BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Rumah sakit adalah bagian penting dari suatu sistem kesehatan, karena rumah
sebagai pusat rujukan, dan merupakan pusat ahli pengetahuan dan keahlian
(teknologi). Kita harus sadar bahwa rumah sakit adalah institusi kesehatan yang padat
modal, padat pakar dan padat teknologi. Dengan kemampuan sumber daya manusia,
sarana peralatan dan keuangan memugkinkan rumah sakit mempunyai daya guna
yang lebih tinggi dari institusi pelayanan kesehatan lainnya (Depkes, 2005).
Menurut Willan sebagaimana dikutip oleh Aditama (2004) istilah rumah sakit
sendiri berasal dari kata hospital yang berasal dari bahasa latin hospitium, yang
memiliki arti suatu tempat atau ruangan untuk menerima tamu. “Rumah sakit bukan
hanya suatu tempat, namun juga sebuah fasilitas, sebuah institusi dan juga sebuah
organisasi”. Rumah sakit harus dibangun, dilengkapi dan dipelihara dengan baik
kesembuhan pasien.
9
10
tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang yang sehat. Kumpulan banyak orang
ini akan dapat memungkinkan rumah sakit menjadi tempat penularan penyakit,
tentang rumah sakit pasal 19 ayat 2 rumah sakit umum adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Pada pasal
10 ayat 1 tentang bangunan rumah sakit harus dapat digunakan untuk memenuhi
yang dimaksud pada ayat 1 paling sedikit terdiri atas ruang rawat jalan, ruang rawat
inap, ruang gawat darurat, ruang operasi, ruang tenaga kesehatan, ruang radiologi,
ruang laboratorium, ruang sterilisasi, ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan,
ruang kantor dan administrasi, ruang ibadah, ruang tunggu, ruang penyuluhan
kesehatan masyarakat rumah sakit, ruang menyusui, ruang mekanik, ruang dapur,
laundry, kamar jenazah, taman, pengolahan sampah, dan pelataran parkir yang
mencukupi.
11
pasal 4 (empat) tugas dari rumah sakit adalah memberikan kesehatan perorangan
secara paripurna. Maksudnya adalah setiap kegiatan pelayanan yang diberikan oleh
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan
desinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan mesin setrika.
1. Tersedia keran air bersih dengan kualitas dan tekanan aliran yang memadai, air
Suhu air panas untuk pencucian mencapai 70oC dalam waktu 25 menit atau 95 oC
pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis
3. Tersedia saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan pengolahan awal
6. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian yang ramah
lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan.
13
7. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung
adalah:
1. Di tempat laundry tersedia keran air bersih dengan kualitas dan tekanan aliran
pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis
3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan non
infeksius.
4. Laundry harus dilengkapi dengan saluran air limbah tertutup yang dilengkapi
linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan kebersihan, ruang
perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris atau
dapat bekerja sama dengan pihak lain dan pihak lain tersebut harus mengikuti
a. Pengumpulan, dilakukan :
diberi label.
b. Penerimaan
1) Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara infeksius dan non
infeksius.
c. Pencucian
d. Pengeringan
e. Penyetrikaan
f. Penyimpanan
15
h. Pengangkutan
bersih dan linen kotor. Kereta dorong harus di cuci dengan desinfektan
bersamaan.
khusus.
pakaian kerja khusus, APD dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala,
Alur Kegiatan
Perbaikan linen
Ruang Dekontaminasi
Pencucian Pengeringan Penyeterikaan
linen linen linen
Bak pembilasan
awal
Melipat linen
Bak desinfeksi
(perendaman)
R. penyimpanan
Bak pembilasan linen bersih
akhir
CSSD Tanpa
(Resterilisasi) sterilisasi
(Kemenkes, 2010)
17
kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi petugas di semua jenis
kondisi pekerjaan, perlindungan bagi petugas dalam pekerjaannya dari resiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan petugas dalam
suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan psikologisnya.
Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia
jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para petugas/ buruh dengan
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
tenaga kerja, cara/ metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya
petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen K3
yaitu :
18
pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.
2. Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik
diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non
fisik.
3. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor
sakit merupakan suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan,
penyelenggaraan K3 rumah sakit lebih efektif, efisien dan terpadu diperlukan sebuah
manajemen K3 di rumah sakit bagi pengelola maupun karyawan rumah sakit yang
bertujuan terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman
2. Faktor pekerjaan antara lain: standar kerja yang kurang baik, standar perencanaan
yang kurang tepat, standar perawatan yang kurang tepat, standar pembelian yang
kurang tepat, retak akibat pemakaian setelah lama dipakai, pemakaian abnormal.
Dari penjelasan di atas, timbul beberapa kondisi yang sering dijumpai antara
lain pengamanan tidak sempurna, APD yang tidak memenuhi syarat, bahan/
peralatan kerja yang telah rusak, gerak tidak leluasa karena tumpukan benda, sistem
tanda bahaya yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang mengandung
bahaya, seperti iklim kerja panas/ dingin, penerangan tidak memenuhi syarat,
ventilasi kurang baik, tingkat kebisingan tinggi, pemaparan terhadap radiasi (Suardi,
2005).
Kerja (K3)
1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri atau pekerja bebas.
kecelakaan akibat kerja, memelihara dan meningkatkan kesehatan dan gizi para
20
tenaga kerja, merawat dan meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga
c. Pengawasan
j. Sistem pemeriksaan
pelanggan.
21
Negara
(SMK3). Ini menunjukkan adanya perhatian yang kuat dari negara-negara tersebut.
menteri. Di India dan Malaysia peraturan K3 yang dibuat hanya menyebutkan bahwa
pengusaha bertanggung jawab dalam mengelola K3, dan tidak secara khusus
menjelaskan suatu Sistem Manajemen K3. Pemerintah Australia dan Selandia Baru
telah melakukan kesepakatan normal untuk membuat sebuah organisasi dunia yang
dikenal dengan The Joint Accreditation System of Australia and New Zealand (JAS-
ANZ). Cina dan Thailand membuat sebuah standar Sistem Manajemen K3 yang
dikenal dengan OHSMS Trial Standard dan TIS 18000 Series. Jadi setiap negara
melakukan pendekatan yang berbeda termasuk pihak yang bertanggung jawab dalam
menentukan ketetapan tersebut, walau pada intinya memiliki tujuan yang sama.
Dari sini lahirlah sistem penilaian kinerja K3 yang disebut OHSAS 18000
(Occupational Health and Safety Assessment Series). OHSAS 18000 terdiri dari dua
bagian yaitu OHSAS 18001 sebagai standar atau persyaratan SMK3 dan OHSAS
disertifikasi melalui lembaga sertifikasi, dan diakui secara global. OHSAS 18001
22
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1999 dan disempurnakan pada tahun 2007 dan
18001, SMK3 internal, Process Safety Management dan lainnya. Berbagai negara
bahaya yang ada dalam operasi organisasi. Oleh karena itu SMK3 (Depnaker) dengan
Negara
harus menunjuk anggota manajemen puncak (seperti organisasi yang besar, dewan
pengurus atau anggota eksekutif komite) dengan tanggung jawab terpisah untuk
harus menyediakan sumber daya yang penting untuk penerapan dan pengendalian dan
pada manajemen puncak untuk ditinjau dan sebagai dasar untuk perbaikan
tanggung jawab dan tanggung gugat K3 dan wewenang untuk bertindak dan
25
3. Dapat memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang
Tanggung jawab dan wewenang setiap level yang menjadi bagian dari Sistem
Defenisi dari tanggung jawab hubungan fungsi-fungsi yang berbeda juga perlu diatur
secara jelas. Bentuk yang kita kenal dari persyaratan ini adalah uraian jabatan (job
K3. Item-item yang dapat dijadikan masukan antara lain struktur organisasi, hasil
kualifikasi personel.
memberikan jasa yang mendapat upah atas kegiatannya dari perusahaan. Dalam
kaitannya terhadap Sistem Manajemen K3, pekerja memiliki tanggung jawab antara
lain :
tempat kerja.
Harus ada kebijakan K3 yang disahkan oleh manajemen puncak, yang secara
K3. Kebijakan harus sesuai dengan sifat dan skala resiko K3 dari organisasi yaitu :
pengusaha atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan,
komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan program kerja yang mencakup
tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua
tenaga kerja, pemasok dan pelanggan. Kebijakan K3 bersifat dinamik dan selalu
ditinjau ulang dalam rangka peningkatan kinerja K3. Sesuai dengan persyaratan
persyaratan lainnya
sejarah dan kinerja K3 organisasi, kebutuhan pihak terkait, peluang dan kebutuhan
kurangnya harus memenuhi kualifikasi, antara lain dapat diukur, satuan/ indikator
sasaran kebijakan K3 harus dikonsultasikan dengan wakil tenaga kerja, Ahli K3,
P2K3 dan pihak-pihak lain yang terkait. Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
dikembangkan secara berkelanjutan, dan secara jelas menetapkan tujuan serta sasaran
terkait dengan aktivitas harus dipastikan sesuai, cukup dan selalu tersedia. Untuk itu
K3 semua aktivitasnya, dan semua tahapan ini menjadi dasar dalam pengembangan
1. Identifikasi Bahaya
kejadian yang dapat menimbulkan bahaya, jenis kecelakaan dan penyakit akibat
lain:
30
g. Menganalisa rekaman data, seperti insiden dan nyaris kena bahaya, keluhan
2. Penilaian Resiko
kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tujuan dari langkah ini adalah untuk
menentukan prioritas untuk tindak lanjut karena tidak semua aspek bahaya
yang diperlukan untuk menghilangkan atau mengurangi resiko yang ada (Suardi,
2005).
3. Pengendalian Resiko
kerja yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan
menerapkan kebijakan standar bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan bahan,
prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan produk
Hal yang harus kita perhatikan dalam memilih atau menetapkan jenis
pengendali yang tepat, tidak menimbulkan bahaya baru/ lain, diikuti oleh semua
antara lain :
a. Menghilangkan Bahaya
kendali resiko yang lebih rendah tingkatannya. Alat kendali ini dapat digunakan
salah satu saja atau hasil kombinasi. Alat-alat kendali itu adalah:
1. Substitusi/ mengganti
Prinsip dari alat kendali ini adalah menggantikan sumber risio dengan
sarana/ peralatan lain yang tingkat resikonya lebih kurang / tidak ada.
2. (Engineering)
peralatan atau proses kerja dalam mengurangi tingkat resiko. Ciri khas dari
membuat lokasi kerja yang lebih aman dengan melakukan pengaturan ulang
3. Isolasi
33
Dalam tahap ini kita melakukan isolasi terhadap area bahaya dari
supervisi pekerjaan.
2. Kesiapan Emergency
34
untuk mengidentifikasi potensi terjadinya insiden dan situasi darurat dan cara
Sesuai dengan sifat penerapan Sistem Manajemen K3, maka organisasi harus
secara aktif melakukan penilaian terhadap kecelakaan yang berpotensi terjadi dan
menyediakan peralatan darurat yang sesuai, serta melakukan uji coba secara periodik.
Masukan yang digunakan dalam menentukan prosedur yang dibutuhkan antara lain :
yang disetujui.
sesuai, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik, dan menjelaskan elemen inti dari
terkait. Untuk rekaman, organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk
identifikasi, pemeliharaan dan disposisi rekaman K3 sebagai hasil audit dan tinjuan.
aktifitas yang terkait. Rekaman K3 harus disimpan dan dipelihara untuk sewaktu-
mencapai tujuan dan evaluasi terhadap sistem dan kinerja K3. Perusahaan harus
telah dilaksanakan sesuai dengan dokumen yang ada. Karena itu semua dokumen dan
minimum yang harus dimiliki sebuah dokumen harus mengacu pada kriteria
minimum, yaitu tanggal terbit, tanggung jawab, persetujuan, judul dokumen, nomor
audit, bukti-bukti konsultasi, laporan kecelakaan/ insiden, minutes meeting dari K3,
hasil tes medis, latihan tanggap darurat, tinjauan manajemen, identifikasi bahaya,
4. Audit
berbagai jadwal, harus berdasarkan pada hasil penilaian resiko dari aktifitas
audit digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen dan
mengidentifikasi peluang perbaikan. Audit merupakan salah satu cara yang dapat
dengan persyaratan, dan keefektifan penerapan sistem. Hasil audit yang baik adalah
dicatat dalam media khusus, mendetail dan dapat ditelusuri sumber temuannya.
5. Perbaikan Berkelanjutan
diambil.
38
semua usulan tindakan perbaikan dan pencegahan harus ditinjau terlebih dahulu
dalam penerapannya.
Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit dan tinjauan ulang
dan efektif.
penilaian resiko
6. Tinjauan Manajemen
cukup dan efektif. Proses tinjauan manajemen harus memastikan bahwa informasi
yang diperlukan terkumpul pada manajemen untuk di evaluasi. Tinjauan ini harus
untuk perubahan kebijakan, sasaran dan elemen Sistem Manajemen K3 lainnya, hasil
audit Sistem Manajemen K3, perubahan organisasi dan komitmen untuk perbaikan
berkelanjutan.
harus dapat mengatasi implikasi keselamatan dan kesehatan kerja terhadap seluruh
kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan.
sasaran K3 dan melakukan perubahan terhadap kebijakan dan sasaran K3. Dalam
topik pembahasan, personel yang hadir, tanggung jawab personel yang berpatisipasi,
Alat pelindung diri (APD) dapat didefenisikan sebagai alat yang mempunyai
tehnis, secara administrasi, dan secara individu. Pengendalian secara tehnis seperti
pengendalian tehnis tidak bisa dilakukan atau hasilnya tidak memenuhi persyaratan
jam kerja pada tempat kerja tertentu, rotasi shift, dan lama waktu yang diperbolehkan
41
pada tempat berbahaya. Tetapi dalam upaya lebih menjaga K3 karyawan, maka
1. Pengendalian Rekayasa
lingkungan kerja untuk mencegah kontak dengan suatu bahan berbahaya, atau bahaya
udara setempat.
2. Pengendalian Administrasi
topi pengaman, atau perangkat sejenis yang bila dipakai dengan benar akan
mengurangi resiko cedera atau sakit diakibatkan oleh bahaya. APD adalah metode
terakhir yang digunakan setelah upaya melakukan metode lainnya (Rijanto, 2011).
42
memberikan perlindungan yang tepat terhadap potensi bahaya yang ada, tidak
menyebabkan rasa tidak nyaman berlebihan, bentuknya harus cukup menarik dan
dapat dipakai secara fleksibel, tahan untuk pemakaian yang lama, memenuhi standar
yang sudah ada serta suku cadangnya mudah didapat, dan tidak menimbulkan bahaya
tambahan bagi pemakaian yang tidak tepat atau karena penggunaan yang salah.
yaitu tidak dapat menghilangkan bahaya pada sumbernya, apabila APD tidak
berfungsi dan kelemahannya tidak diketahui, maka resiko bahaya yang timbul dapat
menjadi lebih besar, saat digunakan APD harus sudah dipilih dengan tepat dan harus
selalu dimonitor, pekerja yang menggunakannya harus sudah terlatih (Rijanto, 2011).
1. Pelindung kepala
helm pengaman sebagai suatu alat yang dipakai untuk memberikan perlindungan
partikel yang berterbangan, sengatan listrik, menahan kepala dari benturan atau
tusukan benda-benda yang jatuh, melindungi kepala dan rambut dari jeratan
2. Pelindung telinga
terganggu. Sumbat telinga biasanya terbuat dari bahan karet, palstik keras,
ada kebocoran sedikit saja dapat mengurangi daya lindung sampai 15 dB.
Daya lindung yang paling kecil adalah yang terbuat dari kapas, antara 2-12
dB. Kelemahan dari sumbat telinga ini adalah tidak tepat ukurannya dengan
sehingga diperoleh atenuasi yang lebih tinggi, tetapi tidak lebih dari 50
Fungsi dari pelindung muka dan mata adalah melindungi dari lemparan
benda-benda kecil dan benda panas, pengaruh cahaya, dan pengaruh radiasi tertentu.
c. Syarat optis adalah lensa tidak boleh mempunyai efek distorsi/ prisma lebih
d. Alat pelindung mata terhadap radiasi, dengan prinsip adalah kaca mata yang
4. Pelindung pernafasan
pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap dan uap logam), dan pencemaran oleh
gas atau uap. Ada tiga jenis alat pelindung pernafasan, yaitu :
Sumber udara dari saluran udara bersih atau kompresor udara, dan
dari tabung bertekanan. Berupa tabung gas yang berisi udara yang
2010).
5. Pelindung tangan
elektromagnetik, radiasi mengion, listrik, bahan kimia, benturan dan pukulan, luka,
b. Mitten : sarung tangan dengan ibu jari terpisah sedangkan jari lainnya
menjadi satu.
6. Pelindung kaki
atau keras, tumpahan atau genangan logam cair, bahan kimia korosif atau
tergelincir, dan tertusuk telapak kakinya, pengaruh air panas, dingin, kotor
dan lain-lain.
a. Pada industri ringan/ tempat kerja biasa cukup memakai sepatu yang baik
dan wanita tidak boleh memakai sepatu bertumit tinggi atau sepatu dengan
b. Sepatu pelindung (safety house) atau sepatu boot dapat terbuat dari kulit,
karet sintetis atau plastik. Berguna untuk melindungi jari-jari kaki terhadap
c. Untuk mencegah tergelincir digunakan sol anti slip luar dari karet alam atau
d. Untuk mencegah tusukan pada telapak kaki dari benda-benda runcing, serta
e. Sepatu atau sandal yang beralas kayu baik dipakai ditempat kerja yang
kimia.
b. Pakaian kerja pria yang melayani mesin-mesin harus berlengan pendek, pas
(tidak longgar) pada bagian dada atau punggung, tidak ada lipatan-lipatan
c. Pakaian kerja perempuan sebaiknya memakai celana panjang, baju yang pas,
yang baik. Biarkan pengguna membantu untuk memilih alat yang dapat membuatnya
mau untuk memakainya. Jelaskan pada pengguna mengapa harus memakainya dan
melindungi terhadap bahaya apa saja. Pengguna perlu mengetahui bagaimana alat
tersebut bekerja dan pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap alat tersebut.
Mengawasi pengguna untuk memastikan bahwa APD dipakai dan digunakan dengan
benar. Pelihara alat secara periodik dan diperiksa kerusakan yang terjadi. Simpan di
tempat yang kering dan bersih dan ada peralatan pengganti dan cadangannya.
Pastikan APD tidak menjadi sumber pencemaran dengan menjaga bagian dalam
pelindung debu dan sarung tangan tetap bersih. Simpan di dalam kotak atau lemari
yang bersih, dan jangan dibiarkan tergeletak di tempat kerja (Rijanto, 2010).
48
1. Buat kebijakan tertulis tentang APD dan mensosialisasikan kepada pekerja dan
tamu
Karyawan harus mengerti bahwa penggunaan APD tidak akan menghilangkan bahaya
yang terjadi. Jadi bahaya akan tetap terjadi jika ada kecelakaan.
derajat perlindungannya.
b. Sisi perusahaan
c. Memberatkan kepala
d. Menimbulkan rasa sakit karena jepitan pelindung telinga yang terlalu kuat
4. Masalah dalam Peggunaan Sarung Tangan, mengurangi kepekaan tangan dan jari
a. Penutup muka yang buruk seperti dapat menimbulkan jerawat, dapat membuat
rambut jadi terjepit, tidak sesuai dengan ukuran wajah, menimbulkan iritasi
e. Kesulitan komunikasi
Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan
berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan
aturan.
Menurut Ripley (1985) implementasi dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu
dalam arti sempit yaitu sebagai kepatuhan para implementer dalam melaksanakan
peraturan pemerintah, atau program). Dengan cara pandang yang demikian studi
para bawahan dalam menjalankan perintah yang diberikan para atasan sebagai upaya
lebih luas. Menurut Ripley (1985) maka ukuran keberhasilan implementasi tidak
hanya dilihat dari segi kepatuhan para implementer dalam mengikuti SOP namun
semestinya perlu dipandang sebagai kondisi yang harus dilalui agar tujuan kebijakan
dapat diwujudkan, bukan tujuan akhir dari implementasi itu sendiri. Pencapaian
tujuan kebijakan tidak cukup hanya dengan mengikuti SOP saja akan tetapi akan
sangat dipengaruhi oleh faktor yang lain seperti ketepatan instrumen kebijakan,
et.al, 2012).
52
→
Manajemen Keselamatan dan 1. Tata laksana Laundry
Kesehatan Kerja (K3) 2. Kasus Kecelakaan dan
→
1. Tata laksana di unit laundry penyakit akibat kerja
2. Alur kegiatan pencucian linen 3. Kepatuahan petugas laundry
3. Penggunaan Alat Pelindung Diri pada penggunaan APD
(APD) 4. Kepatuahan petugas laundry
4. Melaksanakan tugas sesuai dengan pada SOP
SOP
laundry pada Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015. Selain melihat
alur kegiatan pencucian linen pada unit laundry, penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD), dan melaksanakan tugas sesuai dengan SOP. Dari penjelasan di atas
persyaratan K3 rumah sakit, mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta
kepatuhan petugas laundry dalam pemakaian APD dan kepatuhan dalam bekerja