Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Tindak Tutur
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pragmatik

Dosen Pembimbing: Lusi Komala Sari, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh:
Ghalib Nur Husein 11911113723
Mirna Wati Dewi 11911123815
Putri Alfiana 11911122881
Rahmi Alfina 11911125370
Sherin Nanci Alcyra 11911122890

KELAS IV C
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi Muhammad SAW yang kita nanti syafa’atnya
di akhirat nanti.
Terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan kami kepercayaan untuk
menyelesaikan makalah mengenai Tindak Tutur. Tujuan dari penulis makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pragmatik. Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas yang di
berikan kepada kami, kelompok dua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena itu kami
menerima masukkan dari semua pihak agar makalah ini lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam mata kuliah Pragmatik.

Pekanbaru, April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................4

A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan ...........................................................................................................5

BAB II.......................................................................................................................6

A. Pengertian Tindak Tutur................................................................................6


B. Pengertian Lokusi...........................................................................................8
C. Pengertian Ilokusi...........................................................................................8
D. Pengertian perlokusi.......................................................................................9

BAB III......................................................................................................................10

A. Simpulan .......................................................................................................10
B. Saran ..............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal
yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (Wijana, 1996:2).
Menurut Yule, pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (penulis)
dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Yule (2006: 4) berpendapat bahwa pragmatik adalah
studi tentang bagaimana agar banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. Pragmatik itu
menarik karena melibatkan bagaimana orang saling memahami satu sama lain secara linguistik,
tetapi pragmatik dapat juga merupakan ruang lingkup studi yang mematahkan semangat karena
studi ini mengharuskan kita untuk memahami orang lain dan apa yang ada dalam pikiran
mereka.
Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur merupakan pengujaran kalimat
untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengaran. Tindak tutur
(speech atcs) adalah ujaran yang dibuat sebagai bagian dari interaksi social. Menurut Leoni
(dalam Sumarsono, dan Paina Partama, 2010:329-330) tindak tutur merupakan bagian dari
peristiwa tutur, dan peristiwa tutur merupakan bagian dari situasi tutur. Setiap peristiwa tutur
terbatas pada kegiatan, atau aspek-aspek kegiatan yang secara langsung diatur oleh kaidah atau
norma bagi penutur. Dengan demikian, tindakan merupakan karakteristik tuturan dalam
komunikasi. Diasumsikan bahwa dalam merealisasikan tuturan atau wacana, seseorang berbuat
sesuatu, yaitu performansi tindakan. Tuturan yang berupa performansi tindakan ini disebut
dengan tuturan performatif, yakni tuturan yang dimaksudkan untuk melakukan suatu tindakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimanksud Tindak Tutur?
2. Apa yang dimaksud Lokusi?
3. Apa yang dimaksud Ilokusi?
4. Apa yang diimaksud Perlokusi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Tindakan Tutur
2. Untuk mengetahui apa itu Lokusi
3. Untuk mengetahui apa itu Ilokusi
4. Untuk mengetahui apa itu Perlokusi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tindak Tutur

Tindak tutur dalam interaksi pembelajaran merupakan salah satu kajian bahasa yang
menarik untuk diteliti karena hal ini tidak hanya berkaitan dengan aspek kebahasaan saja tetapi
juga dengan sosial budaya. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hubungan komunikasi guru dan
siswa yang kurang harmonis di lingkungan sekolah. Selain itu, minimnya tuturan ekspresif guru
dalam menanggapi respon siswa terhadap sesuatu yang telah berhasil dilakukan dengan baik.
Alasan lain adalah kurangnya tuturan ekspresif atau hubungan timbal balik siswa terhadap guru
maupun terhadap siswa lain dalam interaksi pembelajaran. Hal tersebut disebabkan oleh
lemahnya keaktifan siswa dalam berkomunikasi. Tindak tutur guru di lapangan juga belum
sepenuhnya mencerminkan tuturan humanis dalam interaksi pembelajaran. Sebagian besar guru
masih menggunakan teori behaviorisme dengan memberikan perintah kepada siswa tanpa
memberikan ruang untuk mengembangkan diri.1

Tindak tutur terjadi dalam suatu peristiwa tutur. Rohmadi (2004) mengemukakan bahwa
peristiwa tutur merupakan satu rangkaian tindak tutur dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang
melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan mitra tutur dengan satu pokok tindak tutur dalam waktu,
tempat, dan situasi tertentu. Berbeda dengan peristiwa tutur, tindak tutur merupakan gejala
individu yang diungkapkan secara lisan dengan bahasa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Yule (2006) dan Djajasudarma (1994) yang menjelaskan bahwa tindak tutur merupakan
tindakan-tindakan yang ditampilkan melalui tindak tutur. Chaer (1995) yang menyatakan bahwa
tindak tutur merupakan gejala individu, bersifat psikolinguistik dan keberlangsungannya
ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Pendapat lain
juga dikemukakan oleh Sumarsono (2007) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah
sepenggal tutur yang dihasilkan sebagai bagian dari interaksi sosial. Perbedaan tersebut juga
terlihat pada penjelasan Cummings (2007) yang mengemukakan bahwa tindak tutur merupakan

1
Lita Dwi Ariyanti dan Ida Zulaeha, “Tindak Tutur Ekspresif Humanis dalam Interaksi Pembelajaran di SMA Negeri 1
Batang: Analisis Wacana Kelas”, Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 6 No. 2, 2017, hlm.
112.
kategori yang kaya akan fenomena-fenomena pragmatik untuk dikaji oleh para ahli linguistik
klinis.

Melihat kenyataan ini, Austin menelaah tindakan tutur itu dari segi penutur sedangkan
Searle menelaah tindak tutur itu dari segi petutur, sehingga ia mengklasifikasikan tindak tutur
berdasarkan maksud penutur (hal yang akan dipikirkan oleh petutur) menjadi lima kelompok
besar, yakni:

1. Tindak tutur representatif


Tindak tutur ini mempunyai fungsi memberi tahu orang-orang mengenai sesuatu. Tindak
tutur ini mencakup; mempertahankan, meminta, mengatakan, menyatakan dan
melaporkan.
2. Tindak tutur komisif
Tindak tutur ini menyatakan bahwa penutur akan melakukan sesuatu, misalnya janji dan
ancaman.
3. Tindak tutur direktif
Tindak tutur ini berfungsi untuk membuat petutur melakukan sesuatu seperti saran,
permintaan dan perintah.
4. Tindak tutur ekspresif
Tindak tutur ini berfungsi untuk mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan
hubungan, misalnya permintaan maaf, penyesalan dan ungkapan terima kasih.
5. Tindak tutur deklaratif
Tindak tutur iini menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya
ketika kita memundurkan diri dengan mengatakan: “Saya mengundurkan, memecat
seseorang dengan mengatakan; “anda dipecat”, atau menikahi seseorang dengan
mengatakan “saya bersedia”. (Richard, 1995).

Dari kelima pengklasifikasian tindak tutur yang dikemukakan Searle itu, kita akan
mengenal jenis-jenis kalimat sesuai dengan penggolongan tersebut. Seperti ada kita kenal
kalimat komisidf, kalimat direktif, kalimat ekspresif, dan kalimat diklaratif. Namun sebelumnya,
menurut tata bahasa tradisional ada tiga jenis kalimat, yakni kalimat diklaratif, iterogatif dan
imperatif. Dari jenis kalimat diklaratif, Austin membedakannya menjadi dua, yakni : kalimat
konstatif dan perfomrmatif. Kalimat peformatif sebagai suatu jenis kalimat yang berisi
perlakuan, artinya apa yang dituturkan oleh penutur apa yang dilakukannya. Memunculkan tiga
tindakan yang berlangsung sekaligus. Ketiga tindakan inilah yang disebut Austin sebagai tindak
tutur, yang meliputi tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi.2

B. Lokusi

Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut
sebagai The Act of Saying Something.3 Tindak tutur lokusi merupakan jenis tindak tutur yang
menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna
dan dapat dipahami.4 Lebih jauh lagi Searle (dalam Rahardi, 2005:35) menyatakan tindak
lokusioner adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang
dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya dalam bentuk
lokusi ini tindak dipermasalahkan lagi fungsi tuturannya karena makna yang dimaksudkan
adalah memang benar makna yang terdapat pada kalimat yang diujarkan. Sebagai contoh adalah
kalimat berikut:

1. Universitas Sanata Dharma terletak di Yogyakarta.


2. Chairil Anwar adalah seorang penulis puis.

Kalimat (1) dan (2) diutarakan oleh penuturnya semata-mata untuk menginformasikan
sesuatu tanpa terdensi untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya.
Informasi yang diutarakan adalah dimana letak Universitas Sanata Dharma, dan siapa Chairil
Anwar.5

C. Ilokusi

Tindak tutur ilokusi merupakan ketgori yang menjadi pusat perhatian dalam teori tindak
tutur. Hal ini dikarenakan dalam tindak tutur ilokusi, keberadaan sebuah kalimat atau pernyataan
tentu tidak bisa dilepaskan dari sebuah konteks. Austin menekankan bahwa tujuan penutur dalam
2
Andiopenta Purba, “Tindak Tutur dan Peristiwa Tutur”, Vol. 1 No. 1, 2011, hlm. 85.
3
I Dewa Putu Wijana, “Dasar-dasar Pragmatik”, (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 17.
4
Abdul Chaer dan Agustina, “Sosiloinguistik Perkenalan Awal”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 53.
5
Hanim Mawar Andini, Skripsi: “Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatik Bahasa Guru Pada Pembelajaran
Bahasa Indonesia Di SMA Negeri 1 Karangreja Kabupaten Purbalingga”, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma,
2017), hlm. 17-18.
bertutur bukan hanya memproduksi kalimat-kalimat yang memiliki pengertian dan acuan
tertentu. Lebih dari itu tujuannya adalah menghasilkan kalimat yang memberikan kontribusi jenis
gerakan interaksional tertentu dalam peristiwa komunikasi (Austin, 1965:95). Oleh karena tindak
tutur ilokusi muncul dalam peristiwa komunikasi maka proses pengidentifikasian tindak ilokusi
lebih sulit jika dibandingkan dengan tindak lokusi, sebab pengidentifikasiannya harus didasarkan
pada konteks saat tuturan tersebut dituturkan.

Ilokusi merupakan sebuah tindakan yang tidak sekadar menyampaikan makna sebenarnya
dari sebuah tuturan, tetapi juga memiliki tujuan lain dari penyampaian tuturan tersebut. Rahardi
mendefinisikan bahwa tindak tutur ilokusi ialah sebuah tindakan melakukan sesuatu dengan
maksud dan fungsi tertentu di dalam kegiatan bertutur sesungguhnya.6 Jadi, ada semacam daya di
dalamnya yang timbul dari makna sebuah tuturan. Oleh karena itu, tidak ada komunikasi tanpa
daya ilokusi. Penyebutan daya ilokusi ini dikarenakan dalam tindak tutur ilokusi terdapat daya
untuk melakukan sesuatu yang muncul dicuatkan oleh makna dalam sebuah tuturan.7

D. Perlokusi

Tindakan perlokusi berarti melakukan suatu tindakan dengan mengatakan sesuatu.


Tindak perlokusi menghasilkan efek atau hasil. yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh
ungkapan itu pada pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu.
Tanggapan tersebut tidak hanya berbentuk kata-kata, tetapi juga berbentuk tindakan atau
perbuatan.

Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengajContoh: “Saya lapar”, yang dituturkan
oleh si penutur menimbulkan efek kepada pendengar, yaitu dengan reaksi memberikan atau
menawarkan makanan kepada penutur. Pada kalimat “It is hot here”, berdasarkan konteks
tertentu (udara panas, berada dalam ruangan yang jendela dan pintu tertutup semua, misalnya),
maka hasil yang akan diperoleh adalah jendela akan dibuka lebar-lebar atau tidak dihiraukan
sama sekali. a atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya.

6
Kunjana Rahardi, “Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 17.
7
2017), hlm. 17-18. 5 Meirisa dkk, “Tindak Tutur Ilokusi Dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa Indonesia”,
BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Vol. 16 No. 2, 2017, hlm. 3.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur merupakan pengujaran kalimat
untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengaran. Tindak tutur
(speech atcs) adalah ujaran yang dibuat sebagai bagian dari interaksi social. Menurut Leoni
(dalam Sumarsono, dan Paina Partama, 2010:329-330) tindak tutur merupakan bagian dari
peristiwa tutur, dan peristiwa tutur merupakan bagian dari situasi tutur.Dalam suatu peristiwa
tutur peranan penutur dan pendengar dapat berganti ganti. Pihak yang tadinya menjadi pendengar
sesudah mendengar dan memahami ujaran yang diucapkan oleh penutur akan segera bereaksi
melakukan tindak tutur, sebagai pembicara atau penutur. Sebaliknya, yang tadinya berperan
sebagai pembicara atau penutur berubah kini menjadi pendengar. Tindak tutur lokusi, ilokusi,
dan perlokusi selalu ada dalam percakapan.

B. Saran

Penulis sangat menyadari bahwa terdapat begitu banyak kekurangan dalam makalah yang
disusun. maka dari itu, penulis dengan sangat lapang menerima kritikan yang membuat makalah
ini kedepannya lebih mudah dipahami. Dan penulis sangat berharap bahwa pembaca akan
mengambil hal positif dari makalah yang disusun ini.
DAFTAR PUSTAKA

Andiopenta Purba, “Tindak Tutur dan Peristiwa Tutur”, Vol. 1 No. 1, 2011.

I Dewa Putu Wijana, “Dasar-dasar Pragmatik”, (Jakarta: Gramedia, 1996)

Abdul Chaer dan Agustina, “Sosiloinguistik Perkenalan Awal”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004)

Hanim Mawar Andini, Skripsi: “Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatik Bahasa Guru
Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMA Negeri 1 Karangreja Kabupaten
Purbalingga”, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2017)
Hasibuan, Namsyah. 2005.Perangkat Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan Berbahasa.
Universitas Sumatra Utara

Anda mungkin juga menyukai