Anda di halaman 1dari 8

Nama : Alisya Febrini Magdalena Korompis

Nim : 20101109

BELAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BELAJAR dan pembelajaran merupakan aktivitas utama dalam proses pendidikan. Pendidikan secara
nasional di Indonesia didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan baik untuk diri peserta didik itu sendiri maupun untuk masyarakat, bangsa,
dan negaranya.

Terdapat unsur penting dalam definisi pendidikan secara nasional, yaitu usaha sadar dan terencana,
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan bagi peserta didik untuk aktif
mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membekali peserta didik dengan kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan
bagi diri, masyarakat, bangsa, dan negara peserta didik. Suasana belajar dan proses pembelajaran yang
memungkinkan bagi peserta didik untuk aktif mengembangkan potensi yang dimilikinya hanya dapat
diwujudkan melalui proses interaksi yang bersifat edukatif antara dua unsur manusiawi, yaitu peserta
didik sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar dengan peserta didik sebagai
subjek pokoknya.

Belajar dan pembelajaran berlangsung dalam suatu proses yang dimulai dengan perencanaan berbagai
komponen dan perangkat pembelajaran agar dapat diimplementasikan dalam bentuk interaksi yang
bersifat edukatif, dan diakhiri dengan evaluasi untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Belajar dan pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek dengan
menyatukan komponen-komponen yang memiliki karakteristik tersendiri yang secara terintegrasi, saling
terkait dan mempengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan. Komponen-
komponen pembelajaran yang dimaksud, mencakup tujuan, materi, metode, media, dan sumber, evaluasi,
peserta didik, guru, dan lingkungan.

Belajar dan pembelajaran merupakan aktivitas yang terencana untuk mencapai tujuan tertentu yang
dicirikan dengan keterlibatan sejumlah komponen yang saling terkait satu sama lain. Komponen-
komponen dalam belajar dan pembelajaran yang dimaksud disebut perangkat pembelajaran yang teriri
atas rencana pelaksanaan pembelajaran, alat pembelajaran yang mencakap metode, media, dan sumber
belajar, serta alat evaluasi, baik berupa tes maupun nontes. Belajar dan pembelajaran, baik sebagai proses
maupun sebagai sistem telah mendapat perhatian dari para ahli dengan sudut pandang yang berbeda
sesuai dengan bidang keahlian masing-masing sehingga melahirkan konsep dan teori belajar dan
pembelajaran yang beragam.

1.2 Rumusan Masalah


1 . Apa saja konsep tentang belajar ?

2 . Bagaimana proses belajar terjadi ?

3 . Apa yang disebut dengan hasil belajar ?

1.3 Tujuan
1 . Untuk mengetahui konsep tentang belajar

2 . Untuk mengetahui bagaimana proses belajar terjadi

3 . Untuk mengetahui apa saja hasil-hasil belajar

BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Konsep Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti berubah pengetahuan,
pemahaman, sikap atau tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kebiasaan. Pandangan para ahli
tentang aktivitas belajar cukup beragam, hal ini terlihat dari definisi belajar yang diungkapkannya.

Sudjana (1996) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan yang relatif permanen dalam
suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihan.

Slameto (2003) juga menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Gie (dalam Tawil, 2008) memberikan konsepsi belajar adalah segenap aktivitas yang dilakukan secara
sadar oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan dalam
pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya permanen.

Santyasa (2006) menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang menantang, seseorang dikatakan
belajar apabila dia mampu keluar dari zone nyaman sebagai akibat dorongan hati untuk melakukan olah
pikir, rasa, dan raga dalam rangka mengembangkan kepribadian secara utuh.

Meyer (dalam Kristiantari, 2005) melihat belajar dari tiga pandangan yakni (1) belajar sebagai penguatan
respon, (2) belajar sebagai pemerolehan pengetahuan, dan (3) belajar sebagai konstruksi pengetahuan.
Bila dicermati konsep belajar menurut Meyer ini, tampak ada tiga paradigma bagaimana konsep belajar
diformulasikan. Ketiga paradigma tersebut adalah paradigma behavioristik, kognitivistik, dan
konstruktivistik.
- Menurut pandangan kaum behavioris, belajar adalah perubahan perilaku siswa. Konsepsi utama
teori ini adalah stimulus dan respon serta adanya perubahan perilaku. Orang dikatakan belajar
apabila ada perubahan perilaku yang diakibatkan adanya stimulus dan respon sehingga menjadi
suatu kebiasaan.
- Pandangan kognitivis, belajar adalah perubahan struktur kognitif atau pemerolehan pengetahuan.
Konsepsi utama teori ini adalah pemahaman melalui asimilasi. Orang dikatakan belajar apabila
ada perubahan di dalam struktur kognitif, yakni suatu mekanisme kerja di dalam otak.
- Kaum konstruktivis berpandangan bahwa belajar adalah konstruksi pengetahuan. Konsepsi utama
teori ini adalah pengetahuan dibangun secara internal oleh siswa, sedangkan guru bertugas
menyediakan lingkungan belajar yang mendukung konstruksi internal pengetahuan tersebut.
Orang dikatakan belajar apabila secara internal melakukan konstruksi pengetahuan dan
lingkungan belajar yang memfasilitasi.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Belajar dialami oleh siswa sendiri,
sehingga siswa merupakan penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi
berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar (Dimyati & Mudjiono, 2006).

Peserta didik memiliki kemampuan mengelola proses belajar sendiri, yang menentukan cepat atau
lambatnya mereka menaruh perhatian pada suatu permasalahan yang dihadapinya. Proses belajar adalah
proses yang menentukan tercapainya hasil belajar yang memadai dan dapat dicapai dengan melaksanakan
kegiatan belajar yang memadai pula (Tawil, 2008).

Syah (2004) juga menyatakan bahwa proses belajar diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dan
berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.

Lebih lanjut Sardiman (2005) menyatakan bahwa proses belajar pada prinsipnya bertumpu pada struktur
kognitif, yakni penataan fakta, konsep, dan prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu-kesatuan teori yang
memiliki makna bagi peserta didik.

Ada beberapa jenis-jenis belajar, diantara sebagai berikut:

1. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)

Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang luas atau
ekstensif, misalnya mempelajari sajak atau gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat.

2. Belajar dengan wawasan (learning by insight)

Konsep ini diperkenalkan oleh W. Kohler, salah seorang tokoh psikologi Gestalt pada permulaan tahun
1971. Sebagai suatu konsep, wawasan (insight) merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi
belajar dan berfikir. Menunrut Gestalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-pola
tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.

3. Belajar diskriminatif (discriminatif learning)

Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan
akhirnya menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
4. Belajar global/keseluruhan (global whole learning)

Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang smpai pelajar menguasainya; lawan dari
belajar bagia. Metode belajar ini sering juga disebut metode gestalt.

5. Belajar Insidental (insidental learning)

Konsep ini bertentangan dengan pernyataan bahwa belajar harus memiliki arah tujuan. Sebab dalam
belajar insidental, pelajar tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar kepentingan
penelitian, maka dirumuskan bahwa yang disebut dengan belajar insidental adalah belajar yang tidak ada
instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak.

6. Belajar instrumental (instrumental learning)

Pada dasar instrumental, reaksi-reaksi yang diperlihatkan seorang siswa diikuti oleh tanda-tanda yang
mengarah apakah siswa tersebutakan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Maka cepat atau
lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan penguatan.

7. Belajar intensional (intentional learning)

Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, ini bermakna bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi
karena ada tujuan yang ingin dicapai.

8. Belajar laten (laten learning)

Belajar dalam perubahan yang terjadi tidak dapat dilihat secara segera. Cara belajar ini tidak menganggap
ada faktor atau kondisi yang ada sebelum belajar.

9. Belajar mental (mental learning)

Belajar mental sebagai belajar dengan cara melekukan observasi dari tingkah laku orang lain.

10. Belajar Produktif (productive learning)

Belajar produktif adalah belajar dengan maksimum. Belajar dikatakan produktif bila individu mampu
mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam situasi ke situasi lain.

11. Belajar verbal (verbal learning)

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal melalui latihan dan ingatan.

Teori-Teori Belajar

1. Teori Konfergensi

Teori konfergensi yang dikemukakan oleh Louis William Stern mengungkapkan bahwa “perkembangan
bukan hanya dapat dilihat dari salah satu faktor pembawaan (hereditas) tetapi dapat dikatakan bahwa
pengaruh kerjasama antara faktor internal dan eksternal ataupun faktor-faktor dasar dan faktor ajar”.
(Syaiful Sagala, 2010:98).

2. Teori Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman, yang sekarang menjadi tenar diseluruh dunia.
Hukum yang berlaku pada pengamatan adalah sama dengan hukum dalam belajar, Slameto (2010:9),
yaitu:

- Gestalt mempunyai seusatu yang melebihi jumlah unsur-unsurnya;


- Gestalt timbul lebih dahulu daripada bagian-bagiannya.

Jadi dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh respone yang
tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang
harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight.

3. Teori R. Gagne

Mengenai masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi dalam Slameto (2010:13), menyatakan bahwa

- Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku.
- Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

1.2 Proses Belajar


Proses belajar yang dialami oleh peserta didik seperti yang diungkapkan oleh Santyasa (2006) dapat
terjadi melalui beberapa proses.

(1) Belajar dimulai dalam bentuk sikap dan persepsi positif terhadap belajar. Sikap dan persepsi positif
terhadap belajar merupakan cikal bakal yang sangat menentukan peserta didik itu belajar atau tidak.

(2) Belajar ditandai dengan adanya upaya peserta didik mencoba melakukan seleksi, organisasi, dan
integrasi pengetahuan baru yang akan dipelajari ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki.

(3) Belajar ditandai dengan adanya upaya peserta didik untuk melakukan perluasan dan penyempurnaan
draf pengetahuan yang telah diintegrasikan di struktur kognitifnya.

(4) Belajar adalah penerapan pengetahuan secara bermakna atas dasar pemahaman yang telah
terkonstruksi di struktur kognitifnya. Hal ini merupakan suatu kewajiban, bahwa pemikiran akan
bermakna konseptual menjadi tujuan pebelajar.

(5) Belajar adalah pembiasaan berpikir efektif dan produktif. Di sinilah puncak proses belajar seorang
peserta didik. Proses belajar pada tingkatan ini ditandai dengan adanya perkembangan nilai (value) pada
diri peserta didik. Dengan demikian proses belajar tidaklah sekali jadi, tetapi merupakan proses
berkelanjutan yang diwarnai oleh perubahan sebagai akibat hasil interaksi dengan lingkungan belajar.

Suastra (2002) & Suastra (2009) menyatakan bahwa proses belajar adalah proses interaksi edukatif yang
terikat pada tujuan, terarah pada tujuan, dan dilaksanakan khusus untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai
tujuan instruksional yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan seleksi materi bahan ajar agar materi
pelajaran dapat diserap secara optimal oleh peserta didik. Selain itu, guru juga harus menetapkan metode
pembelajaran yang tepat dan ditunjang oleh media pembelajaran yang memadai. Seberapa jauh tujuan
instruksional tersebut dapat dicapai, maka dilakukan serangkaian kegiatan evaluasi.
Winkel (dalam Kristiantari, 2005) menyatakan bahwa proses belajar adalah aktivitas mental yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Berdasarkan pemaparan konsep dan proses
belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan belajar akan menghasilkan suatu perubahan
pada diri siswa yang akan tampak pada perilaku siswa atau prestasi siswa. Agar perubahan akibat belajar
dapat bertahan lama, seseorang harus mencapai atau memperolah pengetahuan dengan proses belajar
yang benar melalui tahapan-tahapan yang sesuai. Jika demikian dapat diharapkan perubahan positif akibat
belajar akan bertahan lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak akan hilang.

1.3 Hasil Belajar


Hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Kasful
Anwar menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu proses untuk menggambarkan perubahan dari diri
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil belajar tersebut ditentukan setelah dilakukan
penilaian, artinya penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang
siswa. Hasil belajar dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata), dan nilai kuantitatif
(berupa angka).

Sobry Sutikno menjelaskan hasil belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu proses usaha perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Dari defenisi tersebut, menunjukkan bahwa hasil belajar ditandai dengan
adanya “perubahan”, yaitu perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan
aktifitas tertentu.

Isjoni menjelaskan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai penguasaan (hasil belajar) siswa secara
penuh terhadap seluruh bahan yang dipelajari. Pemahaman atau penguasaan materi oleh siswa dilihat
setelah dilaksanakan proses belajar mengajar, baik secara kelompok maupun individual dalam antara
minimal (75%).

Selanjutnya menurut Bloom dalam Abdorrahkman Gintings bahwa hasil belajar dapat dibedakan atas tiga
ranah (Domain), yaitu pengetahuan (Cognitive), keterampilan (Psychomotoric), dan ranah sikap
(Affective).

Selanjutnya Agus menjelaskan hasil belajar itu berupa :

- Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan
maupun tertulis.
- Keterampilan intelektual yaitu kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis
faktakonsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
- Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
- Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan
koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
- Sikap adalah kemampuan menerima objek tertentu. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi
dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai
standard perilaku.

Menurut Dimyati dan Mujiono hasil belajar adalah asil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah
berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain merupakan peningkatan
kemampuan mental siswa. Hasil belajar tersebut dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak
pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor dan dampak
pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Belajar sebagai aktivitas psiko-fisik yang menghasilkan perubahan atas pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang relatif konstan, dibedakan atas belajar abstrak, belajar keterampilan, belajar sosial,
belajar pemecahan masalah, belajar rasional, belajar kebiasaan, belajar apresiasi, dan belajar pengetahuan.
Hal ini telah mendapat perhatian dari para ahli pendidikan dan psikologi yang pada pokoknya
memandang bahwa konsep belajar selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku seseorang
berdasarkan praktek atau pengelaman tertentu.

2. Pembelajaran merupakan aktivitas yang berproses melalui tahapan perancangan, pelaksanaan, dan
evaluasi, dimaknai sebagai interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu
lingkungan belajar. Oleh karena itu, keberhasilan sebuah proses pembelajaran ditentukan oleh ketiga
komponen tersebut. Beberapa teori yang dapat dijadikan landasan konsep pembelajaran antara lain teori
Ilmu Jiwa Daya yang beranggapan bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya seperti daya mengenal,
daya mengingat, daya berpikir, daya fantasi yang dapat dipertajam secara fungsional untuk sesuatu hal
dengan cara melatih semua daya yang tersedia. Teori belajar Ilmu Jiwa Gestalt memandang bahwa
keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian, sebab keberadaan bagian-bagian itu didahului oleh
keseluruhan. Teori belajar Ilmu Jiwa Asosiasi yang dibedakan atas teori belajar Connectionism
memandang bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons, dan teori belajar Conditioning
yang memandang bahwa segala tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil dari latihan-latihan atau
kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap perangsang-perangsang tertentu yang dialami di dalam
kehidupannya.

3. Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat syaraf indivdu yang belajar. Proses
belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu, proses
belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan
sebelummnya

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/145621-ID-konsep-belajar-dan-pembelajaran.pdf

https://ardiapriliadi.wordpress.com/2014/11/16/konsep-belajar/

http://mediafunia.blogspot.com/2013/02/konsep-belajar-dan-proses-belajar.ht

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-hasil-belajar/129897/2

Anda mungkin juga menyukai