Anda di halaman 1dari 8

1

MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN POLRI

JAWABAN PERSOALAN
H. A. M

I. PENGERTIAN HAM.
Menurut Undang-undang HAM Tahun 1999 Pasal 1 No. 1, Ham adalah
seperangkat Hak Yang melekat Pada hakikat Keberadaan manusia sebagai
mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang Wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia itu sendiri.

Konsep Umum Tentang HAM


Tuhan YME kepada semua umat manusia di dunia ini
menganugerahkan akal budi dan nurani (dengan tidak dibeda-bedakan) yang
dapat digunakan sebagai kemampuan untuk membedakan yang baik dan
yang buruk yang juga akan membimbing dan mengarahkan sikap dan prilaku
kita dalam menjalani kehidupannya. Dengan akal budi dan nuraninya itu,
manusia memiliki kebebasan untuk memutuskan sendiri prilaku atau
perbuatannya. Selain itu untuk mengimbangi kebebasan tersebut manusia
memiliki kemampuan untuk bertanggungjawab atas semua tindakan yang
dilakukannya.

Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut hak azasi
manusia yang melekat pada manusia secara hakiki dan kodrati sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak ini tidak dapat diingkari, pengingkaran

/ terhadap…
2

terhadap hak tersebut berarti mengingkari martabat kemanusiaan. Oleh


karena itu, Negara, pemerintah atau organisasi apapun mengemban
kewajiban untuk mengakui dan melindungi hak azasi manusia harus selalu
menjadi titik tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

II. PERKEMBANGAN HAM DI EROPA


Perintis HAM di Eropa berawal pada tahun 1949 lewat bergabungnya
beberapa Negara Eropa ke dalam Majelis Eropa (The Counsil Of Europe).
Pada tahun 1949 Panitia Menteri (Committee Of Minister) dan Majelis
Parlemen (Parliament Assembly) di London barhasil menyusun Konvensi
HAM, yaitu Convetion For The Protection Of Human Right and Fundamental
Freedom, di tahun 1950.

Dari mukadimah pada Konvensi HAM tersebut ternyata menjadi


perekat utama disusunnya HAM di Eropa, selain juga untuk memperkuat
Deklarasi HAM PBB Tahun 1948, yang bahkan dapat memperbesar rasa
Kesatuan Negara-negara Eropa yang sudah memiliki persamaan pandangan
dalam tradisi, ide dan politik. Kesatuan HAM Eropa cukup barhasil lebih-lebih
jika pada pelaksanaan pasar tunggak Eropa benar-benar terlaksana. Materi
dasar/pengertian HAM negara-negara Eropa tidak berbeda dengan ketentuan
yang telah ada di dalam Deklarasi HAM PBB, karena itu pencetusan HAM
negara Eropa antara lain bertujuan memperkuat HAM PBB. Pada masa itu
Majelis Eropa telah mempunyai seperangkat hukum (Aturan Hukum) dan
dalam rangka pengembangan lebih lanjut pelaksanaan HAM telah dibentuk
pula Committee Of Experts On Human Right.

Majelis Eropa mempunyai 2 badan besar, yaitu:


1. Parliamentary Assembly (Dewan Parlemen).
2. Committee Of Ministers (Panitia Para Menteri).

/ Dan…
3

Dan khusus untuk melindungi Hak Azasi Manusia, Majelis Eropa telah
membentuk :
1. Komisi Hak Azasi Manusia.
2. Mahkamah Hak Azasi Manusia Eropa.
3. Panitia Para Menteri.

III. PERKEMBANGAN HAM DI AMERIKA.


Negara Amerika Sejak tahun 1948 telah membentuk suatu Organisasi
Negara – Negara Amerika (Organization Of America State) lewat kesepakatan
Charter Bogota 1948. dalam Deklarasi Santiago, Chili 1959 ditegaskan
kembali bahwa negara-negara Amerika akan mengaitkan / memasukan HAM
kedalam kontitusinya. Pada tahun 1948, saat diselenggarakan Konferensi
Negara-negara Amerika ke 9 telah disetujui pula “American Declaration the
Rights and Duties Of Man”.

Tahun 1959 pertemuan konsulatif Menlu Amerika ke 5 menghasilkan


suatu resolusi pembentukan Inter American Commission of Human Rights.
Selanjutnya pada pertemuan di San Jose, Costa Rica tahun 1969 khusus
diadakan pertemuan tentang HAM dan disepakati pula American Convention
of Human Rights.

HAM negara-negara Amerika menekankan dan menempatkan konsep


dasar negara, bukan gerakan kedaerahan seperti negara Eropa. Hal ini
dianggap sebagai sumbangan besar terhadap penghormatan atas HAM.
Amerika melihat dan menyadari bahwa penghormatan HAM sangat mendesak
untuk mendapat pengakuan, karena pelecehan HAM merupakan sumber
konflik dan ketengangan. Dengan demikian HAM dipakai sebagai sarana
terciptanya perdamaian satu cita-cita yang luhur dan perlu direnungkan.

Menyadari bervariasinya kondisi politik, ekonomi maupun kultural


antara negara-negara anggota, maka melalui pengakuan atas HAM ini
diharapkan akan terciptanya perdamaian. Dalam menjalankan tugas-tugas

/ tersebut…
4

tersebut peranan General Assembly of the OAS (Organization of American


State) sangat besar, terutama dalam menunjuk komposisi anggota Komisi dan
Mahkamah HAM.

IV. PEKEMBANGAN HAM DI INDONESIA


Kini tuntutan dan tekanan kian kuat diperlihatkan di mana-mana dan
harapan-harapan pun kian banyak disuarakan pula di mana-mana, agar
negara-negara nasional manapun (sebagai anggota Perserikatan Bangsa-
Bangsa) tidak hanya menjanjikan niatnya untuk menghormati HAM melainkan
juga mengembangkan upayanya yang riil untuk mengimplementasi sedapat
mungkin dan sebanyak mungkin konvensi dan instrumen HAM yang telah
ada. Namun bagaimana pun dalam pelaksanaan HAM pada negara-negara
berkembang (termasuk Republik Indonesia), masih sangat terpengaruh oleh
kondisi dan situasi masyarakat (kondisional).
Keputusan Presiden republik Indonesia Tanggal 7 juni 1993 No. 50
Tahun 1993 Tentang pembentukan sebuah Komisi Nasional HAM di
Indonesia, dengan salah satu tugasnya membantu berkkembangnya kondisi
yang kondusif bagi pelaksanaan HAM, sesuai dengan Pancasila, UUD ’45,
Piagam PBB dan Deklarasi Universal HAM Tahun 1948, adalah salah satu
Keputusan politik yang sungguh-sungguh bermaksud untuk merespon secara
positif harapan-harapan itu. Kerja keras yang dilakukan dengan niat yang
sunggu-sungguh dan dengan kemampuan untuk mensinergikan upaya
seluruh warga bangsa, tentulah masih diperlukan agar harapan itu dapat
dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama. Persatuan dan Kesatuan Bangsa
memang sungguh penting, akan tetapi kemanusiaan yang adil dan beradab,
atas dasar Ketuhanan Yang maha Esa, jelas pula kalau tidak kalah
pentingnya.

V. KASUS KERUSUHAN SOSIAL DI TASIKMALAYA.


1. Terjadi pada Tanggal 26 dan 27 Desember 1996 berawal dari
pelanggaran HAM oleh oknum Polres Tasikmalaya terhadap tiga orang

/ santri…
5

santri setempat berupa penganiayaan fisik (pelanggaran Protection from


tortue).

2. Akibat pelanggaran HAM tersebut timbul serangkaian pelanggaran HAM


lain yang justru dilakukan oleh massa yang tidak terkendali, berupa :
a. Pengrusakan, pembakaran dan perampokan toko-toko, rumah
tinggal, pabrik, kendaraan dan gedung-gedung milik pemerintah,
khususnya kantor Polisi (pelanggaran terhadap hak milik/protection
of property).
b. Pengrusakan dan pembakaran rumah Ibadah (pelanggaran hak
Kebebasan beragama / freedom of religion).
c. Tewasnya beberapa orang yang tidak bersalah (pelanggaran hak
untuk hidup / the right to life).
d. Timbulnya korban luka-luka (pelanggaran perlindungan terhadap
jasmani / protection from bodily harm).

e. Dua belas ribu orang kehilangan mata pencaharian sehari-harinya


(pelanggaran terhadap hak untuk mendapatkan pekerjaan / right to
work).

f. Terganggunya proses pembangunan nasional (pelanggaran


terhadap hak masyarakat untuk Membangun / national right for
development).

3. Seluruh pelanggaran diatas berakumulasi menjadi timbulnya rasa takut


yang mencekam, khususnya masyarakat tertentu dan meluas dalam
masyarakat (pelanggaran terhadap hak bebas dari ketakuatan / freedom
for fear).

4. Akar dari kerusuhan sosial tersebut merupakan bagian dari persoalan


yang lebih kompleks antara lain ketimpangan ekonomi yang perlu diatasi
dengan segera dan secara mendaras.

/ VI. Peristiwa…
6

VI. PERISTIWA 27 JULI 1996 DI JAKARTA.


Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM), setelah
melakukan pemantauan dan penyelidikan antara tanggal 28 Juli 1996 – 10
Oktober 1996 terhadap pewristiwa 27 Juli 1996 menyampaikan hal-hal
sebagai berikut:
Pada tanggal 27 Juli 1996 di Jakarta, telah terjadi 2 (dua) peristiwa
pokoK, yaitu sebagai berikut:
1. Pengambilalihan yang disertai dengan kekerasan gedung Sekretariat
DPP PDI Jalan Diponogoro No. 58, Jakarta Pusat. Proses peristiwa ini
berlangsung antara kurang lebih pukul 06.15 sehingga pukul 09.15 pagi
hari itu.
2. Kerusuhan social berupa perusakan, pembakaran dan penghancuran
barang milik umum dan pribadi secara serentak di beberapa wilayah
sekitar jalan-jalan Diponogoro, Salemba, Proklamasi, Kramat Raya dan
Senen.

Proses peristiwa berlangsung antara kurang lebih pukul 11.00 pagi hari
hingga melewati pukul 23.00 malam hari itu.

Dari kedua peristiwa tersebut telah jatuh korban dan terjadi penderitaan
manusia sebagai berikut:
a. Meninggal dunia 5 (lima) orang, masing-masing:
1). Asmayadi Soleh (meninggal sebagai akibat dari kekerasan benda
tumpul, sesuai visum).
2). Suganda Siagian (meninggal karena luka bakar, sesuai visum).
3). Slamet (meninggal karena kekerasan benda tumpul, sesuai visum).
4). Uju Bin Asep (meninggal karena diduga sakit jantung, tidak
dilakukan otopsi).
5). Sariwan (menurut keterangan dokter sesuai dengan keterangan
pengantar jenazah, meninggal karena kena tembakan).

/ Berdasarkan…
7

Berdasarkan laporan yang diterima Komnas HAM yang masih

perlu diteliti kebenarannya, tidak tertutup kemungkinan angka korban

yang meninggal yang berhubungan dengan peristiwa 27 juli 1996

tersebut terus bertambah. Komnas HAM menyerahkan penyelidikan

lanjut tentang hal ini kepada pemerintah.

b. Luka-luka; 149 (seratus empat puluh sembilan) orang, baik sipil maupun

aparat keamanan.

c. Hilang; 23 (dua puluh tiga) orang per-tanggal 10 Oktober 1996. istilah

hilang atau missing diartikan belum pulang ke Alamat asal, belum dapat

dihibingi, dalam perjalanan dan / atau kemungkinan meninggal.

d. Ditahan; 136 (seratus tiga puluh enam) orang per-tanggal 3 Agustus

1996. posisi jumlah tahanan per-tanggal 12 Oktober 1996 belum

diperoleh dari instansi penyidik.

Dalam peristiwa-peristiwa tersebut diatas telah terjadi pelanggaran Hak

Azasi Manusia oleh berbagai pihak sebagai berikut:

1. Pelanggaran Azas Kebebasan Berkumpul dan Berserikat (freedom of

assembly and association).

2. Pelanggaran Azas Kebebasan dari Rasa Takut (freedom from fear).

3. Pelanggaran Azas Kebebasan Perlakuan Keji dan Tidak Manusiawi

(freedom from cruel and in human treatment).

/ 4. Pelanggaran…
8

4. Pelanggaran Azas Perlindungan Terhadap Jiwa Manusia (right to life).

5. Pelanggaran Azas Perlindungan Atas keamanan Pribadi (right to

security of person).

6. Pelanggaran Azas Perlindungan Harta Benda (right ti property), dan

seterusnya.

Lembang, Juli 2003

Drs. BAMBANG PRIYO ANDOGO


KOMPOL NRP. 64120858

Anda mungkin juga menyukai