Penanganan Pasien Perdarahan Intraserebral Di Ruang Rawat Intensif
Penanganan Pasien Perdarahan Intraserebral Di Ruang Rawat Intensif
2021;9(1):8-14
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/ecl.9.1.2021.31704
KemenRistekdikti RI No. 28/E/KPT/2019 Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic
1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado,
Sulawesi Utara, Indonesia
2
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi,
Manado, Sulawesi Utara, Indonesia
Email: chandrarianibrahim@gmail.com
Abstrak: Perdarahan intraserebral terjadi akibat robeknya pembuluh darah dalam jaringan
otak yang dapat disebabkan oleh trauma, hipertensi, dan non hipertensi. Ruang rawat intensif
merupakan bagian tersendiri di dalam rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi
mengancam jiwa, yang sedang menjalani resusitasi, membutuhkan perawatan dan pemantauan
secara intensif, serta yang didalamnya terdapat peralatan maupun obat-obatan yang berguna
untuk menjaga fungsi tubuh seperti normal. Semua penderita yang dirawat dengan perdarahan
intraserebral di ruang rawat intensif harus mendapat perhatian dalam hal evaluasi radiologik,
menjaga adekuatnya respirasi dan sirkulasi, pengendalian tekanan intrakranial, pengendalian
tekanan darah, pencegahan hiperglikemi, hipotensi dan demam, pengontrolan terhadap
operasi pembedahan saraf dan pencegahan kejang. Pembedahan dilakukan untuk evakuasi
hematom yang dapat dijangkau, tergantung lokasi hematoma di intraserebral. Penanganan
yang dilakukan bertujuan untuk meminimalkan kerusakan saraf, mencegah dan mengobati
komplikasi sistemik yang terjadi, mempercepat pemulihan dan mencegah atau memperlambat
kekambuhan dan komplikasi. Outcome pasien perdarahan intraserebral akan lebih baik, jika
pasien dirawat khusus di ruang rawat intensif.
Kata kunci: penanganan, perdarahan intrasereberal, ruang rawat intensif
8
Ibrahim, Lalenoh, Laihad: Penanganan pasien perdarahan … 9
terdiri dari beberapa jenis, antara lain brain tidaknya defisit fokal atau tanda-tanda
contusion, hematom epidural, hematom sub- peningkatan tekanan intrakranial.3,14
dural, dan hematom intraserebral (Gambar Prinsip penanganan awal meliputi
1). Cedera sekunder berkembang dalam survei primer dan survei sekunder. Dalam
menit, jam, atau hari sejak cedera pertama penatalaksanaan survei primer yang
dan menimbulkan kerusakan lanjut dari diprioritaskan antara lain airway, breathing,
jaringan saraf. Penyebab paling umum dari circulation, disability dan exposure yang
cedera sekunder ialah hipoksia dan iskemi kemudian dilanjutkan dengan resusitasi.15
serebral.11 Terapi medikamentosa pada penderita
cedera kepala dilakukan untuk memberikan
suasana yang optimal untuk kesembuhan.
Hal-hal yang dilakukan dalam terapi ini
dapat berupa pemberian cairan intravena,
hiperventilasi, pemberian manitol, steroid,
furosemide, barbiturat dan antikonvulsan.9
Mortalitas tertinggi dari hipertensi
intrakranial terlihat pada pasien dengan
cedera kepala berat.16 Pengobatan hipertensi
intrakranial ialah posisi kepala dinaikkan
150 sampai 300, mengendalikan kejang,
ventilasi PaCO2 normal rendah (35 mmHg),
suhu tubuh normal, tidak ada obstruksi
drainase vena jugularis, optimal resusitasi
cairan dan semua homeostasis fisiologik,
Gambar 1. Perdarahan intraserebral traumatik. serta pemberian sedasi dan obat pelumpuh
Sumber: Zada dan Matsushima, 201512 otot bila diperlukan. Bila tindakan ini gagal
untuk menurunkan tekanan intrakranial,
Gejala yang sering tampak pada per- tambahan terapi diberikan dalam manuver
darahan intraserebral yaitu penurunan kesa- first-tier dan second-tier terapi.11
daran atau bertahap seiring dengan membe- First-tier terapi terdiri dari: 1) drainase
sarnya perdarahan, pola pernapasan dapat cairan serebrospinal secara inkremental
secara progresif menjadi abnormal, respon melalui kateter intraventricular, 2) diuresis
pupil tidak ada, muntah-muntah akibat dengan manitol, 0,25-1,5 g/kg diberikan
peningkatan tekanan intrakranial, perubahan lebih dari 10 menit, dan 3) hiperventilasi
perilaku kognitif, dan perubahan fisik pada moderat. Terapi second-tier dilakukan bila
berbicara dan gerakan motorik dapat timbul peningkatan TIK refrakter terhadap terapi
segera atau perlahan. Nyeri kepala dapat first-tier. Peningkatan TIK refrakter ialah
muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan TIK secara spontan >15 menit
peningkatan tekanan intra-kranial.13 dalam periode 1 jam, walaupun telah
Pada pemeriksaan fisik, beberapa hal dilakukan intervensi first-tier secara opti-
yang perlu di observasi yaitu tanda-tanda mum. Tindakan second-tier terapi adalah
vital. Tekanan darah perlu diperiksa sese- hiperventilasi untuk mencapai PaCO2 <30
ring mungkin dan dimonitor secara berke- mmHg, dosis tinggi terapi barbiturat,
lanjutan, kesadaran dinilai dengan Glasgow hipotermia, dan kraniektomi dekompresif.16
Coma Scale (GCS), dan pemeriksaan neuro- Pada penanganan beberapa kasus
logik.3,14 Berdasarkan beratnya, cedera kepa- cedera kepala diperlukan tindakan pembe-
la dapat dikelompokkan menjadi: cedera dahan bila ditemukan perdarahan >30 ml,
kepala berat (nilai GCS ≤8); cedera kepala midline shift >5 mm, fraktur tengkorak ter-
sedang (nilai GCS 9-13); dan cedera kepala buka, dan fraktur tengkorak depres dengan
ringan (nilai GCS 14-15). Pemeriksaan GCS kedalaman >1 cm. Trepanasi adalah suatu
sangat membantu untuk menentukan ada tindakan membuka tulang kepala yang
Ibrahim, Lalenoh, Laihad: Penanganan pasien perdarahan … 11
bertujuan mencapai otak untuk tindakan neratif yang menyebabkan dinding pem-
pembedahan definitif.9,13 buluh darah arteriol menjadi lemah sehingga
akan menimbulkan mikroaneurisma yang
Perdarahan Intraserebral tersebar disepanjang pembuluh darah yang
Menurut National Institute of Neuro- disebut sebagai mikroaneurisma Charchot-
logical Disorder and Stroke (NINDS) stroke Bouchard, yang berbentuk seperti kantung,
adalah adanya defisit neurologik baik fokal menonjol melalui tunika media yang lemah.
2, 8,17,18
maupun global yang terjadi mendadak yang
disebabkan oleh gangguan pembuluh darah Menurut Kaplan (1990), jika terjadi
otak, dalam hal ini terjadi pecahnya pem- peningkatan tekanan darah kronis maka
buluh darah serebri dalam parenkim otak.2,19 akan menyebabkan kerusakan spesifik
Perdarahan intraserebral terbagi menjadi pembuluh darah melalui tiga mekanisme
intraserebral primer (hipertensi) dan perda- yang saling berhubungan, yaitu: pulsatile
rahan intraserebral sekunder (non hiper- flow, endothelial denudation, dan replikasi
tensi).2,8,17,18 sel otot polos. Namun, yang dapat menye-
Perdarahan intraserebral non hipertensi babkan perdarahan intraserebral ialah
dapat disebabkan oleh malformasi arteri mekanisme pulsatile flow, dimana tekanan
vena, aneurisma, angiopati amiloid, tumor darah yang tinggi akan menyebabkan
otak, penyalahgunaan obat, diskrasia darah, tekanan pada jaringan kolagen dan elastin
antikoagulan, trombolitik, dan vaskulitis. dinding pembuluh darah sehingga terjadi
Perdarahan intraserebral hipertensi adalah kerusakan berupa medionekrosis, aneuris-
perdarahan intraserebral dengan hipertensi ma, dan perdarahan. 2,8,17,18
sebagai penyebab utamanya, terutama Bila pembuluh darah pecah maka akan
hipertensi yang tidak terkontrol, yang terjadi perdarahan atau hematom sampai
menyebabkan rusaknya pembuluh darah dengan maksimal 6 jam, yang akan berhenti
kecil di otak sehingga mudah ruptur. sendiri akibat pembentukan bekuan darah
Perdarahan ini terdapat di area yang dan ditampon oleh jaringan sekitarnya. Jika
diperdarahi oleh arteri kecil seperti pada perdarahan terus berlanjut dengan volume
talamus, putamen, substansi alba, pons, dan yang besar maka akan merusak struktur
serebelum. 2,8,17,18 anatomi otak, ditambah lagi terjadinya
Pada individu normal terdapat sistem edema awal disekitar hematom akibat pele-
autoregulasi arteri serebral, yaitu bila pasan dan akumulasi protein serum aktif
tekanan darah sistemik meningkat maka osmotik dari bekuan darah. Akibatnya akan
pembuluh serebral akan mengadakan vaso- terjadi destruksi massa otak dan peninggian
konstriksi, sebaliknya bila tekanan darah tekanan intrakranial yang menyebabkan
sistemik menurun maka pembuluh serebral tekanan perfusi otak menurun serta tergang-
akan bervasodilatasi; dengan demikian gunya aliran darah otak. Proses ini akan
aliran darah ke otak tetap konstan. Batas atas berlanjut dengan terjadinya kaskade iskemik
tekanan darah sistemik ialah tekanan darah dan edema sitotoksik yang akan menye-
sistolik 150-200 mmHg dan diastolik 110- babkan kematian sel otak, dan massa di
120 mmHg. Ketika tekanan darah sistemik dalam otak akan bertambah sehingga terjadi
meningkat, pembuluh serebral akan ber- herniasi otak yang dapat menyebabkan
konstriksi, namun bila keadaan ini terjadi kematian.2,8,17-19
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, Tujuan terapi perdarahan intraserebral
maka akan menyebabkan degenerasi lapisan antara lain: mencegah akibat buruk dari
otot pembuluh serebral, yang selanjutnya peningkatan tekanan intracranial, mencegah
menyebabkan pembuluh diameter lumen komplikasi sekunder akibat menurunnya
pembuluh darah menjadi sulit berubah. kesadaran, misalnya gangguan pernapasan,
2,8,17,18
aspirasi, hipoventilasi, dan identifikasi sum-
Pada hipertensi kronis, pembuluh darah ber perdarahan yang mungkin dapat diper-
arteriol akan mengalami perubahan dege- baiki dengan tindakan bedah.2
12 e-CliniC, Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2021, hlm. 8-14
telah membuat pedoman bahwa tekanan lebih awal setelah onset gejala. Hipotermi
darah sistolik lebih dari 180 mmHg atau yang dimulai 90-120 menit menunjukkan
MAP lebih dari 130 mmHg harus diterapi angka ketahanan hidup yang lebih tinggi dan
dengan infus obat antihipertensi terus luaran fungsional yang lebih baik dibanding
menerus seperti labetalol, esmolol, atau normotermi. Secara umum, hipotermi dibagi
nikardipin, sedangkan terapi oral dan sub- menjadi hipotermi berat (suhu <28°C),
lingual sudah tidak menjadi pilihan lagi. hipotermi sedang/moderat (suhu 28-33°C),
Pada umumnya tidak bermasalah dengan dan hipotermi ringan (suhu 33-36°C). Saat
tingginya tekanan darah, tetapi MAP harus ini, kebanyakan penelitian menggunakan
tidak boleh berkurang 15-30% selama 24 hipotermi ringan hingga sedang karena efek
jam pertama.27 samping hipotermia seperti hipokalemia,
gangguan irama dan konduksi jantung,
Terapi diuretika komplikasi infeksi, dan koagulopati.29
Penurunan TIK yang cepat dapat
dicapai dengan pemberian diuretik.26 Dua Simpulan
macam diuretika yang umum digunakan Perdarahan intraserebral merupakan
yaitu osmotik diuretik manitol dan loop penyakit berat dengan sejumlah faktor yang
diuretik furosemide. Manitol diberikan memengaruhi outcome klinis dan gejala
secara bolus intravena dengan dosis 0,25 sisanya. Diperlukan pemahaman secara
sampai 0,5gram/kgBB setiap 4 jam dan teliti mengenai setiap aspek penyakit ini dan
furosemid 10 mg setiap 2 sampai 8 jam.27,28 kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.
Tujuan umum ialah meminimalkan kerusak-
Pencegahan kejang, demam, dan hiper- an saraf, mencegah dan mengobati kompli-
glikemia kasi sistemik yang terjadi, mempercepat
Pencegahan kejang akut harus dilaku- pemulihan dan mencegah atau memper-
kan dengan pemberian fenitoin 17mg/kgBB lambat kekambuhan dan komplikasi.
sebagai loading dose kemudian 100 mg Outcome pasien perdarahan intraserebral
setiap 8 jam. AHA memberi rekomendasi akan lebih baik, jika pasien dirawat khusus
bahwa pemberian anti-epileptik diberikan di ruang rawat intensif.23
sampai 1 bulan setelah bebas dari kejang.27
Demam atau suhu >38,3oC pada pasien Konflik Kepentingan
perdarahan intraserebral sering ditemui. Penulis menyatakan tidak terdapat
Demam yang tetap terjadi setelah perda- konflik kepentingan dalam studi ini.
rahan intraserebal memperlihatkan outcome
yang buruk. Hipertermi dapat memperburuk DAFTAR PUSTAKA
iskemia otak yang telah mengalami cedera 1. Goetz CG. Neurologi Klinik (3rd ed). Phila-
dengan melepaskan neurotransmiter eksito- delphia: Saunders, 2007.
toksik, proteolisis, radikal bebas dan prod- 2. Goldszmidt AJ, Caplan LR. Stroke Esensial.
uksi sitokin, blood-brain barrier compro- (2nd ed). Jakarta: Indeks, 2013; p. 36-
mise, dan apoptosis. Selain itu juga terjadi 44, 46-9.
3. Greenberg MS (edt), Handbook of Neuro-
hipertemia, bertambahnya edema otak, dan
surgery (7th ed). New York: Thieme,
meningkatnya TIK. Standar umum untuk 2010.
pasien dengan suhu >38,3oC, diterapi dengan 4. Caplan LR. Caplan’s Stroke: A Clinical
acetaminophen dan cooling blankets.27 Approach (3rd ed). Boston: Butter-
Hiperglikemi merupakan suatu predik- worth-Heinemann, 2000.
tor poten terhadap kematian dalam 30 hari, 5. Mursyid B. Manajemen Stroke Komprehensif.
pada pasien diabetik atau non-diabetik Yogyakarta: Pustaka Cendekia, 2007.
dengan perdarahan intraserebral.27 6. Kemenkes RI. Kebijakan dan Strategi Pence-
gahan dan Pengendalian Stroke di
Terapi hipotermia Indonesia. 2017. [cited 2020 Feb 27].
Hipotermi lebih efektif bila dimulai Available from http://p2ptm.kemkes.
14 e-CliniC, Volume 9, Nomor 1, Januari-Juni 2021, hlm. 8-14