Disusun :
M ARIF
1103191155
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir ini adalah asli hasil
karya saya dan tidak terdapat karya yang pernah dilakukan memperoleh gelar
diploma III di perguruan tinggi Politeknik Negeri Bengkalis.
M ARIF
Nim : 1103191155
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR
M ARIF
1103191155
Proposal Tugas Akhir Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diseminarkan
Dihadapan Peserta Seminar Program Studi D-III Teknik Perkapalan Politeknik
Negeri Bengkalis
ii
“Pengujian Kekuatan bending test dan penetrant test terhadap
Square groove pada Baja ATSM 36 menggunakan las SMAW”
Nama : m arif
Nim : 1103191155
Dosen Pembimbing :
ABSTRAK
Plat baja ASTM A36 adalah baja karbon rendah yang memiliki
kekuatan yang baik dan juga ditambah dengan sifat baja yang bisa dirubah
bentuk menggunakan mesin dan juga dilakukan pengelasan. Plat baja ASTM
A36 juga dapat dilakukan pelapisan galvanish maupun coating untuk
memberikan ketahanan terhadap korosi. Jenis pengelasan yang tepat sangat
dibutuhkan agar sambungan las yang dihasilkan dapat maksimal. Pengelasan
SMAW (Shielded Metal Arc Welding) adalah salah satu teknik pengelasan yang
banyak digunakan dalam perindustrian dan rangka konstruksi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hasil kekuatan bending test, dari sambungan las
jenis square groove dengan visual test dan penentrant test terlebih dahulu.
Kata Kunci : SMAW, square groove, uji bending, uji visual, uji penetrant.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SWA. Berkat limpahan dan Rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan Proposal Tugas Akhir tepat pada waktunya. Pada penyusunan
laporan ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan materi maupun
spiritual. Untuk itu saya ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya ingin saya
tujukan kepada :
1. Kedua orang tua kami Bapak isnandar dan Ibu handayani yang tercinta
atas doa restu, dukungan moril dan materil selama pengerjaan proposal
Tugas Akhir.
2. Bapak Pardi,ST.,MT. Selaku dosen pembimbing Tugas Akhir.
3. Seluruh teman-teman mahasiswa Teknik Perkapalan Politeknik Negeri
Bengkalis yang telah memberikan inspirasi dalam penulisan proposal
Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Proposal Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan-kekurangan dari segi kualitas dan
kuantitas maupun dari ilmu pengetahuan yang penulis kuasai. Oleh karena itu
saya selaku penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan pembuatan proposal dimasa mendatang. Atas perhatian dan
waktunya saya ucapkan terima kasih.
M arif
1103191155
iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan utama dari konstruksi suatu kapal adalah baja. Salah satu
klasifikasi jenis baja yaitu baja karbon rendah. Baja karbon rendah memiliki
kandungan unsur karbon dalam struktur baja kurang dari 0,3% C. Baja
karbon rendah ini memiliki ketangguhan dan keuletan tinggi akan tetapi
memiliki sifat kekerasan dan ketahanan aus yang rendah. Pada umumnya
baja jenis ini digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan komponen
struktur bangunan, pipa gedung, jembatan, bodi mobil, dan lain-lainnya.
Plat baja ASTM A36 adalah baja karbon rendah yang memiliki kekuatan
yang baik dan juga ditambah dengan sifat baja yang bisa dirubah bentuk
menggunakan mesin dan juga dilakukan pengelasan. Plat baja ASTM A36
juga dapat dilakukan pelapisan galvanish maupun coating untuk
memberikan ketahanan terhadap korosi.
Pengelasan yang sering digunakan dalam dunia kontruksi secara
umum adalah pengelasan dengan menggunakan metode pengelasan dengan
busur nyala logam terlindung atau biasa disebut Shielded Metal Arc
Welding (SMAW). Metode SMAW banyak digunakan pada masa ini karena
penggunaannya lebih praktis, lebih mudah pengoperasiannya, dapat
digunakan untuk segala macam posisi pengelasan dan lebih efisien.
Ada bebebrapa sambungan yang terdapat dalam pengelasana salah
satu nya adalah but joint. But joint Merupakan sambungan yang dibentuk
dengan cara menyatukan ujung pada kedua bagian. Pada sambungan las butt
joint, bedua bagian objek yang ingin dilas diletakkan pada bidang yang
sama dan saling berdampingan. Secara pengaplikasian, sambungan butt
joint ini adalah sambungan yang paling sederhana yang digunakan untuk
menyatukan objek las. Butt joint biasanya digunakan pada bahan dengan
tebal minimal 3/16 In. Sambungan ini tidak disarankan untuk digunakan
pada logam yang bekerja untuk beban tinggi.
Dalam pengujian ini akan menggunakan dua metode pengujian yaitu
pengujian bending dan penetrant test.
Uji tekuk (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian
untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Proses pembebanan
menggunakan mandrel atau pendorong yang dimensinya telah ditentukan
untuk memaksa bagian tengah bahan uji atau spesimen tertekuk diantara dua
penyangga yang dipisahkan oleh jarak yang telah ditentukan. Selanjutnya
bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang berlawanan
bekerja pada saat yang bersamaan.
Penetrant Test adalah jenis pengujian tidak merusak atau non destructive
test (NDT) yang bertujuan memeriksa permukaan material terdapat cacat las
atau tidak. Dalam pengujian ini didasarkan dari prinsip kapilaritas, yaitu
masuk serta keluarnya cairan penetrant ke dalam diskontinuitas dan dari
kontinuitas ke permukaan.
Prinsip Kerja Uji Penetran adalah Cairan penetran yang masuk ke dalam
diskontinuitas kemudian akan keluar ke permukaan dengan bantuan
developer atau cairan pengembang. Developer ini harus mempunyai warna
yang kontras dengan warna liquid penetrant agar saat proses pengamatan
hasil pengujian dapat dilakukan dengan mudah dan benar.
2
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimanakah cara menentukan hasil pengelasan baik atau tidak pada
sambungan tersebut saat di visual test dan penetrant test untuk di
lanjutkan ke bending test.
B. Berapakah kekuatan sambungan las pada plat baja ASTM A36 dari
variasi square groove setelah dilakukan Impact test?
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelasan
Fungsi pengelasan diantaranya adalah sebagai penyambung dua
komponen yang berbahan logam selain itu fungsi pengelasan adalah sebagai
media atau alat pemotong. Faktor – faktor pertimbangan dalam pengelasan
adalah jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat dan bahan yang
diperlukan, urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan, pemilihan las,
pemilihan mesin las, penunjukan ahli las, pemilihan elektroda,penggunaan
jenis kampuh.
Pengelasan yang paling populer diindonesia yaitu pengelasan
SMAW (Shield Metal Arc Welding), yang juga disebut las busur listrik
adalah proses pengelasan yang menggunakan panas untuk mencairkan
material dasar dan elektroda (bahan pengisi). Proses terjadinya pengelasan
ini karena adanya kontak antara ujung elektroda dan material dasar sehingga
terjadi hubungan pendek, saat terjadi hubungan pendek tersebut tukang las
harus menarik elektroda sehingga terbentuk busur listrik yaitu lompatan ion
yang menimbulkan panas. Panas akan mencairkan elektroda dan material
dasar sehingga cairan elektroda dan cairan material dasar akan menyatu
membentuk logam lasan.
5
•Berdasarkan AWS pengelasan adalah proses penyambungan yang
menghasilkan gabungan dari material dengan cara memanaskan
material pada suhu pengelasan dengan atau tanpa ditambahkan
dengan tekanana dan dengan atau tanpa ditambahkan logam
pengisi.
6
Dalam hal kecepatan tergantung dengan elektroda, jenis
sambungan dan ketelitian sambungan.
• Polaritas listrik
Untuk menentukan polaritas ini hal yang dapat diperhatikan
adalah pembungkus elektroda dan kapasitas panas dari
elektroda.
• Penetrasi pengelasan
Biasanya penetrasi bergantung pada sifat fluks, polaritas, besar
arus, kecepatan las, dan tegangan yang digunakan.
• Kondisi pengelasan
Kondisi dalam pengelasan bergantung pada syarat seperti tebal
pelat, dimeter elektroda, bentuk sambungan, dan lain
sebagainya.
4. Elektroda
7
Elektroda merupakan sebuah kawat logam yang dilapisi oleh
salutan atau fluks yang berfungsi untuk menyalakan bususr listrik pada
las SMAW. Salutan elektroda berfungsi sebagai pelindung logam hasil
pengelasan dari paparan lingkungan sekitar. Lapisan elektroda atau
fluks ini merupakan campuran dari beberapa bahan kimia yang sesuai
dengan kegunaan pada saat pengelasan.
.
7. Arti kode dalam elektroda
Dalam pengelasan SMAW terdapat kode atau simbol yang
tercantum pada elektroda yang menyatakan spesifikasi dalam elektroda
8
tersebut, berikut ini arti kode dan simbol yang tercantum pada
elektroda.
• (E) menyatakan jenis elektroda untuk jenis pengelasan SMAW.
• (E60xx) pada dua digit pertama (60) yaitu menunjukkan besarnya
kekuatan tarik pada satuan kilo pons-square inch.
• (Exx1x) pada digit ketiga (1) yaitu menunjukkan posisi pengelasan
yang cocok digunakan pada elktroda tersebut Angka (1) dapat
digunakan pada semua posisi pengelasan.
Angka (2) dapat digunakan pada posisi horizontal dan plat.
Angka (3) digunakan hanya pada posisi flat/datar.
• (Exxx2) pada digit ke empat (2) yaitu menunjukkan spesifiksi
Penis salutan
Penetrasi busur
Arus las
Serbuk besi (%)
8. Polaritas pada mesin las SMAW
Pada pengelasan SMAW arus listrik yang dihasilkan oleh mesin las
dapat dibedakan berdasarkan jenis arusnya yaitu:
1. Mesin dengan arus bolak balik (DC)
2. Mesin dengan arus searah (AC)
3. Mesin dengan kombinasi bolak balik (AC) dan arus searah (DC).
10
Gambar 2.3.2 Butt joint
11
dibentuk pada ujung objek lainnya. Berikut adalah beberapa jenis
corner joint :
12
2.4 Baja SS400
Baja SS 400/ JIS G3101/ASTM A36, baja dengan kadar karbon
rendah (max 0.17 %C) / Low C Steel, material ini tidak dapat di keraskan
(hardening)/ perlakuan panas (heat treatment) melalui proses quench and
temper. Material ini hanya bisa dikeraskan melalui pengerasan permukaan
(surface hardening) sepertikarburisasi (carburizing), nitriding atau
carbonitriding, dimana kekerasan permukaan bisa mencapai 500 Brinell
(kira-kira 50 HRC) pada kedalaman permukaan 10 hingga 20 mikron
tergantung parameter process-nya.
pengujian kekuatan lengkung (bending) pada suatu bahan atau material. Pada
umumnya alat uji bending memiliki beberapa bagian utama, seperti: rangka,
alat tekan, point bending dan alat ukur. Rangka berfungsi sebagai penahan
gaya balik yang terjadi pada saat melakukan uji bending. Rangka harus
memiliki kekuatan lebih besar dari kekuatan alat tekan, agar tidak terjadi
kerusakan pada rangka pada saat melakukan pengujian. Alat tekan berfungsi
sebagai alat yang memberikan gaya tekan pada benda uji pada saat melakukan
pengujian. Alat penekan harus memiliki kekuatan lebih besar dari benda yang
di uji (ditekan). Point bending berfungsi sebagai tumpuan benda uji dan juga
sebagai penerus gaya tekan yang dikeluarkan oleh alat tekan. Panjang pendek
13
adalah suatu alat yang yang menunjukan besarnya kekuatan tekan yang terjadi
6
Untuk melakukan uji bending ada factor dan aspek yang harus
a. Tekanan (p)
benda yang dikenai gaya. Besarnya tekanan yang terjadi dipengaruhi oleh
karena semakin besar dimensi benda uji yang digunakan maka semakin besar
pula gaya yang terjadi. Selain itu alat penekan juga mempengaruhi besarnya
hidrolik. Hal lain yang mempengaruhi besar tekanan adalah luas penampang
dari torak yang digunakan. Maka daya pompa harus lebih besar dari daya yang
dibutuhkan. Dan motor harus bias melebihi daya pompa, perhitungan tekanan
14
p = ....................................................................................................
(2.1)
P = tekanan (Kgf/ )
P= ..................................................................... (2.2)
P = daya
(kw)p =
tekanan
(bar)
Q= laju
aliran
(l/min)
b. Benda uji
dengan menggunakan alat uji bending. Jenis material benda uji yang
c. Point Bending
15
Point bending adalah suatu sistem atau cara dalam melakukan
pengujian lengkung (bending). Point bending ini memiliki 2 tipe, yaitu: three
Perbedaan dari kedua cara pengujian ini hanya terletak dari bentuk
dan jumlah point yang digunakan, three point bending menggunakan 2 point
pada bagian bawah yang berfungsi sebagai tumpuan dan 1 point pada bagian
menggunakan 2 point pada bagian bawah yang berfungsi sebagai tumpuan dan
2 point (penekan) pada bagian atas yang berfungsi sebagai penekan. Selain itu
juga terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dari cara pengujian three
Tabel 2.1. Kelebihan dan Kekurangan Metode Uji Three Point Bending dan
Four Point Bending (Khamid, 2011)
yaitu: Three point bending dan Four point bending. Kedua cara pengujian ini
16
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing karena tiap cara pengujian
σf = .................................................................................................
(2.3)
Keterangan rumus:
17
Gambar 2.2. Four point bending (Khamid, 2011)
σf = ..................................................................................................
(2.4)
Keterangan:
d. Rangka
Rangka berfungsi sebagai penahan kekuatan balik dari gaya tekan yang
dihasilkan oleh alat penekan pada saat proses pengujian. Selain itu rangka juga
e. Alat Ukur
18
Alat ukur befungsi sebagai pembaca data hasil pengukuran pada saat
inginkan. Pada umunya alat ukur yang digunakan adalah alat pengukur
tekanan.
2.6 Non Destructive Test (NDT) adalah teknik analisis yang dilakukan untuk
mengevaluasi suatu
material tanpa merusak fungsi dari benda uji tersebut.
2.6.1 penetrant test
Liquid Penetrant Test merupakan salah satu uji tidak merusak (Non Destructive
Test) yang bertujuan untuk mengetahui cacat yang terjadi pada bagian surface
(permukaan) benda uji. Pengujian ini biasa dilakukan pada material setelah
dilakukan pengelasan. Metode pengujian penetrant ini menggunakan pinsip
kapilaritas, dimana kapilaritas ini lah yang nantinya akan menunjukkan letak-letak
discontinuitas yang terjadi.
19
@wikipedia
Sejarah Penetrant Test
Apabila kita melihat ke belakang, sejarah uji penetrant ini bermula ketika awal
tahun 1900 an metode kapilaritas digunakan dalam industri perkeretaapian untuk
memeriksa komponen mesin pada lokomotip, ketika itu uji penetrant masih
disebut dengan metoda “minyak dan kapur”, hal ini dikarenakan untuk
pengaplikasiannya menggunakan minyak lumas hitam dan bubuk kapur.
20
Klasifikasi Prosedur
Bahan-bahan yang akan kita gunakan dalam pengujian penetrant ini, antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Material Uji
2. Penetrant
3. Cleaner/Remover
4. Developer
Sedangkan peralatan yang kita gunakan dalam melakukan uji penetrant
antara lain adalah sebagai berikut :
5. Lampu Tambahan (jika diperlukan)
6. Lap Pembersih/Tisu
7. Light Meter
Note : Sebuah light meter yang terkalibrasi harus dipakai untuk memeriksa
intensitas cahaya pada permukaan benda uji. Light meter harus dikalibrasi
minimum setahun sekali atau apabila light meter tersebut selesai di
perbaiki. Jika light meter tidak dipakai selama setahun atau lebih kalibrasi
harus dilakukan sebelum light meter tersebut digunakan (ASME Sec V
article 6 T – 660 Calibration).
21
Apabila dituliskan dalam tabel, maka klasifikasi keseluruhan pada pengujian
penetrant dapat dijabarkan sebagai berikut :
Keselamatan Kerja :
Kemudian hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pengaplikasian uji penetrant
yaitu, antara lain :
22
Selalu menggunakan sarung tangan dan masker pernapasan selama pengujian,
untuk menghindari kontak langsung dengan material penetrant dan menghirup
debu developer secara berlebihan.
23