Anda di halaman 1dari 1

Hidup Bahagia dengan Aqidah Islamiyyah

Sebagai seorang muslim, kita berharap bahwa akhir hayat dari hidup kita berakhir dalam
keadaan khusnul khatimah. Oleh karena itu, penting untuk menjaga aqidah kita tetap berada dalam
jalur keislaman, yaitu tetap berada dalam keadaan beriman. Secara umum, aqidah didefinisikan
sebagai sesuatu yang diyakini dan dipercaya oleh manusia selama hidupnya, sehingga ia dijadikan
pedoman hidup tanpa melihat sesuatu yang diyakini itu adalah benar atau salah. Sehingga, penting
untuk memilih aqidah yang benar, sehingga kita tidak terseret ke jalan yang salah.
Ketika disandarkan pada agama islam (aqidah islamiyah), berarti kita sepenuhnya
menyadari dan memilih untuk beriman seutuhnya kepada Allah, para malaikat-Nya, para rasul-Nya,
kitab-kitab suci-Nya, hari kiamat, serta Qadha’ dan Qadar-Nya; juga membenarkan apa yang tertulis
dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasululllah, serta apa yang telah di Ijma’kan para Salafunasoolih,
sembari memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah.
Secara definisi, iman dalam islam berarti bahwa kita mempercayai keberadaan Allah, para
Malaikat-Nya, utusan-Nya, serta percaya terhadap pertemuan dengan-Nya di hari akhir. Keimanan
yang sudah menancap dalam hati, harus kita buktikan dengan keislaman. Rasulullah mendefinisikan
keislaman sebagai keyakinan kita untuk menyembah hanya kepada Allah, serta tidak
menyekutukannya dengan suatu apapun, yang dibuktikan dengan cara mendirikan shalat,
menunaikan zakat yang diwajibkan, dan menunaikan ibadah puasa ramadhan.
Jikalau iman dan islam sudah dilaksanakan secara bersamaan dan penuh, insyaAllah akan
muncul ihsan dalam diri. Ihsan adalah menyembah kepada Allah, seakan-akan kita dapat melihatnya;
dan menyadari bahwa Allah senantiasa melihat umat-Nya. Orang yang telah mencapai tahapan ihsan,
akan tampak dari karakternya (shalat dengan pakaian yang rapih, bersedekah tanpa perlu diketahui
orang lain).
Sumber dari aqidah islamiyah ada 4, yaitu: Al-Qur’an, sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Al-Qur’an
dan sunnah berasal langsung dari wahyu Allah melalui Rasulullah, sehingga digolongkan sebagai
dalil Naqli. Sedangkan, Ijma’ dan Qiyas merupakan sumber aqidah yang disandarkan oleh wahyu
dan menggunakan akal manusia (para ulama), sehingga digolongkan sebagai dalil Aqli. Dalil naqli
sudah pasti benar hukumnya, sementara, dalil aqli merupakan dalil yang diperoleh dari bukti ilmu
pengetahuan dan argumentasi para ulama, yang disebut sebagai ijtihad ulama.

Anda mungkin juga menyukai