Anda di halaman 1dari 5

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

SMA NEGERI 1 PINRANG


TAHUN PELAJARAN 2020/2021

MATA PELAJARAN : SEJARAH


KELAS/PROGRAM : XI/MIPA
WAKTU : 90 Menit
HARI/TANGGAL :

1. Infografis berikut ini :


Berdasarkan infografis tersebut, menurut kalian benar atau salahkah upaya-upaya berikut ini
yang harus dilakukan untuk mencegah disintegrasi bangsa !

No. Pernyataan Benar Salah


1. Masyarakat harus memiliki sikap patriotism atau cinta tanah
air sehingga mampu berpikir bahwa kepentingan Negara √
lebih utama diatas kepentingan pribadi
2. Selalu merasa puas dan tidak menerima setiap keputusan
yang dikeluarkan negara sebagai bentuk kritik terhadap √
pemerintahan
3. Menciptakan pranata sosial yang disesuaikan dengan proses
perubahan sosial-budaya yang berkembang dalam kehidupan √
masyarakat.
4. Pemerintah juga harus melawan berbagai gerakan separatis

yang muncul yang dapat mengganggu stabilitas negara
5. Pembangunan harus sentralistik yang dilakukan di daerah

pusat pemerintahan

2. Bacalah wacana berikut ini

ANTARA MELINDUNGI KESEHATAN VS MENJAGA DEMOKRASI


Urusan menunda atau tetap menggelar pemilu di tengah pandemi di berbagai negara pun beragam.
Sebanyak 30 negara tetap menyelenggarakan pemilu sesuai jadwal di tahun 2020, misalnya Jerman,
Perancis, Korea Selatan. Ada yang menunda di tahun depan antara lain Paraguay, Inggris, Kanada. Ada
yang menggeser jadwal pelaksanaan tapi tetap di tahun 2020 oleh sebagian besar negara yang
menyelenggarakan pemilu di tahun ini, misalnya Afrika Selatan, Austria, Polandia. Maknanya,
keputusan Indonesia untuk menggeser pelaksanaan pilkada tetap di tahun ini memiliki rujukan.
Namun tentu bukan hanya itu argumentasi utamanya. Argumentasi utama tentu saja soal menjaga
kesinambungan demokrasi. Dalam sistem presidensial, termasuk pada pemerintahan lokal, secara
konstitusi jabatan kepala daerah berlaku prinsip fix term alias telah ditetapkan masa jabatannya.

Menunda pilkada bisa menimbulkan konflik politik yang kontraproduktif dalam situasi penanganan
Covid-19. Standar internasional untuk pemilu yang merujuk pada Deklarasi Universal HAM 1948 dan
Kovenan Internasional 1966 tentang Hak Sipil dan Politik, maupun berbagai konvensi serta komitmen
mengenai pemilu demokratis menyepakati salah satu standart pemilu demokratis adalah
penyelenggaraan pemilu yang berkala (IDEA, 2005). Bayangkan, potensi masalah politik dan
hukumnya jika pilkada tidak digelar sesuai UU atau Perppu. Bila masa jabatan kepala daerah
diperpanjang oleh pemerintah, oposisi atau penantang petahana akan menggugat karena hak
konstitusionalnya untuk mencalonkan diri jadi terhambat. Ketidakpastian hukum dan politik akan
terjadi.

Penundaan pemilu dengan alasan pandemi justru berpotensi mengebiri demokrasi. Implikasinya jelas,
instabilitas politik di tengah pandemi jadi taruhan, kecurigaan, bahkan ketidakpercayaan pada
pemerintah akan meningkat. Gara-gara pandemi bisa dijadikan alasan bagi pemerintah otoritarian
untuk memperkuat cengkeraman kekuasaannya dengan menghilangkan hak asasi paling mendasar
yakni hak politik untuk memilih dan dipilih. Secara hukum, pelaksanaan pilkada di tengah pandemi
memiliki payung hukum yang kuat yakni Perppu No 02 Tahun 2020. Artinya, pelaksanaan pilkada
bukan semata kemauan KPU sebagai penyelenggara tetapi amanat undang-undang dalam hal ini
Perppu. Masyarakat atau pemilih di Indonesia karakteristiknya mudah menerima perubahan sistem
dan cenderung manut. Lihat saja perilaku pemilih pada pemilu Orde Baru maupun di era reformasi
yang berubah-ubah aturan mainnya. Misalnya, pemilu serentak 5 kotak, sistem tertutup kemudian
terbuka, dan macam-macam sistem pemilu sudah pernah dicoba dan pemilihnya cenderung mudah
beradaptasi

Dari 294 daerah yang melaksanakan pilkada pada 2020, tidak semua daerah rawan Covid-19. Hanya
15 persen yang menerapkan PSBB dan 16 kabupaten/kota yang memiliki kasus Covid-19 lebih dari
100 kasus. Cukup realistis menggelar pilkada di tengah pandemi ini, saat pemerintah sedang berupaya
membuka kembali aktivitas sosial ekonomi masyarakat secara bertahap. (Artikel ini telah tayang
di Kompas.com dengan judul "Pilkada di Tengah Pandemi, Apa Pentingnya bagi Rakyat?")

Setelah membaca artikel tersebut, menurut kalian apakah alasan Indonesia tetap menggelar pesta
demokrasi di tengah-tengah pandemic Covid-19 (jawaban boleh lebih dari satu)

Lama
Meningkatnya
masa
Masyarakat
Hanya
jabatan
sebagian
ketidakpercayaan
Negara
mampu
yang
daerah
–diNegara
beradaptasi
duduki
di Indonesia
besar
masyarakat
olehdengan
menggelar
kepala
yangperubahan
terhadap
daerah
memiliki
pemilu
tidak
sistem
sistem
status
diboleh
tahun
demokrasi
darurat
pelaksaan
melebihi
2020 Covid-19
dimasa
pemilu
Indonesia
5 tahun

3. Dari artikel tersebut, setujukah dengan pelaksaan pemilu di tengah pandemic covid-19 ! Kemukakan
alasanmu yang dapat memperkuat jawaban yang dipilih.

Jawaban (maksimal 300 karakter) :

Jawaban/pembahasan :

4. Bacalah wacana berikut ini

SEJARAH DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959

Dekrit dikeluarkan adanya kegagalan dari Badan Konstituante menetapkan Undang-Undang Dasar
(UUD) baru pengganti UUD Sementara 1950. Dikutip situs resmi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud), dekrit dikeluarkan karena ada desakan juga dari masyarakat untuk
kembali ke UUD 1945. Dekrit dikeluarkan juga untuk menjaga dan menyelamatkan persatuan dan
keutuhan bangsa Indonesia. Karena adanya rentetan peristiwa politik yang terjadi pada waktu itu.
Dekrit presiden dikeluarkan hari Minggu, 5 Juli 1959 pukul 17.00 WIB di Istana Merdeka Jakarta. Isi
Dekrit Presiden  Berikut ini adalah isi dekrit presiden 5 Juli 1959:
1. Dibubarkannya Konstituante
2. Diberlakukannya kembali UUD 1945
3. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950
4. Dibentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan
Agung Sementara (DPAS) yang diberlakuakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Sejarah Dekrit Presiden Ada beberapa alasan kenapa Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit. Banyak
peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum dikeluarkannya dekrit presiden. Faktor utama penyebab
dikeluarkannya dekrit presiden, karena kegagalan Badan Konstituante untuk menetapkan undang-
undang baru untuk mengganti UUDS 1959. Badan Konstituante adalah lembaga negara yang dibentuk
lewat Pemilihan Umum (Pemilu) 1955. Badan tersebut dibentuk untuk merumuskan UU baru, tapi
sejak di mulai persidangan pada 1956 hingga 1959 tidak berhasil merumuskan. Kondisi itu membuat
Indonesia semakin buruk dan kacau. Banyak muncul pemberontakan di daerah-daerah, mereka tidak
mengakui keberadaan pemerintahan pusat dan membuat sistem pemerintahan sendiri.

Pada 22 April 1959 diadakan sidang lengkap Konstituante di Bandung. Pada sidang tersebut Presiden
Soekarno mengusulkan untuk kembali ke UUD 1945. Dalam pidatonya, Soekarno mengkritik cara kerja
Konstituante yang kurang mengalami kemajuan selama dua tahun lima bulan dan 12 hari. Kemudian
meminta supaya usul pemerintah disetujui dengan segera. Usulan Presiden Soekarno untuk kembali ke
UUD 1945 terjadi pro dan kontra, ada yang mendukung dan menolak. Dua partai besar, PNI dan PKI
menerima usul rencana pemerintah tentang UUD 1945, sedangkan Masjumi menolak. Di kalangan
yang menolak menjelaskan kekhwatirannya tentang akibat-akibat pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
dengan pelaksanaan UUD 1945. Namun dalam sidang Konstituante telah beberapa kali dilakukan
pemungutan suara tidak berhasil memecahkan usul pemerintah tersebut. Akhirnya pada 5 Juli 1959, di
Istana Merdeka, Presiden Sekarno membubarkan Konstituante dan mengumumkan Dekrit Presiden
tentang berlakunya kembali UUD yang dipergunakan pada 1945 saat bangsa Indonesia mendirikan
Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk kali pertama. Dikeluarkannya Dekrit Presiden mendapat
dukungan dari rakyat Indonesia. Karena dengan dekrit tersebut membuat kondisi politik di Indonesia
kembali stabil. Upaya yang dilakukan Presiden ini dasarnya adalah hukum keselamatan negara dalam
bahaya yang luar biasa yang terpaksa dijalankan.

Berdasarkan wacana tersebut, apakah arti penting dari dekrit 5 Juli 1959 bagi rakyat Indonesia ?

Jawaban (maksimal 300 karakter) :

Jawaban/pembahasan :

Arti pentingnya adalah dengan diberlakukannya dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang didukung oleh
rakyat menandakan berakhirnya Pemerintahan Liberal dan Kabinet Parlementer. Sebagai gantinya,
Indonesia menganut sistem Pemerintahan Terpimpin, dengan Kabinet Presidensial dan kembali
diberlakukannya UUD 1945.

5. Perhatikan infografis berikut ini !


Berdasarkan infografis tersebut, pilihlah pernyataan yang sesuai dengan infografis tersebut adalah :
(jawaban bisa lebih dari satu)

Hampir 25,95 juta, atau 9,82 persen, dari penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan pada Maret 2018 dibandingkan

Sementara itu tingkat kemiskinan mencetak angka rat-rata 10% hingga 13% dari tahun 2010
hingga tahun 2017
Trend angka kemiskinan cenderung turun namun meski sempat naik di tahun 1996, 1998,
2002, 2005, 2006, 2013, 2015 dan 2017
Pada tahun 2002 dan 2017, walaupun persentase turun, jumlah penduduk miskin meningkat

Anda mungkin juga menyukai