan

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang diketahui

bahwa ada perencanaan untuk penambahan tenaga

keperawatan, karena diruang teratai ini menggunakan teori

Dep.Kes tahun 2005 untuk penghituanan tenaga keperawatan.

Selain itu ada juga untuk mengganti tenaga perawat yang

dipromosikan (OK, UGD, renal unit) dan perawat yang

rencana pensiun sehingga perlu ditambah untuk tenaga

keperawatan.

3) Analisa

Setelah dilakukan wawancara dan observasi kepada kepala

ruang Teratai Dr.Oen Surakarta, perlu adanya pelatihan

keperawatan anak yang bersertifikasi. Untuk kebutuhan alat

di Ruang Teratai sudah cukup. Perencanaan tenaga

keperawatan di Ruang Teratai menggunakan dasar

perhitungan tenaga menurut Depkes 2005. Dari perhitungan

tenaga tersebut, perawat di Ruang Teratai masih kurang

sehingga masih merencanakan penambahan tenaga perawat.


35

b. Organizing

1) Tinjauan Teori

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk

tujuan mencapai objektif, penugasan suatu kelompok, manajer

dengan autoritas pengawasan setiap kelompok, dan menentukan

cara dari pengkoordinasian aktifitas yang tepat dengan unit

lainnya. Baik secara vertikal maupun horizontal, yang

bertanggung jawab untuk mencapai objektif organisasi.

Prinsip-prinsip pengorganisasian

a) Prinsip Rantai Komando

Prinsip ini mendukung proses struktur mekanistis dengan

autoritas sentral yang mensejajarkan autoritas dan tanggung

jawab. Komunikasi terjadi sesuai rantai komando dan

cenderung satu arah ke bawah. Pada organisasi keperawatan

modern rantai komando ini adalah datar, dengan garis

manajer dan staf teknis serta administrasi yang mendukung

staf perawat klinis.

b) Prinsip Kesatuan Komando

Prinsip kesatuan komando mengatakan bahwa seorang

pekerja mempunyai satu penyedia, satu pemimpin, dan satu

rencana untuk kelompok aktivitas dengan objektif yang

sama. Prinsip ini masih diikuti oleh kebanyakan organisasi

keperawatan tetapi masih terus dimodifikasi dengan


36

memunculkan teori organisasi. Prinsip kesatuan komando ini

seperti juga praktek bersama.

c) Prinsip Spesialisasi

Prinsip spesialisasi adalah setiap orang harus dapat

menampilkan suatu fungsi kepemimpinan tunggal, sehingga

ada devisi tenaga kerja. Prinsip rantai komando sebenarnya

untuk menggabungkan kelompok-kelompok dengan

spesialitas yang menimbulkan fungsi departementalitas.

Asuhan keperawatannya biasanya kepala ruang akan

menyuruh perawat untuk melakukan asuhan keperawatan dan

didokumentasikan. Untuk tugas administrasi ruang langsung

berhubungan dengan kasir, misalnya jika ada pasien yang

akan pulang ruangan akan menghubungi tugas kasir untuk

merincikan biaya perawatan selama di rumah sakit. Dan

dalam tugas rumah tangga dan kebersihan ruangan sudah ada

yang menangani sendiri yaitu petugas cleaning service.

2) Hasil Observasi

a) Tugas Asuhan Keperawatan

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala ruang,

dapat diketahui bahwa metode penugasan yang digunakan

untuk pengelolaan klien khususnya asuhan keperawatan

adalah metode TIM, sehingga asuhan keperawatan berjalan

sesuai dengan TIM masing-masing, dalam satu shift dibuat

dua tim yaitu Tim I menangani pasien diruang H dan Tim II


37

menangani pasien di ruang T, G dan ISO. Tiap Tim

dikoordinasi oleh Ketua Tim yang sudah ditentukan oleh

Kepala Ruang.

b) Tugas Administrasi

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala ruang,

di Ruang Teratai ada 1 orang yang bertugas sebagai tenaga

administrasi. Dimana tugas administrasi antara lain

memenuhi kebutuhan baik medis, non medis, alat tulis,

maupun kebutuhan rumah tangga yang ada di ruangan. Saat

shift siang dan malam yang berperan dalam mengurusi

administrasi adalah pembantu perawat dan salah satu perawat

yang ditunjuk untuk mengurusi administrasi.

c) Tugas Rumah Tangga dan Kebersihan

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala ruang,

untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang bertanggung

jawab adalah petugas administrasi. Kemudian untuk petugas

kebersihan dilakukan oleh cleaning service. Tugas cleaning

service meliputi menyapu, mengepel, membersihkan debu

dan barang-barang, baik membersihkan di dalam Ruang

Teratai maupun di luar ruangan. Sehingga petugas cleaning

service mempunyai tanggung jawab terhadap atasannya dan

juga kepada kepala ruang di Teratai.

3) Analisa
38

Bangsal Teratai menggunakan prinsip kesatuan komando.

Dimana setiap perawat mempunyai tugas masing-masing dan

akan bertanggung jawab kepada ketua TIM, artinya setiap

perawat harus bisa melakukan tugas tersebut dan bisa

mempertanggung jawabkannya. Pada prinsip ini telah berjalan

dengan baik karena perawat bisa berlatih tanggung jawab atas

sesuatu yang dilakukan, selain itu perawat juga tahu kondisi

pasien secara detail.

c. Action

1) Tinjauan Teori

Pembuatan keputusan adalah suatu proses perundingan, kognitif

yang terdiri dari langkah-langkah yang secara bertahap dapat

dianalisa dan dijelaskan. Ada 9 langkah dalam pembuatan

keputusan, antara lain :

a) Langkah pertama dan sering kali tidak dikenal dalam

pembuatan keputusan adalah untuk menentukan tujuan-tujuan

dan prioritas-prioritasnya.

b) Langkah kedua yaitu untuk menerima suatu tantangan atau

permasalahan yang memerlukan suetu keputusan.

c) Langkah ketiga terdiri dari: pengidentifikasian kriteria bagi

suatu tanggapan keberhasilan terhadap tantangan suatu

permasalahan.

d) Langkah keempat adalah meneliti kursus-kursus alternatif

yang memungkinkan
39

e) Langkah kelima adalah meningkatkan alternatif –alternatif

untuk meningkatkan atau penemuan kriteria yang paling

baikdalam penerimaanya

f) Langkah keenam adalah untuk memilih suatu alternatif

g) Langkah ketuju adalah mengenai pembebasan pernyataan

terhadap kegiatan yang dipilih

h) Langkah kedelapan adalah untuk membuat kepeutusan dengan

mengambil kegiatan sendiri atau memberiksan tugas kepada

orang lain untuk mengambil kegiatan

i) Langkah kesembilan adalah menetapkan tujuan dan mengikuti

kursus yang di pilih melawan arus balik yang negatif

2) Hasil Observasi

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala ruang, dapat

diketahui bahwa yang menjadi komando atau penggerak bagi tiap

kegiatan diruang Teratai adalah kepala ruang. Namun apabila

kepala ruang tidak ada ditempat atau sedang ada urusan lain maka

ada pendelegasian tugas yang dilimpahkan kepada perawat yang

ditunjuk sebagai koordinator. Perawat yang ditunjuk sebagai

koordinator tersebut diambil dari salah satu ketua TIM yang

dianggap mampu untuk menggerakan tiap kegiatan diruangan

tetapi tidak mengurangi jumlah penjadwalan dalam satu shift.

3) Analisa

Pembuatan keputusan di ruang Teratai diambil oleh kepala

ruangan, namun pada prosesnya tetap harus ada pembahasan


40

bersama. Keputusan yang diambil diusahakan tidak merugikan

siapapun dan untuk tujuan bersama.

d. Controlling

1) Tinjauan Teori

Hal yang perlu dicatat dalam pengawasan tidak hanya

dilaksanakan saat ada masalah. Apabila ada kegiatan yang tidak

dikerjakan dan apabila ada kegiatan yang tidak dilakukuan sesuai

standard keperawatan maka perlu dilakukan pemantauan yang

intensif secara terus menerus. Kepala ruang yang efektif selalu

proaktif mengidentifikasi dimana asuhan keperawatan dapat

ditingkatkan secara optimal mungkin sesuai standard yang ada

serta membantu dan mengantisipasi masalah yang timbul atau

beresiko timbul sebelum produktifitas kualitas ditentukan.

2) Hasil Observasi

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala ruang, dapat

diketahui bahwa jika ditemukan suatu masalah atau konflik dalam

pelaksanaan pelananan keperawatan diruangan harus memanggil

semua orang yang terlibat dalam masalah tersebut kemudian

menulis kronologinya sehingga menemukan permasalahan. Jika

sudah menemukan permasalahan maka akan diberikan sanksi

sesuai dengan kesalahan yang dilakukan.

3) Analisa

Dalam pengawasan kepala ruang sudah dilakukan dengan cukup

baik. Kepala ruang melakukan pengawasan dan pengontrolan


41

kinerja semua shift terutama shift pagi. Kepala ruang membagi

anggotanya dengan 2 tim yaitu tim ruang H dan tim ruang T, G

dan Iso masing – masing tim memiliki ketua tim dan anggota tim.

Pada shift siang dan malam system pengontrolan diambil alih

oleh ketua tim yang diawasi oleh coordinator shift siang dan

malam. Masing- masing perawat pelaksana dan juga ketua tim

juga memberikan solusi apabila ada permasalahan di ruang yang

dipimpinnya.

C. Output

Digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi ruang melalui pengamatan

terhadap beberapa indikator. Dalam poin ini akan dihitung BOR, LOS dan

TOI.

1. BOR (Bed Occupation Rate)

BOR menunjukan sampai seberapa jauh pemakaian tempat tidur yang

tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu, bila ini mendekati

100% berarti ideal standart nasional untuk rumah sakit dalam satu tahun

adalah 75% - 85%. ( Nursalam, 2011 )

Berikut ini adalah perhitungan BOR pada bulan Februari 2015 di Ruang

Teratai RS Dr.Oen Surakarta

Rumus mencari BOR :

P = O x 100% / A

Keterangan :

O : Rata-rata tempat tidur terisi


42

:∑ TT terisi ( th/bl ) : ∑ hari ( th/bl )

A : Tempat tidur yang siap pakai

Diketahui :

Tempat tidur terisi/bulan : 649

Hari dalam 1 bulan ( Februari) : 28 hari

Tempat tidur siap pakai : 26

Rumus :

O = ∑ TT terisi (bln) : ∑ hari (bln) x 100%

Tempat tidur siap pakai

= 649 : 28 x 100%

26

= 89,14%

= 89%

Analisa:

Dari perhitungan di atas didapatkan BOR dari ruang Teratai adalah 89 %.

Sedangkan menurut standart ideal untuk Rumah Sakit nilai BOR adalah

75% - 85%. Jadi, hasil BOR yang diperoleh di ruang Teratai RS Dr.Oen

Surakarta memenuhi nilai standart rumah sakit, bahkan melebihi nilai

standart yakni >85%.

2. LOS ( Length of Stay )

LOS menunjukkan lama perawatan setiap pasien. Dimana perawatan

waktu yang baik maksimal 5 hari dengan standart minimum untuk RS

dalam 1 bulan adalah 3 hari. ( Nursalam, 2011 )


43

Berikut ini adalah perhitungan LOS pada bulan Februari 2015 di Ruang

Teratai RS Dr.Oen Surakarta

Diketahui :

Tempat tidur terisi/bulan : 649

Hari dalam 1 bulan ( Februari) : 28 hari

Pasien yang keluar dalam 1 Bulan : 197

Rumus :

Rata-rata TT yang terisi (th/bln) x hari dalam 1 bulan

LOS =

Pasien yang keluar dari 1 bulan

Keterangan :

Rat-rata TT yang terisi per hari = jumlah TT yang terpakai : jumlah dalam

1 bulan.

Pasien yang keluar = pasin pulang, pindah bangsal dan meninggal.

Rata-rata TT yang terisi per hari x hari dalam 1 bulan


LOS =
Pasien yang keluar dari 1 bulan
(649 :28) x 28
LOS =
197
= 3,29
= 3 hari
Analisa :

Dari perhitungan di atas didapatkan LOS di ruang Teratai yaitu 3 hari.

Sedangkan menurut standart minimal untuk Rumah Sakit yang ada, nilai
44

LOS adalah 3-5 hari, maka nilai LOS yang diperoleh di Ruang Teratai RS

Dr.Oen Surakarta sudah sesuai dengan standart dari Rumah Sakit.

3. TOI ( Turn Over Internal )

TOI menunjukkan waktu rata-rata tempat tidur yang ditinggalkan

pasien sampai diisi lagi. Standart minimal Rumah Sakit maksimal 3 hari

( dalam identitas ). ( Nursalam, 2011 )

Rumus mencari TOI :

TOI = (A - O) x 28 / D

Keterangan :

A : Tempat tidur yang siap pakai (26)

O : Rata-rata tempat tidur terisi

∑ TT terisi : ∑ hari dalam bulan = 649 : 28 = 23,17

D : Jumlah pasien yang keluar (197)

TOI = (A - O) x 28 / D

= (26-23,17) x 28 / 197

= 2,83 x 28 / 197

= 79,24 / 197

= 0.40

= < 1 hari

Analisa :

Dari perhitungan di atas didapatkan TOI di ruang Teratai adalah 0,40 ( < 1

hari ). Sedangkan standart untuk Rumah Sakit TOI adalah 1-3 hari. Jadi,

nilai TOI yang diperoleh di Ruang Teratai sudah lebih baik dari standart

Rumah Sakit.
45

4. SAK

Berisi tentang penilaian standart asuhan keperawatan yang meliputi :

a. Instrumen A

Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data guna menilai

kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan

oleh perawat. Adapun aspek yang dinilai dalam instrument ini adalah :

1) Pengkajian Keperawatan

2) Diagnosa Keperawatan

3) Perencanaan Keperawatan

4) Tindakan Keperawatan

5) Evaluasi Keperawatan

6) Catatan Asuhan Keperawatan

Penilaian ini dilakukan pada 10 sampel dokumentasi pasien yang telah

dirawat selama 3 hari.

Tabel 2.4 Instrumen Studi Dokumentasi ( Instrumen A )

Penerapan Standart Asuhan Keperawatan Di Ruang Teratai

No Aspek yang dinilai Hasil Keterangan


1 Pengkajian Keperawatan 100% Baik
2 Diagnosa Keperawatan 80% Baik
3 Perencanaan Keperawatan 88% Baik
4 Tindakan Keperawatan 85% Baik
5 Evaluasi Keperawatan 80% Baik
6 Catatan Asuhan Keperawatan 92% Baik
Sumber : Data primer perhitungan instrument A tanggal 9-10Maret
2015 di Ruang Teratai RS Dr. Oen Surakarta
Rata-rata pendokumentasian asuhan keperawatan adalah 525 : 6 =

87,5 %

Keterangan :
46

Baik = 70 – 100

Cukup = 31 – 69

Kurang = 0 – 30

Analisa :

Berdasarkan dari instrument A yang dilakukan terhadap 10 status

pasien yang telah dirawat minimal 3 hari, didapatkan hasil yaitu :

1) Pengkajian Keperawatan

Pada pengkajian keperawatan 100% sudah sesuai dengan

prosedur yang berlaku di Rumah Sakit dan sesuai dengan keadaan

pasien dan kriteria sebagai berikut:

a) Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian

b) Data dikelompokkan (bio, psiko, sosial, spiritual)

c) Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang

d) Data didokumentasikan secara benar dan valid (segera setelah

pasien datang dibangsal)

2) Diagnosa Keperawatan

Pada diagnosa keperawatan 80% yang dibuat sudah sesuai dengan

rumus diagnosa yang tepat. Sedangkan 20% terdapat pada

diagnosa keperawatan yang belum sesuai dengan data fokus atau

masalah pasien, dikarenakan banyaknya prioritas masalah yang

ditemukan pada pasien.

3) Perencanaan Keperawatan
47

Pada perencanaan keperawatan 88% sudah sesuai dengan kriteria

sebagai berikut:

a) Prioritas diagnosa tepat

b) Tujuan sesuai diagnosa keperawatan

c) Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat

perintah, terinci dan jelas dan atau melibatkan pasien/

keluarga

d) Rencana tindakan menggambarkan kerjasama dengan tim

kesehatan lainnya

Dari kriteria diatas terdapat 12% yang belum sesuai dengan

pedoman perencanaan keperawatan, yakni rumusan tujuan

mengandung komponen pasien/ subyek, perubahan, perilaku,

kondisi pasien, dan atau kriteria.

4) Tindakan Keperawatan

Pada tindakan keperawatan 85% sudah sesuai dengan penulisan

pendokumentasian dan tindakan keperawatan sudah dicatat sesuai

waktu yang jelas. Sedangkan 15% masih ada beberapa tindakan

yang belum mencatat respon subyektif dan obyektif dari pasien.

5) Evaluasi keperawatan

Persentase evaluasi keperawatan 80% sudah sesuai karena sudah

mengacu pada tujuan dan hasil evaluasi dicatat sesuai dengan

kondisi pasien. Sedangkan 20% perawat tidak membuat evaluasi

yang mengacu pada tujuan.

6) Catatan asuhan keperawatan


48

Catatan keperawatan 92% sudah baik karena sesuai dengan

kriteria catatan asuhan keperawatan sebagai berikut:

a) Ditulis pada format yang baku

b) Pencatatan ditulis dengan ringkas, jelas, baku, dan benar

c) Dokumentasi asuhan keperawatan ditulis tepat waktu atau

tidak ditunda

d) Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan

ketentuan

Dari kriteria catatan keperawatan diatas, sebanyak 8% belum

memenuhi kriteria yaitu pada isi dokumen kurang valid dan

sesuai perkembangan pasien dari masuk sampai pulang.

b. Instrumen B

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi

pasien atau keluarga terhadap asuhan keperawatan dan pelayanan

yang diberikan oleh Rumah Sakit. Aspek yang dinilai dari Instrumen

B antara lain :

1) Data Umum

2) Data Pelayanan

3) Kesan dan saran pasien atau keluarga untuk perbaikan bagi Rumah

Sakit.

Data diperoleh dengan cara membagikan kuesioner pada 10 pasien

yang telah dirawat minimal 3 hari. Instrumen B merupakan penilaian

pasien terhadap mutu asuhan perawatan dengan mengisi angket

keperawatan kepada pasien dengan syarat sebagai berikut :


49

1) Klien yang dirawat di Ruang Teratai minimal 3 hari.

2) Sukarela

3) Jumlah responden minimal 10 orang.

Tabel 2.5 Tingkat Pendidikan Pasien

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)


1 SD 0 0%
2 SLTP 0 0%
3 SLTA 6 60%
4 PT 4 40%
Jumlah 10 100%
Sumber : Data perhitungan tingkat pendidikan pada
Instrumen B tanggal 9-10 Maret 2015 di Ruang Teratai

Tabel 2.6 Pekerjaan Pasien

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)


1 Swasta 8 80%
2 PNS 2 20%
2 Lain-lain 0 0%
Jumlah 10 100%
Sumber : Data perhitungan pekerjaan pada Instrumen B
tanggal 9-10 Maret 2015di Ruang Teratai

Tabel 2.7 Lama Pasien Dirawat

No Lama Dirawat Jumlah Persentase (%)


1 3-7 hari 9 90%
2 >7 hari 1 10%
Jumlah 10 100%
Sumber : Data perhitungan lama pasien dirawat pada
Instrumen B tanggal 9-10 Maret 2015 di Ruang Teratai
Tingkat kepuasan terhadap pelayanan keperawatan :

Persentase kepuasan = Seluruh jawaban “Ya” x 100%

Keseluruhan jawaban

Hasil penghitungan untuk Instrumen B :


50

Persentase kepuasan = Seluruh jawaban “Ya” x 100%

Keseluruhan jawaban

= 174/200 x 100%

= 87%

Persentase Ketidakpuasan = Seluruh jawaban “Tidak” x 100%

Keseluruhan jawaban

= 26/200 x 100%

= 13%

Analisa :

Berdasarkan kuisioner yang telah disebarkan dan diisi oleh 10

responden sebagai sample, didapatkan hasil yaitu 87% menjawab

“Ya” dan 13% menjawab “Tidak”.

Berikut hasil dari nilai rata-rata tingkat kepuasan pasien terhadap

pelayanan keperawatan.

Tabel 2.8 Nilai rata-rata tingkat kepuasan pasien

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai 90 70 70 95 85 95 85 90 90 100
Jumlah 870
Rata-rata 87
Keterangan :

0 – 59 : Tidak memuaskan

60 – 79 : Cukup memuaskan

80 – 100 : Sangat memuaskan

Analisa :
51

Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan dan diisi oleh 10

responden sebagai sampel (pasien atau keluarga pasien) dapat di

simpulkan sebagai berikut :

1) Tingkat pendidikan pasien bervariasi dari SD, SLTA dan PT,

tetapi sebagian besar pendidikan pasien adalah SLTA dengan

persentase 60%.

2) Pekerjaan pasien bervariasi, tetapi sebagian besar pekerjaan

pasien adalah swasta dengan persentase 80%.

3) Rata-rata pasien dirawat selama 3 – 7 hari dengan persentase

90%.

Dari hasil perhitungan diatas yang dilakukan terhadap

koresponden dapat dilihat bahwa persentase kepuasan pasien

terhadap pelayanan di Ruang Teratai sebesar 87 yaitu cukup

memuaskan. Sedangkan dari hasil tersebut terdapat 87% yang

menjawab “Ya” dan 13% yang menjawab “Tidak”.

Ketidakpuasan tersebut dikarenakan terdapat koresponden yang

menjawab “Tidak” yaitu pada pasien tidak mengenal nama

perawat berjumlah 9, perawat tidak menjelaskan peraturan RS

saat pasien pertama kali masuk bangsal berjumlah 1, perawat

tidak menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan keperawatan

yang akan diberikan berjumlah 2, pasien/keluarga tidak

mengetahui perawat yang bertanggung jawab pada pasien setiap

pergantian dinas berjumlah 4, perawat tidak sabar memberikan

penjelasan tentang masalah yang pasien alami berjumlah 1,


52

perawat tidak sabar membantu pasien pada saat pasien tidak bisa

melakukan aktifitas sehari-hari (makan, minum, BAK, BAB, Alih

baring) berjumlah 1, perawat tidak menjelaskan resiko atau

bahaya suatu tindakan perawatan sebelum tindakan dilakukan

pada pasien berjumlah 3, perawat tidak mengawasi keadaan

pasien secara teratur pada pagi, siang, sore maupun malam hari

berjumlah 1, dalam hal memberikan obat perawat jarang

membantu meminumkan obat dan untuk ke depan pasien atau

keluarga pasien tidak akan merekomendasikan orang lain untuk

berobat ke RS Dr. Oen Surakarta bila mengalami sakit berjumlah

1. Tetapi dapat diambil kesimpulan bahwa pasien atau keluarga

merasa sangat puas terhadap mutu asuhan keperawatan di Ruang

Teratai RS Dr. Oen Surakarta.

Berikut terdapat kritik dan saran yang pasien/keluarga berikan

untuk memperbaiki pelayanan di Rumah Sakit, antara lain :

1) Tolong perhatikan masalah kebersihan, karena bak sampah

kadang sampai kotor di sekitarnya.

2) Untuk fasilitas air hangat di termos masih kurang, jika untuk

8 kamar belum cukup memadai.

3) Untuk fasilitas AC ruangan, mohon suhu AC disesuaikan

dengan cuaca. Kalau musim hujan suhu AC jangan di atur

-18 ̊ C, semua pasien jadi kedinginan.

4) Semua pelayanan dalam hal apapun sudah cukup

memuaskan. Semoga kedepannya menjadi lebih baik lagi.


53

5) Mohon ada ketegasan untuk pengunjung/penunggu yang

berlebihan jumlahnya dan bila lewat jam besuk. Karena

mengganggu pasien lain dan fasilitas kamar ditingkatkan.

c. Instrumen C

Digunakan untuk mengumpulkan data dan menilai pelaksanaan

kegiatan keperawatan yang sering digunakan oleh perawat. Aspek

yang dinilai antara lain persiapan dan pelaksanaan tiap tindakan

keperawatan. Penilaian ini dilakukan dengan 5 kali terhadap tindakan

yang dilakukan oleh perawat ruangan. Tindakan yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

1) Pemberian obat intracutan : 98,8 %

2) Pelepasan infuse : 81,25%

3) Memandikan pasien : 76,36%

4) Penggunaan nebulizer : 84,54%

5) Pemasangan infuse : 94,11%

Hasil perhitungan untuk Instrumen C :

Rata – rata untuk prosentase = 435,06 % : 5

= 87,01%

Kategori penilaian Instrumen C

< 40% : Buruk

40% - 80% : Cukup

>80% : Baik

Analisa :
54

Dari hasil perhitungan didapatkan persentase rata-rata 87,01%, maka

dapat disimpulkan bahwa 87,01% pelaksanaan tindakan keperawatan

seperti: pemberian obat intracutan, pelepasan infuse, memandikan

pasien, penggunaan nebulizer, dan pemasangan infuse sudah sesuai

dengan SOP, adapun kegiatan tersebut:

1) Pemberian obat intracutan

Pada pemberian obat intracutan 98,8% sudah sesuai dengan

Standart Operasional Prosedur (SOP). Hanya saja masih ada

kekurangan yaitu sebesar 100% tidak mencuci tangan, 40% tidak

memberikan salam terapeutik, 80% tidak memasang perlak dan

pengalas, 80% tidak memakai sarung tangan, 60% tidak membuang

spuit ke dalam bengkok, 60% tidak melakukan kontrol untuk

kegiatan selanjutnya, 60% tidak mencuci tangan setelah melakukan

tindakan

2) Pelepasan infuse

Pada pelepasan infuse 81,25% sudah sesuai dengan Standart

Operasional Prosedur (SOP). Hanya saja masih ada kekurangan

80% yaitu tidak mencuci tangan saat akan kegiatan, 100% tidak

memakai sarung tangan, 100% tidak memasang perlak dan

pengalas tidak memakai sarung tangan, 20% tidak melakukan

evaluasi tindakan, 40% tidak mencuci tangan setelah kegiatan

3) Memandikan pasien
55

Pada memandikan pasien 87,01% sudah sesuai dengan Standart

Operasional Prosedur (SOP). Hanya saja masih ada kekurangan

100% yaitu tidak melakukan verifikasi program, 100% tidak

mencuci tangan, 20% tidak menanyakan kepada pasien apakah

akan BAK atau BAB sebelum memandikan, 20% tidak

menyingkirkan bantal dan guling, 40% tidak memasang selimut

mandi, 100% tidak mengganti air dikom dengan yang bersih, 100%

tidak menggossok dengan kamper spiritus dengan sedikit tekanan,

100% tidak mungobservasi respon pasien dan kelainan pada

tubuhnya, 100% tidak melakukan evaluasi tindakan, 20% tidak

perpamitan dengan pasien, 20% tidak mencuci tangan setelah

tindakan, 60% tidak mencatat kegiatan pada catatan keperawatan

4) Penggunaan nebulizer

Pada Penggunaan nebulizer 84,54% sudah sesuai dengan Standart

Operasional Prosedur (SOP). Hanya saja masih ada kekurangan

yaitu 40% tidak mengobservasi pasien selama dalam pengobatan,

40% tidak mengevaluasi tindakan, 40% tidak berpamitan dengan

pasien, 20% tidak mencatat kegiatan dalam catatan keperawatan

5) Pemasangan infus

Pada pemasangan infuse 94,11% sudah sesuai dengan Standart

Operasional Prosedur (SOP). Hanya saja masih ada kekurangan

yaitu 40% tidak mencuci tangan sebelum tindakan, 40% tidak

menanyakan kesiapan pasien, 40% tidak memakai sarung tangan,


56

20% tidak merapikan pasien, 20% tidak mencuci tangan setelah

kegiatan.

.5. Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan

Data tersebut dapat dilihat pada tabel 2.9 dibawah ini.

Tabel 2.12 Data Kejadian

Kejadian Jumlah Prosentase


1. Pasien Jatuh 0 0%
2. Flebitis 0 0%
3. Decubitus 0 0%
4. Kesalahan pemberian obat 0 0%
5. Infuse habis (keblongan) 0 0%

Anda mungkin juga menyukai