Anda di halaman 1dari 28

PELANGGARAN HUKUM PERSAINGAN USAHA

DALAM KETERLAMBATAN LAPORAN PENGAMBILALIHAN SAHAM OLEH


KOSPIN JASA ATAS SAHAM PT. ASURANSI TAFAKUL UMUM

KARYA TULIS ILMIAH

disusun sebagai tugas akhir pada Matakuliah


Bahasa Indonesia Kelas 05

Oleh

Andhita Dwi Ramadhani


170710101157

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2020

1
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Andhita Dwi Ramadhani
NIM : 170710101157

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul “ Pelanggran
Hukum Persaingan Usaha Dalam Keterlambatan Laporan Pengambilalihan Saham Oleh Kospin Jasa
Atas Saham PT. Asuransi Tafakul Ulum” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan
yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada instusi mana pun, dan
bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai
dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan paksaan
dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari
pernyataan ini tidak benar.

Jember, 3 Januari 2021

Yang menyatakan,

Andhita Dwi Ramadhani


NIM 170710101157

i
PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah berjudul “Pelanggran Hukum Persaingan Usaha Dalam Keterlambatan Laporan
Pengambilalihan Saham Oleh Kospin Jasa Atas Saham PT. Asuransi Tafakul Ulum ” karya Andhita
Dwi Ramadhani” telah diuji dan disahkan pada:

hari, tanggal :

tempat : Fakultas Hukum Universitas Jember.

Mengesahkan

Dosen Pengampu Matakuliah Bahasa Indonesia,

Dra. A. Erna Rochiyati S., M.Hum.


NIP 196011071988022001

ii
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pelanggran Hukum
Persaingan Usaha Dalam Keterlambatan Laporan Pengambilalihan Saham Oleh Kospin Jasa Atas
Saham PT. Asuransi Tafakul Ulum”. Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas syarat akhir pada Matakuliah Bahasa Indonesia Kelas 05.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dra. A. Erna Rochiyati S., M.Hum., selaku Dosen Pengampu Matakuliah Bahasa Indonesia;
2. Ibunda Astutik dan Ayahnda Hadi Suparto yang penulis cintai yang telah memberikan
dorongan dan doanya demi terselesaikannya karya tulis ilmiah ini;
3. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
karya tulis ilmiah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Jember, 3 Januari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. iii
PRAKATA................................................................................................................ iv
DAFTAR ISI............................................................................................................. v
BAB 1. PENDAHULUAN.......................................................................................1
Latar Belakang ........................................................................................... 1

Rumusan Masalah ....................................................................................... 5

Tujuan Penelitian........................................................................................ 5

Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5

BAB II Tinjauan Pustaka...................................................................................... 6

Pengertian Perseroan Terbatas ................................................................... 6

Koperasi...................................................................................................... 7

Hukum Persaingan Usaha........................................................................... 9

Pengambilalihan Saham ............................................................................. 10

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 12

Tipe Penelitian............................................................................................ 12

Pendekatan Penelitian ............................................................................... 12

Sumber dan Jenis Data ................................................................................ 13

Analisis Data .............................................................................................. 13

BAB VI PEMBAHASAN........................................................................................14

Pertimbangan hukum Majelis Komisi dalam memutus adanya pelanggaran dalam pengambil
alihan saham oleh Kospin JASA atas Saham PT. Asuransi Tafakul
Umum ...................................................................................................................... 14

Akibat hukum atas putusan pelanggaran dalam pengambilalihan saham oleh Kospin JASA
atas Saham PT. Asuransi Tafakul Umum..................................................................17

iv
BAB V PENUTUP………..……………………………………………………… 19

DAFTAR PUSTAKA............…………………………………………………...... 21

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman dan pekmbangan tekonologi mengakibatkan adanya perubahan


fenomena perekonomian dunia. Hal ini diliat dari banyaknya dan bebasnya arus
perdagangan modal, barang, dan jasa antar negara. Selain itu globalisasi pada
pereknomian dunia diwarnai dengan adanya kemajuan layanan-layanan keuangan yang
berbasis internet.
Munculnya Financial Technology pada industri lembaga keuangan telah mengalami
perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat. Fintech adalah sebuah sebutan yang
disingkat dari kata ‘financial’ dan ‘technology’ yang artinya adalah sebuah inovasi di
dalam bidang jasa keuangan. Fintech menawarkan inovasi yang sangat luas pada layanan
keuangan yang terdapat dalam berbagai segmen baik itu B2B (Business to Business)
hingga B2C (Business to Consumer).
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa yang
mengatur mengenai fintech yang tidak diperkenankan dan dilarang bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah serta dengan ketentuan akad yang syariah sehingga diperbolehkan
dalam tranksasi pada fintech yaitu Fatwa DSN-MUI Nomor 117/DSN-MUI/II/2018.
Sehingga fatwa ini memperkuat perlindungan hukum bagi perusahaan fintech syariah
dalam mengeluarkan produk-produk layanan keuangan syariah hal ini membuat sejumlah
perusahaan fintech syariah telah mendaftar pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan tidak
akan menutup kemungkinan bahwa perusahaan fintech di Indonesia akan terus
berkembang.
Selain itu fintech telah merambah pada bisnis industri keuangan syariah. Pemerintah
Indonesia menyatakan fintech berbasis syariah dapat menjadi katalisator untuk
mendorong pertumbuhan industri keuangan syariah. Perkembangan Fintech
memunculkan adanya sistem layanan crowdfunding melalui jejaring internet. Konsep
crowdfunding sendiri merupakan salah satu layanan di bidang pembiayaan dengan
pengumpulan dana yang berasal dari sejumlah individu atau masyarakat, maupun
organisasi yang kemudian akan terkumpul menjadi dana dengan jumlah yang besar dan

1
signifikan. Pengumpulan dana pada crowdfunding menggunakan paltform website pada
jejaring internet sehingga dapat lebih mudah pengaksesannya.
Crowdfunding dengan prinsip syariah telah muncul di Singapura dalam bentuk Ethics Pte
yang sudah berdiri sejak Maret 2014. Ethics Pte telah berhasil mengumpulkan dana 2,5 juta dolar
Singapura (Rp 24,2 miliar) untuk membiayai pembelian rumah baru terjangkau di Indonesia.
Dalam konteks tersebut, maka dana yang terkumpul dari crowdfunding harus bebas riba
karena akan digunakan untuk mengembangkan produk-produk perbankan syariah. Selanjutnya,
dalamimplementasinya,perlu penggunaan mekanisme crowdfunding yang sesuai aturan dan
syariat Islam agar terbebas dari unsur maghrib (maysir, gharar, riba). Kesesuaian dengan syariat
sebagaimana dimaksud di atas, merupakan perlindungan khusus syariah bagi nasabah perbankan
syariah. Artinya, ialah berupa terjaminnya penerapan prinsipprinsip syariah baik dari
produkproduk yang ditawarkan maupun dalam pelaksanaannya. 8 Untuk menilai sejauh mana
kesesuaian aturan dan syariat Islam dalam konsep crowdfunding-syariah, maka perlu ada analisis
lebih mendalam mengenai konsep tersebut dilihat dari perspektif shariah compliance (kepatuhan
syariah).

Persaingan Usaha merupakan hal-hal yang baik apabila dilakuakan sesuai dengan
cara-cara yang benar dan sehat menurut peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Dalam perekeonomian persaingan usaha merupakan tanda bahwa terdapat kebebasan
yang luas kepada semua pelaku usaha suapaya dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan
bisnis yang dijalankan menurut aturan-aturan bisnis yang sudah diatur dan tidak
betentangan dengan peraturan dan ketetuan-ketentuan hukum yang berlaku.

Timbul suatu permasalahan ketika aktivitas usaha yang dilakukan pelaku usaha
justru menimbulkan kerugian pada pihak-pihak yang lain, baik pelaku usaha yang
merupakan pesaingnya maupun konsumen. Sehingga hal in harus dicegah dan diantisipasi
karena dapat menciptakan suatu persaiangan usaha yang tidak sehat. Untuk itu
dibutuhkan suatu aturan dan ketentuan yang dapat mengontrol dari setiap kegiatan dan
aktivitas usaha dari pelaku usaha supaya tidak merugikan para pelaku usaha lainnya.
Dengan itulah dibentuk suatu peraturan perudang-undangan yang membatasi kegiatan
yang tidak diperbolehkan oleh para pelaku usaha untuk menciptakan suatu persaingan
usaha yang sehat yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

2
Salah satu tindakan yang dapat menimbulkan terjadinya praktik monopoli yaitu
yang merupakan ppraktik persaiangan usaha yang tidak sehat yaitu pengambilalihan
saham (Akuisisi) Perusahaan sehingga dilarang dalam UU No. 5 Tahun 1999 tetang
Larangan Praktik Monopoli dan persaiangan usaha Tidak Sehat( UU Anti Monopoli ).
Pengambilalihan saham perusahaan (akuisisi) meupakan bentuk tindakan yang dilakukan
oleh pelaku usaha untuk mengambilalih saham pada perusahaan lain baik sebagian saham
atau seluruhnya yang menyebabkan berubahnya pengendalian terhadap perusahaan
terebut. Pengambilalihan saham perusahaan (akuisisi) juga merupakan suatu strategi yang
dilakuakan oleh pelaku usaha untuk memperluas ruang lingkup aktivitas usaha dari
pelaku usaha yang telah melakukan akuisisi. Pelaku usaha yang melakukan
pengambilalihan saham (akuisisi) merupakan pilihan yang diambil untuk keuntungan
perusahaannya seperti pelaku usaha yang ingin memperlebar jaringan dalam kegiatan
usahanya. Pengambilan alihan saham juga merupakan salah satu cara bagi pelaku usaha
dala mempuas pangsa pasar untuk mendapatkan pendapatan yanglebih tinggi dalam kurun
waktu yang singkat.

Pengambilalihan saham dapat menimbulkan dampak negatif pengambilalihan


saham dialkukan untuk mempeluas dan melahirkan kekuatan pasar (market power) dan
dapat menciptakan perusahaan yang mengendalikan dapat meninggikan harga diatas
harga dalam kompitisi pasar dan selain itu perusahaan pengendali dapat mengurangi
jumlah kuantitas barangnya dalam peredarannya. Hal ini sangat merugikan para
konsumen dan juga dapat mengancam pelaku usaha kecil yang juga melakukan aktivitas
usaha dalam lingkar pasar dengan perusahaan pengendali. Namun demikian
sesungguhnya kegiatan pengambilalihan saham perusahaan dapat diperbolehkan selama
tetap sesuai dengan aturan yang ada di dalam pasal 28 UU Anti Monopoli dan tidak
menyebabkan terjadinya praktik monpoli atau persangan usaha yang tidak sehat.

Ketentuan tersebut berbeda dengan praktik sesungguhnya sehingga masih terdaat


para pelaku usaha yang melakukan praktik monopoli dengan menjadikan
pengambilalihan saham sebagai pilihannya untuk menguasai pasar. Sehingga dapat
menyebabkan terjadinya hal yang fatal yaitu merugikan para pelaku usaha kompetitor dan
konsumen karena perusahaan pengendali meniggikan harga dan mengendalikan jumlah
produknya yang beredar. Supaya pengambilalihan saham perushaan tidak menyebabkan
praktik mopoli maka telah diatur dalam Pasal 29 Ayat (1) UU Anti Monopoli yang
menentukan bahwa pengambilalihan saham perusahaan yang nilai aset dan/atau nilai

3
penjualannya melebihi jumlah tertentu wajib dilaporkan kepada Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) paling lambat 30 (tiga puluh hari) setelah dilakukan
pengambilalihan saham. Sehingga dengan adanya ketentuan tersebut maka diharapkan
dapat mengurangi dan tidak ada tindakan praktik pengambilalihan saham (akuisisi) yang
dapat menyebabkan praktik monopoli.

Tetapi tidak demikian halnya yang terlaksana dalam kegiatan persaiangan usaha,
tidak sepenuhnya amanah yang tedapat pada pasal 29 UU Anti Monopoli dapat
terealisasi. Karena dalam perkembangannya masih ditemukan para pelaku usaha yang
lalai dalam menunaikan kewibannya yaitu untuk melakukan pemberitahuan kepada
KPPU bahwa telah dilakukan pengambilalihan saham. Salah satunya yaitu pada kasus
keterlambatan laporan pemberitahuan pengambilalihan saham oleh Koperasi Simpan
Pinjam JASA atas saham PT. Asuransi Tafakul Umum. Bahwa Terlapor pengambilalihan
sebesar 47,5 Miliyar rupiah dan nilai penjualannya setelah pengambilanalihan saham
sebesar Rp. 6.775.657.899.357. Nilai aset tersebut telah melebihi ketentuan dalam pasal 5
PP no. 57 tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 2.500.000.000.000,00 sehingga Kospin JASA
harus melaporkan Pengambilalihan sahamny atas PT Asuransi Tafakul Umum kepada
KPPU sesuai dengan pasal 29 UU Anti Monopoli yaitu paling lambat 30 hari terhitung
sejak dilakukannya pengambilalihan saham. Fakta bahwa masih ditemukan pelaku usaha
yang belum menyadaari pentingnya untuk melakukan pelaporan terkait pemberitahuan
pengambil alihan saham, seperti pada pelanggaran yang dilakukan oleh Kospin JASA.
Tak lain tujuan dari pemberitahuan pengambilan saham yaitu untuk mencegah supaya
pengambilalihan saham tidak terindikasi pada praktik monopoli yang meupakan
persaiangan usaha tidak sehat.

Kelalaian Kospin JASA dalam memenuhi kewajibannya untuk melakukan laporan


atau pemberitahuan pengambilalihan saham atas Saham PT Asuransi Tafakul Umum,
dapat memberikan sebuah dampak kepada pesaing atau pelaku usaha lainnya dan juga
dapat memberi dampakkepada konsumen. Selain itu, dampak negatif juga dirasakan oleh
Kospin JASA yang melakukan pengambilalihan saham, apabila pengambilan saham
tersebut mengakibatkan adanya praktek monopoli atau persaiangan usaha yang tidak
sehat dan dapat memberikan kerugian sendiri kepada Kospin JASA sebagai
pengambilalih saham.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut di atas, maka dapat ditarik beberapa
rumusan masalah sebagai berikut

- Bagaimana pertimbangan hukum Majelis Komisi dalam memutus adanya pelanggaran


dalam pengambilalihan saham oleh Kospin JASA atas Saham PT. Asuransi Tafakul
Umum ?
- Bagaimana akibat hukum atas putusan pelanggaran dalam pengambilalihan saham
oleh Kospin JASA atas Saham PT. Asuransi Tafakul Umum ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Untuk menganalisis pertimbangan hukum Majelis Komisi dalam memutus adanya
pelanggaran dalam pengambilalihan saham oleh Kospin JASA atas Saham PT.
Asuransi Tafakul Umum;
- Untuk mengetahui akibat hukum atas putusan pelanggaran dalam pengambilalihan
saham oleh Kospin JASA atas Saham PT. Asuransi Tafakul Umum.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Secara teoretis, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam
pengembangan ilmu hukum, khususnya dalam kajian hukum persaingan usaha.
- Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan dalam menentukan
kebijakan menyangkut pengambilalihan saham perusahaan dalam perspektif hukum
persaingan usaha.

5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perseroan Terbatas (PT)

Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982


tentang Wajib Daftar Perusahaan (UU Wajib Daftar Perusahaan) pada Pasal 1 Huruf b
pengertian perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha
yang bersifat tetap dan terus-menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan
dalam wilayah negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan
dan/atau laba. Sehingga apabila mengacu pada pengertian pada UU tersebut perusahaan
yaitu meliputi bentuk-bentuk usaha dan juga jenis usaha. Perusahaan yiatu sebuah badan
usaha yang melakukan kegiatan dan aktivitas usaha di bidang perekonomian baik
kegiatan dalam keuangan, kegiatan industri dan juga kegiatan dalam perdagangan.
Kegiatan usaha tersebut dilakukan secara terus menerus (continue) dan teratur yaitu
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau laba.

Menurut Abdul Kadir Muhammad mengklasifikasi mengenai perusahaan yaitu


dapat diklasifikan yang dilihat daripada jumlah pemilik perusahaan dapat
diklasifikasikan menjadi dua aitu perusaaahn perseorangan dan perusahaan persekutuan.
Apabila berdasarkan bentuk hukumnya maka perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi
perusahaan yang berbadan hukum dan perusahaan bukan badan hukum. Sedangkan
apabila dilihat dari status pemilik perusahaan, perusahaan diklasifikasikan menjadi dua
yaitu perusahaan milik negara dan juga perusaaan milik swasta.

Berdasarkan pengklasifikasian diatas, pembahasaan kali ini yaitu merujuk pada


istilah dari perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas. Berdasarkan dengan Pasal 2
Ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010 bahwa bahwa yang dimaksud
dengan perusahaan adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum Perseroan
Terbatas.

Perseroan Terbatas (PT) dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV)yaitu


persekutuan yang menjalankan usahanya yang telah mempunyai modal berasal dari
saham-saham, dan pemiliknya mempunyai kepemikikan bagian sesuai saham yang
dimiliki. Perubahan dalam kepemilikan daha tidak perlu membubarkan perusahaannya
karena modal yang didapat perusahaan berupa saham-saham yang diperjualbelikan.

6
Perseroan Terbatas (PT) merupakan perserikatan beberapa pengusaha swasta menjadi
satu kesatuan untuk mengelola usaha bersama, dimana perusahaan memberikan
kesempatan kepada masyarakat luas untuk menyertakan modalnya ke perusahaan dengan
cara membeli saham perusahaan.

Perseroan Terbatas (PT) merupakan badan hukum perusahaan yang paling tinggi
diminati dan paling banyak digunakan oleh para pengusaha. Terdapat dasar hukum
Perseroan Terbatas (PT) yaitu pada Undang-Undang No. . 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas yang didalamnya mencantumkan tentang definisi Perseroan Terbatas
(PT) bahwa “Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan
perjanjian yang melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta
peraturan pelaksanaannya.”

Dari Pengertian di atas dapat kita kemukaan hal-hal penting sebagai berikut :

a. Perseroam Terbatas merupakan suatu badan hukum perusahaan untuk


menjalankan suatu aktivitas dan kegiatan usaha.
b. Perseroan Terbatas didirikan berdasarkan suatu perjanjian antara para pihak
yang terlibat didalamnya
c. Perseroan Terbatas didirikan berdasarkan kegiatan atau adanya aktivitas
ekonomi dan/atau usaha tertentu.
d. Modal dalam Perteroan Terbatas yaitu dalam bentuk saham.
e. Perseroan Terbatas wajib mentaati persyaratan yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
2.2 Koperasi

Menurut Rudianto dalam bukunya yang berjudul Akutansi Koperasi, koperasi


adalah perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang
meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukan sebuah badan usaha
yang dikelola secara demokratis. Dalam Undang-UndangNomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian mendefiniskan koperasi, Koperasi meruapakan badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasar atas asas kekeluargaan.

7
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 04 Tahun 2012 juga
mendefinisikan pengertian koperasi yaitu bahwa koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan berlandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan asas kekeluargaan. Sebagaimana pengertian tersebut sehingga
disimpulkan pengertian koperasi yaitu suatu badan usaha yang beranggotakan orang-
seorang atau badan hukum Koperasi yang dalam menjalankan kegiatan dan aktivitas
usahanya berdasarkan asas kekeluargaan yang bertujuan mensejahterakan anggota
Koperasi dan masayarakat sehingga dapat meningkatkan perekonomian nasional.

Jenis Koperasi di Indonesia yaitu karena kebutuhan dalam masyarakat yang


bermacam-macam sehingga terdapat pula jenis-jenis koperasi yang dalam penyediaannya
aktvitas ekonominya berbeda pada setiap jenis koperasi. Sehingga jenis koperasi hadir
bersama dengan bermacam-macamnya jenis usaha dalam masyarakat untuk
memudahkan kebutuhan. Anorga dan Widyawati dalam bukunya menjelaskan jenis-
jenis koperasi terbagi menjadi 5 jenis, adapun jenisnya antara lain :

Dasar jenis koperasi Indonesia adalah kebutuhan suatu golongan dalam masyarakat
yang homogen karena kesamaan aktivitas dan ekonominya. Berbagai jenis koperasi lahir
seirama dengan aneka jenis usaha untuk memperbaiki kehidupan. Menurut Anorga dan
Widyawati (2007:192), bahwa secara garis besar jenis koperasi yang dapat dibagi
menjadi 5 (lima) golongan:

1. Koperasi Knsumsi yaitu koperasi yang tiap orang anggotanya memiliki


keperluan langsung pada konsumsi.
2. Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi Kredit adalah koperasi yang
menjalankan kegiatan usahanya dalam bentuk permodalan dari tabungan-
tabungan para anggotanya secara rutin dan terus-menerus, kemudian
dipinjamkan kepada para anggota koperasi melalui proses yang mudah, cepat,
murah dan terpatpada tujuan mensejahterakan anggotanya.
3. Koperasi Produksi adalah koperasi yang menjalankan kegiatan usahanya
dalam bidang ekonomi produksi atau pembuatan produk dan penjualan barang,
kegiatan usahanya dapat dilakukan oleh koperasi sebagai organisasina maupun
orang-orang sebagai anggota Koperasi.

8
4. Koperasi Jasa Koperasi Jasa yaitu Koperassi yang kegiatan usahanya dalam
bidang penyediayaan jasa tertentu bagi anggota koperasi maupun bagi
masyarakat umum.
5. Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang kegiatan usahanya terdapat aneka
macam dalam penyediaan kegiatan ekonominya yang sesuai dengan
kepentingan para anggota.
2.3 Hukum Persaingan Usaha

Hukum Persaiangan Usaha menurut Arie Siswanto yaitu instrumen hukum yang
menentukan tentang bagaimana persaingan itu harus dilakukan. Sedangkan Hukum
Persaiangan Usaha menurut Christopher Pass dan Bryan Lowes yang juga disebutkan
Competition Law adalah bagian dari perundang-undangan yang mengatur tentang
monopoli, penggabungan dan pengambilalihan, perjanjian perdagangan yang membatasi
dari praktik anti persaingan. Sehingga secara umum, hukum persaingan usaha dapat
didefinisikan sebagai sekumpulan aturan yang mengatur tentang persaingan usaha

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di atas, sehingga dapat


disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hukum persaingan usaha yaitu hukum yang
mengatur mengenai semua hal yang berkaitan dengan kegiatan persaingan usaha, mulai
dari hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pelaku usaha seperti praktik monopoli,
penyalagunaan posisi dominan, perjanjian yang dinyatakan terlarang oleh undang-
undang serta penegakan hukum persaingan usaha.

Selain definisi dari Monopoli, UU Anti Monopoli juga memberikan pengertian


dari praktik monopoli, yaitu suatu pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih
pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran barang dan
atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum. Sehingga dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa
pada dasarnya terdapat 3 (tiga) unsur dari praktik monopoli, yaitu:

a. Adanya pemusatan kekuatan ekonomi;


b. Pemusatan kekuatan tersebut berada pada satu atau lebih pelaku usaha,
dan
c. Pemusatan kekuatan ekonomi tersebut menimbulkan persaingan usaha
tidak sehat dan merugikan kepentingan umum.

9
2.4 Pengambilalihan Saham
Salah satu bentuk kegiatan yang biasa dilakukan oleh pelaku usaha yang dapat
menimbulkan posisi dominan adalah kegiatan pengambilalihan saham perusahaan atau
yang dikenal dengan istilah akuisisi, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 28 UU Anti
Monopoli. Pasal 28 Ayat (2) UU Anti Monopoli menentukan bahwa pelaku usaha dilarang
melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain apabila tindakan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

2.4.1 . Pengertian dan Penggolongan Saham


Istilah saham berasal dari bahasa Inggris, yaitu share. Pengertian saham dapat
dianalisis dari pengertian yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan
dan pandangan ahli atau doktrin. Pengertian saham diatur dalam Pasal 60 Ayat (1)
UU Perseroan Terbatas, yaitu benda bergerak dan memberikan hak kepada
pemiliknya. Saham juga diartikan sebagai tanda penyertaan modal pada suatu
Perseroan Terbatas.
Saham dapat dikualifikasi menurut namanya, haknya, dan menurut nilainya.
Saham menurut namanya dibagi menjadi dua macam yaitu saham atas nama dan
atas tunjuk. Saham atas haknya merupakan saham yang didasarkan pada hak-hak
yang akan diterima pemegang saham. Saham atas haknya digolongkan menjadi dua
macam yaitu saham biasa dan saham istimewa. Hak-hak itu meliputi hak atas
menerima dividen, memperoleh bagian kekayaan jika perusahaan dilikuidasi
setelah dikurangi semua kewajiban perusahaan. Saham menurut nilainya
merupakan penggolongan saham atas dasar harga. Saham menurut nilai dibagi
menjadi tiga macam, yaitu:
a. nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum pada saham tersebut;
b. nilai efektif, yaitu nilai yang tercantum pada kurs resmi kalau saham tersebut
diperdagangkan di bursa; dan
c. nilai intrinsik, yaitu nilai saham pada likuidasi.
2.4.2 Pengertian Pengambilalihan Saham
Pelaku usaha sebagai subjek ekonomi senantiasa berupaya untuk
memaksimalkan keuntungan dalam menjalankan kegiatan usahanya (maximizing
profit). Memaksimalkan keuntungan akan diupayakan oleh pelaku usaha dengan
berbagai cara, dan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh pelaku usaha adalah
dengan metode pengambilalihan, baik pengambilalihan saham perusahaan

10
(acquisition of stock) maupun pengambilalihan aset perusahaan (acquisition of
asset). Maksimalisasi keuntungan diharapkan dapat terjadi karena dengan strategi
bisnis ini pelaku usaha atau kelompok usaha dapat menciptakan efisiensi dan
memperluas pangsa pasar.
Secara sederhana, acquisition atau yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dan dipakai dalam peraturan perundang-undangan dengan istilah
“pengambilalihan” dapat diartikan sebagai “the act or an instance of combining or
uniting” (tindakan atau perbuatan menggabungkan atau menyatukan). Akuisisi juga
bermakna pengambilalihan suatu kepentingan pengendalian perusahaan oleh suatu
perusahaan lain. Dalam dunia hukum dan bisnis, yang dimaksud dengan akuisisi
adalah setiap perbuatan hukum untuk mengambil alih seluruh atau sebagian besar
saham dan/atau aset dari perusahaan lain.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian


Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis
normatif. Penelitian yuridis normatif mengkaji dan menganalisis hukum yang
dikonsepkan sebagai norma atau peraturan yang berlaku dalam suatu masyarakat yang
sudah menjadi acuan perilaku setiap masyarakat, namun dalam penelitian ini tidak
mengkaji dalam hal pelaksanaan atau implementasi hukumnya. Norma hukum yang
berlaku itu berupa norma hukum positif tertulis yang dibentuk oleh lembaga perundang-
undangan yang berwenang, kodifikasi, undang-undang, peraturan pemerintah, norma
hukum tertulis bentukan lembaga peradilan, atau norma hukum tertulis buatan pihak-
pihak yang berkepentingan yang berupa kontrak dan dokumen hukum.

Tipe penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif yang memaparkan dan
bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang
berlaku, mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi
dalam masyarakat. Dalam hal ini penellitian dilakukan dengan cara mengkaji dan
menganalisis terhadap putusan KPPU Nomor : 02/KPPU-M/2018, pada peraturan
perundang-undangan, teori-teori hukum dan juga pada literatur-literatur yang terdapat
hubungannya dengan adanya alasan KPPU dalam menetapkan dugaan pelanggaran
hukum pengambilalihan saham pada kasus pengambilalihan saham PT Asuransi
Tafakkul Umum oleh Kospin JASA dan pertimbangan hukum Majelis komisi KPPU
dalam memutus adanya pelanggaran hukum pengambilalihan saham yang dialakukan
oleh Kospin JASA.

3.2 Pendekatan Penelitian


Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian hukum
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan
dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan
dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian
ini pendekatan yang akan digunakan yaitu pendekatan yuridis normatif sehingga
diperlukan untuk malakuakan penelitian dengan mengembangkan ilmu pengetahuan
yang ada melalui peraturan-peraturan yang berlaku dalam masyarakat dan literatur yang

12
berhubungan dengan adanya pelanggaran hukum persaingan uasaha pengambilalihan
saham.

3.3 Sumber dan Jenis Data


1. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang mengikatdigunakan sebagai data untuk
penulisan dalam penelitian ini. Adapaun bahan hukum primer dalampenelitian ini antara
lain:

a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia


b. UU No. 5 Tahun 1999 tetang Larangan Praktik Monopoli dan persaiangan
usaha Tidak Sehat( UU Anti Monopoli ).
c. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 Penggabungan atau Peleburan
Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan
d. Putusan KPPU Nomor 02/KPPU-M/2018

2.Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder dalah data yang dipergunakan dalam menjawab permasalahan
yang ada dalam penelitian ini melalui studi kepustakaan. Bahan hukum sekunder
diperoleh dengan cara studi dokumen, mempelajari permasalahan dari buku-buku,
literatur, makalah dan kamus hukum dan bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan
materi ditambah lagi dengan kegiatan pencarian data menggunakan internet.

3. Bahan hukum tersier,

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan tambahan atau
dukungan data yang telah ada pada bahan hukum primer dan bahan sekunder.

3.4. Analisis Data


Bahan hukum yang diperoleh kemudian dianalisis secara metode kualitatif yaitu
dalam pemaparan kenyataan – kenyataan yang di dasarkan dalam hasil penelitian. Dari
analisis tersebut, kemudian dilanjutkan dengan menarik kesimpulan secara umum untuk
menjawab permasalahan yang diajukan.

13
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pertimbangan Hukum Majelis Komisi Dalam Memutus Adanya Pelanggaran


Dalam Pengambilalihan Saham Oleh Kospin JASA Atas Saham PT. Asuransi
Tafakul Umum.

Tindakan pengambilalihan saham disadari atau tidak akan memengaruhi persaingan


antar para pelaku usaha di dalam pasar bersangkutan yang dapat memberi dampak
negatif bagi konsumen dan persaingan usaha itu sendiri. Oleh karena itu, pengaturan
terkait pengambilalihan saham perusahaan dibuat sedemikian rupa agar tindakan tersebut
tidak menimbulkan posisi dominan yang berujung pada terjadinya praktik monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Sebenarnya, tindakan pengambilalihan saham
perusahaan dilakukan oleh pelaku usaha bertujuan untuk mengembangkan usaha dan
meningkatkan efisiensi, namun tindakan tersebut juga dapat memberikan dampak
terhadap dunia persaingan usaha.

Tindakan pengambilalihan saham yang dilakukan oleh pelaku usaha dapat


menimbulkan adanya konsentrasi pasar yang tinggi, sehingga dapat menimbulkan
kekhawatiran dengan maraknya tindakan pengambilalihan saham dapat menciptakan
pasar yang bersifat oligopolistik bahkan yang bersifat monopolistik. Terciptanya pasar
yang bersifat oligopolistik maupun monopolistik akan mengakibatkan pasar hanya
dikuasai oleh beberapa pihak saja sehingga memberikan kesempatan yang besar bagi
pelaku usaha untuk melakukan perjanjian maupun kegiatan yang dilarang oleh UU Anti
Monopoli. Untuk itulah, diperlukan adanya pengawasan terhadap tindakan
pengambilalihan saham agar tindakan tersebut dapat dikontrol dengan baik sehingga
tidak menimbulkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Bentuk
pengawasan yang ada terkait tindakan pengambilalihan saham telah diatur dalam Pasal
29 UU Anti Monopoli yaitu dalam bentuk post notification, yaitu kewajiban bagi pelaku
usaha untuk melakukan pemberitahuan pengambilalihan saham perusahaan kepada
KPPU setelah dilakukannya pengambilalihan saham.

Dalam Pasal 29 UU Anti Monopoli ditentukan bahwa pelaku usaha yang melakukan
tindakan pengambilalihan saham yang mengakibatkan nilai aset dan/atau nilai
penjualannya melebihi jumlah tertentu wajib diberitahukan kepada komisi paling lambat

14
30 (tiga puluh) hari kerja sejak dilakukannya tindakan pengambilalihan tersebut.
Berdasarkan rumusan pasal tersebut, dapat dilihat bahwa pelaku usaha yang memiliki
kewajiban.

Pada Kasus degaan pelanggaran persaingan usaha pengambilan saham yang dilakukan
oleh Kospin JASA terhadap saham PT Asuransi Tafakul Umum (ATU) dalam putusan
KPPU Nomor 02/KPPU-M/2018 memenuhi kriteria pemberitahuan yang wajib
dilaporkan kepada KPPU dan kewajiban tersebut harus telah dilaksanakan selambat-
lambatnya terhitung 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal efektif yuridis
pengambilalihan saham sesuai dengan pasal 29 UU Monopoli bahwa pengambilalihan
saham PT ATU oleh Kospin JASA telah berlaku efektif secara yuridis sejak tanggal 8
Januari 2018 berdasar ditandatangani Notaris per tanggal 8 Januari 2018 karena itu,
Kospin JASA harus melakukan pemberitahuan kepada KPPU atas pengambilan saham
PT. ATU selambat-lambatnya pada tanggal 19 Februari 2018. Namun Kospin JASA
Kospin JASA baru melakukan pemberitahuan kepada KPPU pada tanggal 16 Maret
2018. Dengan demikian, Kospin JASA telah melakukan keterlambatan pemberitahuan
pengambil alihan saham selama 19 (sembilan belas) hari.

Dugaan Pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 dan Pasal 5


Peraturan Pemerintah Nomor. 57 Tahun 2010.

Dalam Pasal 29 Undang-UndangNomor 5 Tahun 1999 berbunyi :

Pasal 29
(1) Penggabungan atau peleburan badan usaha, atau pengambilalihan saham sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 yang berakibat nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi
jumlah tertentu, wajib diberitahukan kepada Komisi, selambat-lambatnya selama 30 hari
sejak tanggal penggabungan, peleburan atau pengambilalihan tersebut.
(2) Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau nilai penjualan serta tata cara
pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Sehingga dalam pasal tersebut menjelaskan bahwa pelaku usaha wajib
memberitahukan dan melaporkan pengambilalihan saham selambat-lambatnya adalah 30
hari kerja sejak pengambilalihan saham tersebut kepada KPPU. Apabila melewati waktu
tersebut secara hukum telah melanggar dan melakukan keterlambatan. Seperti pada pasal
29 Undang- Undang Nomor 5 ayat 2 menjelaskan bahwa dalam Peraturan Pemerintah

15
telah diatur tentang nilai aset dan atau nilai penjualan serta tata cara pemeberitahuan
kepada Komisi. Sebagaimana dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintan No. 57 tahun 2010
yang menyebutkan bahwa :
(1) Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham
perusahaan lain yang berakibat nilai aset dan/atau nilai penjualannya melebihi jumlah
tertentu wajib diberitahukan secara tertulis kepada Komisi palinglama 30 (tiga puluh)
hari kerja sejak tanggal telah berlaku efektif secara yuridis Penggabungan Badan Usaha,
Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham perusahaan

(2) Jumlah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. nilai aset sebesar Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar rupiah); dan/atau

b. nilai penjualan sebesar Rp5.000.000.000.000,00 (lima

triliun rupiah).

(3) Bagi Pelaku Usaha di bidang perbankan kewajiban menyampaikan pemberitahuan


secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku jika nilai aset melebihi
Rp20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun rupiah).

(4) Nilai aset dan/atau nilai penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dihitung berdasarkan penjumlahan nilai aset dan/atau nilai penjualan dari:

a. Badan Usaha hasil Penggabungan, atau Badan Usaha hasil Peleburan, atau Badan
Usaha yang mengambilalih saham perusahaan lain dan Badan Usaha yang diambilalih;
dan

b. Badan Usaha yang secara langsung maupun tidak langsung mengendalikan atau
dikendalikan oleh Badan Usaha hasil Penggabungan, atau Badan Usaha hasil Peleburan,
atau Badan Usaha yang mengambilalih saham perusahaan lain dan Badan Usaha yang
diambilalih.

tanggal 8 Januari 2018, seluruh saham PT ATU sejumlah 50.0000 (lima puluh ribu)
lembar saham dimiliki oleh:
a. Kospin JASA memiliki sebanyak 47.500 (empat puluh tujuh ribu lima ratus) lembar saam
dengan nominal Rp. 47.500.000.000,- (empat puluh tujuh Miliar lima ratus rupiah );

16
b. M Andy Arslan Djunaid memiliki sebanyak 1250 (seribu dua ratus lima puluh) lembar
salahm atau senilai 1.250.000.000 (satu miliyar dua ratus lima puluh juta rupiah); dan
c. Bahroji memiliki sebanyak 1250 (seribu dua ratus lima puluh) lembar salahm atau senilai
1.250.000.000 (satu miliyar dua ratus lima puluh juta rupiah).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kospin JASA memilikisaham 95% pada PT ATU.
Dengan Koperasi Simpan Pinjam JASA atas saham PT. Asuransi Tafakul Umum.
Bahwa Terlapor pengambilalihan sebesar 47,5 Miliyar rupiah dan nilai penjualannya
setelah pengambilanalihan saham sebesar Rp. 6.775.657.899.357. Nilai aset tersebut
telah melebihi ketentuan dalam pasal 5 PP no. 57 tahun 2010 yaitu sebesar Rp.
2.500.000.000.000,00 sehingga Kospin JASA harus melaporkan Pengambilalihan
sahamny atas PT Asuransi Tafakul Umum kepada KPPU sesuai dengan pasal 29 UU
Anti Monopoli yaitu paling lambat 30 hari terhitung sejak dilakukannya
pengambilalihan saham.

4.2 Akibat Hukum Atas Putusan Pelanggaran Dalam Pengambilalihan Saham Oleh
Kospin JASA Atas Saham PT. Asuransi Tafakul Umum.
Akibat hukum merupakan akibat yang diberikan oleh hukum atas suatu
tindakan atau yang dilakukan oleh subjek hukum. Menurut Achmad Ali, akibat
hukum ada 3 macam, yaitu akibat hukum berupa lahirnya, berubahnya atau lenyapnya
suatu kaidah hukum tertentu, akibat hukum berupa lahirnya, berubahnya atau
lenyapnya suatu hubungan hukum tertentu, dan akibat hukum berupa sanksi. Terkait
akibat hukum terhadap tindakan pelaku usaha dalam kasus ini adalah Kospin JASA,
dalam Undang-Undang Anti Monopoli sendiri telah mengatur akibat hukum berupa
sanksi, yaitu sanksi administratif . Sebelum melangkah lebih lanjut mengenai akibat
hukum bagi perusahaan atas tindakan pengambilalihan saham perusahaan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, akan
dijelaskan terlebih dahulu prosedur penilaian pemberitahuan dan hasil penilaian yang
dilakukan KPPU terhadap tindakan pengambilalihan saham perusahaan.
Sesuai dengan Pasal 29 Undang-Undang Anti Monopoli, pelaku usaha yang
telah memenuhi syarat diwajibkan untuk memberitahukan hasil pengambilalihan
sahamya selambat-lambatnya 30 hari kerja sejak tanggal pengambilalihan saham
perusahaan berlaku efektif yuridis. Dalam hal ini, KPPU melakukan penilaian
menyeluruh terhadap perusahaan hasil pengambilalihan yang hasilnya dikeluarkan
selambat-lambatnya 90 hari kerja sejak formulir dan dokumen pemberitahuan
17
lengkap. Hasil penilaian mencakup ada tidaknya dugaan praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat atas hasil pengambilalihan saham yang didasarkan pada
konsentrasi pasar, hambatan masuk pasar, potensi perilaku anti persaingan, efisiensi,
dan kepailitan.
Dalam kasus ini pengambilalihan saham PT ATU oleh Kospin JASA telah
berlaku efektif secara yuridis sejak tanggal 8 Januari 2018 berdasar ditandatangani
Notaris per tanggal 8 Januari 2018 karena itu, Kospin JASA harus melakukan
pemberitahuan kepada KPPU atas pengambilan saham PT. ATU selambat-lambatnya
pada tanggal 19 Februari 2018. Namun Kospin JASA Kospin JASA baru melakukan
pemberitahuan kepada KPPU pada tanggal 16 Maret 2018. Dengan demikian, Kospin
JASA telah melakukan keterlambatan pemberitahuan pengambil alihan saham selama
19 (sembilan belas) hari. Sehingga KospinJASA terbukti secara sah dan meyakinkan
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah
57 Tahun 2010 sehinngga Kospin JASA diajtuhi hukuman denda sebesar Rp.
1.000.000.000 (satu miliar rupiah ) yang harus disetor langsung ke Kas Negara
sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran dibidang persaingan usaha Satuan
Kerja KPPU.

18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan penulis pada bab-bab sebelumnya, maka
penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Kospin JASA terhadap saham PT Asuransi Tafakul Umum (ATU) dalam putusan
KPPU Nomor 02/KPPU-M/2018 memenuhi kriteria pemberitahuan yang wajib
dilaporkan kepada KPPU dan kewajiban tersebut harus telah dilaksanakan selambat-
lambatnya terhitung 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal efektif yuridis
pengambilalihan saham sesuai dengan pasal 29 UU Monopoli bahwa
pengambilalihan saham PT ATU oleh Kospin JASA telah berlaku efektif secara
yuridis sejak tanggal 8 Januari 2018 berdasar ditandatangani Notaris per tanggal 8
Januari 2018 karena itu, Kospin JASA harus melakukan pemberitahuan kepada
KPPU atas pengambilan saham PT. ATU selambat-lambatnya pada tanggal 19
Februari 2018. Namun Kospin JASA Kospin JASA baru melakukan pemberitahuan
kepada KPPU pada tanggal 16 Maret 2018. Dengan demikian, Kospin JASA telah
melakukan keterlambatan pemberitahuan pengambil alihan saham selama 19
(sembilan belas) hari.
b. Akibat hukum terhadap tindakan pelaku usaha dalam kasus pengambilalihan saham
oleh Kospin JASA yaitu berupa yaitu sanksi administratif karena telah melanggar
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah
57 Tahun 2010 sehinngga Kospin JASA diajtuhi hukuman denda sebesar Rp.
1.000.000.000 (satu miliar rupiah ).

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan, maka saran penulis
adalah:

a. Kepada KPPU lebih meningkatkan sosialisasi dan menngkatkan pemahaman


secara jelas kepada perusahaan atau pelaku usaha mengenai pengaturan tentang
kewajiban melakukan pemberitahuan pengambilalihan saham;
b. Kepada pihak pelaku usaha, sebaiknya sebelummelakukan adanya
pengambilalihan saham hendaknya melakukan konsultasi kepada KPPU sebelum

19
melakukan pengambil alihan saham untuk menghindari adanya kerugian yang
akan ditimbulkan dari pengambilaihan saham.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja. 2006. Seri Hukum Bisnis:Anti Monopoli. PT
RajaGrafindo Persada: Jakarta.

Amiruddin, H. Zainal Asikin. 2004. Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT. RajaGrafindo
Persada: Jakarta.

Andi Fahmi Lubis et.al. 2009. Hukum Persaingan Usaha:Antara Teks & Konteks. ROV
Creative Media: Jakarta

Handri Raharjo. 2013. Hukum Perusahaan. Pustaka Yustisia: Yogyakarta

Abdul R. Saliman. 2011. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus.
Kencana: Jakarta.
Achmad Ali. 2008. Menguak Tabir Hukum. Ghalia Indonesia: Bogor.

21

Anda mungkin juga menyukai