Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen suatu entitas usaha, terutama ditujukan
untuk dilaporkan dan digunakan oleh para stakeholders untuk pengambilan keputusan
ekonomi.
Kepentingan dan tujuan penggunaaan informasi keuangan oleh para stakeholders tidak
selalu sama, terkadang dapat berlawanan. Misalnya pemegang saham sebagai investor
sangat berkepentingan atas laba usaha, dividen yang dibagikan, dan kenaikan nilai saham.
Sedangkan bagi kreditur yang lebih penting adalah solvabilitas dan likuiditas perusahaan
yaitu kemampun perusahaan untuk membayar kembali utangnya, baik pokok maupun
bunga, tepat pada waktunya. Bagi manajemen dan karyawan sangat berkepentingan atas
gaji, bonus, dan kompensasi lainnya yang semuanya akan merupakan beban biaya yang
merupakan faktor pengurang atas laba usaha.
Lazimnya laporan keuangan dilaporkan dan digunakan pada periode dalam waktu tertentu.
Misalnya satu tahun. Namun, laporan keuangan tidak hanya digunakan pada periode
tertentu. Laporan keuangan juga biasa digunakan lama setelah periode berlalu. Misalnya
saat perusahaan mulai menjual saham di pasar modal. Perusahaan diwajibkan untuk
menyajikan laporan keuangan perbandingan untuk beberapa tahun ke belakang.
Selain itu, laporan keuangan juga digunakan pada tempat yang tidak menentu. Dalam era
globalisasi, laporan keuangan bukan hanya dilaporkan dalam daerah tertentu atau negara
tertentu, namun bisa lintas negara. Misalnya perusahaan telkom yang dual listing di Bursa
efek Indonesia dan New your stock Exchange.
Mengingat stakeholders, waktu dan tempat penggunaan laporan keuangan sangat
bervariasi, agar laporan keuangan tidak mementingkan salah satu pihak dan agar tidak
menyesatkan bagi pengguna informasi, maka laporan keuangan yang disusun dalam rangka
akuntansi keuangan harus disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Dengan tujuan agar baik penyusun maupun pembaca laporan keuangan mempunyai
persamaan persepsi dan tidak salah paham.
Untuk melaksana tugas ini, badan profesi akuntan dan badan otoritas yang berwenang terus
menerus mengkodifikasi atau mewujudkan prinsip akuntansi yang berterima umum dalam
bentuk tertulis yang berwujud standar akuntansi keuangan.
c. Ketepatwaktuan
Suatu informasi yang terlambat akan menjadi tidak relevan bagi pengambilan keputusan.
Teknologi yang semakin canggih, memperpendek waktu yang digunakan untuk menyajikan
informasi. Suatu laporan yang terlambat akan mengurangi nilai relevansinya, sebaliknya
laporan yang mengabaikan informasi penting demi mengejar ketapan waktu, jelas tidak
memenuhi karakteristik relevan.
d. Keterpahaman
Suatu informasi baru bermanfaaat bagi penerima bila dapat dipahami. Dalam hal laporan
keuangan, pemakai laporan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis serta memahami asumsi dan konsep yang mendasari
penyusunan laporan keuangan.
6. Asas Harga Perolehan (Cost)
Asas ini menetapkan bahwa harta atau jasa yang dibeli atau diperoleh harus dicatat atas
dasar biaya yang sesungguhnya. Meskipun pembeli mengetahui bahwa harga mungkin
masih bisa ditawar, tetapi barang atau jasa yang dibeli akan dicatat berdasarkan harga
yang disepakati dalam transaksi tersebut. Contohnya terjadi apabila suatu perusahaan
membeli aktiva tetap (mesin) seharga Rp100.000.000,00; biaya angkut Rp5.000.000,00;
serta biaya pemasangan dan percobaan Rp5.000.000,00. Dengan demikian mesin
tersebut memeliki harga perolehan (cost) sebesar Rp110.000.000,00.
Untuk mendapatkan laporan keuangan yang valid dan akurat, penyusunan
pembukuan usaha harus didasari oleh asumsi dasar akuntansi, yaitu menyangkut sepuluh
asumsi berikut ini:
1. Entitas Ekonomi
Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan adalah sebuah entitas mandiri atau suatu
unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemilik atau pemegang saham. Dengan
begitu semua transaksi perusahaan terpisah dari pemilik.
2. Kontinuitas Usaha
Asumsi ini menyebutkan bahwa perusahaan akan abadi. Artinya diharapkan tidak terjadi
likuidasi di masa mendatang. Prinisp kontinuitas usaha ini memengaruhi prosedur
akuntansi lainnya, seperti valuasi aset berdasarkan arus kas mendatang dan penyusutan.
3. Satuan Moneter
Maksudnya adalah semua transaksi usaha mesti memakai satuan uang tertentu sesuai
dengan lokasi berdirinya perusahaan. Pencatatan cuma dilakukan pada segala sesuatu
yang dapat diukur dan dinilai dengan satuan uang tertentu. Kualitas dan prestasi yang
termasuk transaksi nonkualitatif tidak bisa dilaporkan.
4. Periode Akuntansi
Asumsi dasar akuntansi ini menunjukkan bahwa penilaian dan pelaporan keuangan
perusahaan dilakukan pada priode waktu tertentu yang sudah ditetapkan.
5. Biaya Historis
Prinsip ini mengharuskan Anda untuk mencatat semua biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan setiap barang atau jasa.
6. Akuntansi Akrual
Intinya adalah pendapatan dan biaya dilaporkan pada saat kejadian. Misal perusahaan
sudah menganggap sebagai pendapatan jika ada pembelian barang atau jasa dari
konsumen yang membayar dengan cara dicicil. Pun bila perusahaan membeli barang
dengan cara kredit, maka pengeluaran itu dianggap biaya.
7. Pengakuan Pendapatan
Asumsi dasar akuntansi lainnya yakni pengakuan pendapatan. Prinsip ini menyatakan
bahwa pendapatan mesti diakui saat periode pendapatan terjadi. Pendapatan bisa
diakui saat terdapat kepastian jumlah atau nominal yang bisa diukur secara tepat
dengan harta yang didapat dari penjualan barang atau jasa.
8. Mempertemukan
Asumsi Mempertemukan dalam akuntansi mengandung makna bahwa biaya yang
dipertemukan dengan pendapatan difungsikan untuk menentukan jumlah laba bersih
setiap periode. Pembebanan pada biaya tidak bisa dilakukan bila pengakuan pendapatan
ditunda.
9. Konsistensi
Konsistensi menekankan bahwa laporan keuangan sebaiknya menggunakan metode dan
prosedur yang sama dalam pencatatannya. Bila perusahaan Anda menerapkan sistem
akrual, maka seterusnya itu yang dipakai dalam pembuatan laporan keuangan. Gonta-
ganti sistem sangat tidak disarankan karena dapat membingungkan para pengguna
informasi akuntansi untuk mengambil keputusan penting.
10. Pengungkapan Penuh
Berdasarkan prinsip ini maka produk akuntansi seperti laporan keuangan mesti
memasukkan semua informasi yang memadai dan lengkap, tanpa ada yang
disembunyikan. Dengan begitu para pengguna laopran keuangan dapat mengambil
keputusan strategis.
Memberikan informasi dalam bentuk pembukuan usaha atau laporan keuangan yang
akurat dan bertanggung jawab kepada setiap pihak yang berkepentingan adalah salah
satu tujuan akuntansi.
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
Tujuan pelaporan keuangan pada umumnya yaitu memberikan informasi keuangan
kepada pihak yang membutuhkan dalam membuat keputusan ekonomi. Informasi keuangan
sangat berperan penting penting dalam mengembangkan model valuasi saham.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan 2002:4) tujuan pelaporan
keuangan adalah sebagai berikut:
1. Salah satu pelaporan keuangan adalah memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pemakai. Meski demikian, laporan keuangan tidak menyediakan seluruh
informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
2. Laporan keuangan bertujuan untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
3. Menyediakan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan, kinerja, dan
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
4. Memberikan informasi tentang bagaimana suatu organisasi mengadakan dan
menggunakan berbagai sumber daya.
5. Memberikan informasi kepada pemegang saham dan publik pada umumnya jika
perusahaan yang terdaftar tentang berbagai aspek organisasi.
Sumber:
1. Kartikahadi, Hans dkk. 2019. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS Edisi
Ketiga. Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia
2. Suwardjono. 2016. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi Ketiga.
Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta