Anda di halaman 1dari 12

MARKAS BESAR

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN

TINDAKAN MAIN HAKIM SENDIRI


OLEH MASYARAKAT TERHADAP ORANG
YANG DIDUGA MELAKUKAN TINDAK PIDANA

I. POKOK PERMASALAHAN
“Bagaimana tindakan main hakim sendiri oleh masyarakat terhadap orang
yang diduga melakukan tindak pidana”

I. POKOK-POKOK PERSOALAN
1. Bagaimana terjadinya tindakan main hakim sendiri oleh masyarakat ?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi serta dampak terjadinya
tindakan main hakim sendiri ?
3. Bagaimana orang yang diduga melakukan tindak pidana ?
4. Bagaimana peran Polri dalam mengantisipasi terjadinya tindak main
hakim sendiri ?

II. POKOK-POKOK PEMECAHAN MASALAH

1. Terjadinya tindakan main hakim sendiri oleh masyarakat

a. Latar belakang

Berbagai perkembangan lingkungan strategis sebagai


akibat pengaruh global regional dan nasional mengakibatkan
munculnya berbagai permasalahan dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Seiring dengan hal
tersebut di akhir abad XIX bangsa Indonesia yang dipelopori
oleh para mahasiswa menuntut diberlakukannya reformasi total
dalam berbagai kehidupan berbangsa dan bernegara.
2

Salah satu tuntutan dalam reformasi tersebut adalah


penegakan hukum yang berdampak munculnya berbagai
tindakan main hakim sendiri yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana maupun
penyerangan kepada kantor-kantor Polri sebagai aparat yang
paling dekat dengan masyarakat dan instansi yang dianggap
paling bertanggung jawab terhadap aspek penegakan hukum.

Tindakan main hakim sendiri yang dilakukan oleh


masyarakat adalah merupakan perbuatan sewenang-wenang
yang melampaui kebiasaan atas nilai-nilai serta norma-norma
yang ada dalam masyarakat itu sendiri.

Pada dasarnya setiap masyarakat menginginkan adanya


keteraturan dan ketertiban sosial yang hanya tergantung pada
jaringan peran, dimana setiap orang akan melakukan
kewajibannya terhadap orang lain dan berhak menerima haknya
dari orang lain pula.

Dengan demikian dalam bertindak, setiap orang akan


senantiasa memelihara nilai dan etika, sehingga perilaku
individu akan bermakna dan sesuai dengan harapan
masyarakat. Hal demikian itulah yang selanjutnya disebut
sebagai pranata sosial oleh para sosiolog. Pengertian pranata
sosial menunjuk pada suatu sistem nilai (kebiasaan, tata
kelakuan, hukum) yang disepakati bersama oleh anggota
masyarakat dan dijadikan pedoman bertindak dalam bertingkah
laku (Prof. Soerjono Soekanto; 1999).

Sebagai sebuah pranata sosial, sistem nilai tidaklah


statis, tetapi dinamis yaitu selalu mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan masyarakat yang semakin kompleks.
Perubahan sosial terhadap pranata akibat kemajuan teknologi,
globalisasi informasi dan reformasi politik dapat menimbulkan
keadaan anomie dalam masyarakat dan berakibat terjadinya
krisis yang dapat mengganggu kestabilan sosial diantaranya
3

adalah berupa terjadinya tindakan main hakim sendiri oleh


masyarakat.

Oleh karena itu Polri sebagai suatu lembaga pranata


sosial dalam sistem administrasi negara di Indonesia diharapkan
mampu memahami sebab-sebab terjadinya tindakan main hakim
sendiri oleh masyarakat serta dampaknya yang ditimbulkan
sehingga dapat mengambil langkah-langkah solusinya.

b. Bentuk-bentuk tindakan main hakim sendiri oleh


masyarakat

Tindakan main hakim sendiri yang dilakukan oleh


masyarakat merupakan suatu bentuk penyimpangan sosial yang
terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan sosial.
Perubahan sosial yang terjadi di Indonesia akibat tuntutan
reformasi yang terjadi pada akhir abad ke 20 telah merubah
pranata sosial yang berlaku sekaligus penyebab terpuruknya
ekonomi.

Teori anomi yang dikembangkan oleh Durkheim


dianggap tepat untuk menjawab terjadinya tindakan main hakim
sendiri oleh masyarakat. Secara sederhana anomi diartikan
sebagai ketiadaan norma. Konsep tersebut untuk menunjukan
bahwa didalam masyarakat memiliki banyak norma yang saling
bertentangan, sehingga tidak terdapat seperangkat norma atau
nilai yang dipatuhi secara tegas dan diterima secara luas yang
mampu mengikat masyarakat tersebut. Masyarakat yang anomi
tidak mempunyai pedoman bertindak yang dapat dipelajari
secara teguh oleh anggota masyarakat, karenanya anggota
masyarakat cenderung akan bertindak sesuai dengan
persepsinya sendiri.

Berbagai bentuk tindakan main hakim sendiri yang


dilakukan oleh masyarakat bangsa Indonesia yang terjadi di
berbagai tanah air antara lain :
4

1) Melakukan cara-cara paksa dengan ancaman kekerasan


dengan cara demonstrasi terhadap orang yang dianggap
telah berperilaku menyimpang yang dapat mengganggu
proses normal kelompok masyarakat serta
membahayakan bagi kelangsungan hidupnya.

2) Melakukan kekerasan dengan cara memukul/menganiaya


terhadap orang yang diduga telah melakukan tindak
pidana dengan maksud untuk memberikan efek jera
karena pengadilan dianggap sudah tidak mampu lagi.

3) Melakukan pengeroyokan, pembantaian hingga matinya


seseorang yang diduga telah melakukan tindak pidana
karena masyarakat beranggapan bahwa proses peradilan
sudah tidak bermanfaat lagi.

4) Melakukan provokasi terhadap anggota kelompok


masyarakat lainnya untuk melakukan pembalasan
terhadap orang atau kelompok lain karena ketidak-
mampuannya untuk mengatasi sendiri permasalahannya
dan kalaupun melalui proses peradilan belum tentu
permasalahan yang dihadapi akan tuntas serta
memerlukan waktu yang panjang.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi serta dampak terjadinya


tindakan main hakim sendiri

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Tindakan main hakim sendiri tidak terjadi secara tiba-tiba,


tetapi dimulai dengan peristiwa-peristiwa terdahulu dimana
pranata sosial telah dilanggar yang memunculkan masyarakat
lain untuk melakukan pengendalian sosial melalui sosialisasi,
tekanan sosial hingga pada akhirnya dengan menggunakan
kekuatan berupa tindakan main hakim sendiri.
5

Menurut pakar psikologi Neil Smelser terdapat enam


indikator yang selalu mendahului setiap agresifitas massa,
yaitu :

1) Ketidak puasan umum, dinyatakan bahwa masih banyak


anggota masyarakat merasa tidak puas terhadap
keadaan, karena disebabkan adanya ancaman terhadap
hak-hak individu yang mungkin dirampas orang, dibatasi
atau dikurangi.

2) Kesamaan ;perasaan antara anggota masyarakat,


dimana hal tersebut menyebar ke sebagian besar
anggota masyarakat tertentu yang terkait, semua orang
seakan-akan membicarakan masalah yang dirasakan
tidak memuaskan itu dan semuanya saling menunggu
siapa yang akan mulai mengambil tindakan terlebih
dahulu.

3) Kepercayaan umum tentang akan terjadinya perubahan


atau hukum Tuhan yang akan berlaku atau hukum karma
atau akan datangnya ratu adil dan sebagainya
kepercayaan yang belum tentu benar tersebut akan
menimbulkan rasa percaya diri yang sangat besar pada
kelompok masyarakat yang terkait, sehingga mereka
merasa siap untuk bertindak.

4) Sarana mobilisasi massa, dalam hal jika massa itu


terorganisasikan dengan cukup baik dan dilengkapi
dengan sarana perkembangan dan transportasi yang baik
pula, maka faktor yang memberikan peluang kepada
massa tersebut untuk segera bergerak secara serempak
dan kompak.

5) Melemahnya kontrol, terjadi jika aparat keamanan


kekurangan tenaga, sarana dan prasarana baik secara
kuantititaif maupun secara kualitatif, atau jika jumlah
permasalahan yang harus ditangani sekaligus
6

membengkak melebihi batas, maka ini memberi peluang


lebih besar untuk massa mengkonsolidasikan gerakan-
gerakannya.

6) Faktor pemicu merupakan akhir apabila tingkah laku


kelompok masyarakat tertentu yang agresif akan benar-
benar terjadi jika ada kejadian kecil yang menjadi pemicu.
Faktor ini sangat sulit untuk dapat memperhitungkan apa,
bagaimana dan kapan munculnya gejolak masyarakat,
sehingga seakan-akan terjadi secara tiba-tiba.

b. Dampak yang ditimbulkan

Tindakan main hakim sendiri adalah merupakan suatu


tindakan yang tidak dapat dibenarkan apapun motif dan
tujuannya karena sangat bertentangan dan bertolak belakang
dengan harkat dan martabat manusia sebagai khalifah di muka
bumi yang harus ditegak hormati dan dijunjung tinggi sebagai
makhluk yang paling mulia, disamping dampak yang ditimbulkan
sangat merugikan hajat hidup orang banyak karena dapat
menghilangkan nilai-nilai moral budaya dan agama sebagai
suatu pranata sosial.

Adapun dampak yang ditimbulkan dari tindakan main


hakim sendiri antara lain adalah :

1) Dampak psikologis akan menimbulkan trauma yang


mendalam bagi korban, bahkan dapat mengganggu
ingatan atau rasa rendah diri, rasa tidak percaya dan rasa
ketakutan yang luar biasa akibat apa yang dilihat ataupun
yang dialami sendiri.

2) Dampak budaya, yaitu bergesernya nilai-nilai, norma-


norma, serta sendi-sendi budaya bangsa yang dikenal
saling tolong-menolong, tenggang rasa, salih asah, asih
dan asuh serta budaya yang dikenal dengan norma-
norma / kaidah yang luhur dan berlandaskan agama.
7

3) Dampak ekonomi terhadap dunia luar / dunia


internasional, masyarakat luar / dunia internasional akan
mencap bangsa Indonesia sebagai bangsa pelanggar
hak-hak azasi manusia disamping itu mereka akan
merasa tidak aman / nyaman khususnya bagi mereka
yang melakukan bisnis dan menanamkan modalnya di
Indonesia sehingga dapat berakibat terhadap devisa
negara.

4) Dampak sosiologis, dimana masyarakat setempat


ataupun masyarakat lain yang mendengar seringnya
terjadi tindakan main hakim sendiri akan merasa takut
untuk bepergian, berbelanja ataupun melakukan kegiatan
sosial lainnya sebagai akibat apa yang di dengar,
dibicarakan, dilihat atau bahkan dirasakan sendiri.

3. Orang yang diduga melakukan tindak pidana ?

Berbagai alasan yang dapat dikemukakan oleh masyarakat,


mengapa mereka melakukan tindakan main hakim sendiri adalah
sangat beragam, disamping karena dipengaruhi oleh budaya
masyarakat yang berkembang juga karena lunturnya kepercayaan
masyarakat, kepada para aparat penegak hukum. Lebih khusus lagi
adalah melihat kepada orang yang akan dihakimi. Apakah karena
orang tersebut diduga telah melakukan tindak pidana ataupun karena
orang tersebut dianggap telah melakukan hal-hal yang merusak
tatanan sosial dan dapat mengganggu kelangsungan hidup generasi
selanjutnya.

Adapun jenis orang yang dihakimi oleh masyarakat dapat


digolongkan sebagai berikut :

a. Para pelaku tindak kejahatan yang terus menerus meresahkan


kelompok masyarakat tertentu, dan tidak pernah ada tindakan
dari aparat Polri maupun aparat lainnya.
8

b. Para pelaku kejahatan yang terus menerus melakukan


kejahatan dan telah berulangkali keluar masuk penjara, namun
belum ada tanda-tanda untuk bertobat.

c. Para pelaku tindak pidana dengan kekerasan seperti pencurian


dengan kekerasan sebagai kejahatan yang sangat mengganggu
ketentraman masyarakat.

d. Orang yang menyatakan dirinya kebal terhadap segala macam


benda tajam dan selalu mengganggu ketentraman masyarakat
di sekitarnya.

e. Orang yang berprofesi sebagai dukun dan dapat mengobati


orang sakit, ataupun dapat mendatangkan penyakit yang
mengakibatkan kematian orang lain, ataupun mencari kekayaan
dengan menggunakan korban/tumbal orang lain.

f. Orang yang melakukan perzinahan dan dilakukan dengan tidak


memindahkan norma-norma yang ada sehingga menimbulkan
keresahan pada masyarakat sekitarnya.

4. Peran Polri dalam mengantisipasi terjadinya tindak main hakim


sendiri ?

Polri sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat


sesuai tuntutan reformasi yang tertuang dalam UU No. 2 tahun 2002
tentang Polri, maka haruslah berupaya untuk mencegah, menangkal
dan meredam sekecil mungkin dampak terjadinya tindakan main hakim
sendiri oleh masyarakat dengan car melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut :

a. Pre-emtif

1) Pembinaan dan penyuluhan dalam acara-acara yang


diselenggarakan oleh masyarakat atau oleh lembaga
kepolisian (Polri), berupa bimbingan dan anjuran untuk
melaksanakan aturan hukum yang diperbolehkan dan
aturan hukum yang dilarang. Dan agar masyarakat
9

senantiasa menjaga kerukunan satu sama lainnya


dimana mereka bertempat tinggal.

2) Mengadakan/mengaktifkan forum silaturahmi Kamtibmas


guna mendapat masukan kedua belah pihak, dimana
Polri sebagai pembina Kamtibmas dan masyarakat
sebagai pelaksana menyelenggarakan keamanan
lingkungan.

3) Bekerjasama dengan tokoh agama dalam membina


umatnya untuk senantiasa menjaga mental, agar tidak
mudah terprovokasi oleh orang / kelompok yang tidak
bertanggung jawab disertai himbauan senantiasa
mengerjakan kebajikan dan menjauhi kemungkaran /
kejahilan sesuai ajaran agama.

b. Preventif

1) Melakukan patroli dialogis yang dilakukan oleh polisi yang


berseragam maupun non seragam, terhadap tempat-
tempat kegiatan masyarakat dalam rangka
menghilangkan atau mencegah bertemunya niat dan
kesempatan untuk tindak kejahatan dan kekerasan.

2) Membina Siskamling pada lingkungan tempat tinggal


penduduk serta mendapatkan masukan dari masyarakat,
tentang situasi Kamtibmas di wilayahnya dan senantiasa
menjaga persatuan dan kesatuan.

3) Melakukan razia secara tiba-tiba pada tempat-tempat


yang oleh masyarakat dianggap sebagai pusat kegiatan
pelanggaran atau tindak pidana tanpa melihat siapa
dalangnya untuk diperlakukan sesuai aturan yang
berlaku.

c. Penegakan hukum

1) Mengadakan penyelidikan terhadap kasus-kasus yang


telah terjadi berkaitan dengan tindakan main hakim
10

sendiri, yang dilakukan oleh masyarakat dan untuk


memperjelas penyidikan antara lain berisikan :

a) Indikasi-indikasi persoalan tentang terjadinya


kerusuhan massa.

b) Data Perihal adanya pelaku saksi dan barang


bukti.

c) Modus operandi yang digunakan.

d) Saran-saran penanganan tindak pidana berkaitan


dengan kasus main hakim sendiri.

2) Mengadakan penyidikan terhadap kasus-kasus berkaitan


dengan kekerasan atau main hakim sendiri, hingga tuntas
dan sesegera mungkin dilimpahkan ke Penuntut umum
(Kejaksaan) dan selanjutnya untuk proses pengadilan
oleh Kehakiman.

Polri senantiasa memantau hasil keputusan


pengadilan hingga ke lembaga pemasyarakatan, serta
mengadakan evaluasi untuk langkah-langkah
penyelidikan dan penyidikan kasus-kasus serupa.

III. PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Tuntutan reformasi yang menghendaki penegakan hukum di


segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara
menyebabkan terjadinya perubahan sosial berupa timbulnya
berbagai perilaku menyimpang di dalam masyarakat seperti
terjadinya tindakan main hakim sendiri yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok masyarakat di Indonesia.

b. Para dasarnya setiap kelompok masyarakat menginginkan


adanya keteraturan dan ketertiban sosial yang hanya tergantung
pada jaringan peran, dimana setiap orang akan melakukan
11

kewajibannya terhadap orang lain dan berhak menerima haknya


dari orang lain pula.

c. Tindakan main hakim sendiri yang dilakukan oleh masyarakat


terdiri dari berbagai bentuk dan alasan.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan main hakim sendiri


oleh masyarakat adalah faktor ketidak puasan terhadap faktor
kesamaan perasaan, kepercayaan terhadap yang maha kuasa,
sarana mobilisasi, melemahnya kontrol sosial serta faktor-faktor
pemicu.

e. Tindakan main hakim sendiri mempunyai dampak yang sangat


mendalam terhadap tatanan kehidupan dalam masyarakat
seperti dampak psikologis, budaya, sosiologi dan ekonomi.

f. Guna mengantisipasi timbulnya tindakan main hakim sendiri


oleh masyarakat maka Polri sebagai pelindung, pengayom dan
pelayan masyarakat sedini mungkin melaksanakan perannya
dibidang preemtif, preventif maupun selaku penegak hukum
agar tindakan main hakim sendiri dapat dicegah, ditangkal serta
mampu meredam dampak yang ditimbulkannya demi menjaga
kestabilan kehidupan sosial dalam masyarakat.

2. Rekomendasi

Menyikapi derasnya tuntutan reformasi yang menuntut kinerja Polri


yang lebih profesional direkomendasikan untuk setiap lembaga
pendidikan Polri agar dimasukan kurikulum penyimpangan sosial mulai
dari pendidikan pembentukan hingga pendidikan pengembangan agar
setiap anggota Polri senantiasa mengikuti perkembangan sosial serta
memahami penyimpangan-penyimpangan sosial yang terjadi hingga
mudah mencari solusinya.

Lembang, Agustus 2003


Pasis
12

Drs. R U S L A N, SH
KOMPOL NRP. 63060970

Anda mungkin juga menyukai