Anda di halaman 1dari 9

https://restifebriyanti.wordpress.

com/2012/04/09/kewenangan-mpr-sebelum-dan-
sesudah-amandemen-uud-1945/

https://kontenhidup.blogspot.com/2016/10/wewenang-lembaga-negara-sebelum-
dan.html
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Perubahan undang-undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945,


pada tataran implementasi, membawa perubahan baik penghapusan maupun
pembentukan lembaga-lembaga Negara, kedudukan lembaga Negara tergantung
kepada tugas dan wewenang yang diberikan oleh undang-undang dasar republik
Indonesia tahun 1945. Dampak perubahan terhadap MPR sebagai lembaga Negara
terutama tampak pada kedudukan, tugas dan wewenangnya. Mengenai fungsi,
tugas dan wewenang MPR diantaranya yang paling menonjol disebabkan karena
perubahan zaman yang sangat cepat sehingga fungsi, tugas dan wewenang tidak
lagi sama seperti dulu awal pembentukan MPR. Secara umum fungsi MPR yakni
mengawasi jalannya system pemerintahan setiap pemegang kekuasaan, menjadi
pemegang kekuasaan legislative serta sebagai pembuat UUD. Setelah amandemen
atau perubahan UUD fungsi MPR salah satunya MPR tidak lagi memiliki
kewenangan tertinggi (dan tanpa kontrol). Arti penting penyampaian yang
dimaksudkan sebagai upaya peedukasian bagi masyarakat untuk memperoleh
pengetahuan yang memadai tentang konstitusi, pada umumnya, yang dapat
menumbuhkan sikap dan perilaku masyarakat luas untuk menjawab tantangan-
tantangan kedepan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Posisi MPR dalam struktur ketatanegaraan?

2. Bagaimana kedudukan Tugas dan fungsi MPR sebelum amandemen?

3. Bagaimana kedudukan tugas dan fungsi MPR sesudah amandemen?


BAB II

PEMBAHASAN

1 . Undang – Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia telah diamandaemenkan berapa
kali. Sebelum amandemen, Undang – Undang Dasar 1945 terdiri atas pembukaan, batang tubuh UUD
1945 yang terdiri atas 16 bab, 37 pasal dan 4 pasal aturan peralihan serat 2 ayat aturan tambahaan.
Indonesia telah 4 kali mengamandemenkan 1945 yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Latar
belakang perubahan UUD 1945 adalah

a) Krisis moneter.
b) Kekuatan reformasi menuntut mundur Presiden Soeharto yang kemudian digantikan oleh Wakil
Presiden B.J. Habibie.
c) Pasal – pasal di UUD 1945 yang terlalu luwes sehingga menimbulkan multitafsir dalam
pelaksanaannya.

Setelah amandemen maka UUD 1945 terdiri atas pembukaan, batang tubuh UUD 1945 yang terdiri atas
16 bab, 73 pasal, 170 ayat, 3 pasal aturan peralihan dan 2 pasal atuaran tambahan.

Undang-Undang Dasar 1945 memiliki sifat:

a) Sebagai hukum positif yang mengikat pemerintah dan warga negara.


b) Singkat dan supel, berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan memuat hak-hak asasi
manusia.
c) Memuat norma dan aturan/ketentuan yang dilaksanakan secara konstitusional.
d) Sebagai peraturan hukum tertinggi, sebagai alat kontrol terhadap norma hukum positif yang
lebih rendah.

2. Lembaga-Lembaga Negara Republik Indonesia

Dengan diamandemennya batang tubuh UUD 1945 maka berubah pula susunan lembaga-lembaga
negara dalam ketatanegaraan Indonesia.

A. Majelis Permusyawaratan Rakyat


Keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan
umum. Masa jabatan anggota MPR lima tahun. Sebelum UUD 1945 diamandemen, MPR
berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara. Namun, setelah UUD 1945 istilah lembaga
tertinggi negara tidak ada yang ada hanya lembaga negara. Dengan demikian, sesuai dengan
UUD 1945 yang telah diamandemen maka MPR termasuk lembaga negara.

Sesuai pasal 3 ayat 1 UUD 1945 MPR mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
1) Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar.
2) Melantik presiden dan wakil presiden.
3) Memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya menurut undang-
undang dasar.

MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara. Dalam menjalankan tugas
dan wewenangnya, anggota MPR mempunyai hak berikut ini:

1) Mengajukan usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar.


2) Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan.
3) Memilih dan dipilih.
4) Membela diri.
5) Imunitas.
6) Protokoler.
7) Keuangan dan administratif.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Posisi MPR dalam Struktur Ketatanegaraan RI

1. Kedudukan tugas dan wewenang MPR 2

Kedudukan, tugas dan wewenang MPR sebelum perubahan Undang-undang dasar republik Indonesia
tahun 1945. Kedudukan, tugas dan wewenang MPR sebagaimana di atur undang-undang dasar Negara
republik Indonesia tahun 1945 ( sebelum perubahan ), berdasarkan ketentuan pasal 1 ayat (2) (2)
Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh majelis permusyawaratan rakyat.
Pasal 2 ayat (1) (1) Majelis permusyawaratan rakyat terdiri atas anggota-anggota dewan perwakilan
rakyat.Ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan aturan yang di
tetapkan dengan undang-undang. Pasal 3 Majelis permusyawaratan rakyat menetapkan undang-undang
dasar dan garis-garis besar dari padahalian Negara. Pasal 6 (1) Presiden ialah orang Indonesia asli. (2)
Presiden dan wakil presiden dipilih oleh majelis permusyawaratan rakyat dengan suara yang terbanyak.
Pasal 37 (1) Untuk mengubah undang-undang dasar sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota
majelis permusyawaratan rakyat harus hadir. (2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-
kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota yang hadir.
 Kedudukan MPR adalah penjelmaan seluruh rakyat Indonesia dan merupakan lembaga tertinggi
Negara, pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat.
Tugas dan wewenang MPR ialah:
a. Menetapkan undang-undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945 dan garis-
garis besar dari padahaluan Negara, serta mengubah undang-undang dasar Negara
republik Indonesia tahun 1945;
b. Menetapkan garis-garis besar haluan Negara;
c. Memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden;
d. Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga Negara yang lain,
termasuk penetapan garis-garis besar haluan Negara;
e. Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap putusan-putusan majelis;
f. Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya mengangkat presiden dan wakilpresiden;
g. Meminta pertanggung jawaban dari presiden mengenai pelaksanaan garis-garis besar
haluan Negara dan menilai pertanggung jawaban tersebut;
h. Mencabut kekuasaan dan memberhentikan presiden dalam masa jabatannya apabila
presiden sungguh-sungguh melanggar undang-undang dasardan/atau garis-garis besar
haluan Negara;
i. Menetapkan peraturan tata tertib majelis;
j. Menetapkan pimpinan majelis yang dipilih dari dan oleh anggota;
k. Mengambil dan/atau member keputusan terhadap anggota yang melanggar sumpah
janji anggota. Kedudukan dan tugas wewenang tersebut telah menjadikan MPR
memiliki posisi yang sangat menentukan dan penting dalam dinamika ketatanegaraan,
kedudukan, tugas dan wewenang ini lah yang memberikan otoritas MPR untuk
membentuk ketetapan-ketetapan MPR, yang semenjak tahun 1960-2002 berjumlah
139 ketetapan.
1. Kedudukan, tugas dan wewenang MPR setelah perubahan Undang-undang dasar republik
Indonesia tahun 1945. Berdasarkan undang-undang dasar republik Indonesia tahun 1945, MPR
memiliki kedudukan, tugas dan wewenang sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat (2) pasal 2
ayat (1), pasal 3 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), pasal 7B ayat (6), pasal 8 danpasal 37 undang-
undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945, dan undang-undang nomor 27 tahun 2009
tentang MPR,DPD, dan DPRD (UU MD3).
 Kedudukan MPR adalah lembaga permusyawaratan rakyat yang berkedudukan sebagai
lembaga Negara. MPR memiliki tugas dan wewenang sebagaimana yang diatur dalam
undang-undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945 dan undang-undang
Nomor 27 tahun 2009 tentang MPR,DPD, dan DPRD (UU MD3).
 Tugas dan wewenang MPR ialah
a. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar
b. Melantik presiden dan wakil presiden;
c. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan mahkamah konstitusi untuk
memberhentikan presiden dan atau wakilpresiden;
d. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat,berhenti,
atau di berhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajiban dalam masa
jabatannya;
e. Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik;
f. Memilih dan menetapkan pimpinan majelis;
g. Membentuk alat kelengkapan majelis;
BAB VI

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas, dapat kita ketahui pengertian dari Majelis Permusyawaratan Rakyat,
tugas dan wewenang MPR, fungsi dan wewenang MPR sebelum dan sesudah amandemen, hak MPR,
hak-hak anggota MPR, fraksi-fraksi MPR dan alat-alat kelengkapan MPR dan susunan dan kedudukan
MPR.

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam benak rakyat Indonesia sudah sangat dikenal dan
melekat di hati sanubari hampir seluruh rakyat Indonesia. Keberadaan MPR sudah
dikumandangkan sejak berdirinya Republik ini dan secara resmi telah disebut dalam UUD 1945.
Pada awalnya MPR diposisikan sebagai lembaga representatif penjelmaan seluruh rakyat
Indonesia dan pemegang kedaulatan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara
tertinggi. MPR berwenang memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden, oleh
karenanya Presiden bertanggungjawab kepada MPR karena Presiden sebagai mandataris MPR.
Lembaga ini juga berwenang merubah dan menetapkan undang-undang dasar, serta menetapkan
garis-garis besar haluan negara.

Pada masa reformasi, posisi MPR telah mengalami reposisi dengan dilakukannya perubahan
UUD 1945. MPR tidak lagi ditempatkan sebagai lembaga tertinggi negara tetapi berkedudukan
sebagai lembaga negara yang statusnya menjadi tidak jelas antara sebagai joint session ataukah
permanent body. MPR hanyalah sebuah perkumpulan anggota DPR dan anggota DPD yang
terjadi secara rutin untuk 5 tahun sekali atau bila ada kejadian-kejadian insidental yang
menyangkut penyimpangan tugas yang dilakukan Presiden dan/atau Wakil Presiden berdasar
Undang-Undang Dasar atau bila terjadi hal yang menyebabkan tidak berfungsinya Presiden
dan/atau Wakil Presiden seperti sebab berhalangan tetap atau sudah tidak memenuhi syarat lagi.
Kewenangan MPR yang lain yang masih dipertahankan adalah MPR berwenang mengubah dan
menetapkan Undang- Undang Dasar. Kewenangan MPR ini pun sifatnya insidental, artinya tidak
secara rutin dilakukan dan hanya bila ada kemauan politik saja untuk menjalankan kewenangan
ini.
SARAN

Dari kesimpulan diatas dapat dikemukaakan saran saran sebagai berikut


Seharusnya MPR menyadari peranannya disuatu Lembaga Negara yang mempunyai salah satu
peranan penting seperti tempat menampung asfirasi dari masyarakat luas khususnya.
  Kebijakan kebijakan atau wewenag dari MPR tersebut harus sesuai dengan keiginan rakyat itu
sendiri dan tidak menyalahgunakan wewenag tersebut untuk hal tidak perlu dilakukan serta terus
terfokus dalam menjalani tugas dengan baik untuk mendapat hasil yang baik pula.

Anda mungkin juga menyukai