Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN

“GENETIKA KELAMIN DAN PEWARISAN SITOPLASMIK”

Disusun oleh:
Nama : Labora
NIM :205040201111173
Kelas :O
Asisten : Indri Dwi Wulandari

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
GENETIKA KELAMIN DAN PEWARISAN SITOPLASMIK

A. GENETIKA KELAMIN
Pada dasarnya kromosom tidak menentukan jenis kelamin yang muncul pada
makhluk hidup. Faktanya adalah bahwa gen atau gen pada kromosom seks Y-lah yang
menentukan jenis kelamin manusia. Kromosom seks sama dengan autosom dan memiliki
warisan yang sama. Ekspresi seksual organisme dikendalikan oleh gen yang berinteraksi.
Keseimbangan khusus dalam interaksi gen ini bertanggung jawab atas ekspresi seksual
organisme. Ekspresi gen yang interaksinya terkait dengan fenotipe kelamin organisme juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Ekspresi gen ini bukannya tanpa faktor lingkungan
internal atau eksternal (fisik dan kimiawi) (Putri dan Wilantika, 2016). Menurut (Irawan,
2010) gen-gen yang terdapat pada kromosom X saja atau kromosom Y saja disebut gen
terangkai kelamin. Gen-gen yang ekspresinya dipengaruhi oleh jenis kelamin (sex-
influenced genes) adalah gen-gen yang ekspresinya pada jenis kelamin berbeda.

Menurut Bruce (2004) gen yang terpaut pada kromosom X tidak memiliki alel pada
kromosom Y, sehingga penurunan sifat gen terpaut X sedikit lain daripada gen-gen
autosom. Karena tidak memiliki alel pada kromosom Y, maka gen terpaut sex akan mampu
menunjukkan ekspresinya meskipun dalam keadaan tunggal, baik dominan ataupun resesif.
Contoh sifat-sifat yang merupakan pautan kelamin atau rangkai kelamin adalah warna mata
dan warna tubuh.
Study of sex determination has been only discussed sex determination in eukaryotic
groups that reproduce sexually. Studies need to be developed in the other group includes
prokaryotic, eukaryotic (in eukaryotic plants, invertebrates and vertebrates). Sex
determinant gene expression is a gene that could be in the sex chromosomes, the
chromosomes of the body or both. So who is responsible for the phenotypic sex is the gene.
Gender expression is unique to each group or cannot be applied to all groups of living
things. Studi penentuan jenis kelamin hanya membahas tentang penentuan jenis kelamin
pada kelompok eukariotik yang bereproduksi secara seksual. Studi yang perlu
dikembangkan pada kelompok lain meliputi prokariotik, eukariotik (pada tumbuhan
eukariotik, invertebrata dan vertebrata). Ekspresi gen penentu jenis kelamin adalah gen
yang bisa ada di kromosom seks, kromosom tubuh atau keduanya. Jadi yang bertanggung
jawab atas fenotipe seks adalah gennya. Ekspresi gender adalah unik untuk setiap
kelompok atau tidak dapat diterapkan pada semua kelompok makhluk hidup (Duda, 2016).

B. PEWARISAN SITOPLASMIK
Kriteria Pewarisan Sitoplasmik
Pewarisan sitoplasmik adalah pewarisan gen-gen diluar nukleus yang terdapat
dalam sitoplasma berasal dari ovum induk betina. Ovum induk betina yang ikut dalam
pembuahan mengandung nutrient dan DNA yang dapat mengendalikan sifat-sifat tertentu.
Terdapat perbedaan antara pewarisan maternal dengan pengaruh maternal. Pewarisan
maternal terjadi apabila sifat keturunan berada di luar nukleus, sedangkan pengaruh
maternal terjadi apabila genotip nukleir dari induk betina menentukan fenotip keturunan.
Hal ini berlawanan dengan hukum Mendel, yakni ekspresi fenotip merupakan gabungan
antara paternal dan maternal. Faktor keturunan berupa gen-gen nukleus yang dipindahkan
oleh kedua jenis kelamin, dan dalam persilangan tertentu sifat-sifat ini mengalami segresi
sesuai dengan hukum Mendel (Nusantari, 2015).
Menurut Gardner (2012) pewarisan sitoplasmik merupakan pewarisan di luar inti
atau ekstranuclear inheritance yang tidak mengikuti hukum Mendel atau pewarisan DNA
dalam organel sitoplasma seperti mitokondria dan kloroplas. Ada beberapa kriteria
pewarisan sitoplasmik, yaitu sebagai berikut:
1. Hasil persilangan antara betina A dan jantan B tidak sama dengan hasil
persilangan antara betina B dan jantan A (Perbedaan hasil perkawinan
resiprok merupakan penyimpangan dari pola Mendel).
2. Sel kelamin betina biasanya membawa sitoplasma dan organel sitoplasmik
dalam jumlah lebih besar daripada sel kelamin jantan.
3. Gen-gen kromosomal menempati loki tertentu dengan jarak satu sama lain
yang tertentu pula sehingga dapat membentuk kelompok berangkai.
4. Tidak adanya nisbah segregasi Mendel menunjukkan bahwa pewarisan
sifat tidak diatur oleh gen-gen kromosomal tetapi oleh materi sitoplasmik.
5. Substitusi nukleus dapat memperjelas pengaruh relatif nukleus dan
sitoplasma.
Organel Yang Berperan Dalam Pewarisan Sitoplasmik
Di dalam sitoplasma terdapat organel-organel seperti mitokondria dan kloroplas,
yang memiliki molekul DNA dan dapat melakukan replikasi subseluler sendiri.disebut juga
organel otonom. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa mitokondria dan kloroplas
pada awalnya masing-masing merupakan bakteri dan alga yang hidup bebas. Dalam kurun
waktu yang sangat panjang bersimbiosis turun-temurun dengan sel inang eukariotnya dan
berkembang menjadi organel yang menetap di dalam sel (Gardner, 2012).
Gen yang mengatur sifat yang menunjukkan pewarisan sitoplasma terletak di luar
nukleus dan di dalam sitoplasma; oleh karena itu mereka disebut plasma gen, gen
sitoplasma, sitogen, gen ekstranuklear atau gen kromosom ekstra. Di dalam sitoplasma
terdapat organel-organel seperti mitokondria dan kloroplas, yang memiliki molekul DNA
dan dapat melakukan replikasi subseluler sendiri, disebut juga organel otonom. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa mitokondria dan kloroplas pada awalnya masing-
masing merupakan bakteri dan alga yang hidup bebas. Dalam kurun waktu yang sangat
panjang bersimbiosis turun-temurun dengan sel inang eukariotnya dan berkembangmenjadi
organel yang menetap di dalam sel. Pewarisan sitoplasmik terjadi melalui pewarisan yang
tidak berdasarkan hukum mendel dimana sifat diturunkan dominan berasal dari induk
sehingga dapat dikatakan sebagai maternal inheritance disebabkan oleh jumlah sitoplasma
di sumbangkan yang berasal dari sel telur lebih banyak dari pada paternal (Nurhikmayani
et al., 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Bruce R. Korf, MD, PhD. 2004. Basic genetics. Prim Care Clin Office Pract 31 (2004).
461–478.
Duda, H. J. (2016). Analysis of genetic misconceptions student biology education at STKIP
Persada Khatulistiwa Sintang. In International Conference on Education (ICE2)
2018: Education and Innovation in Science in the Digital Era (pp. 369-375).
Gardner, E. J. 2012. Principles of GENETICS. Canada: John Wiley & Sons Inc.
Irawan, B. (2010). Genetika Penjelasan Mekanisme Pewarisan Sifat. Surabaya: Airlangga
University Press.
Nurhikmayani, R., Sangaji, S., Paweli. N. E., Nurfaidah, dan Rahmah, N. 2014.
Cytoplasmic Inheritance. Makassar: Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.
Nusantari, E. (2015). Genetika. Yogyakarta: Deepublish.
Putri, A. R. N. dan Wilantika, G. A. 2016. Genetika Kelamin. Malang: Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai