Anda di halaman 1dari 5

MENGKAJI KEJADIAN EFEK SAMPING OBAT ANTIDIABETES PADA PASIEN

DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA NARANJO

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala metabolik yang timbul pada diri
seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan glukosa darah akibat rusaknya sekresi insulin
atau resistensi terhadap insulin atau keduanya (Scarano et al., dalam Isnani, N., & Muliyani, M.
2018). Diabetes Mellitus terdiri dari dua tipe yaitu DM tipe pertama yang disebabkan keturunan
dan penyakit autoimun, serta tipe kedua yang disebabkan gaya hidup (Putra, R. J. S., 2017).
Tanda dan gejala penyakit DM adalah sering buang air kecil (poliuri), haus (polidipsi), lapar
(polifagia), lemas, dan mudah lelah. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan adalah kesemutan,
gatal, mata kabur, impotensi pada pria, serta keputihan pada wanita (Smeltzer dalam Suardana,
2015).

Menurut laporan World Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan


keempat terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,6% dari total
penduduk sedangkan posisi urutan di atasnya yaitu India, Cina, dan Amerika Serikat. WHO
memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. International Diabetes Foundation (IDF) pada tahun
2009 memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7 juta pada tahun 2009 menjadi 12 juta
pada tahun 2030. Dari laporan tersebut menunjukkan peningkatan jumlah penyandang DM
sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (Putra, R. J. S., 2017). Prevalensi DM meningkat sesuai
bertambahnya usia, tetapi mulai umur 65 tahun cenderung menurun. DM cenderung lebih banyak
pada perempuan, di perkotaan, di masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan
kuintil indeks kepemilikan tinggi (Jonathan, K., & Soetedjo, N. N. M. (2019).

Diabetes Mellitus merupakan istilah umum untuk gangguan metabolisme heterogen yang
mempunyai tanda utama hiperglikemia kronis. Penyebabnya bisa berupa gangguan sekresi
insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya (Kerner, W., & Brückel, J., 2014). Klasifikasi
Diabetes Mellitus tipe 2 yaitu bervariasi mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai penurunan sekresi insulin disertai resistensi insulin (PERKENI, 2015).
Diabetes Mellitus yaitu penyakit kompleks dengan beberapa subtipe yang terkait dengan etiologi,
indikator diagnostik, dan strategi manajemen klinis yang berbeda. Diabetes melitus tipe 2
(DMT2) adalah jenis diabetes yang paling umum (95%) di AS dan dapat diobati dengan diet dan
olahraga, pengobatan oral, atau insulin. Diabetes mellitus tipe 1 (T1DM) lebih jarang terjadi dan
membutuhkan pengobatan dengan insulin. Jenis diabetes yang jarang terjadi akibat interaksi
obat, cacat genetik dari sel beta atau fungsi kerja insulin, kelainan pankreas, dan kelainan
endokrin yang diturunkan. Semua jenis diabetes bermanifestasi dalam glukosa darah tinggi, dan
nilai laboratorium adalah alat utama untuk diagnosis dan manajemen (Richesson, R. L et al.,
2013).

Prinsip dasar manajemen pengendalian DM meliputi modifikasi gaya hidup, dengan


mengubah gaya hidup yang tidak sehat menjadi gaya hidup yang sehat berupa pengaturan
makanan (diit), latihan jasmani atau latihan aktifitas fisik, perubahan perilaku risiko meliputi
berhenti merokok dan membatasi konsumsi alkohol, serta kepatuhan konsumsi obat antidiabetik.
Di Amerika, strategi terapi DM yang efektif adalah modifikasi gaya hidup dan antidiabetik oral.
Perubahan gaya hidup menjadi pilihan pertama dalam pencegahan DM, walaupun antidiabetik
oral dapat mencegah DM, namun efeknya tidak sebesar perubahan gaya hidup. Oleh karena itu,
obat obatan ditempatkan sebagai tambahan terhadap perubahan gaya hidup (Alberti, et al, ; Kang
H, et al, dalam Toharin, 2015).

Terapi Diabetes Mellitus tipe 2 yaitu terdiri dari obat antihiperglikemia oral dan insulin.
Obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi 5 golongan, antara lain : 1) Pemacu sekresi insulin
yaitu: golongan sulfoniurea terdiri dari glibenklamida, glipizida, glikazida, glimepiride,
glukuidon. Golongan glinid terdiri dari repaglinid dan nateglinid. 2) Peningkat sensitivitas
terhadap insulin yaitu: golongan biguanida terdiri dari metformin. Golongan tiazolidindion
(TZD) terdiri dari pioglitazone. 3) penghambat absorbsi glukosa di saluran pencernaan yaitu:
golongan penghambat alfa glukosidase terdiri dari acarbose. 4) penghambat DPP-IV terdiri dari
sitagliptin dan linapgliptin. 5) penghambat SGLT-2 terdiri dari canagliflozin, empagliflozin,
dapagliflozin, ipragliflozin. Untuk terapi insulin antara lain : insulin lispro, insulin aspart, insulin
glulisin, insulin glargine, insulin detemir (PERKENI, 2015).
Algoritma Naranjo adalah kuisoner yang dirancang oleh Naranjo untuk menentukan
apakah efek yang merugikan disebabkan oleh obat atau faktor lain. Dalam algoritma Naranjo ada
10 pertanyaan yang diguna- kan untuk menilai apakah efek merugikan tersebut disebabkan
penggunaan obat, digunakan untuk menyimpulkan kejadian efek samping, jika skor total 9 atau
lebih disimpulkan bahwa kejadian ADR tinggi (definite), skor total 5-8 kemungkinan terjadi
ADR (probable), skor total 1-4 mungkin merupakan ADR (possible), kecil atau sama dengan nol
(doubtful) maka ADR diragukan (Doherty dalam Fitriyani, 2012).

Penelitian yang dilakukan Putra et al yang mengkaji potensi efek samping terapi obat anti
diabetes pada pasien diabetes mellitus dengan Algoritma Naranjo untuk mengukur potensi efek
samping dan di dapatkan hasil penelitian menunjukkan efek samping potensi mual pada
penggunaan Metformin 18,53% (Pasti) dan Glimepiride 13,33% (Pasti). Glibenklamid
memberikan efek samping hipoglikemia 15,79% (Pasti). Kesimpulan penelitian adalah
penggunaan obat anti diabetes dapat menimbulkan efek samping berdasarkan pengukuran
Algoritma Naranjo.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka akan dilakukan suatu review artikel yang
mengkaji kejadian efek samping obat antidiabetes (oral dan insulin) pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 dengan menggunakan algoritma naranjo menggunakan literature primer hingga
tersier. Dan alasan memilih melakukan review artikel tentang potensi efek samping diabetes
mellitus tipe 2 menggunakan algoritma naranjo karena lebih mudah untuk mengambil data dari
responden dan mendapatkan hasil yang valid dan komprehensif.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana profil kejadian efek samping obat antidiabetes pada pasien diabetes mellitus
tipe 2 dengan menggunakan algoritma Naranjo?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengkaji kejadian efek samping obat
antidiabetes pada pasien diabetes mellitus dengan menggunakan algoritma naranjo menggunakan
metode review artikel dengan penelusuran pustaka primer, sekunder dan tersier.
1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan oleh tenaga kesehatan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2.

2. sebagai informasi dan bahan konseling oleh apoteker kepada pasien dengan diabetes mellitus
tipe 2.

3. Sebagai dasar penelitian untuk melakukan penelitian terkait farmakovigilan terapi diabetes
mellitus tipe 2.
Daftar Pustaka :

 Richesson, R. L., Rusincovitch, S. A., Wixted, D., Batch, B. C., Feinglos, M. N.,
Miranda, M. L., ... & Spratt, S. E. 2013. A comparison of phenotype definitions for
diabetes mellitus. Journal of the American Medical Informatics Association, 20(e2),
e319-e326.
 Putra, R. J. S., Achmad, A., & Rachma, H. 2017. Kejadian efek samping potensial terapi
obat anti diabetes pasien diabetes melitus berdasarkan algoritma naranjo. Pharmaceutical
Journal of Indonesia, 2(2), 45-50.
 Indonesia, P. E. 2015. Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia. Pb. Perkeni.
 Suardana, I. K., Rasdini, A., & Kusmarjathi, N. K. 2015. Hubungan Dukungan Sosial
Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas IV
Denpasar Selatan. Jurnal Skala Husada, 12(1), 96-102.
 Fitriyani, W. S. 2012. Evaluasi Adverse Drug Reaction Antidiabetes berdasarkan
Algoritma Naranjo di Bangsal Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode
Desember 2011-Januari 2012. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 2(2), 205-213.
 Kerner, W., & Brückel, J. 2014. Definition, classification and diagnosis of diabetes
mellitus. Experimental and clinical endocrinology & diabetes, 122(07), 384-386.
 Toharin, S. N. R., KM, W. H. C. S., & Kes, I. Z. M. 2015. Hubungan modifikasi gaya
hidup dan kepatuhan konsumsi obat antidiabetik dengan kadar gula darah pada penderita
diabetes melitus tipe 2 di RS Qim Batang tahun 2013. Unnes Journal of Public
Health, 4(2).
 Jonathan, K., & Soetedjo, N. N. M. 2019. Pola Penggunaan Antidiabetes Oral Pasien
Diabetes MelitusTipe 2 di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kota Bandung Tahun
2017. Cermin Dunia Kedokteran, 46(6), 407-413.
 Isnani, N., & Muliyani, M. 2018. Pengaruh Karakteristik Pasien Dengan Terjadinya
Adverse Drug Reaction (ADR) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap Di Rsud
Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, 4(1), 1-
6.

Anda mungkin juga menyukai