Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu dimensi kesehatan masyarakat adalah memonitoring penyakit berbasis penduduk.Semua warga negara
berhak untuk memiliki hidup sehat tanpa memandang status sosial mereka. Prinsip hak asasi itu memastikan
kelompok-kelompok rawan sosial memiliki kesempatan yang sama untuk sehat dan tanggung jawab pokok untuk
melaksanakan layanan itu adalah pemerintah. Pemerintah seharusnya menerapkan prinsip pemberian layanan
penduduk sesuai dengan status kerentanan atau kelemahan dari masyarakat. Meskipun yang diurus oleh sistem
kesehatan adalah semua penduduk seluruh pelosok negeri tanpa memandang status sosial mereka, konsep
kerawanan sosial berhubungan dengan penduduk rawan memiliki arti penting ketika kita berhadapan dengan
kondisi-kondisi yang seharusnya membutuhkan perlakuan berbeda dalam program-program kesehatan
masyarakat.

Sistem kesehatan menempatkan masyarakat sipil sebagai sumber penting dalam upaya kesehatan
masyarakat. Konsep penduduk sipil mengacu pada posisi penduduk dalam sistem kewarganegaraan, yang
merupakan salah satu stakeholder dalam kebijakan kesehatan,yang untuk situasi daerah yang vulnerable saat ini
mungkin lebih berposisi sebagai korban. WHO mendorong praktisi kesehatan masyarakat untuk memandang
penduduk sebagai entitas warga daripada hanya sebagai penduduk yang menjadi kelompok sasaran dari
program-program pemerintah. Praktisi kesehatan masyrakat mempelajari health inequity pada titik rawan dalam
life cycle dan status sosial sekelompok penduduk terhadap kelompok lain di masyarakat. Dalam tahap-tahap life
cycle, usia memiliki vulnerabilitas berbeda.

Perhimpunan warga atau masyarakat sipil di Indonesia lebih dikenal sebagai komunitas sosial atau
organisasi sosial. Masyarakat sipil mengacu pada upaya bersama dari masyarakat untuk memperjuangkan
kepentingan bersama mereka karena masalah memiliki masalah dan kepentingan bersama. Fenomena
perkumpulan perhimpunan masyarakat sipil termasuk kegiatan lembaga swadaya masyarakat, berbagai
komunitas yang menyangkut berbagai kelompok sosial, organisasi sosial dan keagamaan, perkumpulan buruh
dan pekerja, perhimpunan profesi, gerakan sosial, berbagai koalisi masyarakat, serta koalisi advokasi.

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu gerakan sosial ?
b. Apa itu gerakan masyarakat sipil ?
c. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam program kesehatan masyarakat?
d. Contoh-contoh dari gerakan masyarakat sipil dan gerakan partisipasi masyarakat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gerakan Sosial

Gerakan sosial terjadi karena penduduk sadar bahwa mereka menjadi korban dari suatu kondisi tertentu. Gerakan
sosial seperti ini lahir dalam konteks ketidakberdayaan kelompok masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah
mereka, adanya ketidakpedulian pemerintah terhadap masalah masyarakat, dan situasi kelompok masyarakat
yang tidak memperoleh tempat dalam kebijakan yang berdampak pada mereka selain penduduk yang menjadi
korban, pihak-pihak lain juga bisa membangun kepedulian. Mereka mengupayakan keterlibatan untuk
kepentingan mereka masing-masing. Masyarakat yang lemah tidak terwakili. Pada titik tertentu,
keterwakilanyang rendah itu berubah menjadi kekuatan untuk memperjuangkan hak dan kepentingan mereka.
Sebagai korban atau mewakili kelompok korban, mereka melakukan perlawanan memperjuangkan kepentingan
mereka.

Kondisi yang membuat penduduk merasa tidak berdaya:

- Masyarakat yang frustasi melawan persoalan hidup yang tidak berpihak kepada mereka.
- Pemerintah memberikan sedikit kepedulian terkait dengan penyelesaian masalah dari sebuah kelompok
masyarakat.
- Mereka tidak percaya dengan pemerintah yang seharusnya mengurusi masalah bersama mereka.
- Individu sukarela berhimpun dan berkonsolidasi sehingga kelompok itu memiliki kekuatan politik dan
mampu memberikan tekanan kepada pemerintah.

Gerakan sosial bisa terjadi dalam situasi pemerintah memiliki kapasitas yang rendah untuk membuat
kegiatan. Gerakan sosial memindahkan tanggung jawab dan keputusan pada masyarakat sehingga mereka
menjadi stakeholder untuk program-program kesehatan masyrakat. Jika dilakukan oleh pemerintah saja,
kekuatannya kecil, masyarakat diajak membangun nilai yang menguntungkan masyarakat, yang berasal dari
mereka untuk mereka.

B. Gerakan Masyarakat Sipil

Gerakan ini dapat terjadi karena respon stigmatisasi masyarakat untuk penduduk yang mengidap suatu penyakit.
Penyakit tidak boleh menjadi alasan untuk orang bersikap homofobia, meskipun gaya hidup itu disebutkan
berkaitan dengan proses kejadian penyakit, gaya hidup tidak boleh harus disalahkan. Gerakan ini menentang
keras upaya diskriminasi terhadap gaya hidup. Organisasi penduduk sipil dapat muncul dari pengalaman dan
pengetahuan awam penduduk tentang kehadiran penyakit di lingkungan mereka tinggal.

Gerakan masyarakat sipil yang lebih terstruktur mendorong masyarakat sipil terjun ke gelanggang
politik, yang turut dalam lembaga pengambilan keputusan di daerahnya. Contoh klasik dalam bidang ini adalah
bagaimana status kematian bayi dikaji melalui ada tidaknya anggota dari penduduk Amerika-Afrika dalam
dewan kota. Menurut Thomas La Veist, jika daerah itu memiliki wakil dari kelompok minoritas maka status
kesehatan dari minoritas itu lebih baik daripada daerah yang tidak memiliki perwakilan. Ini menjelaskan bahwa
fundamental cause dari masalah kesehatan adalah representasi politik.meskipun layanan kesehatan itu bagus,
jika proses politik di balik itu mendiskriminasi kelompok masyarakat, maka layanan kesehatan menjadi bias dan
tidak sampai atau gagal dimanfaatkan oleh kelompok minoritas.

C. Partisipasi masyarakat sipil dalam program kesehatan msyarakat

Penduduk dalam kondisi rawan yang tidak memiliki akses dapat menjadi korban, sehingga mereka dapat
membangun kelompok sosial yang saling menolong sesama mereka dan kemudian bisa membangun organisasi
lebih kuat untuk bergerak memperjuangkan kepentingan mereka di ranah kebijakan, di tingkat komunitas,
hingga pemerintah daerah dan nasional.

Perlu dicatat bahwa masyrakat sipil bisa berperan dalm beberapa posisi. Pertama, sebagai objek sosial,
yang pemerintah melakukan sesuatu untuk mereka. Kedua, masyarakat sipil dilibatkan dalam implemenatsi
program. Mereka dibuat berdaya dan berpartisipasi dalam program untu mereka dan dari mereka, agar program
bisa diterima dan diimplementasikan. Ketiga, masyarakat sipil turut dalam mengambil keputusan tentang
kebijakan dan program untuk mereka sendiri, bersama dalam komunitas maupun dalam pemerintah.

Contoh keterlibatan masyarakat sipil dalam implementasi program kesehatan masyarakat adalah
posyandu. Posyandu bekerja di komunitas paling bawah di seluruh pelosok tanah air. Posyandu menjadi tempat
anggota masyarakat yang disebut kader melayani kebutuhan pemeliharaan kesehatan melalui layanan monitoring
kesehatan dasar untuk anak dan ibu bersalin. Model partisipasi informal seperti ini berciri pada sifat sukarela dan
informal seperti dalam bentuk gotong royong masyrakat, yang spontan dan bukan mencari keuntungan. Pola
kegiatan seperti itu tidak sesuai dengan upaya terorganisasi yang dibutuhkan dalam menjalankan program-
program kesehatan masyrakat. Sesuai dengan perkembangan masyaraktnya, partisipasi kader sebagai pelaksana
program dapat dikembangkan hingga sebagai organisasi yang benar-benar merencanakan dan mengelola
layanan, yang akhirnya memiliki lemabaga layanan mandiri.

Prakarsa pemerintah dalam partisipasi masyarkat di bidang kesehatan belum tentu memiliki efektivitas
yang diharapkan. Ketika pemerintah memosisikan partisipasi masyarakat sebagai tulang punggung pelaksana
program kesehatan, hasil kegiatan mereka diakui dengan cara berlebihan. Penilaian yang masif dari masyarakat,
yang minimal dalam hasil kerja, tetapi dianggap sebagai kebijakan yang penting. Sebaliknya, ketika partisipasi
tidak berdampak pada perbaikan kesehatan masyarakat, pemerintah seharusnya berpikir tentang kapan bentuk
partisipasi bisa efektif dan kapan ia tidak efektif. Ketika partisipasi tidak memabantu efektivitas program,
perangkat desa harus dibangun sebagai sistem layanan yang lebih terukur.

D. (JURNAL)
DAFTAR PUSTAKA

Prabandari, Yayi Suryo dkk. 2020. Ilmu Sosial Perilaku Untuk Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai