Oleh:
I GEDE DWI YASA SUGIHARTA
NIM: P07120017091
2. Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF
dengan masa inkubasi antara 13 – 15 hari. Penderita biasanya mengalami
demam akut (suhu meningkat tiba-tiba) sering disertai menggigil, saat
demam pasien composmentis. (Nelson. 1997)
Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah
terjadinya perdarahan pada saat demam dan jarang pula dijumpai saat
penderita mulai bebas dari demam. Perdarahan yang terjadi dapat berupa :
1. Perdarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom)
2. Perdarahan lain seperti epistaksis, hematemesis, hematuri dan melena.
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran
klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
b. Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan
(Anoreksia), diare, konstipasi.
c. Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada
otot, tulang dan sendi, (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri
ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit,
kemerahan (fushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata,
kakrimasi dan fotophobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan
pergerakan bola mata terasa pegal. (Mansjoer, A. 2000)
3. Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara
klinis dibagi menjadi (WHO, 1986) :
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji
torniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat
lain.
c. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan
ujung jari (tanda-tanda dini renjatan).
d. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak
dapat diukur.
4. Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan
terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal pertama yang
terjadi setelah masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik merah pada kulit
(ptekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan
pembesaran limpha (splenomegali). (Tjokronegoro Arjatmo, Utama
Hendra, 1996)
5. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosa DHF, perlu dilakukan berbagai
pemeriksaan Lab, antara lain pemeriksaan darah dan urine serta
pemeriksaan serologi. Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
a. Ig G dengue positif
b. Trombositopenia
c. Hemoglobin meningkat > 20%
d. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia.
(Mansjoer, A. 2000)
7. PATHWAY
8. PENATALAKSANAAN
a. Tirah baring
b. Diet makan lunak
c. Minum banyak (2 - 2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis,
sirup dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DHF.
d. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali).
Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering
digunakan, mengandung Na+ 130 mEg/l, K+ 4 mEg/l, korektor basa 28
mEg/l, Cl- 109 mEg/l, dan Ca++ 3 mEg/l.
e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan).
Jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
f. Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap hari.
g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen,
eukinin, dan dipiron (kolaborasi dengan dokter).
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
i. Pemberian antibiotika bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder
(kolaborasi dengan dokter).
j. monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang
memburuk.
k. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan
dokter).
Hipertermia terdiri dari gejala dan tanda mayor serta gejala dan tanda minor.
Adapun gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor, yaitu :
a. Gejala dan Tanda Mayor
Suhu tubuh di atas nilai normal, yaitu >37,8oC (100oF) per oral atau
38,8oC (101oF) per rektal (Carpenito, 2012)
b. Gejala dan Tanda Minor
1) Kulit merah dan terdapat bintik-bintik merah (ptikie).
2) Kejang
Kejang merupakan suatu kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi
secara tidak terkendali akibat dari adanya peningkatan temperatur yang
tinggi.
3) Takikardia
Takikardia adalah suatu kondisi yang menggambarkan di mana denyut
jantung yang lebih cepat dari pada denyut jantung normal.
4) Takipnea
Takipnea adalah suatu kondisi yang mengambarkan di mana pernapasan
yang cepat dan dangkal.
5) Kulit terasa hangat
Kulit dapat terasa hangat terjadi karena adanya vasodilatasi pembuluh
darah sehingga kulit menjadi hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
4. Patofisiologis Hipertermi pada DHF
b 2) Jika dengan infus tidak ada respon, maka berikan plasma expander
(20-30 ml/kg BB).
c. Penatalaksanaan Keperawatan
g 4) Pada pasien DHF derajat III : infus guyur, posisi semi fowler, beri
O2, pengawasan tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi
produksi urine tiap jam, periksa Hb, Ht, trombosit.
a. Keluhan Pasien
Yang perlu dikaji meliputi nama, nomor rekam medik, umur, jenis
kelamin, pendidikan, alamat pekerjaan, agama, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang sering muncul pada pasien DHF dengan masalah
keperawatan hipertermia adalah pasien mengeluh badannya demam atau
panas.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
2. Diagnosa Keperawatan
Takikardi
Takipnea
Hipertiroid
Stroke
Dehidrasi
Trauma
Prameturitas
DAFTAR PUSTAKA
Tjokronegoro Arjatmo, Utama Hendra. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.