Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
1.1 Latar belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Landasan Teori 5
1.3.1 Riba 5
1.3.2 GOJEK dan GOPAY 8
BAB II 10
2.1 Definisi GOPAY 10
2.2 Kelebihan dari Sistem GOPAY 10
2.3 Akad Jual Beli yang Erat Kaitannya dengan GOJEK 10
2.4 Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) 12
2.5 Urgensi GOPAY 13
2.6 Hukum GOPAY 14
2.7 Hasil Kuisioner 16
BAB III 17
3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, perkembangan teknologi sudah sangat banyak ditemui di kehidupan kita
sehari-hari. Salah satunya adalah dalam hal teknologi komunikasi. Perkembangan teknologi
komunikasi yang cukup pesat memberikan perubahan sosial masyarakat. Banyak bisnis mulai
bermunculan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi tersebut, salah
satunya adalah kemunculan bisnis penyedia layanan jasa transportasi Ojek Online.

Saat ini ojek online di Indonesia khususnya di kota-kota besar merajalela bak trend di
dunia transportasi. Mulai dari perusahaan Indonesia yaitu gojek atau perusahaan luar seperti
uber dan grab. Semakin kesini metode pembayaran merekapun semakin canggih. Yang
dulunya konsumen hanya dihadapkan dengan pembayaran cash, namun kini metode
pembayaran non tunai (gopay, grab pay, atau kartu kredit, debit untuk uber) mulai di
tawarkan apalagi dengan iming-iming tarif lebih murah karena membayar menggunakan non
tunai.

Dalam praktiknya, riba memiliki banyak jenis yang pembagiannya didasari oleh
berbagai hal. Riba tidak hanya tentang riba dalam hutang piutang, namun ada juga tentang
riba dalam jual-beli. Mengingat hadist Nabi MuhammadShallallahu ‘alaihi wasallam yang
membahas tentang hubungan riba dan akhir zaman. “Sungguh akan datang pada manusia
suatu masa (ketika) tidak ada seorangpun di antara mereka yang tidak akan memakan (harta)
riba. Siapa saja yang (berusaha) tidak memakannya, maka ia tetap akan terkena debu (riba)-
nya,” (HR Ibnu Majah).

Oleh sebab itu, penulis ingin membahas tentang “Hukum Pembayaran dalam Sistem
Go-Pay” ini agar dapat menjawab persoalan dalam latar belakang di atas.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja kelebihan dari sistem go-pay?
2. Apakah sistem pembayaran go-pay termasuk ke dalam riba?
3. Apakah hukumnya melakukan pembayaran dengan sistem go-pay?
1.3 Landasan Teori
1.3.1 Riba

A. Pengertian Riba
Secara bahasa riba berarti tambahan (ziyadah). Dan secara istilah berarti tambahan pada
harta yang disyaratkan dalam transaksi dari dua pelaku akad dalam tukar menukar antara
harta dengan harta.
Sebagian ulama ada yang menyandarkan definisi’ riba’ pada hadits yang diriwayatkan al-
Harits bin Usamah
Dari Ali bin Abi Thalib, yaitu bahwa Rasulullah SAW bersabda:” Setiap hutang yang
menimbulkan manfaat adalah riba”.
Pendapat ini tidak tepat, karena, hadits itu sendiri sanadnya lemah, sehingga tidak bisa
dijadikan dalil. Jumhur ulama tidak menjadikan hadits ini sebagai definisi riba’, karena tidak
menyeluruh dan lengkap, disamping itu ada manfaat yang bukan riba’ yaitu jika pemberian
tambahan atas hutang tersebut tidak disyaratkan.
B. Pembagian Riba
Al-Hanafi mengatakan bahwa riba itu terbagi menjadi dua, yaitu riba Al-Fadhl dan riba
An-Nasa'. Sedangkan Imam As-Syafi'i membaginya menjadi tiga, yaitu riba Al-Fadhl, riba
An-Nasa' dan riba Al-Yadd. Dan Al-Mutawally menambahkan jenis keempat, yaitu riba
AlQardh. Semua jenis riba ini diharamkan secara ijma' berdasarkan nash Al Qur'an dan hadits
Nabi" (Az Zawqir Ala Iqliraaf al Kabaair vol. 2 him. 205).
Secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi dua besar, yaitu riba hutang-piutang dan
riba jual-beli. Kelompok pertama terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyah.
Sedangkan kelompok kedua, riba jual-beli, terbagi menjadi riba fadhl dan riba nasi’ah.
1. Riba Qardh
Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berhutang
(muqtaridh).
2. Riba Jahiliyyah
Hutang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu membayar
hutangnya pada waktu yang ditetapkan.
3. Riba Fadhl
Riba fadhl adalah riba yang terjadi dalam masalah barter atau tukar menukar benda.
Namun bukan dua jenis benda yang berbeda, melainkan satu jenis barang namun dengan
kadar atau takaran yang berbeda. Dan jenis barang yang dipertukarkan itu termasuk hanya
tertentu saja, tidak semua jenis barang. Barang jenis tertentu itu kemudian sering disebut
dengan "barang ribawi".
Harta yang dapat mengandung riba sebagaimana disebutkan dalam hadits nabawi, hanya
terbatas pada emas, perak, gandung, terigu, kurma dan garam saja.
Dari Ubadah bin Shamait berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:” Emas dengan emas,
perak dengan perak, gandum dengan gandum, terigu dengan terigu, korma dengan korma,
garam dengan garam harus sama beratnya dan tunai. Jika jenisnya berbeda maka juallah
sekehendakmu tetapi harus tunai (HR Muslim).
Di luar keenam jenis barang itu tentu boleh terjadi penukaran barang sejenis dengan kadar
dan kualitas yang berbeda. Apalagi bila barang itu berlainan jenisnya. Tentu lebih boleh lagi.
4. Riba Nasi’ah
Riba Nasi’ah disebut juga riba Jahiliyah. Nasi'ah bersal dari kata nasa' yang artinya
penangguhan. Sebab riba ini terjadi karena adanya penangguhan pembayaran. Inilah riba
yang umumnya kita kenal di masa sekarang ini. Dimana seseorang memberi hutang berupa
uang kepada pihak lain, dengan ketentuan bahwa hutang uang itu harus diganti bukan hanya
pokoknya, tetapi juga dengan tambahan prosentase bunganya. Riba dalam nasi'ah muncul
karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dengan
yang diserahkan kemudian.
Contoh : Ahmad ingin membangun rumah. Untuk itu dia pinjam uang kepada bank
sebesar 144 juta dengan bunga 13 % pertahun. Sistem peminjaman seperti ini, yaitu harus
dengan syarat harus dikembalikan plus bunganya, maka transaksi ini adalah transaksi ribawi
yang diharamkan dalam syariat Islam.
C. Hukum riba
1. Riba adalah bagian dari 7 dosa besar yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW.
Sebagaimana hadits berikut ini :
ّ ِ ‫ ال‬: ‫سو َل ﱠ ِ ؟ قَا َل‬
ُ‫ش ْرك‬ ُ ‫ َو َما هُنﱠ يَا َر‬: ‫س ْب َع ْال ُموبِقَاتِ قَالُوا‬ ‫ اجْ تَنِبُوا ال ﱠ‬: ‫ي ِ صلى ﷲ عليه وسلم قَا َل‬ ّ ‫َع ْن أَبِي ُه َري َْرة َ َع ْن النﱠ ِب‬
‫ت‬
ِ ‫صنَا‬ َ ْ‫ف ْال ُمح‬ ‫ال ْال َيت ِِيم َوالت ﱠ َو ّلِي َي ْو َم ﱠ‬
ُ ‫الزحْ فِ َو َق ْذ‬ ِ ‫الر َبا َوأَ ْك ُل َم‬ ِ ّ ‫سِحْ ُر َوقَتْلُ النﱠ ْف ِس الﱠتِي َح ﱠر َم ﱠ ُ ﱠإﻻ ِب ْال َح‬
ّ ِ ‫ق َوأَ ْك ُل‬ ّ ‫ِبا َ ﱠ ِ َوال‬
ِ ‫ت ا ْل ُمؤْ مِ نَا‬
‫ ُمتﱠفَقٌ َعلَ ْي ِه‬. ‫ت‬ ِ ‫ا ْلغَافِﻼ‬
Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Jauhilah oleh kalian tujuh
hal yang mencelakakan". Para shahabat bertanya,"Apa saja ya Rasulallah?". "Syirik kepada
Allah, sihir, membunuh nyawa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak, makan riba,
makan harta anak yatim, lari dari peperangan dan menuduh zina. (HR. Muttafaq alaihi).
2. Tidak ada dosa yang lebih sadis diperingatkan Allah SWT di dalam Al-Quran, kecuali
dosa memakan harta riba. Bahkan sampai Allah SWT mengumumkan perang kepada
pelakunya. Hal ini menunjukkan bahwa dosa riba itu sangat besar dan berat.
‫سو ِل ِه َو ِإ ْن تُ ْبت ُ ْم فَ َل ُك ْم‬ ٍ ‫إن ُك ْنت ُ ْم ُمؤْ مِ نِينَ فَإِ ْن لَ ْم تَ ْف َعلُوا فَأْذَنُوا ِب َح ْر‬
ُ ‫ب مِ نَ ﱠ ِ َو َر‬ ْ ‫الر َبا‬ َ ‫َيا أَيّ َها الﱠذِينَ آ َمنُوا ات ﱠ ُقوا ﱠ َوذَ ُروا َما َبق‬
ّ ِ ‫ِي مِ ْن‬
ْ ُ‫َظ ِل ُمونَ َو َﻻ ت‬
َ‫ظلَ ُمون‬ ْ ‫وس أَ ْم َوا ِل ُك ْم َﻻ ت‬
ُ ‫ُر ُء‬
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika
kamu orang-orang yang beriman.Maka jika kamu tidak mengerjakan , maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat , maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak dianiaya. (QS. Al-Baqarah : 278-279)
3. As-Sarakhsy berkata bahwa seorang yang makan riba akan mendapatkan lima dosa
atau hukuman sekaligus. Yaitu At-Takhabbut, Al-Mahqu, Al-Harbu, Al-Kufru dan Al-
Khuludu fin-Naar.
· At-Takhabbut : Kesurupan seperti kesurupannya syetan.
· Al-Mahqu : Dimusnahkan oleh Allah keberkahan hartanya
· Al-Harbu : Diperangi oleh Allah SWT
· Al-Kufru : dianggap kufur dari perintah Allah SWT. Dan dianggap keluar dari agama Islam
apabila menghalalkannya. Tapi bila hanya memakannya tanpa mengatakan bahwa riba itu
halal, dia berdosa besar.
· Al-Khuludu fin-Naar : yaitu kekal di dalam neraka, sekali masuk tidak akan pernah keluar
lagi dari dalamnya.

1.3.2 GO-JEK dan GO-PAY

1. GO-JEK
GO-JEK merupakan sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani
angkutan melalui jasa ojek.Perusahaan ini didirikan pada tahun 2010 di Jakarta oleh Nadiem
Makarim. Layanan GO-JEK tersedia di beberapa kota besar di Indonesia diantaranya :
Jabodetabek, Bali, Bandung, Surabaya, Makassar, Medan, Palembang, Semarang, Solo,
Malang, Yogyakarta, Balikpapan, Manado, Bandar Lampung, Padang, Pekanbaru dan Batam.
Hingga bulan Juni 2016, aplikasi GO-JEK sudah diunduh sebanyak hampir 10 juta kali di
Google Play pada sistem operasi Android. Saat ini juga ada untuk iOS, di App Store.
2. GO-PAY
Sebagai layanan mode transportasi yang memiliki banyak pengguna, GO-JEK
memberikan kemudahan bertransaksi dengan memperkenalkan GO-PAY sebagai layanan
pembayaran. Selain pembayaran konvensional yang dilakukan secara tunai, pembayaran
secara tunai atau cashless tentu akan memudahkan kita saat tidak membawa cukup uang
untuk membayar jasa GO-JEK.
Fitur GO-PAY memberikan banyak keuntungan kepada pengguna dibandingkan jika
hanya membayar dengan uang tunai saja. Keuntungan lain menggunakan GO-PAY selain
praktis, juga banyak promo diskon untuk layanan GO-JEK.
Terbaru dari GO-PAY, saat ini mereka memiliki program reward berupa
pengumpulan poin yang dinamakan GO-POINTS. Di sini, kamu harus mengumpullkan poin
sebanyak-banyaknya, nantinya poin yang berhasil kamu kumpulkan bisa ditukar dengan
aneka barang menarik sesuai persediaan yang terdaftar di katalog.
Banyak keuntungan yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna GO-JEK yang membayar
dengan menggunakan fasilitas GO-PAY berupa tawaran promo diskon di hampir semua
layanan jasa yang dimiliki GOJEK, terdiri dari:
1. GO-RIDE (jasa antar dengan kendaraan roda 2)
Diskon hingga 50% untuk setiap pemesanan perjalanan
2. GO-CAR (jasa antar dengan kendaraan roda 4)
Diskon hingga 30% untuk setiap pemesanan perjalanan
3. GO-FOOD (jasa beli makanan dan minuman)
FREE biaya kirim makanan/minuman di toko bertanda khusus
4. GO-MART (jasa beli belanjaan)
FREE biaya kirim makanan/minuman di toko bertanda khusus
5. GO-SEND (jasa antar barang/dokumen dengan kendaraan roda 2)
Diskon hingga 25% untuk setiap pengiriman
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Go-Pay
Go-Pay adalah dompet digital untuk menyimpan Go-Jek Credit yang bisa digunakan
untuk membayar biaya transaksi-transaksi yang berkaitan dengan layanan Go-jek. Bahasa
mudahnya Go-Pay adalah e-money.
Saldo Go-Pay dapat diisi dengan mudah dan instan lewat ATM, mobile
banking dan internet bankingyang sudah terintegrasi dengan bank-bank besar di Indonesia
seperti BCA, Bank Mandiri, Bank BRI, BNI, Permata Bank, CIMB Niaga, serta pengisian
saldo via ATM Bersama dan PRIMA.

2.2 Kelebihan dari sistem Go-Pay


Beberapa kelebihan atau manfaat yang bisa dinikmati dengan menggunakan GO-PAY
sebagai metode pembayaran :

1. GO-RIDE diskon 30% dengan maksimal diskon Rp10.000


2. GO-CAR diskon 20% dengan maksimal diskon Rp15.000
3. GO-BLUEBIRD diskon 20% dengan maksimal diskon Rp15.000
4. GO-SEND diskon 15% dengan maksimal diskon Rp8.000
5. GO-FOOD free biaya kirim makanan di toko bertanda khusus
6. GO-MART free biaya kirim barang di toko atau supermarket bertanda khusus
7. Mendapatkan token untuk menukar poin di GO-POINTS

2.3 Akad Jual Beli yang Erat Kaitannya Dengan Go-Jek


1. Akad Salam (Pesanan)
Salam secara etimologi berarti penyerahan dan penerimaan. Adapun secara
terminologi salam atau salaf adalah akad jual beli sesuatu yang mana pemilik barang
mewajibkan modal di awal dan penyerahan barang di akhir. Namun, ulama Syafi’iyah dan
Hanabilah mendefinisikan bahwa penyerahan imbalan harga harus dalam satu majlis. Akad
salam disyariatkan berdasarkan dalil dari Al-Qur’an, sunnah, dan ijma’ para ulama. Allah
berfirman,
َ ‫َيا أ َ ﱡيهَا الﱠذِ ينَ آ َمنُوا ِإذَا تَدَا َي ْنت ُ ْم ِب َدي ٍْن ِإ َلى أَجَ ٍل ُم‬
‫سمى فَا ْكت ُ ُبو ُه‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang-piutang untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (QS. Al-Baqarah:282)
Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas bahwa Rasulullah shallahu alaihi
wasallam memasuki kota Madinah. Ketika itu para penduduknya melakukan akad salaf
(salam) untuk buah-buahan selama satu tahun, dua tahun, dan tiga tahun. Maka beliau
bersabda,
ٍ ُ‫وم إِلَى أَجَ ٍل َم ْعل‬
‫وم‬ ٍ ُ‫ف فِي ش َْيءٍ َففِي َك ْي ٍل َم ْعل‬
ٍ ُ‫وم َو َو ْز ٍن َم ْعل‬ ْ َ‫َم ْن أ‬
َ َ‫سل‬
“Barangsiapa melakukan salaf maka hendaknya ia melakukannya dalam takaran yang
diketahui, timbangan yang diketahui sampai tempo yang diketahui.” (HR. Bukhori dan
Muslim)
Ibnu Mundzir berkata, “Para ulama yang kami ketahui berijma’ bahwa akad salam
adalah boleh karena masyarakat membutuhkannya dan sebagai bentuk keringanan (rukhshah)
kepada umat muslim.” Akad salam merupakan pengecualian dari kaidah umum yang tidak
memperbolehkan menjual sesuatu yang tidak diketahui.
Para ulama sepakat bahwa akad salam dianggap sah jika terpenuhi enam syarat, yaitu
jenis barang diketahui, ciri ciri yang diketahui, ukuran yang diketahui, modal yang diketahui,
menyebutkan tempat penyerahan barang jika penyerahan itu membutuhkan tenaga, dan biaya.

2. Akad Sewa Menyewa (Ijarah)


Ijarah secara etimologi adalah jual beli manfaat. Secara terminologi
syar’i ijarah adalah suatu akad pemindahan kepemilikan manfaat dengan imbalan berupa
harta (imbalan sewa dan bukan imbalan pinjam meminjam). Akad ijarah diperbolehkan
berdasarkan dalil dari Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’. Allah berfirman,
َ ‫فَ ِإ ْن أ َ ْر‬
َ ‫ض ْعنَ لَ ُك ْم َفآت ُوهُنﱠ أُ ُج‬
‫ورهُنﱠ‬
“Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu, maka berikanlah imbalan
kepada mereka.” (QS. Al-Maidah: 6)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang
memperkerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.”
Para ulama berijma’ akan kebolehan akad sewa menyewa kecuali Abdurrahman bin
Al-Asham yang tidak memperbolehkannya. Karena didalamnya mengandung
unsur gharar (unsur kebohongan atau spekulasi) dalam manfaat yang tidak berwujud.
Padahal, kebutuhan manusia akan manfaat seperti halnya butuh pada suatu benda. Jadi, wajib
boleh mengambil manfaat dari ijarah.
Syarat-syarat ijarah seperti halnya dengan syarat-syarat jual beli. Diantara syarat sah
akad ijarah adalah sebagai berikut.
a. Adanya kerelaan antara kedua pelaku akad
b. Unsur manfaat dari objek ijarah harus diketahui sifatnya
c. Unsur manfaat dari objek ijarah dapat diserahkan secara hakiki maupun syar’i
d. Unsur manfaat yang disewakan hukumnya mubah secara syar’i
e. Pekerjaan yang ditugaskan bukan kewajiban penyewa sebelum akad
f. Orang yang disewa tidak boleh mengambil manfaat dari pekerjaannya
3. Akad Qardh (Pinjaman Uang)
Qardh secara etimologi berarti pemotongan. Secara terminologi syar’i adalah harta
yang diberikan kepada orang lain untuk ditagih kembali. Qardh diperbolehkan berdasarkan
Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’. Allah berfirman,
ً‫ِيرة‬ ْ َ ‫ضاعِ َفهُ َلهُ أ‬
َ ‫ض َعافًا َكث‬ َ ُ‫سنًا َفي‬
َ ‫ض ﱠ َ قَ ْرضًا َح‬
ُ ‫َمنْ ذَا الﱠذِي يُ ْق ِر‬
“Barangsiapa yang meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah
melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak” (QS. Al-Baqqarah:245)
Ulama Hanafiyah memperbolehkan qardh pada barang mitsli yaitu harta yang satuan
barangnya tidak berbeda, seperti barang yang ditakar dan ditimbang. Sementara jumhur
membolehkan qardh pada setiap benda yang boleh diperjualbelikan dan yang dijadikan
objek salam kecuali budak.
Adapun syarat-syaratnya adalah adanya sighat ijab kabul, kapabilitas dalam
melakukan akad, adanya harta, dan harta yang dipinjamkan jelas ukurannya.

2.4 Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Skema Ijarah Maushufah Fi Dzimmah lebih tepat digunakan untuk aplikasi ini: ujrah
(fee) dibayar dimuka, manfaat dibayar kemudian.

Karena akadnya Ijarah Maushufah Fi Dzimmah, menjadi hak pihak yang menyewakan
jasa (muajjir/gojek) untuk memberikan discount sebagai athaya dan pemberian yang
dibolehkan oleh syara’ (syariat).

Sebagaimana ditegaskan dalam standar Internasional AAOFI :

‫اﻹجارة الموصوفة في (يجوز أن تقع اﻹجارة على موصوف في الذ ّمة وصفا منضبطا ولو لم يكن مملوكا للمؤجّر‬
‫حيث يتّفق على تسليم العين الموصوفة في موعد سريان العقد )الذمة‬. ‫ويراعى في ذلك إمكان تملّك المؤحر لها أو‬
‫صنعها‬. ‫وﻻ يشترط فيها تعجيل اﻹجرة ما لم تكن بلفظ السّلم أو السّلف‬. ‫وإذا سلّم المؤجر غير ما ت ّم وصفه فللمستأجر‬
‫رفضه وطلب ما تتحقّق فيه المواصفات‬.

“Akad al-Ijarah al-Maushufah fi al-Dzimmah boleh dilakukan dengan syarat kriteria barang
sewa dapat terukur meskipun obyek tersebut belum menjadi milik pemberi sewa (pada saat
ijab-qabul dilakukan); waktu penyerahan barang sewa disepakati pada saat akad, barang sewa
tersebut harus diyakini dapat menjadi milik pemberi sewa baik dengan cara memperolehnya
dari pihak lain maupun membuatnya sendiri; tidak disyaratkan pembayaran ujrah
didahulukan (dilakukan pada saat akad) selama ijab-qabul yang dilakukan tidak
menggunakan kata salam atau salaf; apabila barang sewa diterima penyewa tidak sesuai
dengan kriteria yang disepakati, pihak penyewa berhak menolak dan meminta gantinya yang
sesuai dengan kriteria yang disepakati pada saat akad.
2.5 Urgensi GOPAY

Tren penggunaan electronic money (emoney) kian hari kian meningkat. Pesatnya
pertumbuhan penggunaan teknologi komunikasi ini merupakan salah satu faktor utama yang
memengaruhi tren penggunaan e-money.

Tercatat ada sekitar 72.718 transaksi per bulan atau sekitar 50 transaksi setiap menitnya.
Bahkan di Indonesia saat ini tercatat 11 penerbit e-money. Dari 11 penyelenggara, ada lima
bank penyelenggara yang terdiri atas empat bank umum dan satu Bank Pembangunan Daerah
(BPD). Sementara itu, penyelenggara untuk non-perbankan terdiri atas lima operator
telekomunikasi dan satu perusahaan non-bank.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan e-money telah memberikan nilai lebih kepada
masyarakat. Pembayaran transaksi dengan e-money ternyata memberikan nilai lebih jika
dibandingkan dengan pembayaran non-tunai lainnya. Pembayarannya lebih cepat, ringkas
dan nyaman, sebab pemakai e-money tidak memerlukan otorisasi on-line, tanda tangan atau
memasukkan kode personal identification number (PIN). Salah satu contoh transaksi e-
money adalah pembayaran jasa ojek online seperti GO-JEK dengan menggunakan GO-PAY.

2.6 Hukum Gopay


Ada beberapa pendekatan Takyif Fiqh (Pendekatan Fiqih) untuk Saldo Go-Pay yang
berbeda-beda tergantung dari sisi yang kita lihat terhadap akad jual beli penggunaan saldo
gopay pada gojek. Ketika kita menyerahkan uang ke orang lain, di sana ada beberapa
kemungkinan bentuk, dengan konsekuensi berbeda:

1. Titipan (Wadiah)

Konsekuensi dari posisinya sebagai wadiah uang itu tidak boleh dimanfaatkan karena
tidak pindah hak milik, dan harus dijaga oleh pihak yang dititipi dengan penjagaan
normal. Diketahui bahwa deposit pada Go-Pay dapat disamakan hukumnya dengan transaksi
menitipkan uang pada toko sembako yang dekat dari rumah dengan tujuan dapat diambil
barang setiap dibutuhkan. Pada saat itu pembayaran harga barang dapat didebet langsung
dari saldo uang yang dititipkan. Contoh lain adalah ketika kita mengisi ulang pulsa telepon.
Sebagai contoh di permulaan kita membayar uang senilai Rp50.000,00 kepada penjual pulsa.
Sebelum kita menggunakan pulsa untuk telepon atau SMS, saldo pulsa tersebut tidak akan
terpotong atau berkurang hingga kita menggunakannya. Hal ini lah yang menjadikan
kemiripan antara transaksi Go-Pay dengan titip uang di warung maupun isi ulang pulsa.
2. Alat pembayaran (Iwadh)

Konsekuensi dari posisinya sebagai iwadh, uang itu diserahkan setelah akad jual beli,
dan dia sudah pindah hak milik ke penjual, sementara pembeli berhak mendapatkan
muawadh (produk yang dijual). Sehingga tidak bisa ditarik kembali oleh pembeli secara
sepihak, dan pemilik dibenarkan menggunakan uang itu sesuai yang dia inginkan.Dalam hal
ini Gojek dibenarkan dapat memanfaatkan saldo Go-Pay dari pengguna untuk menjalankan
operasional bisnisnya.

3. Utang (Qardh)

Dalam Fiqh Sunah disebutkan definisi utang (Qardh) adalah harta yang diberikan oleh
orang yang menghutangi kepada orang yang menerima utang, untuk dikembalikan dengan
yang semisal, ketika dia mampu membayar Konsekuensi dari posisinya sebagai utang, uang
itu telah pindah hak milik ke penerima. Hanya saja dia harus menjamin bahwa uang itu akan
dikembalikan dalam bentuk yang sama ke pemilik, dan penerima dibenarkan menggunakan
uang itu sesuai yang dia inginkan. Jadi misal peminjam menerima pinjaman atau utang
berupa uang maka harus dikembalikan dalam bentuk uang juga kepada pemberi pinjaman
atau utang. Dalam hal ini, jika pengguna Go-Jek melakukan top-up saldo Go-Pay dan
mendapatkan ganti berupa layanan transportasi oleh Go-Jek maka bisa disimpulkan kalau
akad yang berlangsung adalah transaksi jual beli karena pengguna membeli jasa dari Go-Jek
bukan meminjamkan uangnya yang diganti lagi dalam bentuk uang.

4. Sewa (Ijarah)

Selama ijarah berupa akad muawadhah (berbayar) maka boleh bagi penyedia jasa
meminta bayaran (upah) sebelum memberikan layanan kepada pelanggan sebagaimana
penjual boleh meminta uang bayaran (barang yang dijual) sebelum barangnya diserahkan. Jika
upah sudah diserahkan maka penyedia jasa berhak untuk memilikinya sesuai kesepakatan,
tanpa harus menunggu layanannya diberikan.

5. Investasi

Konsekuensi dari posisinya sebagai modal, uang itu tetap milik pemodal, yang boleh
digunakan untuk penyertaan modal dalam usaha yang dijalankan. Penerima tidak boleh
menggunakan dana itu, kecuali untuk kepentingan bisnis yang disepakati. Dan investor
berhak mendapatkan bagi hasil sesuai kesepakatan.
6. Hibah

Konsekuensi dari posisinya sebagai hibah, uang itu telah pindah kepemilikan ke
penerima. Dan pada asalnya tidak ada timbal baliknya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari keenam bentuk akad di atas, pendekatan yang paling tepat untuk top up go-pay adalah
akad utang (qardh) dengan mempertimbangkan beberapa alasan sebagai berikut:

1. Go-jek dibenarkan menggunakan uang itu, dengan menjamin pihak go-jek akan
mengembalikannya sesuai kesepakatan. Bisa diganti dengan jasa go-jek atau diserahkan
dalam bentuk transfer tunai.

2. Ketika customer melakukan top-up go-pay, belum terjadi akad jual beli, sehingga saldo itu
bukan alat pembayaran, tapi calon alat pembayaran.

3. Pada saat top-up go-pay, customer belum membeli fasilitas go-jek, meskipun dia berniat
untuk menggunakannya sebagai alat pembayaran jika dia membeli fasilitas layanan go-jek.
Sementara jual beli itu ditandai dengan akad dan bukan niat akad.

4. Andai telah terjadi akad jual beli, tentu tidak ada fitur bisa tarik kembali saldo. Sedangkan
yang terjadi pada sistem Go-Jek, customer bisa menarik kembali saldo go-pay tersebut atau
mentransfer kepada customer lain.

Berdasarkan takyiif yang dijelaskan oleh Ibnu Abidin bahwa akadnya dapat
disamakan dengan qardh maka dalam kasus GO-PAY bahwa khusus pengguna jasa GO-JEK
yang membayar jasa dengan GO-PAY mendapat potongan harga atau diskon maka ini adalah
manfaat yang diberikan muqtaridh (penerima pinjaman) kepada muqridh (pemberi pinjaman)
dan setiap pinjaman yang mendatangkan manfaat bagi pemberi pinjaman hukumnya adalah
Riba.

3.2 Saran

1. Sebaiknya sebelum menggunakan Go-Pay pastikan saat membuka rekening di Bank yang
terdapat fasilitas Go-Pay nya untuk menghilangkan klausa pertambahan atas uang yang
disimpan (hutangkan), akad tentang tambahan bunga tiap bulannya harus di hilangkan.
2. Silahkan menggunakan Go-Pay namun dihimbau untuk tidak menerima tambahan manfaat
berupa discount ini supaya tidak terjadi Riba dalam muamalah GO-PAY pada aplikasi GO-
JEK ini.
3. Jika tidak bisa kita menghilangkan discount atau potongan harga dari Go-Pay, maka silahkan
melakukan pembayaran dengan cara Cash.
DAFTAR PUSTAKA

https://konsultasisyariah.com/30222-hukum-go-pay.html

http://www.portal-islam.id/2017/08/go-pay-halal-atau-haram.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai