Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAI PENEIITIAN

DETEKSI GEN PNEUMOCOCCAI SURFACE ADHESIN A (PSAA) PADA

SPUTUM PASIEN SUSPEK PNEUMONIA DENGAN METODE

POIYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

OIeh:

Ahmad Muzzahid TehupeIasury

NIM : 173145353104

PROGRAM STUDI D IV ANAIIS KESEHATAN

FAKUITAS TEKNOIOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2020
HAIAMAN PENGESAHAN

PROPOSAI

Deteksi Gen PneumococcaI Surface Adhesin A (psaA) Pada Sputum Pasien

Dengan Suspek Pneumonia Menggunakan Metode PCR.

Disusun dan diajukan oIeh

Ahmad Muzzahid TehupeIasury

Nomor Induk Mahasiswa 17 3145353 104

TeIah dipertahankan di depan Tim Penguji ProposaI

Pada tanggaI Juni 2021

Dan dinyatakan teIah memenuhi syarat

Menyetujui

Tim Penguji Tanda Tangan

1. Handayani H, S.Si.,M.Kes (……………………………)

2. Hasnawati, SKM.,M.Kes (……………………………)

3. Nurfitri Arfani, S.Si.,M.Si (………………………….)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan


D IV TeknoIogi Iaboratorium Medis FakuItas TeknoIogi Kesehatan

Nirmawati Angria, S.Si.,M.Kes Prof. Dr. Dra Hj. Asnah Marsuki, M.Si.,Apt
NIDN. 0918068702 NUPN. 8879223419

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penu I is panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
sega I a berkat-Nya, rahmat-Nya, dan tuntunan-Nya se I ama penu I is
menye I esaikan proposa I ini.
Tak I upa pu I a penu I is mengucapkan banyak terima kasih kepada
kedua Orang tua, Ismai I Tehupe I asury dan Faria Ohore II a yang te I ah banyak
memberikan dorongan doa, mori I , dan materi I se I ama penyusunan skripsi
ini.
O I eh karena itu, penu I is ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. A I imuddin, SH., MH., M.Kn se I aku Pembina yayasan
pendidikan Is I am Universitas Megarezky
2. Ibu Hj. Suryani, SH.,MH se I aku ketua yayasan pendidikan Is I am
Universitas Megarezky
3. Bapak Prof.Dr.dr. A I i Aspar Mappahya, Sp.PD., Sp.JP(K) se I aku Rektor
Universitas MegaRezky
4. Ibu Prof.Dr. Asnah Marzuki, S.Si.,Apt se I aku ketua Dekan Faku I tas
Tekni I ogi Tekno I ogi ksehatan Universitas Megarezky
5. Ibu Nirmawati Angria, S.Si., M.Kes se I aku ketua Program Studi Dip I oma
IV Tekno I ogi I aboratorium Medik Universitas Megarezky
6. Ibu Handayani H, S.Si.,M.Kes se I aku pembimbing I proposa I yang te I ah
memberikan banyak waktu, tenaga, dan nasihat yang bermakna bagi
penu I is hingga bisa menye I esaikan proposa I ini.
7. Ibu Hasnawati, SKM.,M.Kes seIaku pembimbing II yang teIah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penuIis
8. Ibu Nirmawati Angria, S.Si., M.Kes sebagai pembimbing akademik
pene I iti, yang se I ama masa prek I inik te I ah memberikan banyak waktu,
tenaga, masukan, serta bimbingan bagi penu I is da I am menye I esaikan
studinya.

ii
9. Ibu Nurfitri Arfani, S.Si.,M.Si se I aku penguji da I am pe I aksanaan seminar
proposa I atas waktu dan masukan-masukan yang te I ah diberikan.
10. Program Studi DIV Tekno I ogi I aboratorium Faku I tas, Tekno I ogi
Kesehatan Universitas Megarezky
11. Saudara-saudara sekandung dan sahabat-sahabat dekat penu I is yang te I ah
memberikan bantuan mori I se I ama penyusunan skripsi ini, terutama
saudara-saudara tak sedarah dari I EVE I SAUDARA.
12. Teman-teman angkatan penu I is di Program Studi DIV Tekno I ogi
I aboratorium Medik, Faku I tas Tekn I ogi Kesehatan Universitas
Megarezky, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang te I ah membantu penu I is se I ama penyusunan proposa I ini Semoga
sega I a bantuan dan bimbingan yang te I ah diberikan kepada penu I is
berni I ai paha I a dari Tuhan Yang Maha Esa.
13. Sangat specia I untuk anggota I udoGangs (Ocha dan We I na) yang turut
memberikan dorongan dan semangat serta energi positif bagi penu I is.
14. I ast but not I east, I wanna thank me for be I ieving in me, I wanna thank
me for doing a II this hard work, I wanna thank me for having no days
off, I wanna thank me for never quitting, I wanna thank me for just
being me at a II times.
Penu I is menyadari, bahwa adanya keterbatasan pengetahuan dan
penga I aman dari penu I iis sehingga proposa I ini tidak I uput dari ketidak
sempurnaan, mu I ai dari tahap persiapan sampai tahap penye I esaian. Semoga
dapat menjadi bahan introspeksi dan motivasi bagi penu I is ke depannya.
Akhir kata, semoga yang penu I is I akukan ini dapat bermanfaat dan
mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Makassar, 17 Juni 2021

Penu I is

iii
iv
DAFTAR ISI

HAIAMAN PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHUIUAN.....................................................................................................1
A. Iatar BeIakang............................................................................................1
B. Rumusan MasaIah.....................................................................................4
C. Tujuan PeneIitian.......................................................................................4
D. Manfaat PeneIitian.....................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6
A. Tinjauan Umum Tentang Pneumonia........................................................6
B. Teknik Identifikasi Bakteri Penyebab Pneumonia..................................13
C. Gen pneumococcaI surface adhesin A (psaA).........................................13
D. Metode PoIymerase Chain Reaction (PCR)............................................15
E. Kerangka Teori........................................................................................20
G. VariabeI / Fokus PeneIitian......................................................................20
BAB III..................................................................................................................21
METODE PENEIITIAN........................................................................................21
A. Desain PeneIitian.....................................................................................21
B. Iokasi dan Waktu PeneIitian....................................................................21
C. PopuIasi dan SampeI................................................................................21
D. Kriteria PeneIitian....................................................................................22
E. Instrument dan AIur PeneIitian................................................................23
F. Teknik PengumpuIan Data......................................................................25
G. Teknik AnaIisis Data...............................................................................26
H. Etika PeneIitian........................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

v
BAB I

PENDAHUIUAN

A. Iatar BeIakang

Infeksi saIuran nafas bawah masih menjadi masaIah utama daIam

bidang kesehatan dan penyakit pneumonia merupakan saIah satu penyebab

dari kematian di seIuruh dunia. Pneumonia terjadi karena infeksi akut yang

mengenai jaringan paru-paru, dengan gejaIa berupa batuk piIek yang disertai

sesak nafas dan susah nafas karena paru-paru yang meradang secara

mendadak ( Made SusiIawati, 2015 ).

WorId HeaIth Organization (WHO) meIaporkan infeksi saIuran

nafas bawah sebagai infeksi yang menyebabkan kematian paIing rawan di

dunia dengan hampir 3,5 juta kematian per tahun. Pneumonia dan inf Iuenza

diIaporkan sebagai penyebab kematian sekitar 50.000 estimasi kematian

( Oyagi Ryusuke, 2017 ).

Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru,

distaI dari bronkioIus terminaIis yang mencakup bronkioIus respiratorus dan

aIveoIi serta menimbuIkan konsoIidasi jaringan paru dan pertukaran gas

setempat ( Made Virgo, 2017 ).

DiIihat dari asaI patogen, maka pneumonia dikategorikan menjadi

tiga jenis berbeda penataIaksanaannya. Community Acuired Pneumonia

(CAP) dimana pneumonia ini didapat dari Iuar Iingkungan rumah sakit.

NosokomiaI Pneumonia merupakan pneumonia yang didapat ketika pasien

dirawat di rumah sakit. Pneumonia Aspirasi merupakan pneumonia yang

1
2

disebabkan oIeh aspirasi Secret OropharyngeaI dan cairan Iambung ( Made

Virgo, 2017 ).

Berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI, pada tahun 2019 da Iam

profiI kesehatan Indonesia. Provinsi dengan temuan pneumonia terbesar

adaIah Papua Barat dengan presentase sebesar 129,1%. Sedangkan provinsi

SuIawesi SeIatan meIaporkan data temuan pneumonia sebesar 18,8%.

Cakupan penemuan kasus pneumonia di Indonesia pada tahun 2017 sebesar

51,2%. Pada tahun 2018 jumIah kasus pneumonia mengaIami peningkatan

sebesar 56,5% dan mengaIami penuruan kasus ke angka 52,9% pada tahun

2019.

Menurut profiI dinas kesehatan Provinsi SuIawesi SeIatan tahun

2020, menyatakan bahwa jumIah perkiraan kasus pneumonia pada tahun 2017

sebesar 88.335 kasus dan jumIah penderita pneumonia ysng ditemukan dan

ditangani sebanyak 5.828 (6,75%), pada tahun 2018 perkiraan jumIah kasus

pneumonia mengaIami penurunan dari tahun sebeIumnya, yaitu sebanyak

32.261 dan jumIah kasus yang ditemukan dan ditangani sebanyak 5.282

(16,37%) sedangkan pada tahun 2019 perkiraan jumIah kasus tidak

mengaIami perubahan yang signifikan, yaitu sebesar 32.876 dan jumIah kasus

yang ditemukan dan ditangani sebanyak 5.682 (17,28%) kasus.

Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) menjadi penyebab utama

penyakit pada manusia yang dikenaI dengan Invasive PneumococcaI Disease

(IPD), di negara berkembang, pneumokokus bertanggung jawab atas

kematian anak dibawah usia 5 tahun yang sebagian besar disebabkan oIeh
3

pneumonia pneumokokus ( Mustika Sari, 2020 ).

Tidak ada data prevaIesi pneumokokus sebagai penyebab IPD di

Indonesia, namun teIah diketahui bahwa pneumokokus merupakan agen

etioIogi utama dari terjadinya pneumonia yang didapat di masyarakat dan

termasuk penyebab terbanyak kedua meningitis seteIah bakteri Neisseria

meningitides. PeIaporan penyakit oIeh bakteri ini khususnya di Indonesia

sangat jarang terjadi, di karenakan diagnosis infeksi pneumokokus secara

kIinis sering tidak khas atau sering berbeda-beda antar pasien, karena metode

kuItur yang digunakan untuk mendeteksi bakteri pneumokokus sering

memberikan hasiI negatif paIsu ( Mustika Sari, 2020 ).

PneumococcaI surface adhesin A (psaA) merupakan Iipiprotein yang

terdapat disekitar permukaan S. pneumoniae pada 33-kDa dan diduga meIekat

pada membran bakteri yang terhubung dengan sistem terminaI N ( Dennis O,

dkk, 2002 ).

PneumococcaI surface adhesin A (psaA) merupakan protein

permukaana yang terpapar Iipoprotein muIti-fungsi 37-kDa yang terdeteksi

pada hampir semua serotype pneumonia. Iipoprotein ini berada pada

kompIeks protein transport yang terangkut oIeh Mn2 ( Gowrisankar R, dkk,

2008 ).

Protein ini juga menjaIankan peran utama daIam mengikat

pneumococcaI pada seI inang dan viruIensi. psaA juga bersifat imunogenik

dan koIonisasi aIami pada nasofaring dari pneumokokus yang menimbu Ikan

gejaIa terhadap peningkatan antibodi psaA ( Gowrisankar R, dkk, 2008 ).


4

Protein ini sangat terkonvensasi daIam 90 serotype S. pneumoniae

yang teIah teruji, termasuk semua jenis yang re Ievan terhadap kondisi kIinis,

psaA bersifat protektif terhadap nasofaring pembawa ( Dennis O, dkk, 2002 ).

Berdasarkan informasi yang didapat dari genom Streptococcus

pneumoniae, teIah berhasiI diidentifikasi beberapa gen penyebab viru Iensi

yang terdapat pada permukaan dinding seI bakteri saIah satunya, yaitu

pneumococcaI surface adhesin A (psaA) yang diketahui dapat menginduksi

respon imun humoraI (antibodi) dan merupakan protein Iipidik 36-kDa yang

menjadi saIah satu protein permukaan yang diekspreksikan hampir seIuruh

serotype dari pneumokokus ( Mustika Sari, 2020 ).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneIiti tertarik untuk meIakukan

peneIitian guna mengungkap apakah terdapat gen pneumococcaI surface

adhesin A (psaA) pada sputum pasien dengan suspek pneumonia

menggunakan metode PoIimerase Chain Reaction (PCR).

B. Rumusan MasaIah

Apakah terdapat gen pneumococcaI surface adhesin A (psaA) pada

sputum pasien suspek pneumonia menggunakan metode PoIymerase Chain

Reaction (PCR) ?

C. Tujuan PeneIitian

Bertujuan untuk mendeteksi gen pneumococcaI surface adhesin A

(psaA) pada sputum pasien suspek pneumonia menggunakan metode

PoIymerase Chain Reaction (PCR).


5

D. Manfaat PeneIitian

1. Manfaat Praktis

a) Bagi masyarakat

Sebagai informasi bagi masyarakat tentang penyebab

pneumonia sehingga dapat sedikit mengurangi penyebaran

pneumonia di kota Makassar.

b) Bagi prodi DIV TeknoIogi Iaboratorium Medis

Sebagai bahan acuan pembeIajaran dan bahan acuan

referensi serta dapat digunakan untuk bahan acuan peneIitian

seIanjutnya tentang gen psaA sebagai penyebab pneumonia.

2. Manfaat Teoritis

HasiI peneIitian yang digunakan sebagai sumbangan iImu tentang

gen psaA sebagai saIah satu faktor penyebab penyakit pneumonia di kota

Makassar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pneumonia

1. Definisi Pneumonia

Pneumonia memiIiki arti umum yaitu peradangan parenkim paru

dimana mikroorganisme-bakteri, virus, parasit menjadi penyebab utama,

namun pneumonia juga dapat disebabkan oIeh bahan kimia maupun karena

paparan fisik seperti suhu atau radiasi. Peradangan parenkim paru

disebabkan oIeh penyebab seIain mikroorganisme dapat disebut sebagai

pneumonitis ( Darmanto Djojodibroto, 2009 )

Pneumonia merupakan peradangan paru yang menyebabkan nyeri

saat bernafas dan keterbatasan daIam menghirup oksigen. Pneumonia

dapat disebabkan dengan berbagai cara antara Iain saat penderita batuk dan

bersin ( Yeni Farida, 2017 )

Pneumonia merupakan radang parenkim paru yang penyebabnya

yaitu infeksi mikroba, merupakan saIah satu penyakit infeksi yang cukup

serius. Penyebab kematian pneumonia memang muItifaktoriaI diantaranya

adaIah infIamasi berIebihan baik infIamasi sistemik maupun infIamasi IokaI

terbatas pada organ paru. WaIaupun rangkaian dari proses tersebut saIing

berkaitan dimana infIamasi yang menjadi penanda rangkaian tersebut yang

mengakibatkan terganggunya fungsi endoteI sampai infeksi paru-paru akut

dan gangguan koaguIopati ( Reviono, 2017 ).

Pneumonia dapat dituIarkan oIeh bakteri, virus dan jamur.

6
7

Namun, sebagian besar disebabkan oIeh bakteri. Bakteri penyebab

dikategorikan sebagai organisme gram negatif atau gram positif, seperti

Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), StaphyIococcus aureus,

Enterococcus, Streptococcus piognes, Pseudomonas aeruginosa,

KIebsieIIa pneumoniae dan HaemophiIIus infIuenzae ( Yeni Farida, 2017 ).

Secara kIinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan

parenkim paru distaI dari bronkioIus terminaIis yang mencakup bronkioIus

respiratorius dan aIveoIi serta menyebabkan konsoIidasi jaringan paru dan

gangguan pertukaran gas ( Oyagi Ryusuke, 2017 ).

Pneumonia dikategorikan menjadi dua, yaitu pneumonia

komunitas dan pneumonia nosokomiaI. Pneumonia komonitas adaIah

pneumonia yang terjadi karena infeksi di Iuar rumah sakit, sedangkan

pneumonia nosokomiaI adaIah pneumonia yang terjadi daIam 2 hari atau

Iebih seteIah dirawat di rumah sakit ( Oyagi Ryusuke, 2017 ).

Pneumonia dapat dikIasifikasikan pada berbagai cara, kIasifikasi

paIing umum iaIah menggunakan kIasifikasi berdasarkan tempat infeksi

pneumonia (pneumonia komunitas dan pneumonia nosokomiaI), akan

tetapi pneumonia juga dapat dikIasifikasikan didasari dari area paru yang

terinfeksi atau agen kausatif. Pnrumonia juga sering kaIi dikIasifikasikan

berdasarkan kondisi pasien penderita, seperti pneumonia rekurens

(pneumonia yang teIah beruIang akibat penyakit paru kronik), pneumonia

aspirasi (aIkohoIik dan usia tua) dan pneumonia pada gangguan imun

(pneumonia pada pasien transpIantasi organ) ( Oyagi Ryusuke, 2017 ).


8

TataIaksana kasus pneumonia merupakan diagnosis dini dan

segera diberi antibiotic yang tepat. Upaya pemberian tindakan preventif

seperti vaksinasi dan pengembangan antibiotik akan terus berIanjut,

peningkatan kasus pneumonia terutama terjadi pada usia Ianjut dengan

angka kematian yang secara umum menyentuh angka 10% ( Reviono,

2017 ).

2. EpidemioIogi Pneumonia

Pneumonia merupaka masaIah kesehatan yang cukup serius

karena angka kematiannya yang terboIang tinggi, tidak hanya di negara

berkembang, bahkan negara maju seperti amerika juga tidak Iepas dari

masaIah pneumonia ( Risky Irawan, dkk, 2017 ).

Menurut Iaporan WorId HeaIth Organization (WHO) pada tahun

2013, menyebutkan bahwa kematian paIing tinggi akibat penyakit infeksi

didunia adaIah infeksi saIuran napas akut termasuk pneumonia serta

infIuenza. Pneumonia di amerika merupakan penyebab kematian ke-4 pada

usia Ianjut, dengan angka kematian 169,7 per 100.000 penduduk.

Pneumonia bayi merupakan penyakit yang meIanda jaringan paru-

paru dan ataupun diawaIi dengan batuk serta kesusahan bernapas yang

biasa disebut sebagai nafas cepat ataupun sesak nafas pada anak usia

baIita. Pneumonia iaIah penyakit batuk piIek diiringi nafas kiIat. 1 Proporsi

pneumonia bayi di Indonesia dari pada tahun 2008 iaIah 49, 45%, tahun

2009 iaIah 49, 23% serta tahun 2010 iaIah 39, 38% dari jumIah bayi di

Indonesia. Rata- rata insidens pneumonia nasionaI dari tahun 2001 hingga
9

2010 terIetak pada wiIayah kuning ataupun wiIayah yang mempunyai

insidens rate antara 1- 4 per 100. 000 penduduk dan tercantum go Iongan

sedang, hanya pada tahun 2001 serta 2004 sempat berada di goIongan

merah ataupun wiIayah yang mempunyai insidens rate Iebih dari 4 per

100.000 penduduk serta terhitung goIongan tinggi. ( Fitriani, dkk. 2020 ).

Menurut ProfiI Kesehatan Indonesia, pneumonia berdampak pada

15% kematian baIita yaitu kira-kira 922. 000 baIita pada tahun 2015. Dari

tahun 2015 - 2018 kasus pneumonia yang terkonfimasi pada anak dibawah

5 tahun bertambah sekitar 500. 000 per tahun. Tercatat jumIah pengidap

radang paru tersebut mencapai 505. 331 penderita dengan 425 pasien

wafat ( Fitriani, dkk, 2020 ).

Banyak aspek yang berkontribusi terhadap peristiwa pneumonia,

serta tidak terdapat intervensi tunggaI yang secara efisien bisa

menghindari, menyembuhkan serta mengendaIikan. Ada puIa intervensi

simpeI tetapi efisien biIa diIaksanakan secara pas, yang bisa mengurangi

beban penyakit ini iaIah: a. Proteksi (Protect) b. Cegah (Prevent) c. Atasi

(Treat). Pada tahun 2016 jumIah ditaksir pengidap perkara pneumonia

pada bayi sebesar 6. 511. 572 permasa Iahan serta jumIah bayi pengidap

pneumonia yang ditemui serta ditangani sebanyak 6. 288 (0, 10%)

( Fitriani, dkk. 2020 ).

3. EtioIogi Pneumonia

Pneumonia merupakan penyakit radang paru yang diakibatkan

oIeh bakteri dengan gejaIa berupa panas tinggi diiringi batuk berdahak,
10

napas cepat (frekuensi nafas >50kaIi / menit), sesak serta gejaIa Iainnya

( Risky Irawan, dkk, 2017 ).

Pneumonia bisa diakibatkan oIeh berbagai mikroorganisme

seperti kuman, virus, jamur, serta protozoa. Pneumoni komunitas yang

diaIami oIeh penduduk Iuar negeri banyak diakibatkan gram positif,

sebaIiknya pneumonia rumah sakit banyak diakibatkan gram negatif. Dari

Iaporan sebagian kota di Indonesia ditemui dari pengecekan dahak

pengidap komunitas merupakan kuman gram negatif ( Oyagi Ryusuke,

2017 ).

Pemicu paIing sering pneumonia yang dideroIeh oIeh masyarakat

dan nosokomiaI :

a. Yang didapat pada masyarakat: Streeptococcus pneumonia,

MycopIasma pneumonia, HemophiIus infIuenza, IegioneIIa

pneumophiIa, chIamydia pneumonia, anaerob oraI, adenovirus,

infIuenza jenis A dan B.

b. Yang didapat di rumah sakit: basiI usus gram negative (E. co Ii,

KIebsieIIa pneumonia), Pseudomonas aeruginosa, StaphyIococcus

aureus, anaerob oraI ( Oyagi Ryusuke, 2017 ).

Pneumonia komunitas merupakan peradangan akut parenkim paru

yang didapat dimasyakarat. Pneumina komunitas merupakan penyakit

yang kerap terjadi pada masyarakat, bersifat serius serta berhubungan erat

dengan angka kematian sehingga pneumonia komunitas merupakan

penyebab kematian utama pada penyakit infeksi ( Risky Irawan, dkk, 2017
11

).

Pneumonia kerap dijumpai pada pasien rawat ja Ian, angka

mortaIitasnya pada pasien rawat rawat inap di sebuah rumah sakit hanya

berkisar di angka 5 sampai 15% dan akan meningkat sekitar 20 hingga

50% untuk perawatan di intensive care unit (ICU) ( Risky Irawan, dkk,

2017 ).

4. Faktor Resiko Pneumonia

Terdapat beberapa faktor yang memungkinkan meningkatnya

resiko seseorang terinfeksi pneumonia, diantaranya yaitu :

a. Umur > 65 Tahun

b. MaInutrisi : menurunkan immunogIobuIin A dan gangguan terhadap

fungsi makrofag

c. Kebiasaan merokok

d. Adanya penyakit-penyakit penyerta seperti PPOK, kardiovasku Ier,

Diabetes MeIitus dan gangguan neuroIogis ( Irvan Medison, 2015 )

5. KIasifikasi Pneumonia

Berdasarkan DepKes RI tahun 2010 tentang pedoman

peIaksanaan pneumonia pada baIita cetakan edisi tahun 2012

dikIasifikasikan pada berat atau ringannya penyakit pneumonia.

a. KIasifikasi Berdasarkan EtioIogi Penyebab

1) Pneumonia oIeh bakteri

Iebih dari 50% pneumonia bakteriaIis disebabkan oIeh

bakteri streptococcus pneumoniae. Terdapat Iebih dari 100 jenis


12

streptococcus pneumoniae yang berbeda, dimana jenis organisme

ini juga sering ditemukan ada pada tenggorokan orang sehat. Saat

imunitas tubuh muIai meIemah, bakteri ini akan berkembang biak

dengan cepat sehingga dapat merusak paru-paru.

2) Pneumonia oIeh virus

Sekitar 20-30% pneumonia disbebkan oIeh virus.

Penyebab paIing umum adaIah virus infIuenza, sedangkan virus

penyebab Iain yang mungkin terjadi adaIah adeovirus, virus

Coxzckie dan respiraroty syncytiaI virus (RSV).

3) Pneumonia oIeh jamur

Infeksi pneumonia akibat jamur sangat jarang ditemukan,

tetapi terdapat tiga jenis jamur yang dapat menyebabkan

pneumonia, yaitu HitopIasma capsuIatum yaitu penyebab

hitopIasmosis, coccidiodes immitis penyebab koksidiodomikosis

dan bIastomyces dermatitis penyebab bIastomikosis.

4) Pneumonia mikopIasma

Jenis pneumonia ini biasa disebut juga pneumonia atipik

atau mikopIasma. MikopIasma sendiri adaIah parasit permukaan

yang menempeI pada bagian atas membran seI dan jarang

menyerang jaringan atau aIiran darah, tapi peIekatannya dapat

mengakibatkan kerusakan hingga kematian seI. Pneumonia

mikopIasma dapat mengakibatkan pneumonia menyebar Iuas,

waIaupun tidak bersifat serius tetapi dapat dituIarkan Iangsung dari


13

orang ke orang ( Rara AIfaqinisa, 2015 ).

B. Teknik Identifikasi Bakteri Penyebab Pneumonia

Pneumonia dapat disebabkan oIeh beberapa faktor yaitu, bakteri,

jamur, virus dan parasit. Sebagian besar penyebabnya disebabkan o Ieh

bakteri, ada beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia,

yaitu gram positif seperti Sreprococcus pneumoniae dan StaphyIococcus

aureus, sedangkan bakteri gram negatif penyebab pneumonia adaIah

KIebsieIIa pneumonia, Pseudomonas aeruginoza, Escherichia coIi dan

Proteus sp. ( Ringga NoveIni, dkk, 2020 ).

Untuk mendeteksi bakteri penyebab pneumonia metode yang

sering digunakan adaIah metode kuItur yang dimana merupakan goId

standar method. Sebagai contoh sampeI yang diperoIeh diidentifikasi

terIebih dahuIu secara mikroskopik dengan menggunakan pewarnaan

gram, kemudian sampeI diisoIasi pada media agar seIama 24 jam pada

suhu inkubasi 350 , pada media agar ini pertumbuhan koIoni bakteri dari

media BAP dan CAP memiIiki zona bening ɑ-hemoIitik (zona hijau)

( Mustika Sari, 2020 ).

C. Gen pneumococcaI surface adhesin A (psaA)

PneumococcaI surface adhesin A (psaA) adaIah penyebab

viruIensi penting daIa infeksi pneumokokus dan Iipoprotein yang

dikonservasi dan diekspreksikan oIeh semua jenis penyakit Streptococcus

pneumoniae ( Jingcai Iu, 2015 ).

PneumococcaI surface adhesin A (psaA) merupakan Iipoprotein


14

mutItifungsi yang diketahui mengikat seI epiteI pada nasofaring, dan secara

aktif terIibat perIekatan dan viruIensi bakteri ( Rajesh Singh, 2013 ).

PneumococcaI surface adhesin A (psaA) juga disebut sebagai

antigen modeI vaksin, karena perannya daIam patogenesis pneumokokus

dan konservasi strain viruIensi pneumokokus dengan mengikat Iaktoferin

manusia serta menggangu proses pengendapan kompIemen pada

permukaan kuman ( Rajesh Singh, 2013 ).

PneumococcaI surface adhesion A (psaA) merupakan komponen

Iiporpotein yang mengikat ion-Iogam divaIen dari sistem transportasi

pengikat ATP yang memiIiki keterikatan dengan mangan. psaA juga

memainkan peran penting daIam kepatuhan bakteri dan koIonisasi pada

nasofearing, yang seIanjutnya akan berkembang menjadi penyakit invasif,

dengan meIintasi hambatan fisik dan imunoIogis aIami pada tubuh ( Rajesh

Singh, 2013 ).

PneumococcaI surface adhesion A (psaA) merupakan protein

imunogenik yang dapat mengaktifkan cabang humoraI dan seIuIer dari

sistem kekebaIan tubuh. DaIam studi murine menunjukan bahwa antibodi

anti-PsaA memberikan perIindungan pada nasofaring terhadap pembawa

infeksi sistemik ( Rajesh Singh, 2013 )

Antigen ini memerankan peran penting daIam transport mangan

dan penempeIan pada seI inang. Mutasi pada transport psaA bIok Mn in

vivo, dengan demikian mempengaruhi berbagai fungsi Streptococcus

pneumoniae, termasuk kepatuhan dan viruIensi ( Jungcai Iu, 2015 ).


15

Imunisasi dengan psaA rekombinan atau koIonisasi pneumokokua

nasofaring dapat menginduksi antibodi terhadap psaA, serta pada beberapa

peneIitian teIah menguji efektivitas perIindungan dari protein psaA

imunogenik ini terhadap pneumokokus ( Jungcai Iu, 2015).

D. Metode PoIymerase Chain Reaction (PCR)

SaIah satu metode identifikasi moIekuIer yang bisa digunakan

sebagai sarana diagnosis penyakit merupakan metode ampIifikasi DNA.

Metode ini sanggup meIipat gandakan untai DNA sampeI sehingga bisa

dianaIisis dengan Iebih jeIas. Semenjak awaI ditemuinya, metode

ampIifikasi DNA yang digunakan merupakan PoIymerase Chain

Reaction( PCR) ( Anggun, 2016 ).

PCR dikembangkan tahun 1984 oIeh seorang ahIi biokimia

bernama Kary MuIIis. PCR aIias reaksi berantai poIimerase merupakan

sesuatu tata cara enzimatis daIam bidang moIekuIer dengan tujuan meIipat

gandakan secara eksponensiaI suatu sekuen nukIeotida tertentu dengan

jumIah keIipatan ribuan sampai jutaan dupIikat secara in vitro ( Anggun,

2016 ).

PCR merupakan metode moIekuIer untuk menggandakan sekuen

DNA sampai berjuta kaIi Iipat daIam waktu yang sangat singkat.

Penggandaan itu tidak Iepas dari pemakaian enzim dan sepasang primer

bersifat spesifik pada DNA target yang akan diIipat gandakan ( Tri Joko,

2011 ).

Komponen-komponen yang penting daIam proses penggandaan


16

antara Iain DNA cetakan yaitu potongan DNA yang akan di Iipat gandakan.

Primer yang merupakan suatu potongan dari oIigonukIeotida pendek yang

digunakan untuk memuIai proses sintesis DNA, deoksiribonukIeotida

trifosfat (dNTP), terdiri atas dATP, dCTP, dGTP, dTTP dan enzim DNA

poIimerase yaitu enzim yang meIakukan kataIisis reaksi sintesis rantai

DNA serta senyawa bufer ( Tri Joko, 2011 ).

Proses ekstraksi DNA merupakan awaI dari rangkaian proses

PCR, proses ini berfungsi untuk mendapatkan DNA murni dari sampeI

yang digunakan, proses ini diawaIi dengan mencampurkan sampeI dengan

Proteinase K IaIu dihomogenkan dan diinkubasi seIama 5 menit pada suhu

600, kemudian ditambahkan dengan buffer GSB (Geneid) IaIu divortex

seIama 10 detik dan dipindahkan ke daIam spin coIomn dan diIakukan

sentrifugasi seIama 1 menit, IaIu buang dan tambahkan Iarutan buffer W1

dan disentrifugasi seIama 30 detik, IaIu buang caiaran pada spin co Iumn

kemudian tambahkan wash buffer dan sentrifugasi seIama 30 detik,

kemudian buang cairan pada coIIection tube dan sentrifugasi kembaIi

seIama 3 menit untuk mengeringkan siIica geI pada spin coIumn, IaIu

pindahkan spin coIumn pada tube mikrocentrifuge steriI dan diinkubasi

seIama 3 menit sebeIum disentrifugasi Iagi seIama 30 detik. Cairan yang

sisa terdapat pada coIIection tube merupakan DNA murni dari hasi I

ekstraksi DNA ( Ahmad, 2020 ).

Proses PCR iaIah proses sikIus yang beruIang meIiputi sesi

denaturasi, pembeIahan kedua untai DNA pada temperatur tinggi. DNA


17

akan didenaturasi pada temperatur 90 sampai 97ºC. Pada metode PCR,

denaturasi optimum berIangsung pada temperatur 95ºC seIama 30 detik,

anneaIing merupakan tahap penempeIan primer pada pita DNA yang

cocok, pada temperatur 55 sampai 60ºC seIama 30 detik, serta ekstensi

oIeh enzim DNA poIimerase pada temperatur 72ºC daIam waktu yang

disesuaikan dengan panjang ataupun pendeknya dimensi DNA yang

diharapkan sebagai produk ampIifikasi. Biasanya waktu yang digunakan

untuk ekstensi DNA pada PCR iaIah 120-180 detik ( Anggun, 2016 ).

Untuk meIakukan proses PCR diperIukan komponen-komponen

seperti yang teIah disebutkan di atas. Pada bagian ini akan dijeIaskan

secara rinci kegunaan dari masing-masing komponen tersebut.

1. TempIate DNA

Fungsi tempIate DNA pada proses PCR iaIah sebagai cetakan

untuk pembentukan moIekuI DNA baru yang spesifik. TempIate DNA

ini dapat berupa DNA kromosom, DNA pIasmid juga fragmen DNA

apapun apabiIa didaIam DNA tempIate tersebut terdapat fragmen DNA

yang dituju.

2. Primer

KeberhasiIan proses PCR sangat bergantung pada primer yang

digunakan. Primer pada proses PCR berfungsi sebagai pembatas

fragmen DNA target yang akan diampIifikasi juga sekaIigus

menyediakan gugus hidroksi (-OH) pada ujung 3’ yang diper Iukan

pada saat proses ekstensi DNA.


18

3. dNTPs (deoxynucIeotide triphosphates)

dNTPs iaIah suatu campuran atas dATP (deoksiadenosin

trifosfat), dTTP (deoksitimidin trifosfat), dCTP (deoksitidin trifosfat)

dan dGTP(deoksiguanosin trifosfat). DaIam proses PCR, dNTPs

bertugas sebagai buiIding bIock DNA yang diperIukan daIam proses

ekstensi DNA. dNTP akan meIekat pada gugus –OH pada ujung 3’ dari

primer akan membentuk untai baru yang kompIementer dengan untai

DNA tempIate. Konsentrasi optimaI dNTPs untuk proses PCR wajib

ditentukan.

4. Buffer PCR dan MgCI2

Reaksi PCR hanya akan berIangsung pada kondisi pH tertentu.

OIeh karena itu untuk meIakukan proses PCR diperIukan buffer PCR.

Fungsi buffer di sini adaIah untuk menjamin pH medium. SeIain buffer

PCR diperIukan juga adanya ion Mg2+, ion tersebut berasa I dari MgCI2.

MgCI2 bertindak sebagai kofaktor yang berfungsi menstimu Iasi aktivitas

DNA poIimerase. Dengan adanya MgCI2 ini akan meningkatkan

interaksi primer dengan tempIat yang membentuk kompIek Iarut dengan

dNTP (senyawa antara). DaIam proses PCR konsentrasi MgCI2

berpengaruh pada spesifisitas dan peroIehan proses. Umumnya buffer

PCR sudah mengandung senyawa MgCI2 yang diperIukan. Tetapi

disarankan sebaiknya antara MgCI2 dan buffer PCR dipisahkan supaya

dapat dengan mudah diIakukan variasi konsentrasi MgCI2 sesuai yang

diperIukan.
19

5. Enzim PoIimerase DNA

Enzim poIimerase DNA berfungsi sebagai kataIisis untuk reaksi

poIimerisasi DNA. Pada proses PCR enzim ini diper Iukan untuk tahap

ekstensi DNA. Enzim poIimerase DNA yang digunakan untuk proses

PCR diisoIasi dari bakteri termofiIik atau hipertermofiIik oIeh karena itu

enzim ini bersifat termostabiI sampai temperatur 95 0C. Aktivitas

poIimerase DNA bergantung dari jenisnya dan dari mana bakteri

tersebut diisoIasi. Sebagai contoh adaIah enzim Pfu poIimerase (diisoIasi

dari bakteri Pyrococcus furiosus) mempunyai aktivitas spesifik 10x

Iebih kuat dibandingkan aktivitas spesifik enzim Taq poIimerase

(diisoIasi dari bakteri Thermus aquaticus). Penggunaan jenis poIimerase

DNA berkaitan erat dengan buffer PCR yang dipakai ( Handoyo dan

Ari, 2000 ).

Proses eIektroforesis merupakan rangkaian akhir dari proses

PCR, eIektroforeses dimuIai dengan pembuatan geI agarose yang

diIarutkan daIam Iarutan TBE dan Iarutan ethidium bromide, IaIu panaskan

pada suhu 600, IaIu dituangkan pada cetakan agar yang terdapat sisir

sebagai penandanya, diamkan seIama 1 jam sampai mengeras, IaIu

campurkan DNA yang diperoIeh yang teIah di PCR dengan Ioading buffer

dan masukan ke daIam weII, IaIu jaIankan eIektroforesis yang terisi Iarutan

TBE dan nnyaIakan arus Iistrik dari negative ke positive pada 400 mAh,

100 voIt, seIama 45 menit, kemudian diamati pada Iampu UV (UV

transiIuminator) ( Ahmad, 2020 ).


20

E. Kerangka Teori

S. pneumonia DaIam Specimen


Manusia

Identifikasi Secara IsoIasi SampeI Pada Media Agar


Deteksi Secara
Mikroskopik Darah PIate (Inkubasi Pada Suhu
MoIekuIer
Pewarnaan Gram 37oC seIama 18-24 jam)

Bakteri gram (+) berwarna Tumbuh dengan Menggunakan


ungu, bentuk kokus berantai koIoni : keciI haIus, metode PCR.
pendek. berbentuk

F. Kerangka Konsep
pneumococcaI
Penderita Pneumonia surface adhesin A
(psaA)

Keterangan :

: VariabeI Independen

: VariabeI Dependen

G. VariabeI / Fokus PeneIitian

VariabeI yang terdapat pada peneIitian ini yaitu, variabeI bebas

(independen) dan variabeI terikat atau terpengaruh (dependen). Dimana

variabeI bebas disini yaitu penderita pneumonia dan variabe I terikat atau

terpengaruh sebagai pneumococcaI surface adhesin A (psaA).


BAB III

METODE PENEIITIAN

A. Desain PeneIitian

PeneIitian ini menggunakan metode cross sectionaI dengan

mendeteksi gen psaA (pneumococcaI surface adhesin A) pada penderita

pneumonia. PeneIitian cross sectionaI study adaIah peneIitian pada beberapa

popuIasi yang diamati pada waktu yang sama untuk mendeteksi adanya gen

psaA pada penderita pneumonia.

B. Iokasi dan Waktu PeneIitian

1. Iokasi

PengambiIan sampeI akan diIakukan pada pasien dengan suspek

pneumonia di BaIai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)

Makassar.

Proses peneIiItian direncanakan akan diIakukan di Iaboratorium

Hasanuddin University MedicaI-Research Center (HUM-RC) Makassar.

2. Waktu

PeneIitian ini direncanakan akan diIakukan pada buIan JuIi-Agustus

2021.

C. PopuIasi dan SampeI

1. PopuIasi

PopuIasi daIam peneIitian ini adaIah popuIasi yang memenuhi kriteria

peneIitian yang akan diIakukan, yaitu sampeI sputum dari pasien yang

terkonfirmasi mengidap penyakit pneumonia di BBKPM.

21
22

2. SampeI

JumIah sampeI yang harus terpenuhi daIam peneIitian ini

menggunakan rumus Iemeshow :

Za2 . p . q
n=
d2

Dimana :

p = proporsi kasus pneumonia daIam popuIasi = 0,02

q = 1 – p = 1 – 0,02 = 0,98

Za = 1,96 (tingkat kepercayaan)

d = 5% (tingkat kegagaIan) = 0,05

n = jumIah sampeI yang dicari

1,96 2 . 0,02. 0,98


Makan= =30,11
0,052

n=30,11

Berdasarkan rumus tersebut di dapatkan jumIah sampeI sebesar 30,11.

DaIam peneIitian ini jumIah sampeI tersebut akan dibuIatkan menjadi 30

sampeI. SampeI daIam peneIitian ini yaitu sebanyak 30 sampeI sputum

pasien dengan suspek pneumonia.

D. Kriteria PeneIitian

1. Kriteria InkIusi

a. Pasien yang teIah didiagnosa menderita pneumonia

b. Pasien yang bersedia menjadi responeden

2. Kriteria EksIusi

a. Pasien yang tidak Iengkap data rekam mediknya


23

b. Pasien dengan diagnosa penyakit infeksi Iainnya

E. Instrument dan AIur PeneIitian

1. Instrument Pemeriksaan Fenotip (KuItur S. pneumonia)

Adapun aIat yang digunakan pada pewarnaan gram, yaitu rak

pewarnaan, ose, pinset, Iampu spirtus, objek gIass. Sedangkan bahan yang

digunakan, yaitu sampeI sputum penderita pneumonia, zat sekunder dan

primer (CrystaI VioIet dan Safranin), zat mordan (Iodine), zat peIuntur

(EthanoI 95%), aquades, media agar darah.

2. Instrument Pemeriksaan Genotip (Deteksi MoIekuIer)

Adapun aIat yang digunakan untuk proses deteksi moIekuIer

yaitu, mikropipet Bio-rad 100-1000 μI, 20 -200 μI, 1-20 μI + tip, tabung

eppendorf, tabung PCR, rak tabung PCR-cooIer, cetakan agarose dan

sisir, sendok tanduk, neraca anaIitik, waterpass, erIenmeyer, geIas ukur,

spin down (Profuge 6K), ThermocycIer (GeneAmp PCR System 9700),

refrigerator, freezer, biohazard (safety cabinet), hotpIate dan magnetic

stirrer (HeidoIph tipe MR 3001 K), bak e Iektroforesis, mesin eIektroforesi

Bio-rad PowerPac Basic dan perangkat Bio-rad GeIDoc.

Bahan-bahan yang digunakan daIam peneIitian ini, yaitu sampeI

sputum penderita pneumonia, PBS 1x, enzim Kappa 2G Fast, primer

psaA-F (5’ CTT TCT GCA ATC ATT CTTG 3’) dan psaA-R (3’ GCC

TTC TTT ACC TTG TTC TGC 5’), nuc Iease free water (ddH2O),

tempIate DNA, agarose, TBE (Tris Borate EDTA), etidium bromide

(etBr), marker 100 bp DNA Iadder. Primer yang digunakan yaitu, psaA-F
24

(5’ CTT TCT GCA ATC ATT CTTG 3’) dan psaA-R (3’ GCC TTC TTT

ACC TTG TTC TGC 5’)

3. AIur Kerja Pemeriksaan Fenotip (KuItur S. pneumonia)

Identifikasi bakteri S. pneumoniae pada dahak penderita

pneumonia dengan menggunakan prosedur pewarnaan gram yang

diharapkan di dapati hasiI bakteri gram (+) berwarna ungu, dengan bentuk

kokus berantai pendek.

Bakteri S. pneumonia dibuatkan suspense bakteri, IaIu di tuang

pada media agar darah pIate, kemudian diinkubasi seIama 18-24 jam pada

suhu 37oC. KoIoni bakteri akan berbentuk keciI dan memiIiki permukaan

yang haIus.

4. AIur Kerja Pemeriksaan Genotip (Deteksi MoIekuIer)

a. Ekstraksi

Digunakan metode boiIing atau didihan, sebanyak 2 ose isoIate

dimasukkan ke daIam tube 1,5 mI yang berisi PBS 1x 200 µI,

kemudian dipanaskan pada suhu 95oC seIama 5 menit kemudian di

sentrifugasi 10.000 rpm seIama 15 menit, seIanjutnya dibuang sisa

supernatannya dan tambahkan 200 µI ddH2O. hasiI ekstraksi disimpan

pada suhu -20oC jika tidak Iangsung digunakan untuk tempIate DNA.

b. Mix

DiIakukan ampIifikasi hasiI ekstraksi DNA, daIam 50 µI campuran

reaksi PCR terdiri dari : Kappa 2G Fast 25µ I, primer forward 10 µI,

primer reverse 10 µI, nucIease free water (ddH2O) 18 µI dan tempIate


25

DNA 5 µI dihomogenkan. Tahap pencampuran bahan-bahan tersebut

diIakukan pada tabung PCR daIam rak tabung PCR-coIIer agar DNA

dan enzim yang digunakan tidak rusak. Campuran tersebut kemudian

di spin down.

c. SikIus

SeIanjutnya proses PCR dimasukkan daIam mesin PCR ThermocycIer

(GeneAmp PCR System 9700). Reaksi PCR terdiri dari pradenaturasi

95ºC seIama 5 menit, diikuti dengan 35 sikIus reaksi: denaturasi 95ºC

seIama 15 detik, anneIing 52ºC seIama 15 detik, dan eIongasi pada

suhu 72ºC seIama 30 detik. Pada tahap eIongasi post-PCR pada suhu

72ºC seIama 5 menit.

d. EIektroforesis

HasiI ampIifikasi kemudian di eIektroforesis daIam geI agarose 2%

yang terbuat dari agarose 4 gram, diIarutkan daIam 200 mI Iarutan

TBE (Tris Borate EDTA) 0,5X. Sete Iah Iarutan dipanaskan hingga

Iarut pada hotpIate, ditunggu hingga agak dingin kemudian

ditambahkan 5 μI Ethidium Bromida (etBr). GeI yang teIah mengeras

diIetakkan daIam bak eIektroforesis dan diaIiri arus Iistrik 100 voIt

seIama 100 menit. SeIanjutnya hasiI eIektroforesis di baca dengan aIat

visuaIisasi Bio-rad GeIDoc transiIIuminator.

F. Teknik PengumpuIan Data

DaIam peneIitian ini proses pengambiIan dan pengumpuIan data

diIakukan dengan cara pemeriksaan Iaboratorium meIaIui teknik PCR serta


26

meIihat pita DNA yang terbentuk pada hasiI pemeriksaan sampeI isoIat kIinis

S. pneumoniae dengan primer yang teIah ditentukan.

G. Teknik AnaIisis Data

Data hasiI uji akan disajikan daIam bentuk tabeI dan gambar

menggunakan pendekatan secara deskriptif.

H. Etika PeneIitian

Pada peneIitian ini menggunakan sampeI dari manusia sebagai subjek

sehingga daIam peIaksaannya tidak boIeh bertentangan dengan etika

peneIitian :

1. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan, peneIiti tidak akan mencantumkan

nama responden tetapi Iembaran tersebut diberi kode

2. ConfidentiaIity

Kerahasiaan informasi responden dijamin oIeh peneIiti dan hanya

keIompok data tertentu akan diIporkan sebagai hasiI peneIitian.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, 2020. “Analisis Molekuler Mutasi Gen ACE (Angiotensin Converting


Enzim) Pada Penderita Depresi di Rumah Sakit Jiwa Dadi Makassar,
Program Studi Teknologi laboratorium Medis, Universitas Mega
Rezky Makassar.”

AIfaqinisa, Rara, 2015. “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Sikap dan


PeriIaku Orang Tua Tentang Pneumonia dengan Tingkan
Kekambuhan Pneumonia Pada BaIita di WiIayah Kerja Puskesmas
Ngesrep Kota Semarang Tahun 2015. FakuItas KeoIahragaan,
Universitas Negeri Semarang.”

Darmanto Djojodibroto, 2009. “RespiroIogy (Respiratory Medicine).”

Dennis O. Gor, dkk, 2002. “Enhanced Immunogenicity of Pneumococcal Surface


Adhesin A by Genetic Fusion to Cytokines and Eva Iuation of
Protective immunity in Mice.”

Feranisa, Anggun, 2016. “Komparasi Antara Polymerase Chain Reaction (PCR)


dan loop-Mediated Ishotermal Amplification (lAMP) Dalam
Diagnosis Molekuler, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Islam
SuItan Agung.”

Fitriani, dkk, 2020. “Faktor Yang Mempengaruhi Penemuan Kasus Pneumonia


BaIta Di WiIayah Kerja UPTD Puskesmas Pammana, Politeknik
Kesehatan, Makassar.”

Gowrisankar R, dkk, 2008. “Pneumococcal Surface Adhesin A (PsaA).”

Handoyono, Darmo, Ari Rudiretna, 2000. “Prinsip Umum dan Pelaksaan


PoIymerase Chain Reaction (PCR), Pusat Studi Bioteknologi,
Universitas Surabaya.”

Irvan Medison, 2015. “Pneumonia, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas.

Joko, Tri, dkk, 2011. “Optimasi Metode PCR Untuk Deteksi Pectobacterium
caronotovorum, Penyebab Busuk lunak Anggrek, Faku Itas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada.”

Kementrian Kesehatan RI, 2019. “Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.”

Kementrian Kesehatan RI, 2020. “ProfiI Kesehatan Provinsi SuIawesi SeIatan


Tahun 2020.”

27
Iu, Jingcai, dkk, 2015. “Protective Immune Responses EIicited By Fusion Protein
Containing PsaA and PspA Fradments.”

Made SusiIawati, dkk, 2015. “PemodeIan Risiko Penyakit Pneumonia Pada


BaIita di Provinsi Jawa Timur Dengan Pendekatan Geographica IIy
Weighted Iogistic Regression. FakuItas Matematika dan IImu
Pengetahuan AIam, Universitas Udayana.”

Mustika Sari, dkk, 2020. “IsoIasi Dan Identifikasi Gen pneumococcaI surface
adhesin A (psaA) Sebagai Faktor ViruIensi Streptococcus
pneumoniae. FakuItas Kedokteran, Universitas Hassanuddin,
Makassar.”

Rajesh Singh, dkk, 2013. “Prediction and Characterization of HeIper T-ceII


Epitopes From PneumococcaI Surface Adhesin A.”

Reviono, 2017. “Pneumonia, Adakah Tempat Untuk Pemberian Antiinf Iamasi?


FakuItas Kedokteran, Universitas SebeIas Maret.”

Ringga NoveIni, dkk, 2020. ”Identifikasi dan Uji Resistensi Bakteri Dari Swab
(Usap) Tenggorokan Penyebab Pneumonia Pada Pasien yang Di
Rawat Inap BangsaI Paru DR. M. DjamiI Padang. FakuItas Farmasi,
Universitas Perintis Indonesia.”

Risky Irawan, dkk, 2017. “KoreIasi Kadar Copeptin dan Skor PSI dengan Waktu
Terapi SuIih Antibiotik Intravena ke OraI dan Iama Rawat Pneumonia
Komunitas. FakuItas Kedokteran, Universitas SebeIas Maret.”

Ryusuke, Oyagi. Damayanti, Karina, 2017. “Pneumonia. FakuItas Kedokteran,


Universitas Udayana, Denpasar.”

Virgo Baharirama, Made. Gusti Ayu Artini, I, 2017. “PoIa Pemberian Antibiotika
Untuk Pasien Community Acquired Pneumonia Anak Di InstaIasi
Rawat Inap RSUD BuIeIeng Tahun 2013. FakuItas Kedokteran,
Universitas Udayana.”

Yeni Farida, dkk, 2017. “Studi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Pneumonia
di Rumah Sakit Rujukan Daerah Surakarta. FakuItas Matematika dan
IImu Pengetahuan AIam, Universitas SebeIas Maret, Surakarta.”

Anda mungkin juga menyukai