Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata do’a berasal dari bahasa arab yaitu Da’a, yad’u, da’watan yang memiliki
arti, menyeru, memanggil, mengajak, dan memohon. Do’a adalah komunikasi dari si
pendo’a kepada yang maha mengabulkan do’a. Do’a memiliki manfaat sebagai sarana
menghadapkan diri kepada Allah. Do’a adalah sarana menyampaikan permohonan
kepada Allah yang memberikan nikmat yang tidak ada habis-habisnya. Di dalam do’a
ada pengakuan si pendo’a terhadap ke mahakuasaan Nya. Di dalam do’a juga
tercermin bukti ketundukan kepada Nya sekaligus pengakuan atas kelemahan dan
ketidakberdayaan si pendo’a di hadapan Nya. Hakikat do’a telah dijelaskan dalam
kitab “Sya’nud Du’a”, yang mengandung tiga hal. Pertama, mengesakan,
mengagungkan, dan memuji Allah. Kedua, meminta ampun kepada Allah dan
memohon apa saja yang dapat mendekatkan diri kepada Nya. Ketiga, meminta kepada
Allah hal-hal yang bersifat keduniawian.1

Do’a (meminta kepada Allah) dapat memiliki kemungkinan dua yaitu, do’a
yang mustajabah dan ghairu mustajabah. Do’a mustajabah adalah do’a yang
dikabulkan oleh Allah, sedangkan do’a ghairu mustajabah adalah do’a yang tidak
dikabulkan oleh Allah. Allah memiliki hak untuk mengabulkan atau tidak
dikabulkannya sebuah do’a. Dalam sebuah hadits disebutkan beberapa manusia yang
dikabulkan do’anya dan waktu-waktu tertentu saat dikabulkannya sebuah do’a.
Manusia terkadang merasa bahwa apa yang diminta tidak pernah dikabulkan Nya,
terkadang ia berputus asa dalam berdo’a karena Allah tidak cepat mengabulkan do’a
yang ia minta. Ada sebagian orang yang tidak membutuhkan Allah, ia tidak berdo’a,
ia tidak merasa membutuhkan-Nya. Padahal, dalam sebuah hadits disebutkan bahwa
“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah Taala dibandingkan do’a”.(HR.
Ahmad Bukhori , Tirmidzi dan Nasa’i).2 Hal tersebut menggambarkan bahwa do’a
penting bagi seorang hamba. Walaupun do’a yang ia panjatkan belum tentu

1
SaifulHadi el-Sutha,Do’a-Do’aDahsyatdanMustajabahdalam Al-Quran dan As-Sunnah
(Banten: Shuhuf Media Insani, 2013), hlm. 1.
2
SaifulHadi el-Sutha, Do’a-Do’aDahsyatdanMustajabahdalam Al-Quran dan As-Sunnah
(Banten: Shuhuf Media Insani, 2013), hlm. 2
2

dikabulkan, tapi alangkah baiknya ia memohon kepada Allah yang telah


menciptakannya, dan ia berintropeksi diri untuk memperbaiki do’anya.

Seorang manusia memiliki keinginan bahwa do’anya dikabulkan oleh sang


pencipta. Oleh karena itu saya mengangkat tema Do’a Mustajabah. Pada tema ini
saya akan menjelaskan adab dan etika seorang hamba dalam berdo’a. Seorang
manusia dalam hidupnya memiliki adab dan etika, terutama terhadap sang pencipta.
Pembahasan yang kedua, saya akan membahas hadits-hadits yang berkaitan dengan
do’a-do’a mustajabah, waktu-waktu yang mustajabah untuk berdo’a dan saya juga
akan membahas tempat-tempat do’a mustajabah. Dan alangkah lebih baik jika
seorang hamba tersebut meminta diiringi dengan keikhlasandan pengharapan kepada-
Nya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana adab dan etika dalam berdo’a?

2. Apa saja hadits yang berhubungan dengan do’a mustajabah?

3. Kapan waktu-waktu yang mustajabah untuk berdo’a?

4. Di mana tempat-tempat do’a mustajabah?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui adab dan etika dalam berdo’a.

2. Untuk mengetahui macam-macam hadits yang berhubungan dengan do’a

mustajabah.

3. Untuk mengetahui waktu-waktu yang mustajabah untuk berdo’a.

4. Untuk mengetahui tempat-tempat do’a mustajabah.


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Adab dan Etika dalam Berdo’a


Do’a berasal dari bahasa Arab yaitu Da’a, yad’u, da’watan yang
memiliki arti, menyeru, memanggil, mengajak, dan memohon.3 Do’a memiliki
manfaat, Do’a adalah sarana menghadapkan diri kepada Allah dengan
tadharru’, do’a adalah sarana menyampaikan permohonan kepada Allah yang
memberikan nikmat yang tidak ada habis-habisnya, do’a adalah sarana
memperoleh nikmat Allah.4 Sedangkan mustajabah memiliki arti dikabulkan
atau do’a yang dikabulkan oleh Allah.
Do’a yang kita panjatkan kepada Allah belum tentu dikabulkan oleh-
Nya. Dan sebagai seorang manusia yang memiliki adab dan etika, kita wajib
berintropeksi diri apakah sesuatu yang kita kerjakan berlandaskan adab dan
etika. Terlebih lagi dalam berdo’a kepada Allah SWT, agar do’a yang kita
panjatkan dikabulkan oleh Nya maka kita harus memperhatikan etika dan adab
dalam berdo’a. Adapun adab dan etika tersebut adalah5 :

1. Bewudhu terlebih dahulu (dalam keadaan suci, berwudhu).


Diriwiyatkan bahwa Rasulullah berwudhu terlebih dahulu ketika
beliau akan mendo’akan salah seorang sahabat beliau yaitu Abu Amir,
yang meninggal dalam sebuah pertempuran di negeri Authas.
2. Menghadap kiblat.
Diriwayatkan bahwa ketika Thufail bin Amru datang seraya
meminta beliau untuk mendo’akan kaumnya, maka dengan serta merta
beliau menghadapkan wajah beliau ke kiblat.
3. Mengangat tangan ke langit
Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah itu ketika
berdo’a maka beliau mengangkat dan menengadahkan tangannya ke langit,

3
Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia(Jakarta: Hida karya Agung, 1989), hlm. 126.
4
Saiful Hadi el-Sutha, Do’a-Do’a Dahsyat dan Mustajabah dalam Al-Quran dan As-Sunnah
(Banten: Shuhuf Media Insani, 2013), hlm. 4.
5
Saiful Hadi el-Sutha, Do’a-Do’a Dahsyat dan Mustajabah dalam Al-Quran dan As-Sunnah
(Banten: Shuhuf Media Insani, 2013), hlm. 22-37.
4

seperti yang tersebut dalam hadits riwayat Anas bin Malik, Abu Hurairah,
Abu Musa al-Asy’ary, Abdullah bin Umar, dan lain-lain.
4. Bertaubat dan memperbanyak memohon ampun.
Sebelum berdo’a kepada Allah kita di sunnahkan untuk
memperbanyak membaca kalimat istigfar, yaitu memohon ampunan
kepada Allah.
5. Memulai do’a dengan puji-pujian kepada Allah.
Diriwayatkan oleh Fadhalah ibn Ubaid bahwa suatu hari Rasulullah
mendengar seorang berdo’a kepada Allah secara langsung tanpa
mengucapkan shalawat kepada Rasul. Maka beliau pun bersabda “jika
salah seorang dari kalian berdo’a kepada Allah, maka hendaklah ia
memuliai do’anya dengan mengucapkan puji-pujian bagi Allah dan
bershalawat kepada Rasul Nya. Setelah itu mintalah apa saja kepada Allah.
6. Hendaklah berdo’a untuk diri sendiri terlebih dahulu.
Ibrahim an Nakha’i, seorang ulama dan sufi ternama berkata, “jika
engkau berdo’a maka mulailah dengan mendo’akan dirimu sendiri, sebab
engkau tidak tahu do’a mana yang akan dikabulkan oleh Allah.
7. Berdo’a dengan do’a-do’a dari al Qur’an dan as Sunnah.
Dalam berdo’a kepada Allah, hendaklah setiap orang beriman
mengunakan do’a-do’a dari kitabullah dan as Sunnah. Karena do’a-do’a
yang bersumber dari al Qur’an dan as Sunnah itu merupakan do’a-do’a
pilihan Allah untuk para nabi dan wali Nya, dan Allah telah mengajarkan
kepada mereka bagaimana seharusnya mereka berdo’a kepada Nya.
8. Mengulang-ulang do’a.
Imam at Turmudzi berkata, “mengulang-ulang do’a termasuk
faktor yang menyebabkan dikabulkannya do’a oleh Allah. Maka jika
engkau berdo’a ulang-ulanglah do’amu sebanyak tiga kali ataau lebih,
sebagaimana yang biasa diperbuat oleh Rasulullah.
9. Berdo’a di waktu lapang.
Di antara adab dan etika lainnya agar do’a kita di terima oleh Allah
adalah, hendaknya kita berdo’a kepada Allah pada waktu-waktu lapang,
sehingga Allah pun akan mengingat dan mengabulkan do’a kita di waktu-
waktu sulit dan sempit.
10. Membaca amin setelah berdo’a.
5

Dalam kitab “tashhih ad Du’aa” karya Abu Zaid, disebutkan hadits


riwayat dari Abu Zuhair an Namiri yang menceritakan, “satu malam,
ketika kami keluar ke suatu tempat, tiba-tiba kami melihat seorang laki-
laki sedang berdo’a kepada Allah dengan sungguh-sungguh dan
mengakhiri do’anya begitu saja tanpa penutup do’a. Maka Rasulullah pun
berkata, mengapa ia tidak menutup do’anya? Salah seorang dari kami pun
bertanya, ya Rasulullah, dengan apakah do’a ditutup? Beliau menjawab,
dengan membaca amin. Jika ia menutup do’anya dengan bacaan itu,
niscaya do’anya akan dikabulkan oleh Allah.
11. Berdo’a dengan penuh keikhlasan.
Ikhlas adalah syarat utama diterimanya amal seseorang. Tidak ada
gunanya amal ibadah tanpa keikhlasan, sebagaimana tidak adanya jasad
yang sudah tidak ada nyawanya lagi.
12. Bertawassul dengan wasilah yang disyariatkan.
Pertama, bertawasul dengan nama sifat Allah yang mulia. Kedua,
bertawasul dengan amal shaleh, yakni berdo’a dan mendekatkan diri
kepada Allah dengan amal shaleh yang telah dilakukan. Dan yang ketiga,
bertawasul dengan do’a orang shaleh, yakni meminta tolong kepada
seseorang yang diyakini termasuk orang-orang yang shaleh dan bertakwa
kepada Allah agar dia memohonkan kebaikan untu kita.
Orang yang dikabulkan do’a Nya adalah orang yang menjaga adab
seperti yang telah di jelaskan di atas, jika ia memohon kepada Allah tapi
tanpa adab maka do’a yang ia panjatkan tidak dikabulkan karena manusia
memiliki adab apalagi dihadapan Allah. Selain itu, Orang yang menjaga
perintah Allah swt adalah orang yang dikabulkan do’a-Nya karena orang
yang melakukan maksiat maka do’a nya tidak diterima oleh Allah.

B. Macam-Macam Hadits yang Berhubungan dengan Do’a Mustajabah


Kunci untuk Dikabulkannya Do’a
ْ‫انَ عَن‬+‫س‬ َّ ‫ ِام ْب ِن َح‬+‫ش‬ َ ‫ي عَنْ ِه‬ ُّ ‫ر‬+ َ ‫ َّدثَنَا‬+‫الِ ٌح َح‬+‫ص‬
ِّ +‫الِ ٌح ا ْل ُم‬+‫ص‬ َ ‫ ٌل‬+‫ َو َر ُج‬+‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ ُم َعا ِويَةَ ا ْل ُج َم ِح ُّي َو ُه‬
َ‫ون‬++ُ‫وا هَّللا َ َوأَ ْنتُ ْم ُموقِن‬+ُ‫لَّ َم ا ْدع‬+‫س‬
َ ‫ ِه َو‬+‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬+‫ص‬ َ ِ ‫و ُل هَّللا‬+‫س‬ ُ ‫ا َل َر‬+َ‫سي ِرينَ عَنْ أَبِي ُه َر ْي َرةَ قَا َل ق‬ ِ ‫ُم َح َّم ِد ْب ِن‬
ُ‫يب اَل نَ ْع ِرفُه‬
ٌ ‫يث َغ ِر‬ ٌ ‫سى َه َذا َح ِد‬ َ ‫ب َغافِ ٍل اَل ٍه قَا َل أَبُو ِعي‬ ٍ ‫يب ُدعَا ًء ِمنْ قَ ْل‬ ُ ‫ست َِج‬ ْ َ‫بِاإْل ِ َجابَ ِة َوا ْعلَ ُموا أَنَّ هَّللا َ اَل ي‬
‫ةَ ا ْل ُج َم ِح ِّي فَإِنَّهُ ثِقَة‬+ َ‫ ِد هَّللا ِ ْب ِن ُم َعا ِوي‬+ ‫وا عَنْ َع ْب‬++ُ‫و ُل ا ْكتُب‬++ُ‫ي يَق‬
َّ ‫ ِر‬+ َ‫ا ا ْل َع ْنب‬+ ‫اس‬ َ ‫ ِه‬+‫ َذا ا ْل َو ْج‬+ ‫إِاَّل ِمنْ َه‬
ً َّ‫ ِم ْعت َعب‬+ ‫س‬
)‫(رواه التر مذ ى عن ابى هريرة‬
6

Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Mu'awiyah Al Jumahi ia
adalah orang yang shalih. Telah menceritakan kepada kami shalih Al Muri
dari Hisyam bin Hassan dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah ia
berkata; Rasulullah shallallahu wa'alaihi wa sallam bersabda: "Berdoalah
kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa
Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai." Abu Isa berkata; hadits ini
adalah hadits gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini. Saya
mendengar Abbas Al 'Anbari berkata; tulislah dari Abdullah bin Mu'awiyah
Al Jumahi bahwa ia adalah orang yang tsiqah”.6
َ‫الزبَ ْي ِر عَنْ َجابِ ٍر أَنَّهُ قَا َل َوقَ ْد قَا َل أَبُو ه َُر ْي َرة‬
ُّ ‫سى بْنُ دَا ُو َد َقا َل أَ ْخبَ َرنَا ابْنُ لَ ِهي َعةَ عَنْ أَبِي‬ َ ‫َح َّدثَنَا ُمو‬
ُ‫يب لَه‬
َ ‫ستُ ِج‬ ْ ‫سا َعةٌ اَل يُ َوافِقُ َها َع ْب ٌد ُم‬
ْ ‫سلِ ٌم إِاَّل ا‬ َ ‫سلَّ َم َيقُو ُل ِفي َي ْو ِم ا ْل ُج ُم َع ِة‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫س ِمعْتُ النَّبِ َّي‬
َ
“Telah menceritakan kepada kami Musa bin Dawud telah mengabarkan
kepada kami Ibnu Lahi'ah dari Abu Az Zubair dari Jabir Bahwasanya ia
berkata; Abu Hurairah berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Pada hari jum'at ada satu waktu, yang tidaklah seorang
muslim mendapatinya kecuali Allah pasti akan mengabulkan doanya”.7
‫َان يُ ْفت َُح لَ ُه َما‬
ِ ‫سا َعت‬ َ ‫ي أَنَّهُ قَا َل‬
ِّ ‫اع ِد‬ِ ‫س‬
َّ ‫س ْع ٍد ال‬ َ ‫س ْه ِل ْب ِن‬َ ْ‫و َح َّدثَنِي عَنْ َمالِك عَنْ أَبِي َحا ِز ِم ْب ِن ِدينَا ٍر عَن‬
‫سبِي ِل اللَّه‬
َ ‫صفُّ فِي‬ َّ ‫صاَل ِة َوال‬ َّ ‫ض َرةُ النِّدَا ِء لِل‬ ٍ ‫س َما ِء َوقَ َّل د‬
ْ ‫َاع تُ َر ُّد َعلَ ْي ِه َد ْع َوتُهُ َح‬ ُ ‫أَ ْب َو‬
َّ ‫اب ال‬
“Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Abu Hazm bin Dinar dari
Sahal bin Sa'ad As Sa'idi dia berkata, "Ada dua waktu yang di dalamnya
dibukakan pintu-pintu langit, dan sedikit orang yang tertolak doanya; saat
adzan dan saat berperang di jalan Allah”.8
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ ُ ‫و َح َّدثَنِي عَنْ َمالِك عَنْ ِزيَا ِد ْب ِن أَبِي ِزيَا ٍد عَنْ طَ ْل َحةَ ْب ِن ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ ْب ِن َك ِري ٍز أَنَّ َر‬
‫ض ُل َما قُ ْلتُ أَنَا َوالنَّبِيُّونَ ِمنْ قَ ْبلِي اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َو ْح َدهُ اَل‬ َ ‫ض ُل ال ُّدعَا ِء ُدعَا ُء يَ ْو ِم َع َرفَةَ َوأَ ْف‬
َ ‫سلَّ َم قَا َل أَ ْف‬
َ ‫َو‬
ُ‫ش ِريكَ لَه‬
َ
“Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Ziyad bin Abu Ziyad dari
Thalhah bin 'Ubaidullah bin Kariz, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sebaik-baik doa adalah doa pada Hari Arafah. Sebaik-
baik yang pernah aku baca dan juga nabi-nabi sebelumku adalah: 'LAA
6
Buya H.M AlfisChaniago, Indeks Hadits dan Syariah Tematik dan Alfabetis (Bekasi : Alfonso
Pratama, 2008), hlm. 384.
7
Lidwa Hadits, Kitab Ahmad Hadits No 8871.
8
Lidwa Hadits, Kitab Malik Hadits No 140.
7

ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKALAH' (Tidak ada tuhan


selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya)”.9
‫ستَ ْع َم َل َم ْولًى لَهُ يُ ْدعَى ُهنَيًّا َعلَى‬ ِ ‫سلَ َم عَنْ أَبِي ِه أَنَّ ُع َم َر بْنَ ا ْل َخطَّا‬
ْ ‫با‬ ْ َ‫َح َّدثَنِي عَنْ َمالِك عَنْ َز ْي ِد ْب ِن أ‬
ِ ُ‫وم فَإِنَّ َدع َْوةَ ا ْل َم ْظل‬
‫وم ُم َجا ب‬ ِ ُ‫َّق َدع َْوةَ ا ْل َم ْظل‬ ِ ‫اح َك عَنْ النَّا‬
ِ ‫س َوات‬ ْ ‫ا ْل ِح َمى فَقَا َل يَا ُهنَ ُّي‬
َ َ‫اض ُم ْم َجن‬
“Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Zaid bin Aslam dari Ayahnya
bahwa Umar bin Khattab memperkerjakan mantan budaknya yang bernama
Hunayya untuk menjaga perbatasan. Lalu 'Umar berkata; "Wahai Hunayya!
Tahanlah tanganmu dari berbuat aniaya terhadap manusia dan takutlah doa
orang-orang yang teraniaya. Karena doa orang-orang yang teraniaya itu
dikabulkan”.10
ُّ ‫سلَ ْي َمانَ عَنْ أَبِي‬
ْ‫الزبَ ْي ِر عَن‬ ُ ‫ش ْيبَةَ َح َّدثَنَا يَ ِزي ُد بْنُ هَارُونَ عَنْ َع ْب ِد ا ْل َملِ ِك ْب ِن أَبِي‬ َ ‫َح َّدثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْنُ أَبِي‬
‫ص ْف َوانَ قَا َل َو َكانَتْ ت َْحتَهُ ا ْبنَةُ أَبِي الد َّْردَا ِء فَأَتَاهَا فَ َو َج َد أُ َّم الد َّْردَا ِء َولَ ْم يَ ِج ْد أَبَا‬ َ ‫ص ْف َوانَ ْب ِن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن‬ َ
َ‫سلَّ َم َكان‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫الد َّْردَا ِء فَقَالَتْ لَهُ تُ ِري ُد ا ْل َح َّج ا ْل َعا َم قَا َل نَ َع ْم قَالَتْ فَا ْد ُع هَّللا َ لَنَا بِ َخ ْي ٍر فَإِنَّ النَّبِ َّي‬
‫س ِه َملَ ٌك يُ َؤ ِّمنُ َعلَى ُدعَائِ ِه ُكلَّ َما َدعَا لَهُ بِ َخ ْي ٍر قَا َل‬ِ ‫ب ِع ْن َد َر ْأ‬
ِ ‫ست ََجابَةٌ أِل َ ِخي ِه بِظَ ْه ِر ا ْل َغ ْي‬
ْ ‫يَقُو ُل َد ْع َوةُ ا ْل َم ْر ِء ُم‬
‫سلَّ َم‬ َ ‫وق فَلَقِيتُ أَبَا الد َّْردَا ِء فَ َح َّدثَنِي عَنْ النَّبِ ِّي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫س‬ ُّ ‫آ ِمينَ َولَ َك بِ ِم ْثلِ ِه قَا َل ثُ َّم َخ َر ْجتُ إِلَى ال‬
‫بِ ِم ْث ِل َذلِ َك‬
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah; telah
menceritakan kepada kami Yazid bin Harun dari Abdul Malik bin Abu
Sulaiman dari Abu Az Zubair dari Shafwan bin Abdullah bin Shafwan -suami
dari putri Abu Darda-, ia berkata; "Suatu ketika ia mendatanginya, namun ia
hanya mendapati Ummu Darda' dan tidak mendapati Abu Darda'. Ummu
Darda pun berkata; 'Apakah kamu mau berangkat haji tahun ini? ' Shafwan
menjawab; 'Ya' lalu Ummu Darda berkata; 'Doakan kebaikan untuk kami,
karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Doa seseorang untuk
saudaranya yang sedang tidak bersamanya adalah mustajab (terkabul)”.
“Karena di atas kepalanya terdapat malaikat yang akan mengamini doanya
setiap kali ia berdoa untuk kebaikan saudaranya. Malaikat itu akan berucap:
'Amin, dan untukmu kebaikan yang serupa'. Shafwan berkata; 'Kemudian aku
pergi ke pasar, dan di sana aku bertemu dengan Abu Darda, ia lantas
membacakan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang sama kepadaku'.11

9
Lidwa Hadits, Kitab Malik Hadits No 449.
10
Lidwa Hadits, Kitab Malik No 1593.
11
Lidwa Hadits, Kitab Ibnu Majah No 2886.
8

‫س ْفيَانُ عَنْ زَ ْي ٍد‬ ُ ‫اق َوأَبُو أَ ْح َم َد َوأَبُو نُ َع ْي ٍم قَالُوا َح َّدثَنَا‬


ِ ‫َح َّدثَنَا َم ْح ُمو ُد بْنُ َغ ْياَل نَ َح َّدثَنَا َو ِكي ٌع َو َع ْب ُد ال َّر َّز‬
‫سلَّ َم ال ُّدعَا ُء‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫س ْب ِن َمالِ ٍك َقا َل قَا َل َر‬ِ َ‫س ُم َعا ِويَةَ ْب ِن قُ َّرةَ عَنْ أَن‬ ٍ ‫ا ْل َع ِّم ِّي عَنْ أَبِي إِيَا‬
‫ق‬ ْ ِ‫يح َوقَ ْد َر َواهُ أَبُو إ‬
َ ‫س َح‬ ٌ ‫ص ِح‬ َ ٌ‫سن‬ َ ‫يث َح‬ ٌ ‫س َح ِد‬ ٍ َ‫يث أَن‬ ُ ‫سى َح ِد‬َ ‫اَل يُ َر ُّد بَيْنَ اأْل َ َذا ِن َواإْل ِ قَا َم ِة قَا َل أَبُو ِعي‬
‫سلَّ َم ِم ْث َل َه َذا‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫س عَنْ النَّبِ ِّي‬ٍ َ‫ا ْل َه ْمدَانِ ُّي عَنْ بُ َر ْي ِد ْب ِن أَبِي َم ْريَ َم عَنْ أَن‬
“Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan berkata; telah
menceritakan kepada kami Waki' dan Abdurrazaq dan Abu Ahmad dan Abu
Nu'aim mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Zaid Al
'Ammi dari Abu Iyas Mu'awiyah bin Qurrah dari Anas bin Malik ia berkata;
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Do`a antara adzan dan
iqamah tidak akan ditolak." Abu Isa berkata; "Hadits Anas ini derajatnya
hasan shahih. Dan hadits ini juga telah diriwayatkan oleh Abu Ishaq Al
Hamdani dari Buraid bin Abu Maryam dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
seperti hadits tersebut”.12
‫س ْع ٍد أَبِي ُم َجا ِه ٍد الطَّائِ ِّي َو َكانَ ثِقَةً عَنْ أَبِي‬ َ ْ‫س ْعدَانَ ا ْل ُج َهنِ ِّي عَن‬َ ْ‫َح َّدثَنَا َعلِ ُّي بْنُ ُم َح َّم ٍد َح َّدثَنَا َو ِكي ٌع عَن‬
‫سلَّ َم ثَاَل ثَةٌ اَل تُ َر ُّد َد ْع َوتُ ُه ْم اإْل ِ َما ُم‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ُم ِدلَّةَ َو َكانَ ثِقَةً عَنْ أَبِي ُه َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َر‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬
ُ ‫وم يَ ْرفَ ُع َها هَّللا ُ دُونَ ا ْل َغ َم ِام يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة َوتُ ْفت َُح لَ َها أَ ْب َو‬
‫اب‬ ِ ُ‫صائِ ُم َحتَّى يُ ْف ِط َر َو َد ْع َوةُ ا ْل َم ْظل‬ َّ ‫ا ْل َعا ِد ُل َوال‬
ٍ ‫ص َرنَّ ِك َولَ ْو بَ ْع َد ِح‬
‫ين‬ ُ ‫س َما ِء َويَقُو ُل بِ ِع َّزتِي أَل َ ْن‬
َّ ‫ال‬
“Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad berkata, telah
menceritakan kepada kami Waki' dari Sa'dan Al Juhani dari Sa'd Abu
Mujahid Ath Tha'i -ia seorang yang dapat dipercaya- dari Abu Mudillah - ia
juga seorang yang dapat dipercaya- dari Abu Hurairah ia berkata,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada tiga orang yang tidak
akan ditolak do'anya; imam yang adil, orang yang berpuasa hingga berbuka
dan do'a orang yang teraniaya. Allah akan mengangkatnya di bawah
naungan awan pada hari kiamat, pintu-pintu langit akan dibukakan untuknya
seraya berfirman: "Demi keagungan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu
meski setelah beberapa saat”. 13
َ‫س ِمعْتُ َع ْب َد هَّللا ِ بْن‬ َ ‫ق بْنُ ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ ا ْل َم َدنِ ُّي قَا َل‬ ْ ِ‫سلِ ٍم َح َّدثَنَا إ‬
ُ ‫س َح‬ ْ ‫َح َّدثَنَا ِهشَا ُم بْنُ َع َّما ٍر َح َّدثَنَا ا ْل َولِي ُد بْنُ ُم‬
َّ‫سلَّ َم إِن‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫ص يَقُو ُل َقا َل َر‬ ِ ‫س ِمعْتُ َع ْب َد هَّللا ِ بْنَ َع ْم ِرو ْب ِن ا ْل َعا‬ َ ‫أَبِي ُملَ ْي َكةَ يَقُو ُل‬
‫س ِمعْتُ َع ْب َد هَّللا ِ بْنَ َع ْم ٍرو يَقُو ُل إِ َذا أَ ْفطَ َر اللَّ ُه َّم إِنِّي‬
َ َ‫صائِ ِم ِع ْن َد فِ ْط ِر ِه لَ َدع َْوةً َما تُ َر ُّد قَا َل ابْنُ أَبِي ُملَ ْي َكة‬
َّ ‫لِل‬
‫س َعتْ ُك َّل ش َْي ٍء أَنْ تَ ْغفِ َر لِي‬ ِ ‫سأَلُ َك بِ َر ْح َمتِ َك الَّتِي َو‬ ْ َ‫أ‬

12
Lidwa Hadits, Kitab Tirmidzi No. 196.
13
Lidwa Hadits, kitab Ibnu Majah No 1742.
9

“Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah


menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim berkata, telah menceritakan
kepada kami Ishaq bin Ubaidullah Al Madini ia berkata; aku mendengar
Abdullah bin Abu Mulaikah berkata; aku mendengar Abdullah bin Amru bin
Al 'Ash ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sungguh orang yang berpuasa mempunyai do`a yang dikabulkan dan tidak
akan ditolak tatkala berbuka puasa. " Ibnu Abu Mulaikah berkata, "Aku
mendengar Abdullah bin Amru berdo`a saat berbuka puasa, "ALLAHUMMA
INNI AS`ALUKA BIRAHMATIKAL LATII WASI'AT KULLA SYAI'IN AN
TAGHFIRA LII (Ya Allah, sesungguhnya aku meminta-Mu dengan rahmat-
Mu yang meliputi setiap sesuatu, agar Engkau mengampuniku”.14
‫س ْع ٍد أَبِي ُم َجا ِه ٍد الطَّائِ ِّي عَنْ أَبِي ُم ِدلَّةَ عَنْ أَبِي ه َُر ْي َرةَ قَا َل‬ َ ْ‫س ْعدَانُ ا ْل ُج َهنِ ُّي عَن‬ َ ‫َح َّدثَنَا َو ِكي ٌع قَا َل َح َّدثَنَا‬
ُ‫سلَّ َم اإْل ِ َما ُم ا ْل َعا ِد ُل اَل ت َُر ُّد َد ْع َوتُه‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
“Telah menceritakan kepada kami Waki' berkata; telah menceritakan kepada
kami Sa'dan Al Juhani dari Sa'd Abu Mujahid Ath Tha`i dari Abu Mudillah
dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Seorang pemimpin yang adil tidak akan ditolak doanya”.15
‫يتنزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة الى السماء الدنياحين يبقى ثلث اليل اآلخريقول من يدعوني‬
‫فأستجيب له من يسألني فأعطيه ومن يستغفرني فأغفرله‬
“Rabb kita maha agung dan maha tinggi, setiap malam turun ke langit dunia
ketika tersisa seperti tiga malam terakhir. Dia berfirman, ‘Siapa yang mau
berdo’a kepada-Ku lalu Aku akan mengijabahinya, Siapa yang meminta
kepada-Ku lalu Aku akan memberinya, Siapa yang memohon ampunan
kepada-Ku lalu Aku akan mengampuninya.”16
C. Waktu-Waktu Mustajabah untuk Berdo’a17
Adapun waktu-waktu yang mustajabah untuk berdo’a antara lain:
1. Pada malam hari
Pada malam hari khususnya di waktu-waktu akhir malam sudah
mendekati waktu subuh, adalah saat-saat yang paling mustajabah untuk
berdo’a. Dalam kitab ”Tafsiir Al Qurthubii”, Imam al Qurthubi
14
Lidwa Hadits, kitab Ibnu Majah No 1743.
15
Lidwa Hadits, kitab Ahmad No 9348.
16
Mustafa al-Adawi, Abu Fawwaz Munandar (Terj), Doa Pasti diterima, (Surakarta : AL-
QOWAM, 2011), hlm. 61.
17
SaifulHadi el-Sutha, Do’a-Do’a Dahsyat dan Mustajabah dalam Al-Quran dan As-Sunnah
(Banten: Shuhuf Media Insani, 2013), hlm. 5 – 12.
10

menjelaskan tentang rahasia mengapa waktu sahur (akhir malam) itu


merupakan waktu yang mustajabah, yaitu bahwa waktu sahur merupakan
bukti terkuat kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya.
2. Pada hari jum’at
Hari jum’at adalah hari yang agung dan mulia. Ia di sebut oleh
Rasulallah sebagai penghulu dari segala hari. Di hari jum’at ini pula, ada
satu waktu yang mustajab untuk berdo’a.
3. Saat adzan dikumandangkan atau antara adan dan iqamah
Dalam kitab “faidh al-Qadiir”, Imam Al-Munawi menjelaskan
“setiap adzan telah dikumandangkan mu’adzin maka pintu-pintu langit
dibuka.
4. Ketika turun hujan
Ketika hujan sedang turun merupakan salah satu waktu yang
mustajab untuk berdo’a kepada Allah. Do’a yang dipanjatkan pada waktu
hujan sedang turun, kecil sekali kemungkinannya untuk tidak dikabulkan
oleh Allah.
5. Pada bulan Ramadhan
6. Pada hari 'Arafah
Hari ‘Arafah (tanggal 9 bulan dzulhijjah) adalah hari yang mulia
disisi Allah. Allah mengutus para malaikat untuk turun ke bumi guna
mendengarkan pangharapan-pengharapan seluruh hambanya.
7. Pada malam Lailatul Qadar
Malam lailatul qadar adalah malam yang lebih utama dari pada
seribu bulan. Ia hanya ada pada bulan suci ramadhan. Amal ibadah yang
dilakukan pada malam lailatul qadar adalah lebih baik dari pada amal
ibadah yang dilakukan pada seribu malam yang bukan malam lailatul
qadar.
8. Menghadapi barisan musuh dalam medan peperangan di jalan Allah
D. Tempat-Tempat yang Mustajabah untuk Berdo’a
Adapun tempat terkabulnya sebuah do’a, adalah
1. Multazam
Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda :
11

“Multazam adalah tempat dikabulkannya do’a. Tidak ada satu pun do’a
seorang hamba di multazam kecuali akan dikabulkan.” (HR. Ahmad
dalam Musnad Imam Ahmad Jilid V, hlm. 347)
2. Sofa dan Marwah
Diriwayatkan dari Jabir dari Abdullah bahwa Rasulullah SAW pergi
menuju Shafa hingga melihat ka’bah, lalu mengucapkan kalimat tauhid,
tahmid, dan takbir, sebanyak tiga kali, kemudian berdo’a sesuai dengan
apa yang beliau kehendaki. (HR. An Nasa’i dalam kitab Manasik al Hajj,
Jilid V, hlm.241).
3. Makam Ibrahim
Dalam kitab Qadhaya al Mar’ah fi al Hajj wa al Umrah, Dr. Ablah
Muhammad al Kahlawi menuliskan bahwa “Di antara keutamaan Maqam
Ibrahim ialah dikabulkannya setiap do’a yang dipanjatkan disana”.18
4. Masjidil Haram
“Shalat di Masjidku lebih utama 1000 kali shalat dibandingkan shalat
di Masjid yang lain, kecuali Masjidil Haram. Dan shalat di Masjidil
Haram lebih utama 10.000 kali lipat dibandingkan shalat di masjid yang
lain”. (HR. Ibnu Majah).
5. Masjid Nabawi19
6. Di kala melihat Ka’bah
7. Di dalam Ka’bah
8. Di sisi sumur zam-zam
9. Di Arafah
10. Di Muzdalifah
11. Di Mina20

18
http://m.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/5-tempat-mustajab-di-mekkah-dan-
madinah.
19
http://ilmuamalan.blogspot.com/2013/03/nama-nama-tempat-yang-mustajabah-
untuk.html?m=1.
20
Syukriadi Sambas dan Tata Sukayat, Quantum Do’a Agar Do’a Tak Terhijab dan Mudah
Dikabulkan Oleh Allah, (Jakarta Selatan : PT Mizan Publika, 2005), hlm 46.
12

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Da’a, yad’u, da’watan yang memiliki arti, menyeru, memanggil,
mengajak, dan memohon. Untuk memohon kepada Allah dibutuhkan etika
dan adab, karena seorang manusia memiliki adab dan etika. Salah satu adab
dalam berdo’a yaitu, menghadap kiblat.
1. Do’a mustajabah adalah do’a yang dikabulkan oleh Allah. “... Tahanlah
tanganmu dari berbuat aniaya terhadap manusia dan takutlah do’a
orang-orang yang teraniaya. Karena do’a orang-orang teraniaya itu
dikabulkan.” Hal tersebut adalah salah satu contoh dari sebuah hadits yang
menjelaskan bahwa do’a tersebut adalah do’a mustajabah. Dan adapun
waktu do’a yang mustajabah yaitu, pada malam hari, pada hari jum’at,
antara adzan dan iqamah, ketika hujan turun, pada bulan ramadhan, pada
hari arafah, dan saat malam lailatul Qadar. Pada waktu tersebut,
insyaAllah do’a yang kita panjatkan akan terkabulkan oleh Allah. Adapun
tempat do’a mustajabah yaitu multazam, sofa dan marwa, makam Ibrahim,
masjidil haram, masjid nabawi, di kala melihat Ka’bah, di dalam Ka’bah,
di sisi sumur zam-zam, di Arafah, di Muzdalifah, dan di Mina. Tempat
tersebut diyakini sebagai tempat mustajabah untuk berdo’a. tidak hanya itu
saja, yang terpenting dalam berdo’a adalah ke-sungguhan dan ke-ikhlas-
an dalam memanjatkan sebuah do’a.

B. Kritikdan Saran.
Penyusun masih menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat
kesalahan-kesalahan. Untuk itu, penyusun menerima kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan
anda.
13

DAFTAR PUSTAKA

al-Adawi, Musthafa. Abu Fawwaz Munandar (Terj). Doa Pasti Diterima.


Surakarta : AL-QOWAM. 2011.
Chaniago, Buya H.M Alfis. Indeks Hadits dan Syarah Tematik dan
Alfabetis. Bekasi : Alfonso Pratama. 2008.
el-Sutha, Saiful Hadi. Do’a-Do’a Dahsyat dan Mustajabah dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Banten : Shuhuf Media Insani. 2013.
Hadits, Lidwa
Sambas, Syukriadi dan Tata Sukayat. Quantum Doa Agar Doa Tak
Terhijabah dan Mudah Dikabulkan Oleh Allah. Jakarta Selatan :
PT Mizan Publika. 2005.
Yunus, Muhammad. Kamus Arab – Indonesia. Jakarta : Hidakarya Agung.
1972.
http://ilmuamalan.blogspot.com
http://m.eramuslim.com

Anda mungkin juga menyukai