Anda di halaman 1dari 12

BULLYING DAN DAMPAK BAGI MASA DEPAN ANAK

HER KHUSUS

WEB PROGRAMMING III

OLEH

NIKLES
NIM : 12184753
KELAS : 12.6D.30

Program Studi Sistem Informasi Kota Pontianak

Fakultas Teknik dan Informatika

Universitas Bina Sarana Informatika


2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Maksud dan Tujuan 1
1.3. Ruang Lingkup 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1. Defenisi Bullying 3
2.2. Agresi dan Bullying 4
2.3. Pelaku Bullying 4
2.4. Dampak Bullying 5
2.5. Faktor Terjadinya Bullying 6
2.6. Jenis Bullying 7
BAB III PENUTUP 9
3.1. Kesimpulan 9
3.2. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kekerasan dalam dunia pendidikan adalah fakta yang sudah sering terjadi. Di

Jakarta, hamper tiap pekan ada tawuran pelajar yang karena seringnya, peristiwa tersebut

sudah tidak lagi menarik bagi pencari berita. Beberapa waktu lalu, dunia pendidikan

tanah air sempat juga dihebohkan dengan adanya kasus geng motor yang beranggotakan

para pelajar. Fakta tersebut kemudian menguak salah satu sisi gelap pergaulan pelajar,

dimana kasus-kasus serupa terjadi diberbagai daerah dan kota lainnya terlebih lagi di

kota-kota besar. Fakta tersebut sontak membuat banyak pihak yang membuka mata dari

dunia kekerasan di sekolah dan khususnya di dalam dunia pendidikan.

Selama ini, ketika berbicara mengenai kekerasan pelajar, topic yang sering kali

muncul adalah tentang tawuran pelajar. Padahal sebenarnya ada bentuk kekerasan di

Sekolah lainnya yang jarang muncul dan diketahui tetapi dapat menyebabkan dampak

dan efek yang sangat luar biasa, yakni bullying.

1.2. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan ini ialah sebagai berikut :

1) Sebagai bahan latihan dan pembelajaran untuk membuat karya tulisa yang baik dan

benar.

2) Menambah wawasan penulis tentang bahaya bullying bagi mental anak-anak.

3) Membentuk pola pikir penulis untuk menjadi pribadi yang memiliki wawasan

pengetahuan kongkrit akan masalah bullying.

1
Sedangkan hasil dari penulisan ini adalah sebagai syarat kelulusan Her Khusus mata

kuliah Character Building, Jurusan Sistem Informasi pada Universitas Bina Sarana

Informatika Kampus Kota Pontianak.

1.3. Ruang Lingkup

Dalam penulisan paper ini, penulis mencari data-data dari permasalahan dan kasus-

kasus yang sering dibicarakan, dari beberapa sumber artikel juga. Sehingga hasil dari

penulisan ini lebih optimal adapun pembahasan pada paper ini, meliputi agresi bullying,

pelaku bullying, dampak bullying, dan cara mencegah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Defenisi Bullying

Secara harafiah, kata bully berarti menggertak dan menggangu orang yang lebih

lemah. Istilah bullying kemudian digunakan untuk menunjukkan prilaku agresif

seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan secara berulang-ulang terhadap orang

lain yang lebih lemah untuk menyakiti korban secara fisih maupun mental. Bullying bisa

berupa kekerasan dalam bentuk fisik (missal : menampar, memukul, menganiaya,

mencederai), verbal (missal: mengejek, mengolok-olok, memaki), dan mental/psikis

(missal: memalak, mengancam, mengintimdasi, mengucilkan) atau gabungan di antara

ketiganya.

Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku kekerasan dimana terjadi pemaksaan secara

psikologis ataupun fisik terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih “lemah”

oleh seseorang atau sekelompok orang. Pelaku bullying yang biasa disebut bully bisa

seseorang, bisa juga sekelompok orang, dan ia atau mereka mempersepsikan dirinya

memiliki power (kekuasaan) untuk melakukan apa saja terhadap korbannya.

Bullying dapat terjadi di lingkungan mana saja dimana terjadi interaksi antar

manusia,antara lain di sekolah (school bullying), kampus, tempat kerja (workplace

bullying), dunia maya (cyber bullying), lingkungan politik (political bullying), dan

lingkungan masyarakat (preman, geng motor).

Dalam hal ini, bullying disekolah adalah kasus yang sering dilupakan. Padahal

bullying disekolah dapat menyebabkan efek yang sangat serius baik dalam jangka

pendek maupun dalam jangka panjang bagi para korbannya. Dalam jangka pendek

bullying dapat menimbulkan perasaan tidak aman, takut pergi ke sekolah, merasa

3
terisolasi, perasaan harga diri yang rendah, depresi atau menderita stress yang dapat

berakhir dengan bunuh diri bagi si korban. Sedangkan dalam jangka panjang, korban

bullying dapat menderita masalah gangguan emosional dan prilaku.

2.2. Agresi dan Bullying

Bullying sebenarnya adalah salah satu dari bentuk prilaku agresi. Agresi merupakan

perilaku yang dimaksudkan menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis.

Dalam hal ini, jika menyakiti orang lain karena unsur ketidaksengajaan, maka perilaku

tersebut bukan dikategorikan perilaku agresi.

Rasa sakit akibat tindakan medis misalnya, walaupun sengaja dilakukan bukan

termasuk agresi. Sebaliknya, niat menyakiti orang lain meski tidak berhasil, dapat

dikategorikan sebagai perilaku agresi. Pengertian agresi merujuk pada perilaku atau

bentuk keinginan (drive-motivation) yang dimaksudkan untuk membuat objeknya

mengalami bahaya atau kesakitan. Agresi adalah fenomena kompleks yang terdiri dari

sejumlah perilaku yang lebih khusus.

2.3. Pelaku Bullying

Pada tahun 2008 yang lalu, Yayasan Semai Jiwa Amini pernah melakukan survey

terhadap 1.500 pelajar SMP dan SMA di Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya. Menurut

survey tersebut, 67% responden menyatakan bahwa bullying pernah terjadi di Sekolah

mereka. Pelakunya adalah teman, kakak kelas, adik kelas, guru, kepala sekolah, hingga

preman di sekitar sekolah. Hamper semua responden tidak pernah melaporkan bullying

yang mereka terima. Data yang masuk pada Komisi Perlindungan Anak Indonesia

(KPAI) per November 2009, menunjukan hal yang sama. Setidaknya terjadi 98 kasus

4
kekerasan fisik, 108 kekerasan seksual, dan 176 kekerasan psikis pada anak yang terjadi

dilingkungan Sekolah.

Selain dilakukan oleh teman, aksi bullying ternyata banyak dilakukan juga oleh

guru. Data dari KPAI selama Januari hingga April 2008 menunjukan angka yang agak

mengejutkan. Selama periode waktu tersebut, jumlah kasus kekerasan terhadap anak

berusia 0-18 tahun di Indonesia terdata 95 kasus. Dari jumlah itu, presentse tertinggi

yaitu 39,6 %.

2.4. Dampak Bullying

Sebagaimana disebutkan diawal bahwa dalam jangka pendek, bullying dapat

menimbulkan perasaan tidak aman, terisolasi, perasaan harga diri yang rendah, depresi

atau menderita stress yang dapat berakhir dengan bunuh diri. Dalam jangka panjang

korban bullying dapat menderita masalah emosional dan perilaku.

Efek jangka panjang bullying bisa jadi tidak disadari baik oleh pelaku, korban,

maupun guru dan orang tua. Karena dampaknya lebih bersifat psikis dan emosi yang

tidak terlihat dan prosesnya sangat perlahan, berlangsung lama dan tidak langsung

muncul saat itu juga.

Dampak yang diakibatkan oleh tindakan ini pun sangat luas cakupannya. Remaja

yang menjadi korban bullying lebihberisiko mengalami berbagai masalah kesehatan,

baik secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-

anak yang menjadi korban bullying antara lain munculnya berbagai masalah mental

seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga

dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot,

rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan

prestasi akademis.

5
Contoh kasus terjadi pada seorang siswa sekolah dasar di Ohio yang tewas gantung

diri menggunakan dasi karena dibully oleh teman sekolahnya. Bocah berumur 8 tahun

ini menjadi korban bullying secara fisik. Ia kerap dipukuli oleh teman-temannya di

sekolah. Contoh lain datang dari Texas. Seorang remaja perempuan nekat menembakkan

pistol ke dadanya sendiri hingga tewas karena ia merasa dihujat habis-habisan di dunia

maya.

2.5. Faktor Terjadinya Bullying

1. Keluarga

Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang

sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress,

agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati

konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya

terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan

terhadap perilaku coba- cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki

kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat

meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak mengembangkan

perilaku bullying.

2. Sekolah

Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anak- anak

sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka

untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat

dalam lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada siswanya,

misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan

rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.

6
3. Kelompok Sebaya

Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah,

kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan

bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam

kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku

tersebut.

4. Kondisi Lingkungan Sosial

Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying.

Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan bullying adalah

kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi

memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah

sering terjadi pemalakan antar siswanya.

5. Televisi dan Media Cetak

Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang

mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas (Saripah, 2006) memperlihatkan

bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka

meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).

2.6. Jenis Bullying

Bullying juga terjadi dalam bentuk tindakan. Bullying dibagi menjadi tiga jenis

yaitu :

1. Bullying Fisik

Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling dapat

diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun kejadian

penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden penindasan yang dilaporkan

oleh siswa.

7
2. Bullying Verbel

Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan baik oleh

anak perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah dilakukan dan

dapat dibisikan dihadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi.

Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam,

penghinaan, dan pernyataan-pernyataan seksual. Selain itu, penindasan verbal dapat

berupa perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon yang kasar, e-mail, yang

menintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan

yang tidak benar.

3. Cyber Bullying

Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin berkembangnya teknologi,

internet dan media social. Pada intinya adalah korban terus-menerus mendapatkan

pesan negative dari pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet dan media social

lainnya.

8
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kasus bullying di dunia khususnya di Indonesia masih sering terjadi. Kasus bullying

masih merupakan sebuah tindakan kejahatan. Tindakan ini, masih sering terjadi

dikalangan anak muda. Mereka melakukan tindakan tersebut dengan berbagai macam

factor berbeda-beda. Factor psikologi dari pelaku yang memiliki latar belakang yang

kurang baik sampai factor demi kepopuleran nama baik pelaku itu sendiri. Hal ini

membuat para pelaku memanfaatkan keadaan yang ada, melakukan tindakan bullying.

Meskipun hal ini dianggap biasa oleh sebagian pelaku ataupun sebagian orang. Namun

kita tidak tahu bagaimana perasaan sesungguhnya korban bullying tersebut.

3.2. Saran

Tindakan bullying terhadap orang gemuk masih bisa di cegah dan diatasi dengan

cara pemahaman psikologi anak muda dan sosialisasi mengenai dampak-dampak yang

dapat terjadi jika kasus bullying ini terus berlanjut. Dengan diadakannya Kampanye

Sosial Stop Bullying ini merupakan tujuan utama upaya mencegah terjadinya hal-hal

serupa yang sudah pernah terjadi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, ahmad baliyo eko. (2011). Bullying disekolah dan dampak bagi masa depan anak.

Journal Pendidikan Islam, 4(1), 19–26.

ZAKIYAH, E. Z., HUMAEDI, S., & SANTOSO, M. B. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi

Remaja Dalam Melakukan Bullying. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada

Masyarakat, 4(2), 324–330. https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14352

http://bigloveadagio.wordpress.com/2010/18/09/kekerasan-bullying-di-sekolah/

10

Anda mungkin juga menyukai