Anda di halaman 1dari 7

eISSN 2337-5949 e-CliniC.

2021;9(1):8-14
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/ecl.9.1.2021.31704
KemenRistekdikti RI No. 28/E/KPT/2019 Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic

Penanganan Pasien Perdarahan Intraserebral di Ruang Rawat Intensif

Rian C. Ibrahim,1 Diana Ch. Lalenoh,2 Mordekhai L. Laihad2

1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado,
Sulawesi Utara, Indonesia
2
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi,
Manado, Sulawesi Utara, Indonesia
Email: chandrarianibrahim@gmail.com

Abstract: Intracerebral haemorrhage is a type of intracranial haemorrhage that occurs due to


rupture of blood vessels in the brain tissue which is caused by trauma, hypertension, and
nonhypertension. The intensive care unit is a separate section within the hospital that treats
patients with life-threatening conditions, undergoing resuscitation, requiring intensive care
and monitoring, and containing equipment and medicines to maintain normal body functions.
All patients who are treated with intracerebral haemorrhage in intensive care unit should
receive attention in terms of radiological evaluation, maintaining adequate respiration and
circulation, controlling intracranial pressure, controlling blood pressure, preventing
hyperglycemia, hypotension, and fever, controlling neurosurgical surgeries as well as
preventing seizures. Surgery is performed to evacuate the accessible hematoma, depending on
the location of the hematoma in intracerebral. In general, management of the patients aims to
minimize nerve damage, prevent and treat systemic complications, speed recovery, and
prevent or slow down recurrences and complications. Outcome of patient with intracerebral
haemorrhage will be better if the patient is treated specifically in the intensive care unit.
Keywords: management, intracerebral haemorrhage, intensive care unit

Abstrak: Perdarahan intraserebral terjadi akibat robeknya pembuluh darah dalam jaringan
otak yang dapat disebabkan oleh trauma, hipertensi, dan non hipertensi. Ruang rawat intensif
merupakan bagian tersendiri di dalam rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi
mengancam jiwa, yang sedang menjalani resusitasi, membutuhkan perawatan dan pemantauan
secara intensif, serta yang didalamnya terdapat peralatan maupun obat-obatan yang berguna
untuk menjaga fungsi tubuh seperti normal. Semua penderita yang dirawat dengan perdarahan
intraserebral di ruang rawat intensif harus mendapat perhatian dalam hal evaluasi radiologik,
menjaga adekuatnya respirasi dan sirkulasi, pengendalian tekanan intrakranial, pengendalian
tekanan darah, pencegahan hiperglikemi, hipotensi dan demam, pengontrolan terhadap
operasi pembedahan saraf dan pencegahan kejang. Pembedahan dilakukan untuk evakuasi
hematom yang dapat dijangkau, tergantung lokasi hematoma di intraserebral. Penanganan
yang dilakukan bertujuan untuk meminimalkan kerusakan saraf, mencegah dan mengobati
komplikasi sistemik yang terjadi, mempercepat pemulihan dan mencegah atau memperlambat
kekambuhan dan komplikasi. Outcome pasien perdarahan intraserebral akan lebih baik, jika
pasien dirawat khusus di ruang rawat intensif.
Kata kunci: penanganan, perdarahan intrasereberal, ruang rawat intensif

PENDAHULUAN ruang serebrospinal disekitar otak, atau


Stroke hemoragik merupakan pecahnya kombinasi keduanya.1 Stroke hemoragik
pembuluh darah otak yang menyebabkan dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi
keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, perdarahannya, yaitu: perdarahan subarak-

8
Ibrahim, Lalenoh, Laihad: Penanganan pasien perdarahan … 9

noid, perdarahan intraserebral, perdarahan ketiga untuk keseluruhan kasus. Di negara


epidural, dan perdarahan subdural.2 berkembang seperti Indonesia, cedera
Perdarahan intraserebral traumatik kepala berperan pada hampir separuh dari
terjadi pada 8% pasien dengan trauma seluruh kematian akibat trauma, mengingat
kepala dan 13-35% pada trauma kepala bahwa kepala merupakan bagian yang
berat.3 Menurut World Health Organization tersering dan rentan terlibat dalam suatu
(WHO), pada tahun 2006 terdapat 15 juta kecelakaan.9
populasi yang terserang stroke setiap Perdarahan yang terjadi pada memar
tahunnya di seluruh dunia dan terbanyak otak dapat membesar menjadi perdarahan
ialah usia tua dengan kematian rerata setiap intraserebral. Lebih dari 50% penderita
10 tahun ialah usia antara 55-85 tahun.4 dengan perdarahan intraserebral disertai
Setiap tahunnya terdapat 100.000 orang hematom epidural atau hematom subdural.9
terserang stroke hemoragik di Amerika Selain robekan terbuka yang dapat
Serikat.5 Berdasarkan data WHO pada tahun langsung terjadi karena benturan atau
2015, stroke merupakan penyebab kematian tarikan akibat trauma pada pembuluh darah,
tertinggi kedua di dunia.6 Riset Kesehatan dapat juga timbul kelemahan dinding arteri.
Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Bagian ini kemudian berkembang menjadi
(Kemenkes) RI tahun 2018 menyatakan suatu aneurisma. Aneurisma arteri karotis
bahwa prevalensi stroke berdasarkan diag- terletak pada tempat masuknya di dasar
nosis pada penduduk berusia lebih dari 15 tengkorak. Aneurisma pasca traumatik ini
tahun ialah 10,85%.7 Berdasarkan data bisa terdapat di semua arteri, dan potensial
Kemenkes RI tahun 2014, stroke merupakan untuk nantinya menimbulkan perdarahan
penyebab kematian tertinggi di Indonesia subaraknoid. Robekan langsung pembuluh
yakni sebesar 21,1%.6 darah akibat gaya geseran antar jaringan di
Peningkatan tekanan intrakranial (TIK), otak sewaktu trauma akan menyebabkan
yang biasanya berkembang 1-4 hari setelah perdarahan subaraknoid maupun intra-
stroke namun dapat berkembang secara akut serebral.10,11
dalam beberapa jam, kemudian menyebab- Perdarahan dapat mengisi ventrikel atau
kan gagal napas dan penurunan kesadaran. hematom yang merusak jaringan. Darah dan
Pasien perdarahan intraserebral yang diser- bahan vasoaktif yang dilepas mendorong
tai dengan komplikasi berat harus dirawat di terjadinya spasme arteri, yang berakibat
ruang rawat intensif.2 menurunnya perfusi serebral. Spasme arteri
Banyaknya kasus perdarahan intra- atau vasospasme merupakan komplikasi
serebral karena trauma maupun nontrauma yang serius yang bisa berakibat terjadinya
di berbagai negara termasuk di Indonesia penurunan fokal neurologis, iskemi otak,
mendorong penulis untuk membahas ten- dan infark.9
tang penanganan pasien perdarahan intra- Cedera kepala diklasifikasikan ke
serebral di ruang rawat intensif. dalam cedera primer dan cedera sekunder.
Klasifikasi ini berguna untuk pertimbangan
Perdarahan Intraserebral Traumatik terapi. Cedera primer adalah kerusakan yang
Perdarahan intraserebral adalah salah ditimbulkan oleh impak mekanis dan stres
satu jenis perdarahan intrakranial yang ter- aselerasi-deselerasi pada tulang kepala dan
jadi akibat robeknya pembuluh darah yang jaringan otak, mengakibatkan patah tulang
ada dalam jaringan otak. Deteksi darah fokal kepala (tulang kepala atau basis kranii) dan
diakibatkan oleh cedera renggangan atau lesi intrakranial. Selanjutnya, lesi intra-
robekan rotasional terhadap pembuluh darah kranial diklasifikasikan kedalam dua tipe
intraparenkimal otak atau kadang karena yaitu cedera difus dan fokal. Terdapat dua
cedera penetrans.8 kategori cedera difus yaitu brain concussion
Di Amerika, cedera kepala merupakan (bila hilangnya kesadaran berakhir <6 jam)
penyebab kematian terbanyak pada usia 15- dan diffuse axonal injury (bila hilangnya
44 tahun dan merupakan penyebab kematian kesadaran berakhir >6 jam). Cedera fokal
10 e-CliniC, Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2021, hlm. 8-14

terdiri dari beberapa jenis, antara lain brain tidaknya defisit fokal atau tanda-tanda
contusion, hematom epidural, hematom sub- peningkatan tekanan intrakranial.3,14
dural, dan hematom intraserebral (Gambar Prinsip penanganan awal meliputi
1). Cedera sekunder berkembang dalam survei primer dan survei sekunder. Dalam
menit, jam, atau hari sejak cedera pertama penatalaksanaan survei primer yang
dan menimbulkan kerusakan lanjut dari diprioritaskan antara lain airway, breathing,
jaringan saraf. Penyebab paling umum dari circulation, disability dan exposure yang
cedera sekunder ialah hipoksia dan iskemi kemudian dilanjutkan dengan resusitasi.15
serebral.11 Terapi medikamentosa pada penderita
cedera kepala dilakukan untuk memberikan
suasana yang optimal untuk kesembuhan.
Hal-hal yang dilakukan dalam terapi ini
dapat berupa pemberian cairan intravena,
hiperventilasi, pemberian manitol, steroid,
furosemide, barbiturat dan antikonvulsan.9
Mortalitas tertinggi dari hipertensi
intrakranial terlihat pada pasien dengan
cedera kepala berat.16 Pengobatan hipertensi
intrakranial ialah posisi kepala dinaikkan
150 sampai 300, mengendalikan kejang,
ventilasi PaCO2 normal rendah (35 mmHg),
suhu tubuh normal, tidak ada obstruksi
drainase vena jugularis, optimal resusitasi
cairan dan semua homeostasis fisiologik,
Gambar 1. Perdarahan intraserebral traumatik. serta pemberian sedasi dan obat pelumpuh
Sumber: Zada dan Matsushima, 201512 otot bila diperlukan. Bila tindakan ini gagal
untuk menurunkan tekanan intrakranial,
Gejala yang sering tampak pada per- tambahan terapi diberikan dalam manuver
darahan intraserebral yaitu penurunan kesa- first-tier dan second-tier terapi.11
daran atau bertahap seiring dengan membe- First-tier terapi terdiri dari: 1) drainase
sarnya perdarahan, pola pernapasan dapat cairan serebrospinal secara inkremental
secara progresif menjadi abnormal, respon melalui kateter intraventricular, 2) diuresis
pupil tidak ada, muntah-muntah akibat dengan manitol, 0,25-1,5 g/kg diberikan
peningkatan tekanan intrakranial, perubahan lebih dari 10 menit, dan 3) hiperventilasi
perilaku kognitif, dan perubahan fisik pada moderat. Terapi second-tier dilakukan bila
berbicara dan gerakan motorik dapat timbul peningkatan TIK refrakter terhadap terapi
segera atau perlahan. Nyeri kepala dapat first-tier. Peningkatan TIK refrakter ialah
muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan TIK secara spontan >15 menit
peningkatan tekanan intra-kranial.13 dalam periode 1 jam, walaupun telah
Pada pemeriksaan fisik, beberapa hal dilakukan intervensi first-tier secara opti-
yang perlu di observasi yaitu tanda-tanda mum. Tindakan second-tier terapi adalah
vital. Tekanan darah perlu diperiksa sese- hiperventilasi untuk mencapai PaCO2 <30
ring mungkin dan dimonitor secara berke- mmHg, dosis tinggi terapi barbiturat,
lanjutan, kesadaran dinilai dengan Glasgow hipotermia, dan kraniektomi dekompresif.16
Coma Scale (GCS), dan pemeriksaan neuro- Pada penanganan beberapa kasus
logik.3,14 Berdasarkan beratnya, cedera kepa- cedera kepala diperlukan tindakan pembe-
la dapat dikelompokkan menjadi: cedera dahan bila ditemukan perdarahan >30 ml,
kepala berat (nilai GCS ≤8); cedera kepala midline shift >5 mm, fraktur tengkorak ter-
sedang (nilai GCS 9-13); dan cedera kepala buka, dan fraktur tengkorak depres dengan
ringan (nilai GCS 14-15). Pemeriksaan GCS kedalaman >1 cm. Trepanasi adalah suatu
sangat membantu untuk menentukan ada tindakan membuka tulang kepala yang
Ibrahim, Lalenoh, Laihad: Penanganan pasien perdarahan … 11

bertujuan mencapai otak untuk tindakan neratif yang menyebabkan dinding pem-
pembedahan definitif.9,13 buluh darah arteriol menjadi lemah sehingga
akan menimbulkan mikroaneurisma yang
Perdarahan Intraserebral tersebar disepanjang pembuluh darah yang
Menurut National Institute of Neuro- disebut sebagai mikroaneurisma Charchot-
logical Disorder and Stroke (NINDS) stroke Bouchard, yang berbentuk seperti kantung,
adalah adanya defisit neurologik baik fokal menonjol melalui tunika media yang lemah.
2, 8,17,18
maupun global yang terjadi mendadak yang
disebabkan oleh gangguan pembuluh darah Menurut Kaplan (1990), jika terjadi
otak, dalam hal ini terjadi pecahnya pem- peningkatan tekanan darah kronis maka
buluh darah serebri dalam parenkim otak.2,19 akan menyebabkan kerusakan spesifik
Perdarahan intraserebral terbagi menjadi pembuluh darah melalui tiga mekanisme
intraserebral primer (hipertensi) dan perda- yang saling berhubungan, yaitu: pulsatile
rahan intraserebral sekunder (non hiper- flow, endothelial denudation, dan replikasi
tensi).2,8,17,18 sel otot polos. Namun, yang dapat menye-
Perdarahan intraserebral non hipertensi babkan perdarahan intraserebral ialah
dapat disebabkan oleh malformasi arteri mekanisme pulsatile flow, dimana tekanan
vena, aneurisma, angiopati amiloid, tumor darah yang tinggi akan menyebabkan
otak, penyalahgunaan obat, diskrasia darah, tekanan pada jaringan kolagen dan elastin
antikoagulan, trombolitik, dan vaskulitis. dinding pembuluh darah sehingga terjadi
Perdarahan intraserebral hipertensi adalah kerusakan berupa medionekrosis, aneuris-
perdarahan intraserebral dengan hipertensi ma, dan perdarahan. 2,8,17,18
sebagai penyebab utamanya, terutama Bila pembuluh darah pecah maka akan
hipertensi yang tidak terkontrol, yang terjadi perdarahan atau hematom sampai
menyebabkan rusaknya pembuluh darah dengan maksimal 6 jam, yang akan berhenti
kecil di otak sehingga mudah ruptur. sendiri akibat pembentukan bekuan darah
Perdarahan ini terdapat di area yang dan ditampon oleh jaringan sekitarnya. Jika
diperdarahi oleh arteri kecil seperti pada perdarahan terus berlanjut dengan volume
talamus, putamen, substansi alba, pons, dan yang besar maka akan merusak struktur
serebelum. 2,8,17,18 anatomi otak, ditambah lagi terjadinya
Pada individu normal terdapat sistem edema awal disekitar hematom akibat pele-
autoregulasi arteri serebral, yaitu bila pasan dan akumulasi protein serum aktif
tekanan darah sistemik meningkat maka osmotik dari bekuan darah. Akibatnya akan
pembuluh serebral akan mengadakan vaso- terjadi destruksi massa otak dan peninggian
konstriksi, sebaliknya bila tekanan darah tekanan intrakranial yang menyebabkan
sistemik menurun maka pembuluh serebral tekanan perfusi otak menurun serta tergang-
akan bervasodilatasi; dengan demikian gunya aliran darah otak. Proses ini akan
aliran darah ke otak tetap konstan. Batas atas berlanjut dengan terjadinya kaskade iskemik
tekanan darah sistemik ialah tekanan darah dan edema sitotoksik yang akan menye-
sistolik 150-200 mmHg dan diastolik 110- babkan kematian sel otak, dan massa di
120 mmHg. Ketika tekanan darah sistemik dalam otak akan bertambah sehingga terjadi
meningkat, pembuluh serebral akan ber- herniasi otak yang dapat menyebabkan
konstriksi, namun bila keadaan ini terjadi kematian.2,8,17-19
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, Tujuan terapi perdarahan intraserebral
maka akan menyebabkan degenerasi lapisan antara lain: mencegah akibat buruk dari
otot pembuluh serebral, yang selanjutnya peningkatan tekanan intracranial, mencegah
menyebabkan pembuluh diameter lumen komplikasi sekunder akibat menurunnya
pembuluh darah menjadi sulit berubah. kesadaran, misalnya gangguan pernapasan,
2,8,17,18
aspirasi, hipoventilasi, dan identifikasi sum-
Pada hipertensi kronis, pembuluh darah ber perdarahan yang mungkin dapat diper-
arteriol akan mengalami perubahan dege- baiki dengan tindakan bedah.2
12 e-CliniC, Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2021, hlm. 8-14

Ruang Rawat Intensif Perlindungan jalan napas pada pasien


Ruang rawat intensif merupakan bagian stroke memerlukan intervensi yang harus
tersendiri di dalam rumah sakit yang mera- segera dilakukan. Perburukan keadaan
wat pasien dengan kondisi mengancam jiwa, pasien stroke seperti adanya peningkatan
sedang menjalani resusitasi, membutuhkan TIK, gangguan di pusat respiratorik yakni
perawatan dan pemantauan secara intensif, apnea, paralisis otot faring dan lidah yang
serta yang di dalamnya terdapat peralatan mengakibatkan obstruksi jalan napas, serta
maupun obat-obatan yang berguna untuk penurunan kesadaran merupakan indikasi
menjaga fungsi tubuh mendekati normal.20 untuk diintubasi dan pemasangan ventilasi
Perdarahan intraserebral harus dirawat mekanik.24 Intubasi diindikasikan pada
di ruang perawatan intensif karena dibutuh- insufisensi ventilasi yang ditunjukkan oleh
kan pemantauan dan penanganan secara adanya hipoksia (pO2 <60 mm Hg atau
intensif untuk mencegah kerusakan otak PCO2 >50 mm Hg) atau risiko aspirasi yang
yang lebih luas atau komplikasi lain.21 jelas dengan/tanpa gangguan oksigenasi
Semua penderita yang dirawat dengan arterial.25
perdarahan intraserebral di ruang rawat
intensif harus mendapat perhatian dalam hal Hiperventilasi
evaluasi radiologik, menjaga adekuatnya Hiperventilasi merupakan salah satu
respirasi dan sirkulasi, pengendalian tekan- cara efektif untuk mengontrol peninggian
an darah, pencegahan hiperglikemi, hipo- tekanan intrakranial dalam 24 jam pertama.
tensi dan demam, pengendalian tekanan Hal ini bermanfaat agar daerah iskemi akan
intrakranial, pengontrolan operasi pembe- berperfusi baik. Bila PaCO2 <20 mmHg,
dahan saraf, dan pencegahan kejang.22 aliran darah akan makin turun sehingga
Segera setelah diagnosis ditegakkan oksigen di otak tidak cukup tersedia. Iskemi
lokasi dan besarnya hematoma maka dila- serebral akibat peningkatan TIK bisa pulih,
kukan penanganan yang dapat berupa pena- namun diganti oleh iskemi serebral karena
nganan secara medikal atau pembedahan. vasokontriksi pembuluh darah serebri.26
Penanganan pada peningkatan tekanan
intrakranial antara lain meliputi posisi Terapi cairan
kepala ditinggikan 300, cegah batuk dan Kebutuhan cairan isotonik seperti NaCl
mengedan, pemberian infus diuretik manitol 0,9% sekitar 1ml/kg/jam, harus diberikan
dan furosemid, serta hiperventilasi dengan pada pasien sebagai standar cairan agar
mempertahankan EtCO2 normokapnia.22 mendapatkan kondisi yang euvolemik dan
diuresis setiap jam harus lebih dari
Posisi kepala dan leher 0,5cc/kgbb. Pemberian cairan NaCl 0,45%
Posisi kepala harus diatur lebih tinggi atau dextrose 5% dapat memperberat edema
sekitar 30o-45o dengan tujuan memperbaiki serebral dan meningkatkan TIK karena
venous return. Hal ini memperbaiki drainase terjadi perbedaan osmolaritas, yang menye-
vena, perfusi serebral dan menurunkan babkan cairan berpindah ke jaringan otak
tekanan intrakranial.20 yang cedera. Hipo-osmolaritas sistemik
(<280mOsm/L) harus diterapi agresif
Ventilasi dan oksigenasi dengan manitol atau salin hipertonik 3%.27
Hipoksia dan hiperkapnia dapat menye- Tujuan pemberian salin hipertonik selain
babkan peningkatan volume darah otak dan sebagai resusitasi cairan juga memper-
hipertensi intrakranial. Intubasi dan venti- tahankan osmolaritas agar tetap hiper-
lasi mekanik diindikasikan jika ventilasi osmolar (300-320mOsms/L) dan hiper-
atau oksigenasi tidak cukup pada pasien natremi (150-155mEq/L) yang dapat mengu-
dengan edema otak. Setelah pasien diintu- rangi bengkaknya sel.28
basi, pengaturan ventilator harus disesuai-
kan untuk mempertahankan PO2 normal Terapi tekanan darah
dan PCO2.23 American Heart Association (AHA)
Ibrahim, Lalenoh, Laihad: Penanganan pasien perdarahan … 13

telah membuat pedoman bahwa tekanan lebih awal setelah onset gejala. Hipotermi
darah sistolik lebih dari 180 mmHg atau yang dimulai 90-120 menit menunjukkan
MAP lebih dari 130 mmHg harus diterapi angka ketahanan hidup yang lebih tinggi dan
dengan infus obat antihipertensi terus luaran fungsional yang lebih baik dibanding
menerus seperti labetalol, esmolol, atau normotermi. Secara umum, hipotermi dibagi
nikardipin, sedangkan terapi oral dan sub- menjadi hipotermi berat (suhu <28°C),
lingual sudah tidak menjadi pilihan lagi. hipotermi sedang/moderat (suhu 28-33°C),
Pada umumnya tidak bermasalah dengan dan hipotermi ringan (suhu 33-36°C). Saat
tingginya tekanan darah, tetapi MAP harus ini, kebanyakan penelitian menggunakan
tidak boleh berkurang 15-30% selama 24 hipotermi ringan hingga sedang karena efek
jam pertama.27 samping hipotermia seperti hipokalemia,
gangguan irama dan konduksi jantung,
Terapi diuretika komplikasi infeksi, dan koagulopati.29
Penurunan TIK yang cepat dapat
dicapai dengan pemberian diuretik.26 Dua Simpulan
macam diuretika yang umum digunakan Perdarahan intraserebral merupakan
yaitu osmotik diuretik manitol dan loop penyakit berat dengan sejumlah faktor yang
diuretik furosemide. Manitol diberikan memengaruhi outcome klinis dan gejala
secara bolus intravena dengan dosis 0,25 sisanya. Diperlukan pemahaman secara
sampai 0,5gram/kgBB setiap 4 jam dan teliti mengenai setiap aspek penyakit ini dan
furosemid 10 mg setiap 2 sampai 8 jam.27,28 kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.
Tujuan umum ialah meminimalkan kerusak-
Pencegahan kejang, demam, dan hiper- an saraf, mencegah dan mengobati kompli-
glikemia kasi sistemik yang terjadi, mempercepat
Pencegahan kejang akut harus dilaku- pemulihan dan mencegah atau memper-
kan dengan pemberian fenitoin 17mg/kgBB lambat kekambuhan dan komplikasi.
sebagai loading dose kemudian 100 mg Outcome pasien perdarahan intraserebral
setiap 8 jam. AHA memberi rekomendasi akan lebih baik, jika pasien dirawat khusus
bahwa pemberian anti-epileptik diberikan di ruang rawat intensif.23
sampai 1 bulan setelah bebas dari kejang.27
Demam atau suhu >38,3oC pada pasien Konflik Kepentingan
perdarahan intraserebral sering ditemui. Penulis menyatakan tidak terdapat
Demam yang tetap terjadi setelah perda- konflik kepentingan dalam studi ini.
rahan intraserebal memperlihatkan outcome
yang buruk. Hipertermi dapat memperburuk DAFTAR PUSTAKA
iskemia otak yang telah mengalami cedera 1. Goetz CG. Neurologi Klinik (3rd ed). Phila-
dengan melepaskan neurotransmiter eksito- delphia: Saunders, 2007.
toksik, proteolisis, radikal bebas dan prod- 2. Goldszmidt AJ, Caplan LR. Stroke Esensial.
uksi sitokin, blood-brain barrier compro- (2nd ed). Jakarta: Indeks, 2013; p. 36-
mise, dan apoptosis. Selain itu juga terjadi 44, 46-9.
3. Greenberg MS (edt), Handbook of Neuro-
hipertemia, bertambahnya edema otak, dan
surgery (7th ed). New York: Thieme,
meningkatnya TIK. Standar umum untuk 2010.
pasien dengan suhu >38,3oC, diterapi dengan 4. Caplan LR. Caplan’s Stroke: A Clinical
acetaminophen dan cooling blankets.27 Approach (3rd ed). Boston: Butter-
Hiperglikemi merupakan suatu predik- worth-Heinemann, 2000.
tor poten terhadap kematian dalam 30 hari, 5. Mursyid B. Manajemen Stroke Komprehensif.
pada pasien diabetik atau non-diabetik Yogyakarta: Pustaka Cendekia, 2007.
dengan perdarahan intraserebral.27 6. Kemenkes RI. Kebijakan dan Strategi Pence-
gahan dan Pengendalian Stroke di
Terapi hipotermia Indonesia. 2017. [cited 2020 Feb 27].
Hipotermi lebih efektif bila dimulai Available from http://p2ptm.kemkes.
14 e-CliniC, Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2021, hlm. 8-14

go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3U 18. Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP.


Cs4eUJ0dVBndz09/2017/10/Kebijakan Clinical Neurology (7th ed). San
_dan_Strategi_Pencegahan_dan_Penge Fransisco: McGraw-Hill, 2009.
ndalian_Stroke_di_Indonesia_dr_Lily_ 19. Jones HR. Netter's Neurology (Netter Clinical
Sriwahyuni_Sulistyowati_MM1.pdf Science) (2nd ed). Philadelphia: WB
7. Kemenkes RI. Hasil Utama Riset kesehatan Saunders, 2011.
dasar 2018. [cited 2020 Feb 27]. 20. Norris J, Hachinski V. Intensive Care
Available from: http://www.kesmas. Management of Stroke Patients. 2015.
kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41 [cited 2020 April 7]. Available from:
d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_ http://stroke.ahajournals.org
1274.pdf 21. Morawo AO, Gilmore EJ. Critical care mana-
8. Keep RF, Hua Y, Xi G. Intracerebral haemor- gement of intracerebral hemorrhage.
rhage: mechanisms of injury and thera- Semin Neurol. 2016;36(03): 225-32.
peutic targets. Lancet Neurol. 2012; 22. Muhammad AR, Umar N, Saleh SC. Penata-
11(8):2-10. laksanaan anestesi pada perdarahan
9. Listiono LD. Cedera kepala. In: Ilmu Bedah intraserebral yang disebabkan stroke
Saraf (3rd ed). Jakarta: Gramedia hipertensi. JNI. 2012;1(3):203-8.
Pustaka Utama, 1998; p.164-9. 23. Rabinstein AA. Treatment of Cerebral Edema.
10. Povlishock JT, Bullock MR. Guidelines for ma- The Neurologist. 2006;12:59-73.
nagement of severe traumatic brain in- 24. Fahmi I, Gamefianty A, Nurachmah E. Mana-
jury. J Neurotrauma. 2007;24(1):100-6. jemen hipotermia pada pasien cedera
11. Lalenoh DC, Sudjito MH, Suryono B. kepala : suatu tinjauan literatur. Forikes.
Penanganan anestesi pada cedera otak 2019;10(3):199-202.
traumatik. JNI. 2012;1(2):120-32. 25. Cahyo M, Nazaruddin A, Rasmin M,
12. Zada G, Matsushima K. Atlas of Surgical Prasenohadi, Sidharta IDK, Lolong
Techniques in Trauma. Cambridge: Wulung NGHM, et al. Pengaruh
Cambridge University Press, 2015. tindakan kraniotomi pada penggunaan
13. Reilly P, Bullock R. Head Injury, editors, ventilasi mekanis dan lama perawatan
Pathophysiology and Management of intensif pada pasien stroke hemoragis di
Severe Closed Injury (2nd ed). London: Unit Perawatan Intensif RS Persaha-
CRC Press, 2005. batan. J Respir Indo. 2012;2(32):101-3.
14. Sjamsuhidajat, R. Sistem saraf. In: Ilmu Bedah 26. Affandi IG, Panggabean R. Pengelolaan
(2nd ed). Jakarta: EGC, 1998; p. 817-21. tekanan tinggi intrakranial pada stroke.
15. Ngoerah IGN. Trauma pada susunan saraf. In: CDK. 2016;3(43):180-3.
Dasar-dasar Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: 27. Satriyanto MD, Saleh SC. Tatalaksana anes-
ECG, 1996; p. 312. tesi pada pendarahan intraserebral
16. Bisri DY, Bisri T. Pengelolaan hipertensi spontan/non trauma. JNI. 2012;1(4):1-8.
intrakranial yang membandel pada 28. Mangastuti RS, Oetoro BJ, Sudadi. Penata-
cedera otak traumatik. JNI. 2018;7(2): laksanaan anestesi pada pasien stroke
126-33. hemoragik. JNI. 2014;3 (2): 80-7.
17. Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular 29. Syah BIA, Fuadi I, Rahardjo S. Terapi
diseases. In: Adam and Victor’s hipotermia pada stroke hemoragik. JNI.
Principles of Neurology (8th ed). New 2015;4(1):61-8.
York: Mc Graw-Hill, 2005.

Anda mungkin juga menyukai