Anda di halaman 1dari 13

P1 SISTEM TRANSDERMAL PASIF

Sediaan transdermal merupakan salah satu alternatif rute pemberian yang sudah banyak
mengalami perkembangan. Berbagai obat dalam sediaan transdermal banyak beredar dipasaran
diantaranya sediaan gel, krim, patch dan bentuk lainnya (Suwalie, 2016)

Contoh sediaan transdermal :


klonidin, fentanil, lidokain, nikotin, nitrogliserin, skopolamin, estradiol, testoteron, dan
oksibutinin

Sistem Penghantaran Transdermal

 Pasif : transport terjadi karena gradien konsentrasi


 Aktif : selain gradien konsentrasi dibantu oleh energi atau faktor eksternal

Keuntungan

 Menghindari first pass effect


 Non invasif
 Cocok untuk obat dengan t 1/2 pendek, terapi sempit, dan absorbsi oral yang buruk

Kerugian

 Hanya cocok u/ obat poten atau dosis kecil


 sering muncul alergi

Teknik Desain Transdermal

 single layer drug in adhesive -> Matrix


 single layer drug in adhesive -> sistem reservoir

Cara Membuat Sediaan Transdermal

 melarutkan dan mencampurkan obat dan polimer/matrix


 gel matrix dipotong sesuai dosis dan diapit oleh lembaran backing dan lembaran linier
Mekanisme Pelepasan Obat

 Sediaan transdermal yang mengontrol pelepasan obat


 kulit yang mengontrol pelepasan obat

Sediaan transdermal--> stratum korneum --> darah

Uji In Vivo

 Untuk kuantifikasi zat aktif setelah obat melewati kulit


 untuk verifikasi sistem zat aktif
 untuk melihat bioekivalensi
 untuk melihat risiko toksikologi
 untuk menghubungankan jumlah obat dalam darah dengan efek terapetiknya

Uji In Vitro
Menggunakan sistem sel difusi untuk mengkuantifikasi kecepatan pelepasan obat dari sediaan
topikal
Mekanisme meningkatnya penetrasi obat sediaan transdermal : (Pandey dkk, 2014)
1. Meningkatkan kelarutan atau fluidisitas dari stratum korneum sehingga dapat menurunkan
fungsi kulit sebagai barrier penghalang.
2. Meningkatkan aktivitas termodinamik dari obat dan kulit.
3. Mempengaruhi koefisien partisi dari obat sehingga meningkatkan pelepasan obat pada kulit.
4. Mengganggu korneosit pada kulit dengan berinteraksi dengan filamen keratin

DAFTAR PUSTAKA
 Pandey, A., Mittal, A., Chauhan, N.,& Alam, S. 2014. Role of Surfactants as Penetration
Enhancer in Transdermal Drug Delivery System. J Mol Pharm Org Process Res, 2(113),
2.

 Suwalie, Er., Mita, Sr. 2016. Terpen Sebagai Peningkat Penetrasi Pada Sediaan
Transdermal. Farmaka. 15 (3) :102-110.

P2 SISTEM TRANSDERMAL AKTIF


IONTOPHORESIS
Iontoforesis transdermal merupakan teknik non-invasif metode yang melibatkan penerapan potensial
listrik rendah gradien melintasi kulit untuk meningkatkan transportasi molekuler dan banyak digunakan
untuk pengiriman obat transdermal (Kanikkannan, 2002; Mohammed et al., 2016).

ELECTROPHORATION

Elektroporasi atau elektropermeabilisasi adalah gangguan struktural sementara membran lipid bilayer
karena penerapan pulsa tegangan tinggi. Fenomena ini terjadi pada berbagai jenis lipid membran
bilayer: buatan (liposom), seluler (bakteri, ragi, tumbuhan, sel mamalia) atau lebih struktur kompleks
(stratum korneum) (Weaver et al, 1996).

MICRONEEDLE

Sistem penghantaran obat microneedle adalah sistem penghantaran obat baru, di mana obat
dikirim ke sistem peredaran darah melalui jarum. Metode ini melibatkan sistem di mana jarum
berukuran mikron menembus lapisan superfisial kulit, mengakibatkan difusi obat melintasi
lapisan epidermis (Agrawal et al, 2020).

ENHANCER KIMIA

Senyawa kimia diketahui dapat berinteraksi dengan kulit dan dapat menembus struktur lipid
bilayer. Terdapat lebih dari 300 senyawa kimia yang dapat berperan sebagai enhancer kimia
untuk meningkatkan transport molekul obat ke dalam kulit. Enhancer kimia meningkatkan
penetrasi obat ke dalam kulit dengan cara mengekstraksi lipid dari kulit sehingga merusak lipid
lamella dan menyebabkan fluidisasi serta membentuk jalur difusi atau melakukan partisi
senyawa kimia ke dalam lipid bilayer (Karande and Mitragotri, 2009).

VESICLE

Vesikel adalah partikel koloid yang berisi air dan terdiri dari molekul amfifilik dalam susunan
bilayer. Dalam kondisi kelebihan air, amfifilik ini molekul membentuk bilayer konsentris dengan
satu atau lebih lapisan (vesikel multilayer). Vesikel dapat membawa obat yang larut dalam air
dan larut dalam lemak untuk mencapai penyerapan transdermal. Ketika digunakan untuk aplikasi
topikal, vesikel dapat digunakan untuk mencapai pelepasan obat sustained release (Babaie et al,
2020).

Daftar Pustaka

 Kanikkannan N. (2002). Iontophoresis-based transdermal delivery systems. BioDrugs


16:339–4.
 J.C. Weaver, Y.A. Chizmadzhev, Theory of electroporation: a review, Bioelectrochem.
Bioenerg. 41 (1996) 135 – 160.
 Agrawal S, Gandhi SN, Gurgar P, Saraswathy N. Microneedles: An advancement to
transdermal drug delivery system approach. J Appl Pharm Sci. 2020;10(3):149–59
 Babaie S, Del Bakhshayesh AR, Ha JW, Hamishehkar H. Invasome: A novel nanocarrier
for transdermal drug delivery. Nanomaterials. 2020;10(2):341
 P. Karande and S. Mitragotri, “Enhancement of transdermal drug delivery via synergistic
action of chemicals,” Biochim. Biophys. Acta - Biomembr., vol. 1788, no. 11, pp. 2362–
2373, 2009.
P3 SPO

Nanopartikel adalah partikel berukuran 1-100 nanometer dan kebanyakan metode menyarankan
sebaiknya ukuran diameter partikel antara 200 dan 400 nm. Dalam bidang farmasi, terdapat dua
pengertian nanopartikel yaitu senyawa obat melalui suatu cara dibuat berukuran nanometer
(nanokristal) dan suatu obat dienkapsulasi dalam suatu sistem pembawa berukuran nanometer, yaitu
nanocarrier (Rachmawati, 2007).

Macam Nanopartikel

 Nanokapsulmerupakan suatu sistem dimana polimer membentuk dinding yang


melingkupi inti tempat dimana senyawa obat dijerat
 nanosfer adalah suatu sistem matriks dimana obat secara fisik terdispersi secara seragam
(Mohanraj et al., 2008).

Keutungan

 kemampuan untuk menembus ruang-ruang antar sel yang dapat ditembus oleh partikel
koloidal.
 nanopartikel fleksibel untuk dikombinasikan dengan berbagai teknologi lain.
 Kemampuan ini membuka potensi luas untuk dikembangkan pada berbagai keperluan dan
target.
 adanya peningkatan afinitas dari sistem karena peningkatan luas permukaan kontak pada
jumlah yang sama (Buzea et al., 2007).

Nanopartikel surface
Nanoparticle Suspension

Nanosuspensi adalah kristal obat berukuran nanometer yang terdispersi dan


distabilkan dalam larutan stabilisator, dimana stabilisator yang dipergunakan dapat
berupa surfaktan (ionik, nonionik), polimer, maupun kombinasi keduanya.
Mikropartikel suspensi tidak bisa digunakan sebagai sediaan injeksi

Teknik Pembuatan Nanopartikel

Top Down

Proses top-down terdiri atas pengurangan ukuran partikel dari partikel obat yang besar menjadi
partikel yang lebih kecil dengan menggunakan teknik penggilingan yang bervariasi seperti
penggilingan media, mikrofluidisasi dan homogenisasi tekanan tinggi. Tidak ada pelarut keras
yang digunakan dalam teknik ini. Walaupun demikian, semua proses penggilingan media
membutuhkan energi yang tinggi dan tidak efisien. Pertimbangan terhadap banyaknya panas
yang dihasilkan dalam metode ini membuat pengolahan material yang termolabil menjadi sulit
(Patravale, 2004).

Bottom Up

Pembuatan bottom-up berupa pembentukan nanostruktur atom demi atom atau molekul demi
molekul. Pada pendekatan bottom-up, obat dilarutkan dalam pelarut organik dan kemudian
diendapkan pada penambahan antisolvent dalam adanya stabilizer (Patravale, 2004)

Ball Milling
Ball Milling adalah teknik yang luas digunakan untuk menggilas bubuk (powder) menjadi
partikel yang sangat halusdan material campuran. Tidak memerlukan pelarut organik, mudah,
ramah lingkungan dan ekonomis menjadi kelebihan dari metode ini. Kinerjanya bergantung pada
energi yang dilepaskan dari dampak antara gesekan antara bola, bubuk dan waktu. Semakin lama
mesin dioperasikan, maka partikel yang dihasilkan semakin halus. Kekurangan dari metode ini
adalah kemungkinan terkontaminasi, pembentukan nanomaterial dengan bentuk yang tidak
teratur, lama waktu penggilingan dan pembersihannya (Piras, et.al, 2018).

High Pressure Homogenization

Secara umum tekanan diatur antara 100 bar hingga 2000 bar. Apabila memakai metode lain
untuk mendapatkan nanopartikel, kandungan lemak dalam formula tidak boleh lebih dari 10%,
akan tetapi dengan metode HPH kita dapat meningkatkan kandungan lemak dalam formula
sampai 40% (Muller et.al., 2007).

Spray Drying
Pada spray drying, terjadi penguapan pelarut sehingga material terlarut atau terdispersi
berkumpul memberuk partikel keras berbentuk bulat. Metode spray drying telah banyak
digunakan dalam industri farmasi untuk memproduksi produk dengan sifat fisik dan kimia yang
diinginkan dan digunakan secara besar-besaran dalam proses manufaktur. Dalam bidang
material, spray drying digunakan untuk memproduksi partikel serbuk logam berukuran
submikrometer sampai mikrometer, semikonduktor dan oksida yang berbentuk bulat yang dapat
dikontrol ukurannya

Production in Hot melted matricles

Salah satu metode produksi nanokristal obat dalam matriks padat adalah homogenisasi tekanan
tinggi dalam lelehan panas. Keuntungannya dibandingkan produksi dalam larutan berair dan
pengeringan semprot yaitu prosesnya benar-benar tidak memerlukan air, menghindari
kemungkinan degradasi atau ketidakstabilan obat. Produksi dapat langsung dilakukan dengan
homogenisasi tekanan tinggi panas dalam bahan cair. Homogenizers Micron Lab 40, batch dan
continuous, dilengkapi dengan jaket pengatur suhu yang ditempatkan di sekitar wadah
sampel/produk. Suhu kerja hingga 100 °C atau lebih tinggi dapat dipilih tergantung pada suhu
leleh bahan matriks yang digunakan. Untuk operasi batch, pemadatan harus dihindari antara
setiap siklus homogenisasi. Untuk homogenizer yang bekerja dalam mode kontinu, wadah
produk juga harus dipanaskan (Bushrab et al, 2003).
Direct Compress

Keuntungan dari teknologi Direct Compress adalah transformasi yang cepat dari nanosuspension
cair menjadi bubuk bebas-mengalir, yang siap untuk di kompresi langsung menjaditablet yang
cepatlarutatau prolonged release tablets.

FORMULASI NANOPARTIKEL

Dispersi polimer

A. evaporasi pelarut

Polimer dilarutkan dengan pelarut organik yang digunakan sebagai pelarut dalam
melarutkan obat yang bersifat hidrofob. Campuran polimer dan larutan oba tlalu
diemulsifikasi dalam larutan yang mengandung surfaktan dan menjadi bentuk
emulsi minyak dalam air (o/w). Setelah terbentuk emulsi yang stabil,
pelarutorganik kemudian diuapkan dengan ditekan atau diputar secara terus
menerus menggunakan pengaduk magnetik. Ukuran partikel dipengaruhi oleh tipe
dan konsentrasi penstabil yang digunakan, kecepatan homogenizer, dan
konsentrasi polimer (Mohanraj and Chen, 2006).
B. Emulsifikasi spontan atau difusi pelarut

Merupakan metode modifikasi dari penguapan pelarut. Dalam metode ini pelarut
yang larut dalam air bersama dengan sejumlah kecil pelarut organik yang tidak larut
air, digunakan sebagai fase minyak. Karena difusi spontan dari pelarut menyebabkan
turbulensi antarmuka antara dua fase yang membentuk partikel kecil. Semakin
banyak konsentrasi air yang larut dalam pelarut, ukuran dari partikel yang dihasilkan
akan semakin kecil (Mohanraj and Chen, 2006).

Polimerasi monomer

Nanopartikel yang terbentuk didapatkan dengan menginduksi reaksi polimerisasi dari monomer
agar menjadi polimer sebagai suatu pembawa (Schmidt and Lamprecht, 2009). Prosesnya yaitu
dengan mendispersikan suatu monomer yang tidak larut air kedalam fase pendispersi air,
kemudian diinduksi dan diberi pengendali reaksi berupa inisiator kimia, variasi pH, dan stabilizer
(Delie and Blanco-Prieto, 2005).

Ionik Gelasi

Metode ini melibatkan proses sambung silang antara polielektrolit dengan adanya pasangan ion
multivalennya. Gelasi ionik diikuti dengan kompleksasi polielektrolit dengan polielektrolit yang
berlawanan. Pembentukan ikatan sambung silang ini akan memperkuat kekuatan mekanis dari
partikel yang terbentuk (Park and Yeo, 2007). Kitosan yang merupakan polimer kationik dapat
bereaksi dengan anion multivalen seperti tripolifosfat. Pembentukan mikropartikel dengan
metode gelasi ionik dapat dilakukan dengan pengerasan tetesan cair yang didispersikan pada fase
minyak atau organik. Prosedur meliputi pencampuran dua fase cair, fase yang satu mengandung
kitosan dan fase yang satu mengandung anion multivalen (Mohanraj and Chen, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Buzea, C., Blandino, I. I. P, and Robbie, K.. 2007. Nanomaterial and


Nanoparticles: Sources and Toxicity. Biointerphases, 2: MR170-MR172.
Mohanraj, V.J. and Y. Chen. 2006. Nanoparticles : A Review. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research, 5 :1.

Rachmawati, H., Reker-Smit, C., Hooge, M.N.L., Loenen-Weemaes, A.M.V.,


Poelstra, K., Beljaars, L. 2007. Chemical Modification of Interleukin10 with
Mannose 6-Phosphate Groups Yield a Liver-Selective Cytokine. DMD, 35 : 814-
821.

Singh, R., and James Lilliard. 2009. Nanoparticle-based targeted drug delivery.
NIH Public Access. 86(3): 215–223.

Bu s h r a b N F , M u l l e r R H , N a n o c r y s t a l s o f p o o r l y s o l u b l e d r u g s f o r o r a l
administration. New Drugs 2003, 5, 20-22.

C.Carmen Piras, Susana Fernandez-Prieto dan Wim M. De Borggraeve. “Ball


milling : a green technology for the preparation and functionalization of
nanocellulose derivatives”. Nanoscale Advances 1 (2019) 937-947.

Muller, R.H., Petersen R.D., Hommoss A., Pardeike J. 2007. Nanostructured


Lipid Carriers (NLC) in Cosmetic Dermal Products. Advanced Drug Delivery
Reviews. 59, 522 – 530.

Patravale, V.B., Date, A.A., Kulkarni, R.M. 2004. Nanosuspensions: a


promising drug delivery strategy. J Pharm Pharmacol, 56(7) : 827-40.

Anda mungkin juga menyukai