Anda di halaman 1dari 17

Sistem Pakar

Untuk Menetukan Gangguan Emosional Negatif


Dengan Menggunakan Metode Rule Based Reasoning (RBR)

GURUH WIJAYA - 11917228


Abstrak

Gangguan emosional seringkali menjadi pemicu manusia untuk melakukan hal–hal yang diluar
perilaku normalnya, bahkan bisa mengarah ke perilaku yang ekstrim. Penyebab gangguan mental
emosional sangat bervariasi dan pada beberapa kasus yang terjadi, gejalanya tidak jelas, ketidak jelasan
inilah yang menyebabkan banyak masyarakat tidak dapat mendeteksi sejak dini penyebab gangguan
mental emosional tersebut.
Penelitian ini menggunakan kelompok subject dari penghuni lapas Kelas IIA Jember dengan
menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Skala psikologis yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah hasil modifikasi dari skala Kecenderungan Depresi (BDI), Skala Kecemasan (TMAS), dan Skala
Kecenderungan Bunuh Diri (SIBD). Jumlah subject penelitian yang dilibatkan adalah 80 orang. Aplikasi,
mendiagnosa kondisi gangguan emosi negatif dari subject dengan menerapkan sistem pakar (expert
system) dengan metode berbasis aturan (rule based), dengan output berupa diagnosis psikatrik dari pakar
(psikolog) terkait kondisi emosi negatif dari subject uji berdasarkan gejala yang ada. Untuk meningkatkan
fleksibilitas, sistem dirancang berbasis web. Sistem pakar ditawarkan sebagai pilihan kedua setelah
tenaga medis spesialis.
Nilai reliabilitas instrument uji setelah divalidasi adalah sebesar 0,845 untuk TMAS, 0,732 untuk
BDI dan 0,820 untuk instrument SIBD. Pengujian sistem menggunakan uji 8-fold cross validation dengan
akurasi sebesar 75%. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan bagi Lapas dan pihak - pihak
terkait untuk menyusun program intervensi berbasis problem, terutama yang berkaitan dengan program
preventif dan kuratif dalam menangani problem psikologis tersebut.
Latar Belakang
 Sampai dengan saat ini, psikolog masih menjadi bagian utama pengambil keputusan tentang gangguan
mental emosional seseorang.

 Gejala gangguan emosional, sebenarnya menandakan dekompensasi proses adaptasi dari beberapa unsur,
terutama pemikiran, perasaan dan perilaku.

 Depresi dan kecemasan merupakan gangguan emosional yang dapat mengakibatkan seseorang untuk
berperilaku kearah hal negatif, seperti keinginan untuk menyakiti diri sendiri / bunuh diri.

 Ada 5 penderitaan yang dialami oleh terpidana, yaitu : deprivation of liberty (kehilangan kebebasan
bergerak), deprivation of goods and services (kehilangan hak untuk memiliki barang pribadi dan pelayanan
pribadi), deprivation of heterosexual relationships (kehilangan hak untuk berhubungan seksual),
deprivation of authonomy (kehilangan hak untuk mengatur diri), deprivation of security (kehilangan rasa
aman)

 Kebutuhan sistem yang berkelanjutan dan berkesinambungan, sehingga dapat digunakan lagi untuk
membantu mengetahui kondisi emosional negatif subject baru.
Perumusan Masalah

 Bagaimana metode Rule Based Reasioning (RBR) dapat diintegrasikan dalam


Sistem pakar (Expert system) untuk menentukan gangguan emosional negatif
pada subject berdasarkan skor TMAS, BDI dan SIBD

 Seberapa akuratkah hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk membantu


psikolog dalam memutuskan jenis penanganan terhadap gangguan emosional
negatif pada subject.
Batasan Masalah

 Basis data untuk sistem pakar berasal dari data analisis TMAS, BDI dan
SIBD yang sudah tervalidasi pakar (psikolog), data set diambil dari
kelompok subject narapidana di lapas klas II jember sebanyak 90
subject.
Metodologi
Penelitian
Data Penelitian
 Subyek penelitian ini adalah narapidana penghuni lembaga pemasyarakatan klas II jember.
Data penelitian diambil sebanyak 90 subject narapidana dari berbagai kasus dengan
rentang usia 20 – 40 tahun, dan rentang pendidikan antara SMP – Perguruan Tinggi.

 Proses pengumpulan data dilakukan menggunakan metode assessment psikologi dengan


menggunakan 3 macam skala psikologi (TMAS, BDI dan SIBD)
Validasi instrument uji
 Uji validitas digunakan untuk mengukur derajad ketepatan instrumen (alat ukur),
perhitungan validitas menggunakan rumus korelasi Person Product Moment (rix):

Dimana :
rix : koefisien korelasi antara i dan x (rix)
N : Jumlah Subyek
i : Skor item
x : Skor total
∑i : Jumlah skor items
∑x : Jumlah skor total
∑i2 : Jumlah kuadrat skor item
∑x2 : Jumlah kuadrat skor total
Hubungan dengan
r-tabel validitas
item korelasi
Validasi Instrumen BDI (Beck 0,2199
item

Depression Inventory) A 0.3743 LEBIH VALID


B 0.4910 LEBIH VALID

Untuk data instrumen Beck Depression Inventory C 0.5753 LEBIH VALID

(BDI) : dari 21 item yang di uji, item yang valid = D 0.3299 LEBIH VALID
19 item, sedangkan item yang tidak valid = 2 item, E 0.2054 KURANG GUGUR
yaitu Item pernyataan E dan F. F 0.1118 KURANG GUGUR
G 0.2492 LEBIH VALID
H 0.2621 LEBIH VALID
I 0.3791 LEBIH VALID
J 0.2271 LEBIH VALID
K 0.2442 LEBIH VALID
L 0.5318 LEBIH VALID
M 0.3506 LEBIH VALID
N 0.5766 LEBIH VALID
O 0.3955 LEBIH VALID
P 0.3513 LEBIH VALID
Q 0.2391 LEBIH VALID
R 0.5991 LEBIH VALID
S 0.5074 LEBIH VALID
T 0.5948 LEBIH VALID
U 0.3049 LEBIH VALID
r-tabel
Validasi Instrumen item korelasi
0.2199
validitas item
21 0.149986 KURANG GUGUR
22 0.296402 LEBIH VALID
TMAS (Taylor 1 0.125332 KURANG GUGUR 23 0.415277 LEBIH VALID
Manifest Anxiety 2 0.313258 LEBIH VALID 24 0.062802 KURANG GUGUR
Scale) 3 0.403937 LEBIH VALID 25 0.511826 LEBIH VALID
4 0.553836 LEBIH VALID
26 0.522151 LEBIH VALID
5 0.424119 LEBIH VALID
27 0.539339 LEBIH VALID
Dari data instrumen alat ukur 6 0.317287 LEBIH VALID
28 0.447639 LEBIH VALID
Taylor Manivest Anxiety Scale 7 0.117788 KURANG GUGUR
29 0.4714 LEBIH VALID
(TMAS) : dari 40 item yang di 8 0.550746 LEBIH VALID
30 0.432166 LEBIH VALID
uji, item yang valid = 34 item, 9 0.367898 LEBIH VALID
10 0.446023 LEBIH VALID 31 0.372426 LEBIH VALID
sedangkan item yang tidak
11 0.404938 LEBIH VALID 32 0.491116 LEBIH VALID
valid = 6 item, yaitu Item
12 0.491624 LEBIH VALID 33 0.604177 LEBIH VALID
pernyataan 1, 7, 13, 21, 24 dan
13 0.180921 KURANG GUGUR 34 0.521178 LEBIH VALID
40.
14 0.354635 LEBIH VALID 35 0.446639 LEBIH VALID
15 0.364155 LEBIH VALID 36 0.497953 LEBIH VALID
16 0.339875 LEBIH VALID 37 0.555167 LEBIH VALID
17 0.339893 LEBIH VALID
38 0.553822 LEBIH VALID
18 0.246409 LEBIH VALID
39 0.603496 LEBIH VALID
19 0.47747 LEBIH VALID
40 0.206138 KURANG GUGUR
20 0.479166 LEBIH VALID
Validasi Instrumen SIBD r-tabel
validitas
16 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
item korelasi
(Sucide In Bipolar 0.2199 item 17
18
0.161183
-0.00441
KURANG
KURANG
GUGUR
GUGUR
Disorder) 1 0.1396 KURANG GUGUR 19 -0.01053 KURANG GUGUR
2 0.1396 KURANG GUGUR 20 0.353861 LEBIH VALID
21 0.578848 LEBIH VALID
3 0.264873 LEBIH VALID
22 0.380016 LEBIH VALID
4 0.578192 LEBIH VALID
23 0.035488 KURANG GUGUR
5 0.379234 LEBIH VALID 24 0.189226 KURANG GUGUR
6 0.57262 LEBIH VALID 25 0.457609 LEBIH VALID
7 0.014382 KURANG GUGUR 26 0.374868 LEBIH VALID
8 0.126316 KURANG GUGUR 27 -0.15429 KURANG GUGUR
9 0.159483 KURANG GUGUR 28 0.510617 LEBIH VALID
29 0.380016 LEBIH VALID
10 0.267579 LEBIH VALID
30 0.463979 LEBIH VALID
11 0.588315 LEBIH VALID 31 0.301175 LEBIH VALID
12 0.526735 LEBIH VALID 32 0.248793 LEBIH VALID
13 0.135448 KURANG GUGUR 33 0.421651 LEBIH VALID
14 0.349427 LEBIH VALID 34 0.532957 LEBIH VALID
15 0.378201 LEBIH VALID 35 0.290973 LEBIH VALID

Dari data instrumen Sucide In Bipolar Disorder (SIBD) : dari 35 item yang di uji, item yang
valid = 22 item, sedangkan item yang tidak valid = 13 item, yaitu Item pernyataan 1, 2, 7, 8,
9, 13, 16, 17, 18, 19, 23, 24 dan 27.
Untuk item no 16 didapatkan hasil perhitungan yang tidak dapat terselesaikan karena nilai
perhitungannya adalah “0/0”, dalam hal ini item tersebut dimasukkan dalam kategori
gugur / tidak valid.
Realibilitas Instrumen Uji

Nilai
NO INSTRUMEN UJI
RELIABILITAS
1 Beck Depression Inventory (BDI) 0,732
2 Taylor Manivest Anxiety Scale (TMAS) 0,845
3 Sucide In Bipolar Disorder (SIBD) 0,820
Dimana :

Dengan mengacu pada komposisi reliabilitas sebagai berikut:


a) Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna

b) Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi


Di dapat :
c) Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat

d) Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah, (Hilton, Brownlow, 2004).
Dari hasil uji tersebut menunjukkan bahwa reliabilitas istrumen yang digunakan untuk
penelitian ini tergolong dalam reliabilitas tinggi.
Pemodelan Sistem Pakar

Inference Engine dalam sistem pakar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rule Based
Reasoning, dengan metode Forward Chaining karena inferensi dimulai dengan informasi yang
tersedia baru konklusi diperoleh.
Metode forward chaining ini menggunakan tabel keputusan sebagai struktur data utamanya,
dimana setiap kolom dari tabel tersebut mewakili fakta.

SOLUSI / DIAGNOSA
RULE GEJALA AWAL GEJALA LANJUT
PSIKATRIK PAKAR
Item pernyataan Tingkat Gangguan Solusi permasalahan berupa
R1 s/d Rx instrument TMAS Kecemasan diagnosis Psikatrik dari pakar
Item pernyataan Tingkat Gangguan (psikolog) untuk setiap
R1 s/d Rx instrument BDI Depresi kombinasi tingkat gangguan.
Item pernyataan Tingkat Gangguan
R1 s/d Rx instrument SIBD Kecenderungan bunuh
diri
Aturan (rule) untuk Sistem Pakar

Ada 2 aturan dalam sistem pakar ini,

1. Aturan (rule) untuk gejala lanjutan yang terdiri dari gejala kecemasan,
depresi dan keinginan menyakiti diri

2. Aturan (rule) untuk Solusi / Keputusan Pakar


Aplikasi Antar Muka

Aplikasi dalam penelitian ini berbasis web, sehingga diharapkan nantinya dapat mempermudah seseorang
yang ingin mengetahui kondisi emosionalnya sewaktu – waktu jika memang kondisinya tidak
memungkinkan untuk bertemu dengan psikolog. Selain itu, penggunaan database memungkinkan psikolog
untuk memantau perkembangan kondisi subject secara berkala sehingga mengetahui tingkat keberhasilan
treatmen yang di berikan kepada subject tersebut. http://localhost/kuisioner/
Pengujian Sistem

Pengujian sistem dilakukan dalam 2 bagian :

1. Pengujian akurasi hasil diagnosis sistem terhadap hasil diagnosis pakar


Dari pengujian dengan (k) sebanyak 8 blok tersebut didapat hasil akurasi rata–rata pengujian
sebesar 75%, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembagian skenario (k) sebanyak 8 blok
lebih baik, dibandingkan dengan pembagian skenario (k) sebanyak 5 blok dengan nilai akurasi
rata – rata sebesar 66%, dan pembagian skenario (k) sebanyak 10 blok dengan nilai akurasi
rata – rata sebesar 72,5%.

2. Pengujian tingkat kepuasan pengguna aplikasi


Pengujian diterapkan kepada 5 orang pengguna dengan hak akses yang berbeda (2 psikolog, 2
operator dan 1 admin).
Kesimpulan

 Diagnosis psikatrik akan dilakukan oleh pakar (psikolog) setelah mendapatkan hasil
perhitungan dari semua instrument uji, jika ada subject baru yang melakukan tes tanpa
didampingi pakar dengan hasil yang sama persis dengan subject yang sudah ada di
database, maka diagnosis psikatrik hasil tes dari subject sebelumnya akan ditampilkan
sebagai rujukan untuk diagnosis psikatriknya. Tetapi jika hasil tes subject tersebut tidak
ada yang sama persis dengan subject yang sudah ada di database, maka beberapa diagnosis
psikatrik dengan nilai terdekat akan ditampilkan sebagai rujukan untuk diagnosis
psikatriknya.

 Metode pengujian data menggunakan k-fold cross validation, dari 3 kali trial metode
tersebut (5, 8 dan 10) blok, didapat niai akurasi tertinggi pada k=8 blok, nilai akurasi untuk
skenario 5 blok adalah 66%, untuk skenario 8 blok didapat nilai akurasi sebesar 75%,
sedangkan untuk skenario 10 blok didapat nilai akurasi pengujian sebesar 72,25%. Dari
hasil tersebut, maka skenario yang digunakan adalah skenario 8 blok (8-fold cross
validation)

Anda mungkin juga menyukai