Anda di halaman 1dari 6

POLA RESISTENSI Streptococcus pneumoniae INFEKSI SALURAN

PERNAFASAN ATAS TERHADAP ANTIBIOTIK TERAPI DI RUMAH


SAKIT UMUM DAERAH KOJA JAKARTA UTARA PERIODE TAHUN
2019
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan suatu penyakit yang disebabkan
karena adanya mikroba patogen, salah satu penyebabnya adalah bakteri
(Radji 2011). World Healt Organisation melaporkan pada tahun 2010
penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah
infeksi saluran pernafasan pernafasan atas (ISPA) (Kemenkes 2010).
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) merupakan penyakit yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari
hidung sampai alveoli (Kemenkes 2011). Infeksi ini disebabkan oleh
berbagai faktor diantaranya disebabkan oleh bakteri, virus patogen,
pembengkakan mukosa di telinga bagian tengah , nyeri yang bisa parah
(>75% pasien), anak anak mungkin iritable, dan mengalami kesulitan
tidur, demam lebih sering pada anak-anak, gendang telinga yang menebal
(Dipiro 2009). Salah satu bakteri penyebab infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA) adalah Streptococcus pneumoniae.
Streptococcus pneumoniae adalah bakteri penghuni flora normal
pada saluran pernafasan bagian atas manusia di parenkim paru yang dapat
menimbulkan mortalitas yang tinggi. Bakteri Streptococcus pneumoniae
merupakan salah satu bakteri yang tergolong gram positif penyebab ISPA
(Kemenkes 2010). S. Pneumoniae merupakan bakteri gram positif yang
mempunyai karateristik berbentuk lanset, dan mempunyai simpai
polisakarida. Pengobatan untuk infeksi yang disebabkan oleh
S.Pneumonia yaitu dengan menggunakan antibiotik.

Antibiotik adalah suatu zat yang dapat mengahambat pertumbuhan


atau membunuh bakteri patogen (Priyanto 2010). Obat pilihan yang
diberikan pada terapi S. Pneumonia adalah amoksisilin, trimetropim,
sulfametaoksazol dan sefotaksim (Risrina dkk 2017). Berdasarkan
Clinical and Laboratory Standari Institute (CLSI) 2017 antibiotik yang
digunakan sebagai pilihan pertama terapi adalah seftazidim, siprofloksasin,
levofoksasin, gentamisin, doripenem, imipenem, morepenem, tobramisin.
Antibiotik yang digunakan sebagai pilihan alternatif adalah eritromisin,
azitromisin, klaritomisin, sefotaksim, seftriakson. Antibiotik yang
digunakan sebagai pilihan alternatif terapi S. Pneumonia adalah amikasin,
sefepim, septriakson, dan dosisiklin. Dalam beberapa tahun tahun terakhir
terdapat peningkatan angka resistensi terhadap antibiotik. Salah satu
penyebab meningkatnya antibiotik adalah pemakaian antibiotik yang luas.

Resistensi bakteri adalah kemampuan suatu bakteri untuk tidak


terbunuh atau terhambat pertumbuhannya oleh suatu antibiotik sehingga
untuk membunuhnya memerlukan dosis yang lebih besar (Priyanto 2010).
Untuk mengetahui tingkat kepekaan bakteri terhadap antibiotik diperlukan
uji resistensi. Perubahan pola resistensi bakteri penyebab infeksi saliran
pernafasan atas (ISPA) terjadi lebih cepat dibanding infeksi lainnya.
Meskipun telah banyak yang melaporkan bahwa pola resistensi bakteri
penyebab ISPA telah terjadi, tetapi mengingat perbedaan tempat dan
waktu penelitian yang dilakukan kemungkinan pola resistensi bakteri
penyebab infeksi saluran pernafasan atas terhadap berbagai antibiotik juga
berubah. Oleh karena itu, sangat penting untuk memantau pola resistensi
bakteri ISPA terhadap berbagai antibiotik secara berkesinambungan di
setiap institusi kesehatann (Deshpande dan Joshi 2011). Salah satu alat
yang digunakan untuk mengetahui resistensi bakteri terhadap antibiotik
yaitu Vitek 2 Compact.

Vitek 2 Compact merupakan sistem identifikasi otomatis untuk


mikroorganisme. Alat ini berfungsi untuk membantu meningkatkan
keberhasilan terapeutik pada pasien melalui uji identifikasi mikroba (ID)
dan uji kepekaan antibiotik (AST). Kelebihan dalam penggunaan alat ini
yaitu dapat mengurangi waktu dalam pengujian di Laboratorium
mikrobiologi dan menghemat biaya yang dikeluarkan. Vitek 2 Compact di
rancang untuk untuk memberikan hasil ID/AST sedikitnya 5 sampai 8 jam,
alat ini bekerja dengan kartu Vitek 2 ID/AST yang ekonomis dan siap
digunakan. Vitek 2 Compact mengutamakan keselamatan yang optimal
dengan persiapan reagen yang minimal dan mengurangi penanganan yang
tertutup dalam sistem sekali pakai (Anonim 2012). Salah satu rumah sakit
yang menggunakan alat Vitek 2 Compact adalah RSUD Koja Jakarta
Utara.

RSUD Koja Jakarta merupakan salah satu rumah sakit umum


daerah yang berada di wilayah Jakarta Utara. Infeksi ISPA yang terjadi di
RSUD Koja Jakarta salah satunya disebabkan oleh bakteri Streptococcus
pneumoniae. Pada tahun 2015 tercatat bahwa di RSUD KojaJakarta
bakteri Streptococcus pneumoniae terhadap antibiotik amikasin 95%
seftazidin sebesar 80% dan morepenem 70% menjadi 83% (Adelina 2017).
Pada tahun 2017 tercatat bahwa bakteri Streptococcus pneumoniae resisten
terhadap beberapa antibiotik yang telah dilakukan ujikepekaan dengan
emnguunakan alat Vitek 2 Compact. Dari uraian tersebut perlu dilakukan
penelitian resistensi bakteri patogen terhadap infeksi saluran pernapasan
atas di RSUD Koja periode 2019, agar dapat diketahui ada atau tidaknya
perubahan resistensi bakteri patogen terhadap antibiotik terapi.

B. Permasalahan Penelitian
Apakah terjadi perubahan pola resistensi Streptococcus
pneumoniae infeksi saluran pernapasan atas terhadap antibiotik terapi di
Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara Periode Tahun 2019.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perubahan pola resistensi Streptococcus
pneumoniae infeksi saluran pernafasan atas terhadap antibiotik terapi di
RSUD Koja Jakarta Utara Periode Tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi data
resistensi bakteri patogen sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan
pelayanan pengobatan keefektifan terapi antibiotik pada infeksi saluran
pernapasan atas di RSUD Koja Jakarta Utara.

DAFTAR PUSTAKA

Adelin S. 2018. Pola Resistensi Acinotebacter baumannii Dari Infeksi


Neonatorum di RSUD Koja Jakarta Terhadap Beberapa Antibiotik
Pilihan Terapi Periode Tahun 2017. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta. Hlm 1-3,15-16.

Anonim 2012. New Features Guide For Vitek 2 System. Biomeriux North
Carolina USA.

Clinical and Laboratory Standars Institute (CLSI). 2017. Performance Standards


for Antimicrobial Suspectibility Testing : Twenty sevent Informational
Supplement. Wayne. Washington. Hlm. 42-48.

Desphande JD, Joshi RI. 2011. Antimicrobial Resistant: The Global Public Health
Challenge. International Journal of Student Research. 1 (2): 41-44.

Dipiro JT. 2009. Respiratory Tract Infection Upper in Section 8: Infection


diseases. Dalam: Wells BG, Dipiro JT, Schwinghammer TL, Dipiro
CV(EDS). New York. Hlm 478-499.

Kemenkes. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Republik


Indonesia.

Kemenkes. 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Atas.


Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyebab Lingkungan.
Kemenkes RI.

Radji M. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi &


Kedoteran. Penerbit Buku Kedoteran EGC. Jakarta. Hlm 107.
Risrina NE, Anas S, Tina R. 2017. Evaluasi Sensitivitas Bakteri Penyebab ISPA
Pneumonia Terhadap Antibiotika Amoksisilin, Sefadroksil,
Trimetroprim, Sulfametoksazol, Seftriakson, dan Sefotaksim Berbasis
Molekular Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Slamet Kabupaten
Garut. Farmaka . 15 (2) : 3.

Anda mungkin juga menyukai