Anda di halaman 1dari 17

Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk mengukur instrumen


dalam kuisioner tersebut dan dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item yaitu
mengkorelasikan skor tiap butir skor total yang merupakan jumlah tiap skor
butir. Valid atau tidak dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment
(Singarimbun dan Effendy,1995) dalam Munawarroh (2012).

Instrumen dikatakan valid jika nilai koefisien korelasi skor butir


dengan skor total r ˃ 0,3, sebaliknya tidak valid jika nilai koefisien korelasi
skor butir dengan dengan skor total r ˂ 0,3 (Sugiyono 2012).
Pada penelitian ini digunakan sampel untuk pengujian validitas dan
reliabilitas sebanyak 55 karyawan. Berikut hasil uji validitas item pernyataan:

Tabel 1. Hasil Uji Validitas

Validitas
Variabel Item Keterangan
r hitung r tabel Sig
Butir 1 0.762 0.265 0.00 Valid
Butir 2 0.733 0.265 0.00 Valid
X1 Butir 3 0.799 0.265 0.00 Valid
Butir 4 0.718 0.265 0.00 Valid
Butir 5 0.675 0.265 0.00 Valid
Butir 6 0.812 0.265 0.00 Valid
Butir 7 0.681 0.265 0.00 Valid
X2 Butir 8 0.786 0.265 0.00 Valid
Butir 9 0.543 0.265 0.00 Valid
Butir 10 0.452 0.265 0.00 Valid
Butir 11 0.811 0.265 0.00 Valid
Butir 12 0.643 0.265 0.00 Valid
Y1 Butir 13 0.709 0.265 0.00 Valid
Butir 14 0.700 0.265 0.00 Valid
Butir 15 0.853 0.265 0.00 Valid

13
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa seluruh butir item pernyataan


memiliki nilai koefisien korelasi (rhitung) lebih besar daripada rtabel sehingga
menunjukkan bahwa data yang diperoleh valid.

Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah uji pengukuran instrumen yang bila digunakan


beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama. Pada penelitian ini uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha.
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Croanbach Alpha ˃ 0,60 maka dapat dikatakan bahwa instrumen yang
digunakan tersebut reliabel (Suharsimi, 2006). Proses pengujian dilakukan
sebelum penelitian sebenarnya dilakukan. Butir pernyataan yang tidak valid
dan reliabel tidak digunakan dalam penelitian sebenarnya. Hasil pengujian
reliabilitas untuk masing – masing variabel yang diringkas pada tabel
berikut ini :

Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas

Reliabilitas
Variabel Keterangan
Koefisien Alpha Angka Kritik
X1 0.786 0.6 Reliabel
X2 0.689 0.6 Reliabel
Y1 0.799 0.6 Reliabel

Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel


mempunyai koefisien Alpha yang cukup besar yaitu di atas 0,6 sehingga dapat
dikatakan semua konsep pengukur masing – masing variabel dari kuesioner
adalah reliabel sehingga untuk selanjutnya item – item pada masing – masing
konsep variabel tersebut layak digunakan sebagai alat ukur.

14
Teknik Analisis Data
Analisis Deskriptif

Teknik analisis ini menggunakan teknik Analisis Deskriptif. Sugiyono


(2012:147), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. tekhnik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskrifsikan atau menggambarkan data hasil
kuesioner yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis ini hanya berupa
akumulasi data dasar dalam bentuk deskripsi semata dalam arti tidak mencari atau
menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, atau melakukan penarikan
kesimpulan.

Pada penelitian ini analisis data deskriptif disajikan dalam bentuk


rangkuman rata-rata atau mean. Analisis data deskriptif digunakan menguraikan
jawaban responden tiap indikator berdasarkan mean atau rata-rata jawaban yang
diberikan, serta berguna untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel
Y. Penilaian setiap item pernyataan yang mewakili indikator diukur
menggunakan 5 skala derajat rendah dan tinggi yaitu 1 sangat rendah, 2 rendah, 3
sedang, 4 tinggi, 5 sangat tinggi. Pembuatan batas kelas digunakan untuk
memutuskan apakah nilai mean yang didapatkan termasuk ke dalam kategori yang
sudah ditentukan sesuai dengan derajat kesetujuan yang digunakan. Perhitungan
interval untuk mencari batas kelas dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:

= = 0,8

Setelah diketahui besarnya interval kemudian dapat diketahui rentang


skala dan penafsiran terhadap nilai yang akan diperoleh. Nilai rata-rata (mean)
dari kuesioner dapat dikategorikan sebagai berikut:

15
Tabel 3. Interval Kelas dan Kategori

Interval Kelas Kategori


1 < x ≤ 1.8 Sangat Rendah
1.8 < x ≤ 2.6 Rendah
2.6 < x ≤ 3.4 Sedang
3.4 < x ≤ 4.2 Tinggi
4.2 < x ≤ 5.00 Sangat Tinggi

Indikator Empirik

Definisi Gaya Kepemimpinan Transaksional, Transformasional, Dan


Kepuasan Kerja Karyawan

Tabel 4. Indikator Empirik

Butir
Variabel Indikator Definisi Skala
Pertanyaan
Gaya Continent Menjanjikan 1 Linkert
Kepemimpinan Rewards penghargaan atas
Transaksional kinerja yang baik
Management Mengamati dan 2, 3, 4
by exception melihat deviasi
berdasarkan
peraturan dan
standar serta
melakukan tindakan
korektif
Laisezz-faire Melepaskan 5
tanggung jawab,
menghindari
pembuatan
keputusan tanpa

16
sebelum adanya
musyawarah
Gaya Menyatakan Seperti apa masa 1 Linkert
Kepemimpinan visi dan misi depan perusahaan
Transformasional jika tujuan berhasil
dan mau seperti apa
perusahaan
kedepannya
Motivasi Memperlihatkan 2, 3
keyakinan terhadap
pengikut
Leadership Memimpin dengan 4
memberikan contoh
Kepercayaan Memberikan 5
kewenangan orang-
orang untuk
mencapai visi itu
Kepuasan Kerja Kepuasan Suatu kewajiban 2 Linkert
Karyawan Gaji yang dibayarkan
oleh pemimpin
kepada karyawan
secara periodik
Kepuasan Sesuatu yang 1
Fasilitas terdapat dalam
Kerja perusahaan yang
ditempati dan
dinikmati karyawan
Kepuasan Segala hubungan 3
Lingkungan aktivitas yang
dan Kerja dilakukan karyawan
selama di dalam
perusahaan

17
Kepuasan Bentuk apresiasi 4, 5
Kebijakan tertentu yang
Perusahaan dilakukan
pemimpin untuk
mengarahkan
mengatur
karyawannya

Tingkat Pengembalian
Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebar kuesioner kepada
responden karyawan Hotel Laras Asri Resort dan Spa yang berjumlah 75 orang.
Berikut tingkat pengembalian kuesioner yang disebar:

Tabel 5. Tingkat Pengembalian

Keterangan Jumlah Persentase (%)


Kuesioner yang disebar 75 100
Kuesioner yang tidak kembali 15 21.4
Kuesioner yang datanya tidak
0 0
lengkap
Kuesioner yang tidak di isi 0 0
Jumlah kuesioner yang dapat
55 78.5 %
analisis

Tingkat pengembalian kuesioner (response rate) sebesar 78.5 % dari


jumlah sampel dan termasuk kriteria very good (sangat baik), artinya tingkat
pengembalian kuesioner (response rate) dapat diterima dan hasil jawaban
kuesioner dapat diolah, karena response rate lebih besar dari kriteria acceptable
(dapat diterima) sebesar 60%-69% (Aqmarina & Prasetya, 2016)

Gaya kepemimpinan Transaksional

18
Gaya kepemimpinan yang pemimpin langsung turun ke lapangan
pekerjaan untuk mengawasi karyawan dalam melakukan pekerjaan untuk
menimalisir kesalahan kerja yang dilakukan oleh karyawan. Satriowati et al.,
(2016) mendefinisikan gaya kepemimpinan transaksional merupakan salah satu
gaya kepemimpinan yang menekankan hubungan baik diantara pemimpin dan
bawahan.

Tabel 6. Indikator Transaksional

Indikator Transaksional Mean Kategori


Pimpinan memberikan imbalan jika saya mampu
melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan 4.2 Tinggi
dengan baik.
Pimpinan selalu memantau kesalahan yang saya
3.9 Tinggi
lakukan dalam bekerja.
Pimpinan selalu melakukan musyawarah dengan
3.1 Sedang
karyawan ketika mau mengambil keputusan.
Pimpinan memberikan peringatan dan sanksi
apabila terjadi kesalahan dalam proses kerja yang 3.9 Tinggi
saya lakukan.
Pimpinan melakukan tindakan perbaikan atas
kesalahan yang saya lakukan. 3.6 Tinggi

Rata-rata 3.7 Tinggi

Pada tabel 6 di atas menunjukan variabel Transaksional dengan indikator


ke 3 dan ke 4 dari variabel Transaksional merupakan indikator dengan tingkat
persetujuan paling tinggi yaitu dengan mean 3,95 (setuju). hasil keseluruhan
menunjukkan bahwa semua responden memberikan pendapat dengan rata-rata
skor 3,75. Nilai tersebut masuk dalam kriteria kategori setuju, dan disimpulkan

19
bahwa kepemimpinan transaksional diterapkan di Hotel Laras Asri Salatiga
dikatakan baik dan diterima karyawan hotel.
Gaya Kepemimpinan Transformasional

Gaya kepemimpinan transformasional lebih cenderung untuk memotivasi


karyawannya agar bisa lebih berbuat baik dari apa yang biasa yang dilakukanya,
dengan kata lain gaya kepemimpinan transformasional lebih ingin meningkatkan
kepercayaan diri karyawanya yang nanti akan berpengaruh terhadap peningkatan
kinerjanya. Satriyo & Novitasari (2019) menjelaskan bahwa kepemimpinan
transformasional adalah gaya kepemimpinan yang dapat membangkitkan atau
memotivasi karyawan, sehingga dapat berkembang dan mencapai kinerja pada
tingkat yang tinggi, melebihi dari apa yang mereka perkirakan sebelumnya.

Tabel 7. Indikator Transformasional

Indikator Transformasional Mean Kategori


Pimpinan saya memberi gambaran yang
3.3 Tinggi
menarik tentang masa depan.
Pimpinan saya memimpin dengan
“melakukan” bukan hanya sekedar 3.1 Sedang
“berbicara”.
Pimpinan saya mampu mendorong karyawan
3.0 Sedang
untuk lebih aktif.
Pimpinan saya mengandalkan sikap baik dan
3.7 Tinggi
semangat.
Pimpinan saya menuntut kinerja yang terbaik
3.9 Tinggi
dari karyawan.
Rata-rata 3.4 Tinggi

Pada tabel 7 di atas menunjukan variabel Transaksional berdasarkan pada


rata – rata skor likert yang diperoleh dengan rata-rata total 3.4, dimana termasuk
berkategori Tinggi. Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional

20
yang diterapkan di Hotel Laras Asri Salatiga dikatakan baik dan diterima oleh
karyawan hotel.
Kepuasan Kerja

kepuasan kerja adalah gambaran dari sikap dan perasaan individu


terhadap pekerjaannya, yang merupakan interaksi antara lingkungan kerjanya
dengan yang bersangkutan. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Tanjung &
Rosmaini, (2019) bahwa kepuasan kerja adalah perasaan pegawai terhadap
pekerjaannya dalam sebuah organisasi atau instansi, apakah senang atau tidak
senang, hal ini merupakan hasil interaksi pegawai dengan lingkungan kerjanya
serta penilaian pegawai terhadap pekerjaannya.

Tabel 8. Indikator Kepuasan Kerja

Indikator Kepuasan Kerja Mean Kategori


Kenyamanan kondisi untuk bekerja ditempat saya
3.6 Tinggi
bekerja memadai
Gaji pokok yang saya terima mencukupi
3.9 Tinggi
kebutuhan saya sehari-hari.
Honor yang saya terima sesuai dengan tugas-tugas
3.9 Tinggi
yang saya kerjakan ketika lembur.
Pengarahan yang diberikan oleh pimpinan ketika
3.7 Tinggi
saya bekerja sangat jelas.
Kebijakan perusahaan dalam menempatkan saya
3.8 Tinggi
sesuai dengan keterampilan saya.
Rata-rata 3.8 Tinggi

Pada tabel di atas menunjukan variabel Kepuasan Kerja berdasarkan pada


rata – rata mean yang diperoleh dengan rata-rata total 3.8.. Nilai tersebut masuk
dalam kriteria kategori Tinggi, dan dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja yang
dirasakan karyawan di Hotel Laras Asri Salatiga memiliki tinggat kepuasan yang
tinggi.

21
Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk beberapa variabel


pengaruh (x) terhadap satu variabel tergantung (y) dengan model linier, yaitu
pengaruh gaya transaksional (x1) dan gaya transformasional (x2) terhadap
kepuasan kinerja karyawan (y).

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data


diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan
terhadap sampel dilakukan dengan menggunakan kolmogorov – smirnov test
dengan menetapkan derajat keyakinan (α) sebesar 5 %. Uji ini dilakukan pada
setiap variabel dengan ketentuan jika secara individual masing – masing
variabel memenuhi asumsi normalitas, maka secara simultan variabel –
variabel tersebut juga bisa dinyatakan memenuhi asumsi normalitas
(Priyatno, 2010).

Persyaratan uji normalitas adalah jika data menyebar disekitar garis


diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak
mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak emenuhi asumsi
normalitas (Ghozali, 2013).

22
Gambar 2. Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan Gambar 2, nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 200 > 0.05,
sehingga dapat ditarik kesimpulkan bahwa data pada penelitian berdistribusi
normal.

Uji multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam model


regresi antara laindapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan varian
factor. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai tolerance ≥ 0,1 atau 10% atau sama dengan VIF ≤
10 (Ghozali,2013:205).

Tabel 9. Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Nilai VIF Tolerance


X1 2.928 0.342

23
X2 2.928 0.342

Dari hasil perhitungan pada Tabel 9, uji multikolinearitas menunjukkan


bahwa semua variabel bebas memiliki nilai tolerance lebih dari 0.10 dan memiliki
nilai VIF kurang dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi
antar variabel bebas dan menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala
multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas sebagai berikut heteroskedastisitas adalah


dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain
(Sony Sumarsono, 2004:224).

Heterosdektisitas berarti penyebaran titik dan populasi pada bidang


regresi tidak konstan gejala ini ditimbulkan dari perubahan-perubahan situasi
yang tidak tergambarkan dalam model regresi. Jika variance dan residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut sebagai homoscedatisitas
dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.

Gambar 3. Scatterplot Uji Heterokedastisitas

Pada gambar 3, menunjukkan bahwa penyebaran titik-titik observer di atas


dan atau di bawah angka nol pada sumbu Y mengarah kepada satu pola tidak

24
jelas, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Agar hasil lebih jelas maka uji heteroskedastsitas juga dapat dilihat pada table
1.18 dengan menggunakan metode Glejser

Variabel Sig. Keterangan


X1 0.542 Tidak terjadi heteroskedastisitas
X2 0.576 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Tabel 10. Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Glejser

Hasil pengujian pada tabel 10, menunjukkan bahwa nilai signifikansi masing-
masing variabel lebih besar dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas.

Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis Uji T atau Uji Parsial (H1 dan H2)
Uji t (t-test) digunakan untuk menguji signifikasi hipotesis komparatif
dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal. (Sugiyono,
2013:44). Menentukan level signifikan dengan menggunakan t- tabel. Mengambil
keputusan.

• Jika t Sig ≤ α = 0,05, maka hipotesis diterima


• Jika t Sig > α = 0,05, maka hipotesis ditolak

25
Gambar 1 1. Hasil Uji t
Dari table 1.19, maka dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = 5.470 + 0.419X1 + 0.327X2 + e
Hasil dari analisis regresi berganda dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Koefisien bernilai menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan
variabel Kepemimpinan 5.470 Transaksional dan variabel
Transormasional, variabel Kepuasan Kerja Karyawan cenderung
mengalami penurunan.

b. Koefisien regresi Kepemimpinan Transaksional (X1) bernilai positif


(0.419) menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel
independen lainnya, maka apabila Kepemimpinan Transaksional
mengalami peningkatan maka Kepuasan Kerja Karyawan juga mengalami
peningkatan.

c. Koefisien regresi Kepemimpinan Tranformasional (X2) bernilai positif


(0.327) menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel
independen lainnya, maka apabila Kepemimpinan Transaksional
mengalami peningkatan maka Kepuasan Kerja Karyawan juga mengalami
peningkatan.

Uji t
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat. Hipotesis yang berlaku pada penelitian ini yaitu:

1) H0 ditolak dan Ha diterima jika diperoleh signifikan thitung ≥ ttabel (positif)


dan thitung ≤ ttabel (negatif)

26
2) H0 diterima dan Ha ditolak jika diperoleh signifikan thitung < ttabel (postif)
dan thitung > ttabel (negatif)

Nilai ttabel dapat diketahui dengan melihat toleransi kesalahan (α) 5% dan
derajat kebebasan (df) sebesar n-k-1 = 55 – 4 – 1= 50, sehingga diperoleh nilai
ttabel sebesar ± 2.008. Hasil pengujian uji t juga dapat dilihat dari nilai signifikansi,
apabila nilai signifikansi t < 0.05 maka dapat dikatakan variabel bebas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat. Adapun hasil uji t
dapat dilihat pada table 11 berikut ini:

Hasil Uji t
Tabel 11. Hasil Uji t

Variabel t hitung t tabel Sig.

Kepemimpinan Transaksional (X1) 2.613 2.006 0.01

Kepemimpinan Tranformasional (X2) 2.036 2.006 0.04

Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan tabel 11, maka hasil pengujian variabel bebas dapat dijabarkan
sebagai berikut:

1. Variabel Kepemimpinan Transaksional (X1) menunjukkan nilai koefisien


regresi sebesar 0.451 bernilai positif dan memiliki nilai t hitung lebih besar
daripada t tabel (2.613 > 2.006), sig < α (0.01 < 0.05). Sehingga dapat
disimpulkan variabel Kepemimpinan Transaksional berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan.

2. Variabel Kepemimpinan Tranformasional (X2) menunjukkan nilai


koefisien regresi sebesar 0.304 bernilai positif dan memiliki nilai t hitung
lebih besar daripada t tabel (2.036 > 2.008), sig < α (0.04 < 0.05).
Sehingga dapat disimpulkan variabel Kepemimpinan Tranformasional
(X2) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan.

27
PEMBAHASAN

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional terhadap Kepuasan Kerja


Karyawan
Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
variabel Kepemimpinan Transaksional berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Hal ini diperoleh dari hasil uji t sebesar
2.613 dengan signifikansi sebesar 0.01. Nilai signifikansi lebih kecil dari standar
yang ditetapkan yaitu 0,01 < 0,05. Hasil tersebut relevan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hanifah & Arifin, (2017) dan Prasetya et al., (2016) yang
menyatakan bahwa Kepemimpinan Transaksional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan.

Tondok dan Andrika (2004) mengemukakan kepemimpinan transaksional


merupakan gaya kepemimpinan yang menfokuskan perhatiannya pada transaksi
interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan
pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi
sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan penghargaan.

Lebih lanjutnya sebuah perusahaan yang menerapkan gaya


kepemimpinan transaksional seperti yang diterapkan oleh pemimpin hotel Laras
Asri Salatiga, memimpin dengan memotivasi karyawan dan memberikan sebuah
penghargaan untuk memberikan semangat kerja kepada pengikutnya. Pemimpin
akan memberikan penghargaan berupa kenaikan gaji, promosi, dan hal - hal lain
yang bersifat akan memberikan dampak yang positif bagi para karyawan tersebut.

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Kepuasan Kerja


Karyawan
Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa variabel Kepemimpinan Transaksional berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Hal ini diperoleh dari hasil uji t sebesar
2.036 dengan signifikansi sebesar 0.04. Nilai signifikansi lebih kecil dari standar
yang ditetapkan yaitu 0,04 < 0,05. Hasil tersebut relevan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sardi, (2017) dan Suryani, (2018) yang menyatakan bahwa

28
Kepemimpinan Transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan.

Kepemimpinan Transformasional yang diterapkan di hotel Laras Asri ini


selalu berusaha untuk menginspirasi kinerja yang luar biasa. Dalam Gaya
kepemimpinan transformasional pemimpin hotel Laras Asri berusaha memberikan
motivasi kepada pengikutnya agar dapat meningkatkan kinerja dan dapat
meningkat dorongan yang lebih kepada pengikut, memberikan contoh untuk lebih
mementingkan kelompok dari pada individu untuk kebaikan bersama, serta
memberikan fasilitas kepada karyawan untuk lebih semangat dalam bekerja.

Upaya-upaya yang dilakukan pihak manajemen Hotel Laras Asri Salatiga


telah menciptakan rasa nyaman dan menciptakan kepuasan kerja karyawan yang
dapat dilihat dari Lingkungan kerja yang nyaman dan aman, serta kualitas
pengawasan yang cukup baik juga meningkatkan semangat kerja yang tinggi
dilihat dari rendahnya tingkat keluhan karyawan setiap bulannya.

29

Anda mungkin juga menyukai